Anda di halaman 1dari 11

PENANGANAN GENANGAN DENGAN SISTEM POLDER

PADA WILAYAH KOTA BANJARMASIN

Solikin1, Ery Suhartanto2 Riyanto Haribowo2


1)
Mahasiswa Magister Sumber Daya Air, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
2)
Dosen Magister Sumber Daya Air, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
E-mail : ikien@ymail.com1), erysuhartanto@ub.ac.id2), riyanto_haribowo@ub.ac.id2)

ABSTRAK: Hujan seringkali mengakibatkan genangan di wilayah Banjarmasin. Hujan 30 Maret


2016, mengakibatkan genangan (tinggi ±8-60 cm) di Satuan Wilayah Penanganan Genangan
(SWPG) Sudi Mampir. Tujuan penelitian ini mengkaji kapasitas drainase eksisting dan pengaruh
pasang Sungai Martapura. Hujan rancangan dihitung dengan Log Pearson III. Debit banjir saluran
drainase dihitung dengan Metode Rasional. Perhitungan debit banjir Sungai Martapura digunakan
Metode HSS Nakayasu. Pemodelan profil aliran sungai dengan HEC-RAS v5.01. Perhitungan
backwater pada S. Telawang dengan Metode Tahapan Langsung. Hasil analisis, hujan yang terjadi
sebesar 138 mm setara R32tahun. Terdapat 35 saluran tidak memadai di SWPG. Volume genangan
akibat hujan di SWPG sebesar 54.470,07 m3, dengan tinggi rerata di lahan 10.3 cm dan 47 cm di
jalan. Debit Sungai Martapura saat kejadian setara Q2tahun (566.54 m3/dtk). Volume dan luas
genangan akibat luapan sungai di SWPG 2.216,68 m3 dan 11.093,26 m2. Tinggi rerata genangan di
kawasan sekitar sungai ±20 cm. Upaya penanganan yang perlu dilakukan sesuai hasil analisa untuk
menghindari genangan adalah dengan melakukan normalisasi saluran drainase, pembuatan tanggul
dan pembuatan sistem polder.

Kata kunci: Drainase, Genangan, Back Water, Pasang Surut, Polder

ABSTRACT: The rainfall often cause inundation in the area of Banjarmasin. Rainfall on March 30,
2016, cause inundation (high ± 8-60 cm) in SWPG Sudi Mampir. The purpose of this study to
examine the capacity of the existing drainage and tidal influence of Martapura River. Maximum
Rainfall with certain return period calculated by Log Pearson III. Maximum Discharge in drainage
channels are calculated with Rational Method. Martapura River flood discharge calculation used
Nakayasu HSS Method. Modeling of river flow profile with HEC-RAS v5.01. Calculation of back
water in Telawang River used Direct Step Method. The results of the analysis, the rainfall that
occurred at 138 mm equivalent R32tahun. There are 35 channels in SWPG inadequate. Volume of
inundation rainfall in SWPG is 54470.07 m3, with a mean height in the land 10.3 cm and 47 cm on
the roads. Discharge of Martapura river at the time equivalent Q2tahun (566.54 m3/sec). Volume and
area of inundation due overflow of Martapura Rivers in SWPG is 2216.68 m3 and 11093.26 m2.
High average inundation in the area around the Martapura River is ± 20 cm. The effort required
according to analysis result to avoid inundation problems is normalization of drainage channel,
levee construction and Polder system.

Keywords: Drainage, Inundation, Back Water, Tidal, Polder

Kota Banjarmasin adalah Ibu Kota Provinsi Ketinggian muka air sungai-sungai di
Kalimantan Selatan, merupakan Kota Pusat wilayah Kota Banjarmasin umumnya mengacu
Pemerintahan, Kota Pusat Kegiatan wilayah, pada pasang surut air Sungai Barito dan Sungai
Kota Gerbang Nasional dan termasuk sebagai Martapura. Semua pasokan air sungai yang ada,
salah satu Kota Pusat Kegiatan Ekonomi utamanya dipengaruhi oleh pasokan air dari
Nasional. Kota Banjarmasin terletak di tepian muara Sungai Barito sebagai sungai utama
Sungai Barito dan Sungai Martapura, sebagian (Muhlis dkk, 2012).
besar wilayahnya berupa lahan rawa Seiring dengan perkembangan kota, luas
(Kimpraswil, 2002). lahan, sungai, dan kanal sebagai kawasan

15
16 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 8, Nomor 1, Mei 2017, hlm 15-25

tampungan air jumlahnya makin berkurang metode Rasional. Metode ini sangat simpel dan
(Kimpraswil, 2002). Saat muka air sungai naik mudah penggunaannya, namun penggunaannya
karena pasang, terjadi aliran balik ke dalam untuk daerah dengan ukuran kecil (Suripin,
sungai, saluran drainase dan daerah rawa. 2004).
Sehingga permukaan air lebih tinggi dari Q = 0,278 . C . I . A (1)
sebagian besar lahan dan menyebabkan Dimana, Q adalah debit tertinggi untuk periode
terjadinya genangan pada daerah dengan ulang t tahun (dalam m³/det), A adalah luas
topografi rendah. Genangan makin luas dan daerah aliran hujan (dalam km²), I adalah
tinggi bila terjadi hujan yang waktunya intensitas hujan (dalam mm/jam), dan C adalah
bersamaan dengan pasang air sungai tinggi koefisien aliran.
(DSDAD Kota Banjarmasin, 2013). Evaluasi kapasitas saluran dimaksudkan
Genangan di beberapa wilayah Kota untuk meninjau kemampuan saluran drainase
Banjarmasin umumnya diakibatkan oleh dua eksisting dengan debit banjir rancangan yang
hal, yaitu hujan dan luapan sungai. Genangan terjadi. Pada dasarnya debit yang mampu
karena kejadian hujan. Ada dua kemungkinan dilewatkan oleh suatu saluran drainase dapat
penyebab terjadinya genangan karena hujan di dilakukan dengan pendekatan menggunakan
suatu kawasan. Pertama, intensitas hujan lebih rumus Manning (Suhardjono, 2015).
besar daripada perhitungan dalam perencanaan
saluran drainase. Kedua, intensitas hujan sesuai Qsal = Vsal x Asal (2)
dengan perencanaan akan tetapi limpasan air 1
hujan tidak mampu ditampung oleh saluran V   R 2/3  I 1/2 (3)
n
drainase yang ada (Munadhir, 1995 dalam
Susilowati, 2006).
Dimana, Qsal adalah debit (dalam m3/dtk), Vsal
Genangan yang diakibatkan oleh luapan
adalah kecepatan aliran di saluran (dalam
pasang air Sungai Martapura. Sungai Martapura
m/dtk), Asal adalah luas penampang basah
merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai
(dalam m2), Q adalah debit (dalam m3/det), A
(DAS) Sungai Barito yang memegang peranan
adalah luas penampang basah (dalam m2), R
penting terhadap terjadinya genangan di Kota
adalah jari-jari hidraulis (dalam m), I adalah
Banjarmasin, sebab letak Kota Banjarmasin di
kemiringan dasar saluran, dan adalah koefisien
bagian hilir dari DAS Martapura (Muhlis dkk.
kekasaran Manning.
2012).
Peninjauan genangan yang terjadi
Penanganan genangan drainase di
karena pasang air sungai dilakukan dengan
wilayah Kota Banjarmasin sesuai hasil studi
melakukan simulasi pemodelan menggunakan
terdahulu terbagi dalam 26 Satuan Wilayah
program HEC-RAS.
Penanganan Genangan (SWPG) (Bappeda Prov
HEC-RAS merupakan program aplikasi
Kalsel, 1999). Salah satu diantaranya adalah
untuk memodelkan aliran air di sungai, River
SWPG Sudi Mampir yang digunakan sebagai
Analysis System (RAS), yang dibuat dan
lokasi studi penelitian.
dikembangkan oleh Hydrologic Engineering
Hasil survei genangan berdasarkan studi
Center (HEC), yang merupakan bagian dari
terdahulu di wilayah SWPG Sudi Mampir,
Institute for Water Resources (IWR), dibawah
utamanya di beberapa ruas jalan protokol
U.S. Army Corps of Engineers (USACE).
berkisar 10-20 cm (DSDAD Kota Banjarmasin,
Program ini adalah program yang di
2013), berkisar 15-20 cm (Jawapos.com) dan
desain untuk menjalankan perhitungan hidraulik
hasil survei lapangan 8-60 cm di beberapa
satu dimensi dan dua dimensi untuk jaringan
kawasan.
sungai/saluran alami maupun saluran buatan
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji
(Hendrasari, 2015). Salah satu keistimewaan
kapasitas tampungan saluran drainase eksisting,
dalam HEC-RAS versi 5.01 berupa tambahan
mengetahui bagaimana pengaruh pasang Sungai
feature untuk analisis dua dimensi. Sehingga
Martapura terhadap sebaran genangan dan
dapat digunakan untuk memodelkan sebaran
menghasilkan penanganan terhadap hasil
genangan akibat luapan Sungai Martapura.
analisis genangan yang terjadi.
HEC-RAS versi 5.01 memiliki empat
DATA DAN METODE komponen analisa sistem sungai satu dimensi
dan satu komponen analisa sistem sungai dua
Metode untuk memperkirakan laju aliran
dimensi yang terdiri dari:
permukaan puncak yang umum dipakai adalah
Solikin, dkk, Penanganan Genangan Dengan Sistem Polder 17

1. Simulasi perhitungan aliran tetap (Steady Perhitungan penelusuran banjir pada


Flow) Polder menggunakan prinsip penelusuran banjir
2. Simulasi perhitungan aliran tidak tetap pada kolam tampungan untuk meninjau
(Unsteady Flow) kemampuan Polder yang direncanakan.
3. Simulasi transport sedimen (Sediment Kapasitas pompa yang digunakan sesuai dengan
Transport) kemampuan polder.
4. Simulasi kualitas air (Water Quality)
5. Floodplain Mapping Pengumpulan Data
Sistem Polder adalah suatu penanganan Data-data yang digunakan dalam
drainase perkotaan dengan cara mengisolasi penelitian adalah berupa data primer dan data
daerah yang dilayani (catchmen area) terhadap sekunder. Data primer diperoleh dengan
masuknya air dari luar sistem baik berupa melakukan observasi pengamatan dan
overflow (limpasan) maupun aliran bawah pengukuran langsung di lapangan. Data primer
permukaan serta mengendalikan ketinggian yang digunakan terdiri dari data saluran
permukaan muka air banjir didalam sistem drainase eksisiting (dimensi, outlet, arah aliran,
sesuai dengan rencana (Al Falah, 2000 dalam kondisi sedimen eksiting) dan data pasang surut
Nugroho, 2012) pada bagian hilir Sungai Martapura.
Untuk mendapatkan data pasut pada
bagian hilir Sungai Martapura dilakukan
observasi pengamatan dan pengukuran selama
16 hari. Observasi dilakukan pada tanggal 19
Juli sampai dengan 5 Agustus 2016 di titik
03o25’14,35” LS dan 115o33’49.36” BT.
(mengingat kesukaran dan keamanan
1. Tanggul Keliling
2. Sungai/laut penempatan peralatan pasut).
3. Stasiun Pompa Agar hasil pengamatan pasut pada bagian
4. Kolam Retensi hilir terintegrasi dengan hasil pangamatan pada
Gambar 1. Elemen Sistem polder stasiun AWLR Menara Pandang yang terletak
Sumber: Herman Mondeel & Hermono S Budinetro, di 03o19’01,8” LS dan 114o35’34.7” BT. maka
dalam Nugroho, 2012 dilakukan pengikatan elevasi pada lokasi
pengamatan di bagian hilir (pengikatan dan
Sistem Polder merupakan penanganan penarikan elevasi berdasarkan nilai BM
banjir secara terintregasi dengan beberapa terdekat, yaitu BM 02 yang terletak di Jembatan
elemen yang penting, diantaranya tanggul Faisal – Teluk Dalam). Data primer selanjutnya
keliling yang melindungi dari pasang air laut, berupa data pasang historis Sungai Martapura
stasiun pompa yang berguna untuk mengontrol (wawancara dan observasi).
elevasi air dan kolam retensi untuk menampung Data sekunder merupakan data yang
sementara air yang kemudian dialirkan ke didapatkan atau bersumber dari instansi-instansi
badan penerima air (Herman Mondeel & terkait dan pernah melakukan pengukuran. Data
Hermono S Budinetro, dalam Nugroho, 2012). sekunder yang digunakan pada penelitian ini
Analisa penelusuran banjir lewat kolam terdiri dari, data curah hujan dari Stasiun Surgi
tampungan dilakukan dengan rumus Mufti selama 15 tahun, Peta topografi hasil
(Limantara, 2010): pemetaan dari Lidar tahun 2012, Peta tata guna
lahan tahun 2012, data dimensi saluran drainase
 I1  I2   O1   O2  dari instansi terkait, data tinggi muka air pada
   Δt   S1  Δt   S 2  .ΔΔ  Sungai Martapura pada Stasiun AWLR Menara
 2   2   2  (4) Pandang, Data batimetri Sungai Martapura
2015.
Dimana, I1 adalah inflow pada saat t1, I2 adalah Pengolahan Data
inflow pada saat t2, Δt adalah interval waktu
antara t1 dan t2, O1 adalah outflow pada saat t1, Untuk melakukan evaluasi kapasitas
O2 adalah outflow pada saat t2, S1 adalah saluran drainase eksisting pada tanggal 30
Storage pada saat t1 dan S2 adalah Storage pada Maret 2016, dilakukan tahapan analisis
saat t2. perhitungan yang terdiri beberapa tahap:
18 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 8, Nomor 1, Mei 2017, hlm 15-25

1. Melakukan uji konsistensi data curah hujan genangan berdasarkan kondisi lokasi dan
2. Menghitung curah hujan rancangan dengan lahan yang tersedia.
Metode Log Pearson Type III
3. Analisa uji kesesuaian distribusi dengan uji HASIL DAN PEMBAHASAN
Chi Kuadrat dan uji Smirnov Kolmogorov
Lokasi Studi
4. Melakukan perhitungan intensitas hujan
dengan menggunakan rumus mononobe Keterbatasan data yang tersedia, sehingga
5. Menentukan dan menghitung luas daerah studi lebih berfokus pada area SWPG Sudi
pengaliran (Dpsal) untuk tiap saluran Mampir dan luapan Sungai Martapura pada
6. Menghitung debit puncak air hujan dengan wilayah administrasi Kota Banjarmasin. Secara
Metode Rasional dari tiap ruas saluran geografis SWPG Sudi Mampir terletak di dalam
7. Menghitung kapasitas tampungan saluran wilayah Kota Banjarmasin, di antara 3o16’46”
drainase eksisting sesuai dengan sampai dengan 3o22’54” Lintang Selatan dan
bentuk/dimensi dari saluran eksisting di 114o31’40” sampai dengan 114o39’55” Bujur
lapangan Timur.
8. Analisa perbandingan/evaluasi kapasitas SPWG Sudi Mampir sesuai hasil analisis
saluran eksisting terhadap debit banjir memiliki luas mencapai ±0.53 km2 dari luas
Kota Banjarmasin yang mencapai ±98.46 km2.
Untuk melakukan evaluasi terhadap
kondisi Sungai Marapura pada tanggal 30 Maret
2016, tahapan analisis yang perlu dilakukan
adalah sebagai berikut:
1. Menghitung dan menentukan tinggi elevasi
pasang sesuai dengan data observasi dan
data pasang historis sebagai input
boundary condition hilir Sungai
Martapura.
2. Melakukan analisa Regresi Linear, untuk
melihat hubungan muka air Sungai
Martapura di bagian hilir dan tengah sesuai Wilayah Kota Banjarmasin

dengan hasil data pengamatan dan hasil


data Stasiun AWLR Menara Pandang. Dari
persamaan hasil analisa regresi linear dapat
diketahui profil muka air Sungai Gambar 2. Lokasi Penelitian
Martapura pada kejadian 30 Maret 2016. Sumber: Google Map, 2016
Hasil tinggi muka air dari persamaan
analisa regresi linear akan digunakan Gambar 2 menunjukkan lokasi SPWG
sebagai kalibrasi pada profil muka air hasil Sudi Mampir dalam wilayah administrasi Kota
simulasi model dari program HEC- Banjarmasin (dalam lingkaran warna merah).
RASv5.01. Garis hitam merupakan wilayah administrasi
3. Menghitung curah hujan rancangan dengan Kota Banjarmasin. Terdapat dua buah sungai
Metode Log Person Type III utama, yaitu Sungai Barito dan Sungai
4. Analisa uji kesesuaian distribusi, yaitu uji Martapura. Sungai Martapura merupakan
Chi Kuadrat dan uji Smirnov Kolmogorov sungai yang melintas tengah kota dan
5. Menghitung debit banjir rancangan Sungai membelah Kota Banjarmasin.
Martapura dengan Metode HSS Nakayasu. Untuk wilayah kawasan SPWG Sudi
6. Input data dalam program HEC-RAS Mampir ditunjukkan pada Gambar 3. Variasi
berupa data pasang, debit banjir rancangan, warna dalam Gambar 3 menunjukkan luas
geometri sungai, dan DEM Daerah Pengaliran Saluran (DPSal) dari
7. Running program HEC-RAS untuk analisa masing-masing tangkapan per saluran drainase.
pemodelan profil muka air sungai dan
genangan pada tanggal 30 Maret 2016
8. Berikutnya memilih salah satu SWPG Sudi
Mampir untuk melakukan analisa
perhitungan/perencanaan penanganan
Solikin, dkk, Penanganan Genangan Dengan Sistem Polder 19

0,4 Debit Banjir (m3/dtk) Kapasitas saluran (m3/dtk)

0,3

Debit (m3/dtk)
0,2

0,1

0,0

Lm18b

Bk10c

Ps7d

Pc10d
Sa18c
Sa16c
Ps6a
Pb2
Lm4

Nu9a
Lm5b

Bk8d
Bk7b
Bk6d
Bk5d
Bk6b
Pb8a
Pb6c
Pb5c

Nu10b
Lm20
Lm9c

Bk9d
Lm19
Lm22
Lm23

Pc8c
Bk5a
Bk7a

Bk7c
Kode Saluran Per Ruas

Gambar 4. Perbandingan debit banjir 32


tahunan dengan kapasitas saluran
Sumber: hasil analisis

0,4 Debit Banjir (m3/dtk) Kapasitas Sal. (m3/dtk)

0,3

Debit (m3/dtk)
0,2

Gambar 3. Lokasi Penelitian SWPG Sudi 0,1


Mampir
Sumber: Google Map, 2016 0,0

Mt4
Sa14d

Sm15c
Sm13c
Sm14b
Sm11b
Sa11a
Sa10a

Ha17b

Ha15b

Sm12a

Um13a

St1
Ha17c
Mt20
Me21
Me20

Ha18a
Ha16a

SmII13b
SmII13d
SmII12b
ISi16d
ISi14c

Um15a

Jp24a
Jp17a
Um3
Jp24b
Sa9b
Sa8b

SmI15d
Br18d
Br16b
Ha19

IISi14a
IISi11c
Evaluasi Terhadap Kapasitas Saluran Kode Saluran Per Ruas
Drainase Eksisting
Gambar 5. Perbandingan debit banjir 32
Pada saat kejadian hujan yang tercatat tahunan dengan kapasitas saluran (lanjutan)
pada ARR Menara Pandang sebesar Sumber: hasil analisis
48 mm/jam, dengan melakukan hitungan
terbalik didapatkan nilai curah hujan (R) Berdasarkan pada Gambar 4 dan Gambar
sebesar 138,46 mm setara dengan hujan 5 dapat disimpulkan bahwa kapasitas saluran
rancangan dengan kala ulang 32 tahun, dengan drainase eksisting di SWPG Sudi Mampir dari
nilai Cs sebesar 1.2957 dan nilai G sebesar total keseluruhan, lebih dari setengah jumlah
2.2621. Dimana hasil analisa frekuensi terhadap total tidak mampu menampung debit banjir
data curah hujan Stasiun Surgi Mufti yang terjadi 30 Maret 2016. Ada 35 ruas
didapatkan nilai curah hujan rancangan dengan saluran yang tidak mampu untuk menampung
berbagai kala ulang disajikan pada Tabel 1. debit kejadian sehingga air melimpas dan
menggenang.
Tabel 1. Curah Hujan Rancangan Stasiun Surgi
Mufti Kondisi Genangan Akibat Hujan
No Kala Ulang Curah Jumlah genangan hujan yang melimpas
Hujan pada tanggal 30 Maret 2016 sebesar 54.470,07
1 1.01 47.30 m3. Hasil perhitungan lengkap disajikan pada
2 2 66.89 Tabel 2.
3 5 87.91 Dengan menggunakan bantuan software
4 10 105.50 autocad dapat diketahui luas lahan dan luas
5 20 127.37 jalan yang ada di SWPG Sudi Mampir.
6 25 132.27 Luas Lahan = 0.530 km2 = 530.290,10 m2
7 50 155.86 Luas Jalan = 0.116 km2 = 115.617,85 m2
Sumber: hasil perhitungan Tinggi rata-rata genangan air hujan di lahan
pada SWPG Sudi Mampir = 0.10272 m
Evaluasi kapasitas saluran drainase = 10.272 cm
eksisting terhadap debit banjir (limpasan) Tinggi rata-rata genangan air hujan di jalan
kejadian 30 Maret 2016 ditunjukkan pada pada SWPG Sudi Mampir = 0.471 m
gambar 4 dan gambar 5. = 47.112 cm
20 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 8, Nomor 1, Mei 2017, hlm 15-25

yang akan digunakan sebagai input untuk


Tabel 2. Volume Genangan Akibat Hujan boundary condition pada program HEC-RAS.
No CH ARR C I A Q T V
(mm/jam) (mm/jam) Km2 (m3/dtk) (jam) (m3) Kejadian = 08 Februari dan 30 Maret 2016
1
2
48
39.6
0.75
0.75
48.000
39.600
0.530
0.530
5.297
4.370
3600
3600
19,070.49
15,733.15 Y = 1.5917 X – 1.4743
3 8.4 0.75 8.400 0.530 0.927 3600 3,337.33
4 1.2 0.75 1.200 0.530 0.132 3600 476.76 X = + 2.10 m
5
6
0.2
0.1
0.75
0.75
0.200
0.100
0.530
0.530
0.022
0.011
3600
3600
79.46
39.73 Maka nilai Y = 1.5917 (2.10) – 1.4743
7 32.8 0.75 32.800 0.530 3.620 3600 13,031.50
8 6.8 0.75 6.800 0.530 0.750 3600 2,701.65 = + 1.87 m
Jumlah 15.131 54,470.07

Sumber: hasil perhitungan 3,00

2,50
y = 1.5917x - 1.4743
Evaluasi Terhadap Kondisi Sungai R² = 0.94326
2,00
Martapura

Observasi (m)
1,50
Pasang Surut
1,00
Sesuai hasil data pengamatan pasang 0,50
surut di bagian hilir Sungai Martapura
0,00
dilakukan analisa untuk menentukan jenis pasut - 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00
dengan melakukan perhitungan bilangan Sta. AWLR Menara

Farrmzahl, sehingga didapatkan hasil Gambar 6. Grafik Hubungan Tinggi Muka


perhitungan sebagai berikut: Sungai Martapura
Sumber: hasil analisis
F = (0.3096+0.2329) / (0.2611+0.0739)
= 1.62 Debit Banjir Rancangan Sungai Martapura
Perhitungan hidrograf ini digunakan
Hasil perhitungan terhadap konstanta untuk mendukung pemodelan hidrolika dengan
harmoni didapatkan data-data elevasi penting menggunakan program HEC-RAS. Hasil
yang disajikan pada Tabel 3. perhitungan debit puncak banjir dengan Metode
Nakayasu disajikan pada Tabel 4.
Tabel 3. Elevasi-Elevasi Penting Pasang Surut
Keterangan Pengamatan Peramalan
Elev. (m) Elev. (m)
Tabel 4. Rekapitulasi Debit Banjir Rancangan
Higher High Water Level 2.62 3.00 Kala Ulang Debit
Mean High Water Level 2.54 2.60 (m3/dtk
Mean Sea Level 1.78 1.80 1.01 395.692
Mean Low Water Level 0.74 1.00
Lower Low Water Level 0.64 0.50
2 566.538
Sumber: hasil analisa 3 607.549
5 647.260
Dapat disimpulkan jenis pasang surut 10 713.177
pada lokasi studi termasuk pasang surut 25 797.800
50 862.018
campuran yang condong ke tunggal (mixed
100 919.233
dominant diurnal).
Sumber: hasil perhitungan
Hubungan Tinggi Muka Air Sungai Berdasarkan hasil simulasi dari beberapa
Martapura debit diketahui profil muka air Sungai
Dengan menggunakan data hasil Martapura kondisi eksisting yang paling
pengamatan dan data AWLR Stasiun Menara mendekati dengan kondisi realita pada saat
Pandang didapatkan hubungan tinggi muka air kejadian tanggal 30 Maret 2016 adalah hasil
hilir dan muka air pada Stasiun AWLR Menara simulasi debit dengan kala ulang 2 tahun (Q2thn
Pandang yang disajikan pada Gambar 6. = 566.54 m3/dtk).
Sehingga didapatkan persamaan y = 1.5917x- Profil muka air hasil simulasi HEC-RAS
1.4743. untuk Q2tahun mendekati profil muka air pada
Dengan menggunakan persamaan saat kejadian 30 Maret 2016. Tinggi muka air
y = 1.5917X-1.4743, dapat diestimasi tinggi hasil simulasi patok 29 (Stasiun Menara
muka air Sungai Martapura pada bagian hilir, Pandang) pada elevasi +2.23 m. Dimana saat
Solikin, dkk, Penanganan Genangan Dengan Sistem Polder 21

kejadian 30 Maret tinggi muka air pada patok terjadi. Berikut pada Gambar 8 disajikan hasil
29 pada elevasi +2.90 m. dari sebaran genangan air akibat luapan air
Hasil simulasi cross section patok 29 sungai dengan debit Q2tahun untuk kejadian 30
disajikan pada Gambar 7. Analisa perhitungan Maret 2016.
hasil Running HEC-RAS untuk debit banjir
rancangan Q2tahun pada kapasitas tampungan
Sungai Martapura disajikan dalam Tabel 5.
Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Running HEC-RAS
Q2tahun
Elevasi Elevasi Q 2 thn (08 Feb dan 30 Maret)
Patok Dasar
Tanggul Elevasi Muka air Kondisi
Saluran
(m) (m) (m)
49 -7.50 2.00 2.68 Melimpas
48 -7.50 2.00 2.67 Melimpas
47 -9.50 2.00 2.66 Melimpas
46 -8.00 2.00 2.63 Melimpas
45 -8.80 2.00 2.61 Melimpas
44 -9.50 2.00 2.60 Melimpas
43 -9.00 2.00 2.58 Melimpas
42 -9.00 2.00 2.57 Melimpas
41 -8.00 2.00 2.55 Melimpas
40 -11.00 2.00 2.54 Melimpas
39 -8.00 2.00 2.53 Melimpas
Gambar 8. Sebaran Genangan Akibat Luapan
38 -8.00 2.00 2.51 Melimpas Sungai Q2tahun (30 Mar 2016)
37 -8.00 2.00 2.50 Melimpas
36 -8.00 2.00 2.47 Melimpas Sumber: hasil analisis
35 -8.00 2.00 2.46 Melimpas
34 -10.00 2.00 2.42 Melimpas
33 -7.00 2.00 2.40 Melimpas Hasil simulasi program HEC-RAS v5.01
32 -8.00 2.00 2.33 Melimpas
31 -11.00 2.00 2.29 Melimpas dengan Q2tahun dapatkan disimpulkan bahwa
30
29
-10.00
-11.00
2.00
2.00
2.28
2.23
Melimpas
Melimpas
hampir seluruh ruas penampang Sungai
28 -12.00 2.00 2.20 Melimpas Martapura (dari hilir hingga hulu) melimpas,
27 -11.00 2.00 2.18 Melimpas
26 -11.50 2.00 2.08 Melimpas elevasi muka air pada patok 11 (hilir) +1.87 m
25 -11.00 2.00 2.09 Melimpas
24 -10.00 2.00 2.09 Melimpas
dan pada patok 49 (hulu) +2.68 m.
23
22
-12.00
-8.00
2.00
2.00
2.07
2.03
Melimpas
Melimpas
Kenaikan muka air Sungai Martapura
21 -13.00 2.00 2.04 Melimpas pada tanggal 30 Maret 2016 mengakibatkan
20 -11.00 2.00 2.01 Melimpas
19 -6.50 2.00 1.99 Aman terjadinya pembendungan aliran dari saluran-
18
17
-8.50
-6.50
2.00
2.00
1.97
1.96
Aman
Aman
saluran drainase sehingga air hujan yang turun
16 -6.50 2.00 1.94 Aman pada saat kejadian melimpah dan menggenang.
15 -10.00 2.00 1.92 Aman
14 -7.00 2.00 1.90 Aman Luas genangan akibat luapan Sungai Martapura
13 -7.50 2.00 1.88 Aman
12 -11.00 2.00 1.87 Aman
sesuai hasil simulasi program HEC-RAS
11 -10.50 2.00 1.87 Aman disajikan pada Tabel 6.
Sumber: hasil perhitungan
Tabel 6. Luas Genangan akibat luapan Sungai
Martapura
luas
Debit Genangan
Lahan
m2
Q 2 thn (30 Maret 2016) 372,944.46
Q 5 thn 4,192,953.47
Q 10 thn 4,742,134.80
Q 25 thn 5,340,766.24
Q 50 thn 5,898,459.63
Gambar 7. Cross Section Sungai Martapura Q 100 thn 6,278,493.58
Patok 29 (30 Maret 2016)
Sumber: hasil analisis Sumber: hasil perhitungan

Kondisi Genangan Akibat Luapan Sungai Tinggi rata-rata genangan akibat luapan
Martapura Sungai Martapura di sekitar kawasan sungai
sesuai hasil program HEC-RAS disajikan pada
Dari proses yang sudah dilakukan maka Tabel 7.
dapat dilihat hasil analisa genangan yang
22 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 8, Nomor 1, Mei 2017, hlm 15-25

Tabel 7. Tinggi Rata-Rata Genangan Akibat


Luapan Sungai Martapura Tabel 10. Tinggi Genangan dalam Kawasan
Tinggi SWPG Sudi Mampir
Rerata Tinggi Rerata
Debit
Genangan di Debit Genangan di
lahan lahan
m m
Q 2 thn (30 Maret 2016) 0.17 Q 2 thn (30 Maret) 0.20
Q 5 thn 0.30 Q 5 thn 0.35
Q 10 thn 0.35 Q 10 thn 0.40
Q 25 thn 0.24 Q 25 thn (Ektrem) 0.50
Q 50 thn 0.24 Q 50 thn 0.55
Q 100 thn 0.26 Q 100 thn 0.65
Sumber: hasil perhitungan Sumber: hasil perhitungan

Volume genangan rata-rata akibat luapan Volume genangan rata-rata akibat luapan
Sungai Martapura di sekitar kawasan sungai Sungai Martapura di dalam kawasan SWPG
sesuai hasil program HEC-RAS disajikan pada Sudi Mampir sesuai hasil program HEC-RAS
Tabel 8. disajikan pada Tabel 11.
Tabel 8. Volume Rata-Rata Genangan Akibat
Tabel 11. Volume Genangan dalam Kawasan
Luapan Sungai Martapura
SWPG Sudi Mampir
Volume
Debit Volume
Genangan Debit
Genangan
m3
m3
Q 2 thn (30 Maret 2016) 61,806.30
Q 2 thn (08 Feb 30
Q 5 thn 1,257,886.04 2,218.69
Maret)
Q 10 thn 1,659,747.18
Q 5 thn 7,522.10
Q 25 thn 1,262,577.52
Q 10 thn 9,457.13
Q 50 thn 1,410,770.74
Q 25 thn (Ektrem) 12,505.56
Q 100 thn 1,657,224.19
Q 50 thn 14,369.73
Sumber: hasil perhitungan
Q 100 thn 17,915.01
Sedangkan hasil perhitungan luas Sumber: hasil perhitungan
genangan khusus di kawasan SWPG Sudi
Mampir disajikan pada Tabel 9. Alternatif Upaya Penanganan Dengan
Sistem Polder
Tabel 9. Luas Genangan dalam Kawasan Pembuatan sistem polder pada kawasan
SWPG Sudi Mampir SWPG Sudi Mampir dilakukan penanggulan
Luas keliling pada kawasan tersebut. Tinggi tanggul
Permukaan dibuat dengan kala ulang 10 tahun debit banjir
Debit
genangan rancangan Sungai Martapura. Perencanaan
Total drainase di dalam sistem polder pada kawasan
m2 SWPG Sudi Mampir digunakan kejadian aktual
Q 2 thn (30 Maret) 11,093.46 30 maret 2016.
Q 5 thn 21,491.70 Sesuai dengan hasil analisis penanganan
Q 10 thn 23,642.84 sistem drainase dalam polder kawasan SWPG
Q 25 thn (Ektrem) 25,011.12 Sudi Mampir dilayani dengan dua sistem kolam
Q 50 thn 26,126.78 tampungan sementara, karena ketersediaan
Q 100 thn 27,561.56 lahan yang sempit.
Sumber: hasil perhitungan
1. Analisa Debit Inflow Kolam
Tinggi rata-rata genangan akibat luapan Tampungan 1
Sungai Martapura di dalam kawasan SWPG Kolam tampungan 1 direncanakan
Sudi Mampir sesuai hasil program HEC-RAS digunakan untuk melayani daerah pengaliran
disajikan pada Tabel 10.
Solikin, dkk, Penanganan Genangan Dengan Sistem Polder 23

dengan luas mencapai ±0,25 km2. Untuk Elevasi dasar kolam = +0.40 m
mempermudah analisa, dibuat skema drainase Elevasi puncak kolam = +3.00 m
pelayanan pada kolam tampungan 1 yang
Dari hasil penelusuran banjir pada
disajikan pada Gambar 9.
kapasitas kolam tampungan 1 dengan debit
pemompaan maksimum sebesar 0.7 m3/dtk
L=330 m

dapat menahan debit banjir di kolam tampungan


Me1

A=0.112
21 22+23 ΣA=0.007
C=0.58
C=0.47
1 pada elevasi maksimum (HWL) +2.29 dengan
19+24 ΣA=0.031
C=0.63
selang waktu 3 jam. Setelah selang waktu 3 jam
L=600 m
J ΣA=0.038 untuk lebih meng-efektif-kan volume kolam
Lm1

A=0.036
20 C=0.60
C=0.70

tampungan dan penghematan pada operasi


Lm2

L=300 m A=0.022 A=0.013 A=0.009 A=0.004 A=0.015


ΣA=0.148 C=0.85 C=0.85 C=0.85 C=0.85 C=0.85
C=0.61
L

ΣA=0.064
17 15 13 12 3 pompa dilakukan penurunan kapasitas pompa.
ΣA=0.250
C=0.67
M K Ha
C=0.85

I
Dengan debit pemompaan maksimum sebesar
ΣA=0.102
C=0.76
L=540 m
0.3 m3/dtk dapat menahan debit banjir di kolam
Kolam
Tampungan 1
tampungan 1 pada elevasi maksimum (HWL) +
2.98 m dengan selang waktu 5 jam.
Gambar 9. Skema Sistem Drainase Kolam
Tampungan 1 2. Analisa Debit Inflow Kolam
Sumber: hasil analisa Tampungan 2

Dari skema diatas didapatkan nilai C Kolam tampungan 2 direncanakan


ekivalen gabungan untuk DPSal pada kolam digunakan untuk melayani daerah pengaliran
tampungan 1 sebesar 0,67. Selanjutnya dengan luas mencapai ±0,281 km2. Untuk
dilakukan trial dan error untuk menentukan mempermudah analisa, dibuat skema drainase
kapasitas kolam tampungan dengan membuat pelayanan pada kolam tampungan 2 yang
hubungan antara komulatif outflow (kapasitas disajikan pada Gambar 11.
maksimum pompa yang akan digunakan) dan A=0.017 A=0.037 A=0.007 A=0.005
C=0.85 C=0.75 C=0.85 C=0.85
komulatif aliran inflow, sehingga didapatkan A=0.022 18 16 14 11
20
grafik hubungan antara komulatif inflow dan C=0.70

L=464 m
ΣA=0.066
C’=0.79

ourflow yang disajikan pada Gambar10. Sa1 A

Jalan Pangeran Samudra


L=387 m
Sa2 B
Jalan Lambung Mangkurat

ΣA=0.043
30.000 C ΣA=0.110 C’=0.85
Inflow Q10thn C’=0.82 9 10 8

25.000 Pompa 0.70 L=474 m


A=0.026 A=0.009 A=0.008
Lm2

A=0.040 C=0.85 C=0.85 C=0.85


C=0.80 4
20.000
Komulatif Aliran (m3)

A=0.018 A=0.018 A=0.019


ΣA=0.051 H 5 C=0.80 C=0.80 C=0.85
15.000 C’=0.77
14.375 m3 5 7+6
10.000 ΣA=0.056
Lm1

ΣA=0.165 C’=0.83
L=603 m C’=0.82 L=740 m

5.000 E Pb1 D
Jalan Pasar Baru
0 ΣA=0.281
C’=0.82
I G Pb2 F
ΣA=0.224
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 C’=0.83
L=735 m
A=0.056
Komulatif Waktu (Jam) C=0.85

2
Gambar 10. Grafik Komulatif Aliran Inflow A=0.056
C=0.85
dan Outflow Kolam Tampungan 1 Kolam Tampungan 2

Sumber: hasil analisa


Gambar 11. Skema Sistem Drainase
Dari grafik diatas didapatkan kapasitas Kolam Tampungan 2
kolam tampungan maksimum mencapai 14375 Sumber: hasil analisa
m3 dengan kapasitas pompa maksimum 0.7
m3/dtk. Dari skema diatas didapatkan nilai C
Data teknis kolam sebagai berikut: ekivalen gabungan untuk DPSal pada kolam
P1 = 100 m tampungan 2 sebesar 0,82. Selanjutnya
P2 = 70 m dilakukan trial dan error untuk menentukan
P3 = 40 m kapasitas kolam tampungan dengan membuat
P4 = 53.33 m hubungan antara komulatif outflow (kapasitas
h = 2.60 m maksimum pompa yang akan digunakan) dan
Luas tampungan maks = 5600 m2 komulatif aliran inflow, sehingga didapatkan
Volume tampungan Maks = 14560 m3
24 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 8, Nomor 1, Mei 2017, hlm 15-25

grafik hubungan antara komulatif inflow dan yang waktunya bersamaan dengan datangnya
ourflow yang disajikan pada Gambar 12. hujan mempengaruhi sebaran genangan yang
terjadi. Munculnya genangan disebabkan oleh
40.000
meluapnya sungai dan terjadinya
35.000
Inflow Q10 pembendungan aliran air dari saluran drainase
30.000 Pompa 0.70
akibat kenaikan pasang. Volume genangan
25.000
Komulatif Aliran (m3)

akibat limpasan hujan 30 Maret 2016 pada


20.000
15.000 19805 m3
SWPG Sudi Mampir sebesar 54.470,07 m3.
10.000 Tinggi rata-rata genangan hujan di jalanan pada
5.000 SWPG Sudi Mampir sebesar 47.1 cm.
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sedangkan tinggi rata-rata genangan hujan di
Komulatif Waktu (Jam) lahan pada SWPG Sudi Mampir sebesar 10.3
Gambar 12. Grafik Komulatif Aliran Inflow cm.
dan Outflow Berdasarkan hasil analisa, maka
Sumber: hasil analisa rekomendasi penanganan yang diusulkan adalah
sebagai berikut: Normalisasi saluran drainase,
Dari grafik diatas didapatkan kapasitas pembuatan tanggul pada ruas sungai yang
kolam tampungan maksimum mencapai 19805 meluap, dan pembuatan sistem polder dengan
m3 dengan kapasitas pompa maksimum 0.7 pelayanan kolam tampungan pada kawasan
m3/dtk. SWPG Sudi Mampir.
Data teknis kolam tampungan 2
L1 = 95 m DAFTAR PUSTAKA
L2 = 46 m Bappeda Provinsi Kalimantan Selatan. 1999.
L3 = 102.12 m Program Pembangunan Prasarana Kota
h = 2.80 m Terpadu (PPPKT) Kalimantan.
Luas tampungan = 7200 m2 Banjarmasin.
Volume tampungan Maks = 20160 m3 Kimpraswil. 2002. Review Outline Plan
Elevasi dasar = +0.20 m Drainase Se Kota Banjarmasin.
Elevasi puncak kolam = +3.00 m Banjarmasin.
Berdasarkan penelusuran kapasitas kolam DSDAD Kota Banjarmasin. 2013. Studi
tampungan yang direncanakan dengan debit Genangan Kota Banjarmasin.
pemompaan maksimum, yaitu 0.7 m3/dtk dapat Hendrasari, E. 2015. Kajian Penanganan
menahan debit banjir di kolam tampungan pada Genangan Pada Sub Sistem Drainase
elevasi maksimum (HWL) + 2.46 dengan Jangkok Kota Mataram. Tesis. Tidak
selang waktu 1 jam. dipublikasikan. Malang: Universitas
Brawijaya.
KESIMPULAN Limantara, L. M. 2010. Hidrologi Praktis.
Kapasitas saluran drainase eksisting di Bandung: Lubuk Agung
SWPG Sudi Mampir sebagian besar tidak Muhlis, A. 2012. Kajian Potensi Zona
mampu menampung debit banjir yang terjadi Genangan Air Kota Banjarmasin. Jurnal
30 Maret 2016. Penelitian. Banjarmasin: Politeknik
Genangan akibat luapan Sungai Negeri Banjarmasin Jurusan Teknik
Martapura: Debit banjir yang terjadi di Sungai Sipil.
Martapura setara dengan kala ulang 2 tahunan, Nugroho, V. T. K. 2012. Evaluasi Sistem
yaitu 566.54 m3/dtk. Luas genangan akibat Polder Kota Lama dan Bandarharjo
luapan sungai total pada SWPG Sudi Mampir Semarang Terhadap Pengendalian
sebesar 11.093,46 m2 dari luas total genangan Banjir Dan Rob. Tesis. Tidak
sebesar 372.944,46 m2. Volume genangan Dipublikasikan. Surakarta: Universitas
akibat luapan sungai pada SWPG Sudi Mampir Sebelas Maret.
adalah sebesar 2.218,68 m3 dari volume total Soemarto, C. D. 1987. Hidrologi Teknik.
genangan sebesar 61.806.30 m3. Tinggi rerata Surabaya: Usaha Nasional.
luapan sungai pada SWPG Sudi Mampir di Suhardjono. 2015. Buku Ajar Drainase
sekitar lingkungan sungai adalah sebesar 20 cm. Perkotaan. Jurusan Teknik Pengairan.
Genangan akibat limpasan hujan: Malang: Universitas Brawijaya.
Kenaikan muka air pasang Sungai Martapura
Solikin, dkk, Penanganan Genangan Dengan Sistem Polder 25

Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan Yang Terhadap Debit Drainase Perkotaan.
Berkelanjutan. Yogyakarta: Andi Offset Surakarta: Jurusan Teknik Sipil UNS.
Susilowati, 2006. Analisis Perubahan Tata www.jawapos.com/read/2016/03/30/22475/huja
Guna Lahan dan Koefisien Limpasan n-deras-sejumlah-ruas-jalan-terendam-
banjir.

Anda mungkin juga menyukai