Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

A. ANATOMI FISIOLOGI

Payudara (buah dada) atau kelenjar mammae adalah salah satu organ


reproduksi pada wanita yang berfungsi
mengeluarkan air susu. Payudara
terdiri dari lobules-lobulus yaitu
kelenjar yang menghasilkan ASI,
tubulus atau duktus yang
menghantarkan ASI dari kelenjar
sampai pada puting susu (nipple).
Kelenjar mammae merupakan cirri
pembeda pada semua mamalia.
Payudara manusia berbentuk kerucut
tapi sering berukuran tidak sama.
Payudara terletak pada hermithoraks kanan dan kiri dengan batas-batas
yang tampak dari sebagai berikut:
1. Batas Superior : iga II atau III
2. Batas Inferior: iga VI atau VII
3. Batas Medial: pinggir sternum
4. Batas Lateral: garis aksillars anterior
Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :
1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.

2. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.

3. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.

1
1. Anatomi payudara
a. Korpus 
Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari
alveolus adalah sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos
dan pembuluh darah.  Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus. 
Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20
lobus pada tiap payudara.  ASI dsalurkan dari alveolus ke dalam
saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung
membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).

b. Areola 
Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar,
akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam
dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila
berkontraksi dapat memompa ASI keluar.

c. Papilla
Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar,
panjang dan terbenam (inverted).

2
 

 Bentuk puting susu normal Bentuk putting susu pendek


 

Bentuk puting susu panjang Bentuk putting susu terbenam/terbalik

Kulit puting susu banyak mengandung pigmen tetapi tidak


berambut. Papilla dermis banyak mengandung kelenjar sabasea.
Sedangkan kulit pada areola juga banyak mengandung pigmen, tetapi
berbeda dengan kulit puting susu, ia kadang-kadang mengandung
folikel rambut. Kelenjar sebaseanya biasanya terlihat sebagai nodulus
kecil pada permukaan areola dan disebut kelenjar Montgomery.
Kelenjar payudara (mammae, susu) terletak di bawah kulit, di atas
otot dada. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang
beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat
menyusui 800 gram.
Payudara dibagi menjadi empat kuadran. Dua garis khayalan
ditarik melalui puting susu, masing-masing saling tegak lurus. Jika

3
payudara dibayangkan sebgai piringan sebuah jam, satu garis
menghubungkan “jam 12 dengan jam 6” dan garis lainnya
menghubungkan “ jam 3 dengan jam 9”. Empat kuadran yang
dihasilkannya adalah kuadran atas luar (supero lateral), kuadran atas
dalam (supero medial), kuadran bawah luar (infero lateral), dan
kuadran bawah dalam (infro medial). 
Ekor payudara merupakan perluasan kuadran atas luar (supero
lateral). Ekor payudara memanjang sampai ke aksilla dan cenderung
lebih tebal ketimbang payudara lainnya. Kuadran luar atas ini
mengandung masa jaringan kelenjar mammae yang lebih banyak atau
langsung di belakang areola dan sering menjadi tempat neoplasia. 
Pada kuadran media atas dan lateral bawah, jaringan kelenjarnya
lebih sedikit jumlahnya, dan yang paling minimal adalah yang di
kuadran medial bawah. Jaringan kelenjar payudara tambahan dapat
terjadi di sepanjang garis susu, yang membentang dari lipatan garis
aksillaris anterior, menurun hingga lipatan paha.
Payudara normal mengandung jaringan kelenjar, duktus, jaringan
otot penyokong lemak, pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe.

d. Jaringan Kelenjar, Duktus dan Jaringan Penyokong


Jaringan kelenjar terdiri dari 15-25 lobus yang tersebar radier
mengelilingi puting. Tiap-tiap segmen mempunyai satu aliran yang
akan berdilatasi, sesampainya di belakang areola. Pada retro areolar
ini, duktus yang berdilatasi itu, menjadi lembut, kecuali saat dan
selama ibu menyusui, duktus ini akan mengalami distensi. Masing-
masiang duktus ini tak berisi, dan mempunyai satu bukaan ke arah
puting (duktus eksretorius). 
Tiap lobus dibagi menjadi 50-57 lobulus, yang bermuara ke dalam
suatu duktus yang mengalirkan isinya ke dalam duktus askretorius
lobulus itu. Setiap lobulus terdiri atas sekelompok alveolus yang
bermuara ke dalam laktiferus (saluran air susu) yang bergabung
dengan duktus-duktus lainnya, untuk membentuk saluran yang lebih

4
besar dan berakhir ke dalam saluran sekretorik. Ketika saluran-saluran
ini mendekati puting, saluran-saluran ini akan membesar, untuk
menjadi tempat penampungan air susu (yang disebut sinus laktiferus),
kemudian saluran-saluran tersebut menyempit lagi dan menembus
puting dan bermuara di atas permukaannya.
Di antara kelenjar susu dan fasia pektrolis, juga di antara kulit dan
kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak. Di antara lobulus
tersebut, ada jaringan ikat yang disebut ligamentum cooper yang
merupakan tonjolan jaringan payudara, yang bersatu dengan lapisan
luar fasia superfisialis yang berfungsi sebagai struktur penyokong dan
memberi rangka untuk payudara.

2. Vaskularisasi Payudara
a. Arteri
Payudara mendapat aliran darah dari:
1) Cabang-cabang perforantesa mammaria interna. Cabang-cabang I,
II, III, IV, V dari a. mammaria interna menembus di dinding dada
dekat tepi sternum pada interkostal yang sesuai, menembus m.
pektoralis mayor dan memberi aliran darah pada tepi medial
glandulla mamma.
2) Rami pektoralis a. thorako-akromialis. Arteri ini berjalan turun di
antara m. pektoralis minor dan m. pektoralis mayor. Pembuluh ini
merupakan pembuluh utama m. pektoralis mayor, arteri ini akan
memberikan aliran darah ke glandula mamma bagian dalam (deep
surface)
3) A. thorakalis lateralis (a. mammae eksternal). Pembuluh darah ini
berjalan turun menyusuri tepi lateral muskulus (otot = m)
pektoralis mayor untuk mendarahi bagian lateral payudara.
4) A. thorako-dorsalis. Pembuluh darah ini merupakan cabang dari a.
subskapularis. Arteri i memberikan aliran darah ke m. latissmus
dorsi dan m. serratus magnus. Walaupun arteri ini tidak
memberikan pendarahan pada glandula mamma, tetapi sangat

5
penting artinya, karena pada tindakan radikal mastektomi,
pendarahan yang terjadi akibat putusnya arteri ini sulit dikontrol,
sehingga daerah ini dinamakan “ the bloody angel”.

b. Vena 
Pada daerah payudara terdapat tiga grup vena:
1) Cabang-cabang perforantes v. mammaria interna
Vena ini merupakan vena yang tersebar pada jaringan payudara
yang mengalirkan darah dari payudara dan bermuara pada v.
Mammaria interna yang kemudian bermuara pada v. minominata.
2) Cabang-cabang v. aksillaris, yang terdiri dari v. thorako-
akromialis. v. thoraklais lateralis dan v. thorako-dorsalis. 
3) Vena-vena kecil bermuara pada v. interkostalis Vena interkostalis
bermuara pada v. Vertebralis, kemudian bermuara pada. Azygos
(melalui vena-vena ini, keganasan pada payudara akan dapat
bermetastase langsung ke paru).

3. Sistem Limfatik Pada Payudara


a. Pembuluh Getah bening
1) Pembuluh getah bening aksilla:
Pembuluh getah bening aksilla ini mengalirkan getah bening dari
daerah-daerah sekitar areola mamma, kuadaran lateral bawah dan
kuadaran lateral atas payudara
2) Pembuluh getah bening mammaria interna:
Saluran limfe ini mengalirkan getah bening dari bagian dalam dan
medial payudara. Pembuluh ini berjalan di atas fasia pektorlais lalu
menembus fasia tersebut sistem pertorntes menembus m. pektrolis
mayor. Kemudian berjalan ke medial bersama-sama dengan sisitem
pertorntes menembus m. interkostalis dan bermuara ke dalam
kelenjar getah bening mamaria interna. 
Dari kelenjar mammaria interna, getah bening menglilr melalui
trunkus limfatikus mamaria interna. Sebagian akan bermuara pada v.

6
kava, sebagian akan bermuara ke duktus thorasikus (untuk sisi kiri)
dan duktus limfatikus deksrta(untuk sisi kanan)
Pembuluh getah bening di daerah tepi medial kuadran medial
bawah payudara. Pembuluh ini berjalan bersama-sama vasa epigastrika
superior, menembus fasia rektus dan masuk ke dalam kelenjar getah
bening preperikadial anterior yang terletak di tepi atas diafragma, di
atas ligmentum falsiform. Kelenjar getah bening ini juga menampung
getah bening dari diafragma, ligamentum falsiforme dan bagian antero
superior hepar. Dari kelenjar ini, limfe mengalir melalui trunkus
limfatikus mammaria interna.

b. Kelenjar-kelenjar Getah Bening


Kelenjar getah bening aksilla
Terdapat enam grup kelenjar getah bening aksilla:
1) Kelenjar getah bening mammae eksterna. 
Untaian kelenjar ini terletak di bawah tepi lateral m. pektoralis
mayor, sepanjang tepi medial aksilla. Grup ini dibagi dalam 2
kelompok:
 Kelompok superior, terletak setinggi ingerkostal II-III
 Kelompok inferior, terletak setinggi interkostal IV-V-VI
2) Kelenjar getah bening scapula. 
Terletak sepajang v. subskapularis dan thoralodoralis, mulai dari
percabangan v. aksillaris mejadi v. subskapularis, sampai ke
tempat masuknya v. thorako-dorsalis ke dalam m. latissimus dorsi.
3) Kelenjar getah bening sentral (central nodes).
Terletak di dalam jaringan lemak di pusat aksila. Kadang-kadang
beberapa di antaranya terletak sangat superficial, di bawah kulit
dan fasia pada pusat aksila, kira-kira pada pertengahan lipat aksila
depan dan belakang. Kelenjar getah bening ini adalah kelenjar
getah bening yang paling mudah diraba dan merupakan kelenjar
aksilla yang terbesar dan terbanyak jumlahnya.

7
4) Kelenjar getah bening interpektoral (rotters nodes).
Terletak antara m. pektoralis mayor dan minor, sepanjang rami
pektoralis v. thorako-akromialis. Jumlahnya satu sampai empat
buah.
5) Kelenjar getah v. aksillaris.
Kelenjar-kelenjar ini terletak sepanjang v. aksillaris bagian lateral,
mulai dari white tendon m. laitssimus dorsi sampai ke sedikit
medial dari percabangan v. aksillaris-v.thorako akromialis.
6) Kelenjar getah bening subklavikula.
Terletak di sepanjang v.aksillaris, mulai dari sedikit medial
percabangan v.aksillaris-v.thorako-aktomialis sampai dimana v.
aksillaris menghilang di bawah tendo m.subklavius. kelenjar ini
merupakan kelenjar aksilla yang tertinggi dan termedial letakya.
Semua getah bening yang berasal dari kelenjar-kelenjar getah
bening aksilla masuk ke dalam kelenjar ini. Seluruh kelenjar getah
bening aksilla ini terletak di bawah fasia kostokorakoid.
7) Kelenjar getah bening prepektoral
Kelenjar getah bening ini merupakan kelenjar tunggal yang
kadang-kadang terletak di bawah kulit atau di dalam jaringan
payudara kuadran lateral atas disebut prepektoral karena terletak di
atas fasia pektoralis.
8) Kelenjar getah bening interna
Kelenjar-kelenjar ini terdapat di sepanjangt trunkus limfatikus
mammaria interna, kira-kira 3 cm dari tepi sternum, terletak di
dalam lemak di atas fasia endothoraiska. Pada sela tiga, diperkiran
jumlahnya sekitar 6-8 buah.

4. Susunan Saraf
Susunan saraf payudara berasal dari cabang cutaneneous cervical dan
saraf thorako spinal. Cabang saraf ketiga dan keempat cutaneus dari plexus
cervicalis, melewati bagian anterior, berakhir di jajaran tulang tiga yang

8
kedua. Cabang-cabang ini menyuplai sensor ke bagian payudara atas, saraf
thoracic spinal, T3, T6 membentuk saraf intercostals dan bercabang dari
otot peectoralis major dekat sternum untuk mensuplai sensor ke bagian
lateral payudara. Percabangan T2 memasuki bagian atas tubuh saraf
interkostobrachial dan mensuplai sensor ke aksila. Susunan saraf areola
dan puting susu disuplai oleh saraf parikang thoracic yang bercabang-
cabang dengan bentuk membulat.
a. Laktasi
  Masing-masing payudara terdiri atas sekitar 20 percabangan duktus
yang terbuka melalui sinus ke atas permukaan putting susu. Terdapat
benang-benang penyangga dari jaringan fibrosa yang melekatkan ke
dinding dada, dan terdapat banyak sel-sel lemak di antara lobulus.
Sistem duktus telah terbentuk dengan baik setelah pubertas, karena
keterlibatan estrogen, tetapi sekretorius asini hanya berkembang pada
kehamilan di bawah pengaruh kadar progesterone yang tinggi.
Prolaktin, suatu hormon dari kelenjar hipofisis, meningkatkan aksi
baik pada estrogen maupun progesterone.
Setelah kelahiran anak, penurunan kadar estrogen dan progesterone
menyebabkan peningkatan sekresi prolaktin dan hal ini merangsang
sekresi air susu ibu oleh kelenjar asini. Sekresi yang pertama
dihasilkan adalah kolostrum cairan yang kaya akan protein yang
mengandung antibody. Setelah hari ketiga terbentuk laktasi normal.
Penghisapan bayi pada payudara merangsang puting susu
menyebabkan refleks sekresi dari hormon oksitosin dari kelenjar
hipofisis anterior. Oksitosin menyebabkan kontraksi serat-serat otot
polos di sekitar asini dan air susu dengan cepat diejeksikan dari putting
susu. Suatu refleks yang dikenal sebagai “letdown”  terbentuk pada
beberapa hari pertama menyusui tetapi dengan jelas dipengaruhi oleh
emosi. Pelepasan oksitosin juga membantu uterus untuk berkontraksi
sehingga uterus kembali ke ukuran normalnya.

9
b. Prolaktin
Suatu hormon yang disekresi oleh glandula pituitaria interior,
penting untuk produksi air susu ibu, tetapi walaupun kadar hormon ini
di dalam sirkulasi maternal meningkat selama kehamilan, bekerjanya
hormon ini dihambat oleh hormon plasenta. Dengan lepasnya /
keluarnya plasenta pada akhir proses persalinan, maka kadar estrogen
dan progesteron berangsur-angsur turun sampai tinfkat dapat
dilepaskannya dan diaktifkannya prolaktin.
Terjadinya suatu kenaikan pemasokan darah beredar lewat
payudara dan dapat diekstaksi bahan penting  untuk pembentukan air
susu. Globulin, lemak dan molekul-molekul protein dari darah sel-sel
sekretoris akan membengkakkan acini dan mendorongkannya menuju
ke tubuli laktifer.
Kenaikan kadar prolaktin akan menghambat ovulasi dan dengan
demikian juga mempunyai fungsi kontrasepsi, tetapi ibu perlu
memberikan air susu 2 sampai 3 kali setiap jam agar pengaruhnya
benar-benar efektif.
Dua faktor yang terlibat dalam mengalirkan air susu dari sel-sel
sekretorik ke papilla mamae: tekanan dari belakang dan efek
neurohormonal.

B. DEFINISI
Kanker payudara adalah kanker yang berasal dari kelenjar, saluran
kelenjar, dan jaringan penunjang payudara (Luwia, 2003). Menurut Cahyani
cit Pramadhiani (2000) kanker payudara adalah benjolan pada payudara yang
tumbuh secara abnormal terus menerus dan tidak terkendali. Kanker payudara
adalah kanker yang relatif sering dijumpai pada wanita merupakan penyebab
kematian utama pada wanita berusia antara 45 dan 64 tahun (Elizaberth J.
Corwin, 2000 : G67). Kanker payudara adalah jenis kanker kedua penyebab
kematian karena kanker pada wanita, dengan perkiraan 46.000 meninggal
pada tahun 1994. (Danielle Gale, RN. MS, 1999 : 127). Kanker payudara
merupakan salah satu kanker yang terbanyak ditemukan di Indonesia biasanya

10
ditemukan umur 40-49 tahun dan letak terbanyak dikuadran lateral atas
(Mansjoer, 2000 : 283)

C. ETIOLOGI
Karsinoma mammae secara pasti tidak diketahui penyebabnya tapi
pencetus yang sering disebabkan olah estorogen yang lebih dikenal sebagai
estorogen dependent mengandung eseptor yang mengikat estradiol, suatu tife
esterogen yang pertumbuhnya diangsang oleh esterogen, karena reseptor ini
tidak muncul pada jaringan payudara yang normal

D. MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejala paling dini adalah berupa tumbuhnya benjolan pada
daerah mamae
Klasifikasi TNM Kanker Payudara/mammae
Tahapan ukuran tumor Keterlibatan nodul Metatasis
I kurang dari 2 cm Tidak aa NO Tidak ada (MO)
II Kurang dari 5 cm (T1 dan Axillary nodes dapat Tidak ada (MO)
T2) berpindah (N1)
III lebih dari 5 cm dengan Axillary nodes tetap Tidak ada (MO)
invai kulit atau melebar pada atu dpat berpindah (N
dinding dada dan N2)
IV setiap ukuran Setiap nodes Ya (M1)

E. PROGNOSIS
Prognosa kanker payudara dlam hal pencapaiansurvival yang tinggi dan
perbaikan kualitas idup dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor prognostik
primer antara lain :
1. Status kelenjar getah ening (lympa node status) : jum;ah kelenjar getah
bening invasi kapsul
2. Diameter tumor (tumor size) : diametr tumor mempunyai korelasi dengan
penyebarannya kelenjar getah bening
3. Hormon reseptor (HR) status : esterogen reseptor (ER), progesteron
reseptor (PR)
4. Histopathology status : nuclear rade, histologic grade

11
5. S-phase: indeks profilasi sell
6. DNA ploidy : ondeks diploid dan undiploid cell
7. HER-2 /new reseptor(C-er B-2 reseptor
8. P53
9. Epiermal growth faktor reseptor (EGFR)
10. Cathepsin D
11. Angiognesis
12. Umur
13. Staadium panyakit

F. PATOLOGI
Ket :
 Apoptosis : program sel dimatikan kalau abnormal
 Protoencogen : mengatur proses pertumbuhan
 Tumor supresor gen : yang mengatur pertumbuhan
 BCL2 & MDM 2 : meregulasi protein yang dihasilkan oleh
gen suppresor
 NER(Nucleotine eksesion refair): gen perbaikkan
 P53 : protein yang mengatur expresi P21
 P21 : protein yang menekan CDK4,6
 CDK : Cyclin dependent protein kinase yang
berperan dalam pembelahan sel

G. PATOFISIOLOGI
Kanker payudara adalah penyakit yang terjadi jika terjadi kerusakan
genetik pada DNA dari sel epitel payudara. Ada banyak jenis dari kanker
payudara. Perubahan genetik ditemukan pada sel epitel, menjalar ke duktus
atau jaringan lobular. Tingkat dari pertumbuhan kanker tergantung pada efek
dari estrogen dan progesteron. Kanker dapat berupa invasif (infiltrasi) maupun
noninvasif (in situ). Kanker payudara invasif atau infiltrasi dapat berkembang
ke dinding duktus dan jaringan sekitar, sejauh ini kanker yang banyak terjadi
adalah invasif duktus karsinoma. Duktus karsinoma berasal dari duktus

12
lactiferous dan bentuknya seperti tentakel yang menyerang struktur payudara
di sekitarnya. Tumornya biasanya unilateral, tidak bisa digambarkan, padat,
non mobile, dan nontender. Lobular karsinoma berasal dari lobus payudara.
Biasanya bilateral dan tidak teraba. Nipple karsinoma (paget’s disease) berasal
dari puting. Biasanya terjadi dengan invasif duktal karsinoma. Perdarahan,
berdarah, dan terjadi pengerasan puting (Lowdermilk et al 2000).
Kanker payudara dapat menyerang jaringan sekitar sehingga mempunyai
tentakel. Pola pertumbuhan invasif dapat menghasilkan tumor irregular yang
bisa terapa saat palpasi. Pada saat tumor berkembang, terjadi fibrosis di
sekitarnya dan memendekkan Cooper’s ligamen. Saat Cooper’s ligamen
memendek, mengakibatkan terjadinya peau d’orange (kulit berwarna orange)
perubahan kulit dan edema berhubungan dengan kanker payudara. Jika kanker
payudara menyerang duktus limpatik, tumor dapat berkembang di nodus
limpa, biasanya menyerang nodus limpa axila. Tumor bisa merusak lapisan
kulit, menyebabkan ulserasi. Metastasis diakibatkan oleh kanker payudara
yang menempati darah dan sistem lympa, menyebabkan perkembangan tumor
di tulang, paru-paru, otak, dan hati (Lowdermilk et al 2000, Swart 2011)

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Deteksi awal dilakukan untuk mencegah perkembangan kanker payudara.
Tumor payudara yang lebih kecilk lebih mudah diobati bila terdeteksi dan
prognosisnya lebih baik. Pemeriksaan untk mendetaksi kanker payudara
antara lain: (Breast Health UK 2010, Swart 2011).
1. Pemeriksaan payudara sendiri
Pemeriksaan payudara sendiri dan pemeriksaan payudara klinis adalah
prosedur murah dan tidak invasif untuk pemeriksaan payudara. Apabila
ditemukan indikasi yang abnormal, yaitu benjolan atau penebalan pada
jaringan payudara, sakit pada salah satu payudara atau pada ketiak. Satu
payudara menjadi lebih besar atau lebih rendah, puting tertarik ke dalam
atau berubah posisi, perubahan kulit (mengkerut), bengkak di bawah
ketiak ayau tulang selangka, ruam pada atau sekitar kulit. Jika ada tanda-
tanda tersebut harus dilakukan tiga pengkajian, yaitu pemeriksaan klinis

13
payudara, mammografi atau ultrasonografi, dan biopsi 
2. Mammografi
Mamografi menggunakan sinar x dosis rendah untuk membuat gambaran
rinci dari payudara. Mammografi bisa mendeteksi kanker payudara pada
tahap awal, bisa menunjukkan lesi yang tidak bisa dideteksi dengan
pemeriksaan payudara klinis. Ada 2 dua jenis pemeriksaan mamografi,
skrining dan diagnostik. Skrining payudara dilakukan pada wanita tanpa
gejala misalnya ketika ada benjolan pada payudara atau putting discharge
ditemukan ada pemeriksaan payudara sendiri atau kelainan yang
ditemukan selama skrining mamografi. Wanita dengan implan payudara
atau riwayat penyakit kanker payudara menggunakan diagnostik
mamografi.
3. Ultrasonografi
Ultrasonografi dari lesi mencurigakan terdeteksi pada mamografi atau
pemeriksaan fisik. Ultrasonografi digunakan terutama sebagai metode
relatif murah dan efektif untuk membedakan massa kistik payudara, yang
tidak memerlukan sampling, dari massa payudara padat yang biasanya
diperiksa dengan biopsi, dalam banyak kasus, hasil dari biopsi adalah
tumor jinak. Namun, sekarang mapan yang ultrasonografi juga
memberikan informasi berharga tentang sifat dan tingkat massa padat dan
lesi payudara lainnya.
4. MRI
MRI digunakan untuk beberapa kasus, yaitu : kasus kanker payudara
dengan hasil mammografi negatif, untuk mengetahui ukuran tumor dalam
kanker lobular invasif, untuk memantau respon kanker payudara terhadap
terapi preoreratif, ada kejanggalan antara penilaian pengkajian awal
terhadap gumpalan di payudara.
5. Infra merah digital
6. Positron Emision Tomography Scanning
PET scanning digunakan untuk mengidentifikasi metastasis kelenjar getah
bening nonaxilary untuk kanker payudara stadium lanjut dan kanker
payudara inflamatory sebelum memulai terapi non adjuvant.

14
7. Tes Genetik
Penyebab utama dari pewarisan kanker payudara adalah mutasi dari gen
BRCA1 atau BRCA2, yang merupakan faktor resiko dari pengembangan
penyakit lain. Akan tetapi gen ini sangat jarang ditemukan pada populasi
wanita dengan kanker payudara. Tes ini sudah dilakukan di Amerika
Serikat.

I. PENATALAKSANAAN
1. Pembedahan
Terapi bedah bertujuan kuratif dan paliatif
Jenis terapi : lokal /lokoregional
Jenis terapi : terapi utama /terapi tambahan
Prinsif terapi kuratif bedah
Pengangkatan sel kanker secara kuratif dapat dilakukan dengan cara :
 Modified radikal mastektomi
 Breast conversing treatment (BCT) ± rekontruksi payudara
 Tumorrektomi /lumpektomi /kuadran tektomi /parsial mastektomi ±
diseksi axsila
Pengobatan bedah kuratif dilakukan pada kanker payudara dini
(stadium 0, I, dan II), dan pegobatan paliatif bedah adalah dengan
mengangkat kanker payudara secara makroskopis dan masih
meninggalkan sel kanker secara mikroskopis dan biasanya dilakukan pada
stadium II dan IV dan juga untk mengurangi keluhan-keluhan penderita
baik perdarahan, patah tulang dan pengobatan ulkus.
Tipe-tipe pembedahan untuk membuang ca mammae
 Lympectomi
Pembuangan sederhana benjolan tumor
 Mastektomi parsial
Pembuangan tumor dan 2,5 – 7,5 cm (1 sampai3 inci) jaringan
sekitarnya ubcutaneoous
 Mastektomy
Pembuangan seluruh jaringan yang mendasari tumor payudara ,

15
meninggalkan /membiarkan kulit, areola dan memasukkan putting
intact)
 Mastectomy sederhana
Menghilangkan seluruh payudara tapi tidak dengan nodus axillary
 Modifikasi mastektomy radikal
Menghilangkan seluruh payudara (dengan atau tanpa pectoralis minor)
menghilangkan beberapa axilla lympa nodes
 Mastectoy radikal :
Menghilangkan seluruh payudara, acillary lympa nodes, pectolaris
muscle (besar atau kecil, dan lemak dan fasia yang berdekatan dengan
pembedahan
2. Radioterapi
Pegobatan radioterapi adalah untu penobatanlokal /lokoregional yang
sifatnya bisa kuratif ataupaliatif. Radioterapi dapat merupakan terapi
utama , misalnya pada operasi BCT dan kanker payudara stadium lanjut
III. Sebagai terapi tambahan/adjuvan biasanya diberikan bersama dengan
terapi bedah dan kemoterapi pada kanker stadium I, II dan IIIA .
Pengobatan kemoterapi umumnya diberikan dalam regimen poliferasi
lebih baik dibanding pemberian pengobatan monofaramasi / monoterapi
3. Hormon terapi
Pengobatan hormon terapi untuk pengobatan sistemik untuk
meningkatkan survival, yaitu dengan pemberian anti esterogen,
pemberian hormon aromatase inhibitor, antiGn RH, ovorektomi.
Pemberian hormon ini sebagai adjuvan stadium I, II, III, IV terutama pada
pasiien yangreceptor hormon positif, hormon terpi dapat juga digunakan
sebagai terapi pravelensi kanker payudara.
4. Terapi Paliatif dan pain
Terapi paliatif untuk dapat dikerjakan sesuai dengan keluhan pasien,
untuk tujuan perbaikan kualitas hidup. Dapat bersifat medikamentosa,
paliatif (pemberian obat-obat paliatif) dan non medicamentosa (radiasi
paliatif dan pembedahan paliatif)
5. Immunoterapi dan ioterapi

16
Sampai saat ini penggunaan immunoterapi seperti pemberian interferon,
modified molekuler, biologi agent, masih bersifat terbatas sebagai terapi
adjuvan untuk mendukung keberhasilan pengobatan-pengobatan lainnya.
Pengobatan bioterapi dengan rekayasa genetika u ntuk mengoreksi mutasi
genetik untuk mengoreksi mutasi genetik masih dalam penelitian.
6. Rehabilitasi fisik dan psikis
Penderita kanker payudara sebaiknya setelah mendapat pengobatan
konvensiobnal seperti pembedahan, penyinaran, kemoterapi sebaiknya
dilakukan rehabolitasi fisik untuk mencegah timbulnya komplikasi akiabt
treatment tersebut. Rehabilitasi psikis juga diperlukan untuk mendorong
semangat hidup yang lebh baik.
7. Kemoterapi
Pengobatan kemoterapi adalah pengobatan sisitemik yang mengguanakan
obat-obat sitostatika melalui aliran sisitemik, sebagai terapi utama pada
kanker stadium lanjut (stadium IIIB dan IV) dan sebagai terapi tambahan
Pada kasus karsinoma mammae dapat dilakukan pengobatan dengan
radiasi dan pengangkatan mammae (Mastektomi). Pengangatan
tergantung sejauh mana pertumbuhan dan penyebaranya dipilih berdasar
stadiumnya dan chemotherapy.

17

Anda mungkin juga menyukai