Anda di halaman 1dari 17

KEPERAWATAN ANAK

ANAK DENGAN POTENSI KECERDASAN/BAKAT ISTIMEWA

DISUSUN OLEH:

FITRI AMALIA (PO.71.20.2.20.012)

DOSEN PEMBIMBING:

SUPARNO, APP, M.KES

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BATURAJA

TAHUN AJARAN 2020/2021


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesulitan belajar merupakan suatu keadaan dalam proses belajar mengajar dimana anak tidak dapat
belajar sebagaimana mestinya. Kesulitan belajar pada dasarnya adalah suatu gejala yang nampak dalam
berbagai manivestasi tingkahlaku, baik secara langsung maupun tidak langsung.Kesulitan belajar anak
tentu saja tidak boleh di diamkan begitu saja karena hal ini akan sangat menghambat anak dalam
memperoleh prestasi selain itu apabila hal ini di diamkan ini akan lebih menghambat anak untuk belajar
ke depannya.

Kesulitan dalam belajar dapat di sebabkan karena beberapa faktor.Bisa dari faktor internal ( diri anak )
dan juga faktor eksternal ( dari luar anak ) .Faktor internal ini bisa di sebabkan karena anak mempunyai
perbedaan dengan anak yang lainnya dan sering juga di sebut anak dengan kebutuhan khusus . Dalam
hal ini kebutuhan khusus bukan berarti anak mempunyai kekurangan . Anak Cerdas Istimewa / Berbakat
Istimewa juga termasuk anak yang berkebutuhan khusus atau sering di sebut dengan anak Gifted atau
anak Superior.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari anak cerdas istimewa / berbakat istimewa (gifted) ?

2. Apa ciri-ciri anak yang memiliki cerdas istimewa / berbakat istimewa (gifted) ?

3. Apa penyebab anak memiliki cerdas istimewa / berbakat istimewa (gifted) ?

4. Apa jenis anak berkebutuhan khusus cerdas istimewa / berbakat istimewa (gifted) ?

5. Bagaimana cara mengajar anak yang memiliki cerdas istimewa / berbakat istimewa (gifted) ?

6. Bagaimana memberi bimbingan kepada orang tua yang memiliki anak cerdas istimewa / berbakat
istimewa (gifted) ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Anak yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa (gifted) adalah anak yang secara
significant memiliki mempunyai IQ 140 atau lebih, potensi diatas rata-rata dalam bidang kemampuan
umum, akademik khusus, kreativitas, kepemimpinan, seni dan/atau olahraga. Anak berkebutuhan
khusus atau gifted (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada
umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.

Menurut definisi yang dikemukakan Renzuli, anak berbakat (gifted) memiliki pengertian, "Anak berbakat
merupakan satu interaksi diantara tiga sifat dasar manusia yang menyatu ikatan terdiri dari kemampuan
umum dengan tingkatnya di atas kemampuan rata- rata, komitmen yang tinggi terhadap tugas-tugas
dan kreativitas yang tinggi. Anak berbakat (gifted) ialah anak yang memiliki kecakapan dalam
mengembangkan gabungan ketiga sifat ini dan mengaplikasikan dalam setiap tindakan yang bernilai.
Anak-anak yang mampu mewujudkan ketiga sifat itu di masyarakat memperoleh kesempatan
pendidikan yang luas dan pelayanan yang berbeda dengan program-program pengajaran yang reguler
(Swssing, 1985).

Pengertian lain menyebutkan bahwa anak gifted adalah anak yang mempunyai potensi unggul di atas
potensi yang dimiliki oleh anak-anak normal. Para ahli dalam bidang anak-anak gifted memiliki
pandangan sama ialah keunggulan lebih bersifat bawaan dari pada manipulasi lingkungan sesudah anak
dilahirkan.

Keunggulan lain yang telah disepakati oleh para ahli ialah anak-anak gifted mempunyai superioritas
dalam bidang akademik. Kiranya hal itu tidak sulit untuk dimengerti, sebab salah satu syarat penting
untuk meraih prestasi akademik tertentu ialah persyaratan intelegensi.

Kepribadian memang merupakan salah satu sumbangan yang dapat diberikan oleh anak atau orang-
orang gifted. Dengan dasar kepribadian yang baik maka akan dilahirkan pula karya-karya yang baik pula,
sehingga maslahat (manfaat) yang diberikan menjadi lebih besar dibandingkan mudharatnya. Seperti
kita ketahui bahwa sebuah karya yang besar tentu saja akan memberikan pengaruh yang besar pula
kepada hidup dan kehidupan manusia.

Penggunaan istilah potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa berkait erat dengan latar belakang
teoritis yang digunakan. Potensi kecerdasan berhubungan dengan kemampuan intelektual, sedangkan
bakat tidak hanya terbatas pada kemampuan intelektual. Proses mengidentifikasi anak cerdas istimewa
dilakukan dengan menggunakan pendekatan multi dimensional. Artinya kriteria yang digunakan lebih
dari satu (bukan sekedar intelegensi). Batasan yang digunakan adalah anak yang memiliki dimensi
kemampuan umum pada taraf cerdas ditetapkan skor IQ 130 ke atas dengan pengukuran menggunakan
skala wechsler.
B. CIRI-CIRI / KARAKTER

Karakteristik Anak dengan Cerdas Istimewa/Berbakat Istimewa

Karakteristik anak berbakat ditinjau dari segi akademik, sosial/emosi, dan fisik/kesehatan.

1. Karakteristik Akademik

Adapun karakteristik yang dimiliki oleh seorang anak berbakat, diantaranya:

a. Memiliki ketekunan dan rasa ingin tahu yang benar,

b. Keranjinan membaca,

c. Menikmati sekolah dan belajar.

d. Memiliki perhatian yang lama terhadap suatu bidang akademik khusus,

e. Memiliki pemahaman yang sangat maju tentang konsep, metode, dan terminologi dari bidang
akademik khusus,

f. Mampu mengaplikasikan berbagai konsep dari bidang akademik khusus yang dipelajari pada
aktivitas-aktivitas bidang lain,

g. Kesediaan mencurahkan sejumlah besar perhatian dan usaha untuk mencapai standar yang lebih
tinggi dalam suatu bidang akademik,

h. Memiliki sifat kompetitif yang tinggi dalam suatu bidang akademik dan motivasi yang tinggi untuk
berbuat yang terbaik, dan

i. Belajar dengan cepat dalam suatu bidang akademik khusus.

j. Mudah menyerap pelajaran.

Salah satu contoh yang digambarkan oleh Kirk (1986) bahwa seorang anak berbakat berusia 10 tahun, ia
memiliki kemampuan akademik dalam hal membaca sama dengan anak normal usia 14 tahun, dan
berhitung sama dengan usia 11 tahun, anak ini memiliki keberbakatan dalam membaca.

2. Karakteristik Sosial

Ada beberapa ciri individu yang memiliki keberbakatan sosial, yaitu:

a. Diterima oleh mayoritas dari teman-teman sebaya dan orang dewasa,


b. Keterlibatan mereka dalam berbagai kegiatan sosial, mereka memberikan sumbangan positif dan
konstruktif,

c. Kecenderungan dipandang sebagai juru pemisah dalam pertengkaran dan pengambil kebijakan
oleh teman sebayanya,

d. Memiliki kepercayaan tentang kesamaan derajat semua orang dan jujur,

e. Perilakunya tidak defensif dan memiliki tenggang rasa,

f. Bebas dari tekanan emosi dan mampu mengontrol ekspresi emosional sehingga relevan dengan
situasi,

g. Mampu mempertahankan hubungan abadi dengan teman sebaya dan orang dewasa,

h. Mampu merangsang perilaku produktif bagi orang lain, dan

i. Memiliki kapasitas yang luar biasa untuk menanggulangi situasi sosial dengan cerdas, dan humor.

Dicontohkan pula oleh Kirk bahwa anak yang berbakat dalam hal social dan emosi, bahwa seorang anak
berusia 10 tahun memperlihatkan kemampuan penyesuaian sosial dan emosi (sikap periang,
bersemangat, kooperatif, bertanggung jawab, mengerjakan tugasnya dengan baik, membantu temannya
yang kurang mampu dan akrab dalam bermain). Sikap-sikap yang diperlihatkannya itu sama dengan
sikap anak normal usia 16 tahun.

3. Karakteristik Fisik/Kesehatan

Dalam segi fisik, anak berbakat memperlihatkan :

a. memiliki penampilan yang menarik dan rapi,

b. kesehatannya berada lebih baik atau di atas rata-rata, (studi longitudinal Terman dalam Samuel A.
Kirk, 1986).Dicontohkan pula oleh Kirk bahwa seorang anak berbakat usia 10 tahun memiliki tinggi dan
berat badan sama dengan usianya. Yang menunjukkan perbedaan adalah koordinasi geraknya sama
dengan anak normal usia 12 tahun. Mereka juga memperlihatkan sifat rapi.

Karakteristik anak berbakat secara umum, seperti yang dikemukakan oleh Renzulli, 1981 (dalam Sisk,
1987) menyatakan bahwa keberbakatan (giftedness) menunjukkan keterkaitan antara 3 kelompok ciri-
ciri, yaitu (a) kemampuan kecerdasan jauh di atas rata-rata, (b) kreativitas tinggi dan (c) tanggung jawab
atau pengikatan diri terhadap tugas (task commitment). Masing-masing ciri mempunyai peran yang
menentukan.

Seseorang dikatakan berbakat intelektual jika mempunyai inteligensia tinggi. Sedangkan kreativitas
adalah sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, memberikan gagasan baru,
kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan yang baru antara unsur-unsur yang sudah ada.
Demikian pula berlaku bagi pengikatan diri terhadap tugas. Hal inilah yang mendorong seseorang untuk
tekun dan ulet meskipun mengalami berbagai rintangan dan hambatan karena ia telah mengikatkan
diri pada tugas atas kehendaknya sendiri.

1. Karakteristik Intelektual-Kognitif

a. Menunjukkan atau memiliki ide-ide yang orisinal, gagasan-gagasan yang tidak lazim, pikiran-pikiran
kreatif.

b. Mampu menghubungkan ide-ide yang nampak tidak berkaitan menjadi suatu konsep yang utuh.

c. Menunjukkan kemampuan bernalar yang sangat tinggi.

d. Mampu menggeneralisir suatu masalah yang rumit menjadi suatu hal yang sederhana dan mudah
dipahami.

e. Memiliki kecepatan yang sangat tinggi dalam memecahkan masalah.

f. Menunjukkan daya imajinasi yang luar biasa.

g. Memiliki perbendaharaan kosakata yang sangat kaya dan mampu mengartikulasikannya dengan baik.

h. Biasanya fasih dalam berkomunikasi lisan, senang bermain atau merangkai kata-kata.

i. Sangat cepat dalam memahami pembicaraan atau pelajaran yang diberikan.

j. Memiliki daya ingat jangka panjang (long term memory) yang kuat.

k. Mampu menangkap ide-ide abstrak dalam konsep matematika dan/atau sains.

l. Memiliki kemampuan membaca yang sangat cepat.

m. Banyak gagasan dan mampu menginspirasi orang lain.

n. Memikirkan sesuatu secara kompleks, abstrak, dan dalam.

o. Mampu memikirkan tentang beragam gagasan atau persoalan dalam waktu yang bersamaan dan
cepat mengaitkan satu dengan yang lainnya.

2. Karakteristik Persepsi/Emosi

a. Sangat peka perasaannya.

b. Menunjukkan gaya bercanda atau humor yang tidak lazim (sinis, tepat sasaran dalam
menertawakan sesuatu hal tapi tanpa terasa dapat menyakiti perasaan orang lain).

c. Sangat perseptif dengan beragam bentuk emosi orang lain (peka dengan sesuatu yang tidak
dirasakan oleh orang-orang lain).
d. Memiliki perasaan yang dalam atas sesuatu.

e. Peka dengan adanya perubahan kecil dalam lingkungan sekitar (suara, aroma, cahaya).

f. Pada umumnya introvert.

g. Memandang suatu persoalan dari berbagai macam sudut pandang.

h. Sangat terbuka dengan pengalaman atau hal-hal baru

i. Alaminya memiliki ketulusan hati yang lebih dalam dibanding anak lain.

3. Karakteristik Motivasi dan Nilai-Nilai Hidup

a. Menuntut kesempurnaan dalam melakukan sesuatu (perfectionistic).

b. Memiliki dan menetapkan standar yang sangat tinggi bagi diri sendiri dan orang lain.

c. Memiliki rasa ingin tahu dan kepenasaran yang sangat tinggi.

d. Sangat mandiri, sering merasa tidak perlu bantuan orang lain, tidak terpengaruh oleh hadiah atau
pujian dari luar untuk melakukan sesuatu (self driven).

e. Selalu berusaha mencari kebenaran, mempertanyakan dogma, mencari makna hidup.

f. Melakukan sesuatu atas dasar nilai-nilai filsafat yang seringkali sulit dipahami orang lain.

g. Senang menghadapi tantangan, pengambil risiko, menunjukkan perilaku yang dianggap


“nyerempet-nyerempet bahaya” .

h. Sangat peduli dengan moralitas dan nilai-nilai keadilan, kejujuran, integritas.

i. Memiliki minat yang beragam dan terentang luas.

4. Karakteristik Aktifitas

a. Punya energi yang seolah tak pernah habis, selalu aktif beraktifitas dari satu hal ke hal lain tanpa
terlihat lelah.

b. Sulit memulai tidur tapi cepat terbangun, waktu tidur yang lebih sedikit dibanding anak normal.

c. Sangat waspada.

d. Rentang perhatian yang panjang, mampu berkonsentrasi pada satu persoalan dalam waktu yang
sangat lama.
e. Tekun, gigih, pantang menyerah.

f. Cepat bosan dengan situasi rutin, pikiran yang tidak pernah diam, selalu memunculkan hal-hal baru
untuk dilakukan.

g. Spontanitas yang tinggi.

C. Etiologi

Faktor yang menyebabkan Anak dengan Cerdas Istimewa/Berbakat Istimewa

(gifted)

1. Hereditas

Hereditas adalah faktor yang diwariskan dari orang tua, meliputi kecerdasan, kreatif produktif,
kemampuan memimpin, kemampuan seni dan psikomotor. Dalam diri seseorang telah ditentukan
adanya faktor bawaan yang ada setiap orang, dan bakat bawaan tersebut juga berbeda setiap orangnya.
Namun U. Branfenbrenner dan Scarr Salaptek menyatakan secara tegas bahwa sekarang tidak ada
kesangsian mengenai faktor genetika mempunyai andil yang besar terhadap kemampuan mental
seseorang.

2. Lingkungan

Lingkungan, hal-hal yang mempengaruhi perkembangan anak berbakat ditinjau dari segi lingkungannya
(keluarga, sekolah dan masyarakat). Lingkungan mempunyai peran yang sangat besar dalam
mempengaruhi keberbakatan seorang anak. Walaupun seorang anak mempunyai bakat yang tinggi
terhadap suatu bidang, tanpa adanya dukungan dan perhatian dari lingkungannya seperti, masyarakat
tempat dia bersosialisasi, keluarga tempat ia menjalani kehidupan berkeluarga, tempat dia menjalani
kehidupan dan mengembangkan keberbakatan itu dapat membantunya dalam mencapai ataupun
memaksimalkan bakatnya tersebut.

D. PATOFISIOLOGI

Anak berbakat atau anak cerdas istimewa / bakat istimewa atau CIBI atau anak gifted termasuk dalam
kategori jenis anak berkebutuhan permanen dalam kesulitan belajar. Anak berbakat atau anak yang
memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan
(intelegensi), kreatifitas, dan tanggung jawab terhadap tugas (task commitment) diatas anak-anak
seusianya (anak normal), sehingga untuk mewujudkan potensinya menjadi prestasi nyata, memerlukan
pelayanan pendidikan khusus.

Adapun tipe ini disampaikan pada Seminar Nasional Potensi Luar Biasa Sejuta Anak Cerdas Istimewa,
pada tanggal 23 Februari 2010 di Jakarta.

1. Tipe I (The Succesful)

Dalam dunia pendidikan, menurut Betts dan Neihart, anak-anak gifted yang terindentifikasi sebanyak 90
persen adalah dari kelompok tipe ini. Mereka adalah anak-anak yang mampu meraih yang sangat baik,
dan dapat mengikuti sistem pendidikan konvensional dengan baik. Mereka mendengarkan dan
mempelajari dengan baik apa yang diajarkan baik di sekolah maupun di rumah. Dalam berbagai tes atau
ujian mereka juga meraih skor yang tinggi, disamping itu mereka dapat terpilih dan mendapatkan
tempat dalam program pendidikan anak gifted.

Terhadapnya, lingkungan baik pihak sekolah maupun orang tua sangat percaya bahwa dirinya dapat
meraih prestasi sebaik-baiknya. Ia sangat disenangi oleh sekolah, orang tua dan diterima dengan baik
oleh teman-teman sebanyanya. Ia juga tidak mengalami masalah dalam pergaulan. Perkembangan sosial
emosionalnya sangat baik. Terhadap anak-anak ini pula, orang disekitarnya tidak melihat apa
kekurangannya. Namun sebetulnya ia kurang bisa belajar secara mandiri. Ia mendapatkan prestasi
karena dukungan dan bimbingan. Bukan karena mengembangkan minatnya secara mandiri.
Kelihatannya ia memiliki konsep diri yang positif, sebagai bentukan karena ia mempunyai prestasi yang
baik dan lingkungan yang dapat menerima dirinya dengan baik. Mereka memang menyabet nilai
kompetensi yang tinggi saat sekolah. Namun sebetulnya mereka tidak bisa mengembangkan talentanya
secara mandiri.

2. Tipe II (The Challenging)

Tipe ini sering tidak teridentifikasi oleh sekolah atau orang tua karena mereka tidak menunjukkan
prestasi yang baik. Mereka biasa melakukan segala sesuatu secara spontan dan seringkali spontanitas itu
dianggap kegiatan yang mengacaukan, tidak teratur dan tidak patuh. Anak kelompok ini biasanya
memiliki tingkat kreatifitas yang sangat tinggi, namun tidak belajar untuk memanfaatkan kebolehannya.
Anak ini lebih banyak frustasi karena sistem pendidikan tidak memberikan keleluasan dan perhatian
kepada mereka baik kreatifitasnya maupun talentanya.

Kelompok gifted ini adalah kelompok anak yang beresiko tinggi, karena luput dari perhatian dan tidak
ditangani dengan baik dan berakibat pada putus sekolah, perilaku bermasalah dan masuk ke dalam
sirkuit kenakalan remaja dan penyalahgunaan obat terlarang.
3. Tipe III (The Underground)

Kelompok ini adalah kelompok yang menyembunyikan talenta dan kemampuannya. Umumnya terjadi
pada kelompok gifted perempuan diusia sekolah lanjutan pertama. Mereka cenderung
menyembunyikan kemampuannya untuk bisa diterima oleh teman sebayanya. Pada lelaki biasanya
terjadi ketika masa usia SMA karena mereka meresppon perkembangan sosial yang terjadi
disekelilingnya. Ciri mereka biasanya diawal tahun pelajaran cenderung mampu memaksimalkan
kemampuannnya, namun ketika menjelang akhir mereka mengalami penurunan yang drastis dan
bahkan menolak kelebihan yang ada pada dirinya.

Anak seperti ini adalah kelompok anak yang merasa tidak nyaman, tidak aman dan merasa cemas.
Bahkan tekanan tidak hanya muncul dari dirinya sendiri, namun juga dari lingkungan. Teman sebayanya
menekan kemampuan mereka untuk bisa menerima kelebihan mereka. Tidak hanya itu bahkan orang
tua dan guru sekalipun memberikan tekanan yang tidak kalah beratnya kepada mereka.

4. Tipe IV (The Dropouts)

Kelompok ini memiliki potensi yang tinggi namun tidak mendapatkan dukungan yang baik dari sekolah
dan orang tua. Mereka cenderung tidak bisa memunculkan prestasinya dengan harapan dan
kemampuannya sendiri. Sistem pendidikan di sekolah menyebabkan ke-frustasi-an dan pada akhirnya
membawanya pada penarikan diri dan kondisi depresi.

Tipe ini merupakan dampak dari tidak adanya penanganan yang baik untuk anak kelompok II atau The
Chalanging yang berlanjut kepada frustasi dan depresi. Frustasi dan depresi ini bisa muncul di sekolah
tingkat lanjut namun pada dasarnya telah dimulai sejak pendidikan dasar. Droupout bukan saja dalam
bentuk prestasi sekolah yang menurun namun juga secara mental dan emosional.

Kelompok ini memang merupakan kelompok anak gifted yang terlambat diidentifikasi. Di sekolah dasar
ia tidak terdekteksi sebagai anak gifted. Akhirnya anak seperti ini tidak memiliki mitivasi internal yang
sangat lemah. Kelompok ini membutuhkan kerjasama dengan yang baik dengan orang yang dewasa
yang memang dipercayai. Orang tua juga memerlukan bimbingan khusus agar dapat menghadapinya
dengan baik. Kepada anak ini perlu dilakukan tes untuk melihat dibagian apa kekuatannya.

5. Tipe V (The Double Labeled)

Merupakan kelompok gifted yang memiliki gangguan secara fisik, emosional tatupun gangguan belajar
(learning disabilities). Anak kelompok ini memerlukan program khusus untuk modifikasi program yang
sesuai dengan kondisinya. Seringkali ia tidak menunjukkan prestasi sebagaimana anak gifted pada
umumnya karena mereka lebih sering dilihat dari sisi lemahnya, bukan kekuatannya. Misalnya tulisan
yang jelek disebabkan karena motorik halusnya terganggu atau perilakunya yang kacau sehingga tidak
dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik.

Anak-anak ini juga seringkali kesulitan menyelesaikan tugas-tugasnya karena ketidakbiasaannya sebagai
akibat gangguan yang memang kasat mata.

Bila sekolah dan orang tua tidak mampu menemukan sumber kekurangannya lalu berlanjut secara terus
menerus maka akan memunculkan kefrustasian, merasa tidak dihargai, tak dibantu dan merasa terasing.
Bahkan si anak sendiri mungkin tidak mengakui dan menyadari sumber masalahnya sendiri secara
spesifik.

Sekolah dan orang tua sering tidak mengakui bahwa sesungguhnya anak itu luar biasa karena memang
secara fisik dan tampilam, mereka tidak mampu memperlihatkannya secara baik. Karena tidak
teridentifikasi, pihak sekolah hanya melihat dan menangani kekurangannya saja namun faktpr
kelebihannya tidak terkelola dengan baik.

6. Tipe VI (The Outonomous Learner)

Anak gifted yang sangat mandiri dan mempunyai jiwa kepemimpinan yang sangat kuat. Ia dapat
mengembangkan diri secara kreatif dan mampu memanfaatkan segala sesuatu yang ditawarkan dalam
pendidikan. Apa yang didapatkan dari sekolah dapat ia kembangkan sendiri sebagai sesutau yang baru.
Ia tidak tergantung kepada orang lain dan sangat independen. Ia dapat menentukan sendiri apa yang
ingin dicapainya, mempunyai sikap diri yang positif. Ia juga mampu mengekspresikan perasaan, tujuan
dan cita-citanya dengan baik dan bebas. Ia sangat disayangi oleh lingkungan dan mendapatkan
dukungan positif. Biasanya ia terpilih menjadi pemimpin dalam kelompoknya, baik di sekolah maupun d
masyarakat.

E. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

Dua Faktor

Kesuksesan mendidik anak genius setidak-tidaknya ditentu- kan dua faktor yang tidak dapat saling
dipisahkan: guru pendamping dan manajemen kelas. Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan
program pendidikan anak genius di Kota Yogyakarta, sepertinya dinas pendidikan sudah menyiapkan
guru pendamping khusus. Kalau benar, ini merupakan langkah strategis untuk merealisasi program:
pasalnya, mencari guru pendamping khusus anak genius bukan merupakan pekerjaan mudah.
Seorang guru pendamping anak genius atau guru pendamping khusus di samping harus cerdas juga
dituntut kreatif dan memiliki pengalaman mendidik anak cerdas dan/atau anak genius. Praktiknya nanti,
tidak sembarang guru SD bisa mendampingi siswanya yang genius. Di sisi lain, guru pendamping khusus
anak genius di SD dimungkinkan sebagian justru bukan guru SD.

Faktor kedua menyangkut manajemen kelas yang berpotensi menjadi masalah rumit untuk mengelola
anak genius. Kalau dalam satu kelas di SD nanti ada empat anak genius saja, misalnya, jangan pernah
dibayangkan bahwa keempat anak tersebut memiliki potensi, keinginan, minat dan kemampuan yang
sama. Bisa jadi anak yang satu ingin ke timur, sedangkan ketiga yang lain ingin ke barat, ke utara, dan ke
selatan.

Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta menginformasikan bahwa pendidikan anak genius nantinya akan
dilakukan secara inklusif. Artinya, anak-anak genius nantinya akan dibaurkan menjadi satu dengan siswa-
siswa lain. Kiranya perlu diingat bahwa mendidik anak genius secara inklusif (berbaur) ini tidak lebih
mudah dibandingkan dengan eksklusif (khusus) karena semua perlakuan terhadap anak genius harus
mempertimbangkan perlakuan terhadap siswa lainnya: soal waktu, soal tempat, soal suasana, soal
materi, dan sebagainya.

Pendidikan Khusus bagi Peserta Didik Cerdas Istimewa/Bakat Istimewa (gifted) adalah wujud layanan
pendidikan, setidak-tidaknya terdapat tiga pendekatan untuk mendidik anak genius, masing-masing
adalah pendekatan pengayaan, gabungan program percepatan dengan pengayaan dan pendekatan
pengelompokan.

Bentuk Program (pendekatan )Pendidikan Khusus bagi PDCI/BI (Gifted)

1. Program Pengayaan (enrichment), adalah pemberian pelayanan pendidikan kepada PDCI/BI yang
dimiliki, dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas tambahan yang bersifat perluasan/pendalaman
setelah yang bersangkutan menyelesaiakan tugas-tugas yang diprogramkan untuk peserta didik lainnya.
Praktiknya nanti, anak genius yang menjadi siswa SD dapat diberi tugas perpustakaan, belajar bebas,
mempelajari kasus tertentu, dan sebagainya. Program ini cocok untuk peserta didik yang
bertipe“enriched leaner” .

Bentuk layanan ini antara lain dilakukan dengan memperkaya materi melalui kegiatan-kegiatan
penelitian dsb, dan atau mendapat pengayaan dengan pendalaman terutama bila ia akan mengikuti
lomba kejuaraan mata pelajaran tertentu (contoh: mengikuti olimpiade matematika, biologi, fisika,
astronomi dst). Fokus layanan untuk kelompok ini adalah pada perluasan/pendalaman materi yang
dipelajari dan bukan pada kecepatan waktu belajar di kelas. Artinya, kelompok ini tetap menyelesaikan
pendidikan di SD/MI dalam jangka waktu 6 tahun atau di SMP/MTs dan SMA/MA dalam waktu 3 tahun.

2. Gabungan program percepatan dan pengayaan (acceleration-enrichment), adalah pemberian


layanan pendidikan PDCI/BI untuk dapat menyelesaikan program regular dalam jangka waktu yang lebih
singkat disbanding temen-temannya yang tidak mengambil program tersebut. Artinya waktu yang
digunakan untuk menyelesaikan program belajar bagi siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa lebih cepatdibandingkan dengan siswa reguler. Pada satuan pendidikan Sekolah Dasar (SD),
dari 6 (enam) tahun dapat dipercepat menjadi 5 (lima) tahun. Sedangkan pada satuan pendidikan
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) masing-masing dari 3 (tiga) tahun
dapat dipercepat menjadi 2 (dua) tahun.

Dalam program ini peserta didik tidak semata-mata memperoleh percepatan waktu penyelesaian studi
di sekolah, tetapi sekaligus memperoleh eskalasi atau pengayaan materi dengan penyediaan
kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat perluasan/pendalaman. Pengayaan dapat
dilakukan secara horizontal (menunjuk pada pengalaman belajar di tingkat pendidikan yang sama, tetapi
lebih luas) maupun vertikal(meningkatkan kompleksitasnya). Bentuk layanan ini antara lain melalui
kegiatan-kegiatan penelitian ketika peserta didik mengikuti lomba kejuaraan untuk mata pelajaran
tertentu (contoh: mengikuti olimpiade matematika, biologi, fisika, astronomi dst).

3. Pendekatan pengelompokan dapat ditempuh dengan mengelompokkan anak-anak genius jadi satu
dan menerima pembelajaran khusus. Praktiknya nanti, anak-anak genius bisa dikelompokkan ke dalam
sekolah atau SD khusus, atau ke dalam kelas khusus di suatu SD, atau tetap saja berbaur dengan siswa
lain tetapi terjadwal pertemuan khusus.

Bentuk Penyelenggaraan Pendidikan Khusus Bagi PDCI/BI (Gifted)

Penyelengaraan program pendidikan khusus bagi Peserta Didik Cerdas Istimewa/Bakat Istimewa
(PDCI/BI) dapat dilakukan dalam beberapa kemungkinan pelayanan anak berbakat dengan cara sebagai
berikut:

1. Menyelenggarakan program akselerasi khusus untuk anak-anak berbakat. Program akselerasi dapat
dilakukan dengan cara "lompat kelas", artinya anak dari Taman Kanak-Kanak misalnya tidak harus
melalui kelas I Sekolah Dasar, tetapi misalnya langsung ke kelas II, atau bahkan ke kelas III Sekolah Dasar.
Demikian juga dari kelas III Sekolah Dasar bisa saja langsung ke kelas V jika memang anaknya sudah
matang untuk menempuhnya. Jadi program akselerasi dapat dilakukan untuk: (1) seluruh mata
pelajaran, atau disebut akselerasi kelas, ataupun (2) akselerasi untuk beberapa mata pelajaran saja.
Dalam program akselerasi untuk seluruh mata pelajaran berarti anak tidak perlu menempuh kelas secara
berturutan, tetapi dapat melompati kelas tertentu, misalnya anak kelas I Sekolah Dasar langsung naik ke
kelas III. Dapat juga program akselerasi hanya diberlakukan untuk mata pelajaran yang luar biasa saja.
Misalnya saja anak kelas I Sekolah Dasar yang berbakat istimewa dalam bidang matematika, maka ia
diperkenankan menempuh pelajaran matematika di kelas III, tetapi pelajaran lain tetap di kelas I.
Demikian juga kalau ada anak kelas II Sekolah Dasar yang sangat maju dalam bidang bahasa Inggris, ia
boleh mengikuti pelajaran bahasa Inggris di kelas V atau VI.

2. Home-schooling (pendidikan non formal di luar sekolah). Jika sekolah keberatan dengan pelayanan
anak berbakat menggunakan model akselerasi kelas atau akselerasi mata pelajaran, maka cara lain yang
dapat ditempuh adalah memberikan pendidikan tambahan di rumah/di luar sekolah, yang sering disebut
home-schooling. Dalam home-schooling orang tua atau tenaga ahli yang ditunjuk bisa membuat
program khusus yang sesuai dengan bakat istimewa anak yang bersangkutan. Pada suatu ketika jika
anak sudah siap kembali ke sekolah, maka ia bisa saja dikembalikan ke sekolah pada kelas tertentu yang
cocok dengan tingkat perkembangannya.

3. Menyelenggarakan kelas-kelas tradisional dengan pendekatan individual. Dalam model ini biasanya
bias disebut kelas inklusif adalah kelas yang memberikan layanan kepada peserta didik yang memiliki
potensi kecerdasan istimewa dalam proses pembelajaran bergabung dengan peserta didik program
regular. Jumlah anak per kelas harus sangat terbatas sehingga perhatian guru terhadap perbedaan
individual masih bisa cukup memadai, misalnya maksimum 20 anak. Masing-masing anak didorong
untuk belajar menurut ritmenya masing-masing. Anak yang sudah sangat maju diberi tugas dan materi
yang lebih banyak dan lebih mendalam daripada anak lainnya; sebaliknya anak yang agak lamban diberi
materi dan tugas yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Demikian pula guru harus siap dengan
berbagai bahan yang mungkin akan dipilih oleh anak untuk dipelajari. Guru dalam hal ini menjadi sangat
sibuk dengan memberikan perhatian individual kepada anak yang berbeda-beda tingkat perkembangan
dan ritme belajarnya. Mata pelajaran yang diberikan pada saat peserta didik CI/BI dikelas khusus adalah
mata-mata pelajaran lain diluar rumpun matematika dan ilmu pengetahuan alam (IPA)

4. Membangun kelas khusus untuk anak berbakat. Dalam hal ini anak-anak yang memiliki
bakat/kemampuan yang kurang lebih sama dikumpulkan dan diberi pendidikan khusus yang berbeda
dari kelas-kelas tradisional bagi anak-anak seusianya. Kelas seperti ini pun harus merupakan kelas kecil
di mana pendekatan individual lebih diutamakan daripada pendekatan klasikal. Kelas khusus anak
berbakat harus memiliki kurikulum khusus yang dirancang tersendiri sesuai dengan kebutuhan anak-
anak berbakat. Sistem evaluasi dan pembelajarannyapun harus dibuat yang sesuai dengan kebutuhan
mereka. Mata pelajaran yang diberikan pada saat peserta didik CI/BI dikelas khusus adalah mata-mata
pelajaran yang termasuk dalam rumpun matematika dan ilmu pengetahuan alam (IPA)

Pembelajaran
Pendidikan khusus bagi PDCI/BI di satuan pendidikan SD/MI melaksanakan program pendidikan dengan
menggunakan sistem paket, sedangkan pada satuan pendidikan SMP/MTs, SMA/MA menggunakan
Sistem Paket atau Satuan Kredit Semester (SKS).

1. Sistem Paket adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya
diwajibkan mengikuti seluruh program pembelajaran dan beban belajar yang sudah ditetapkan untuk
setiap kelas yang sesuai dengan struktur kurikulum yang berlaku pada satuan pendidikan. Beban belajar
setiap mata pelajaran sistem paket dinyatakan pada satuan jam pembelajaran.

2. Sistem Kredit Semester adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya
menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti setiap semester pada satuan
pendidikan. Beban belajar setiap mata pelajaran pada sistem kredit semester dinyatakan dalam Satuan
Kredit Semester (SKS). Beban Belajar satu SKS meliputi satu jam pembelajaran tatap muka, satu jam
penugasan terstruktur, dan satu jam kegiatan mandiri tidak terstruktur.

Kegiatan Pembelajaran untuk pendidikan khusus bagi PDCI/BI, terutama untuk mata pelajaran
Matematika dan rumpun Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) harus menggunakan bahasa pengantar bahasa
Inggris dan berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Pembelajaran MIPA dilakukan dalam kelas
khusus, sedangkan mata pelajaran lainya dilakukan dikelas regular.

Metode dan strategi pembelajaran

Metode untuk mengajar siswa gifted seharusnya mendorong mereka ke arah pemikiran abstrak
(pemikiran operasional-formal), kreativitas, membaca teks-teks asli tingkat tinggi, dan kemandirian,
bukan hanya mempelajari fakta-fakta dengan kuantitas yang lebih besar. Salah satu metode yang cocok
untuk untuk siswa-siswa ini adalah metode cooperative learning (pembelajaran kooperatif) di kelompok
kemampuan campuran.

Strategi pembelajaran yang sesuai denagan kebutuhan anak berbakat akan mendorong anak tersebut
untuk berprestasi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam meneentukan strategi pembelajaran adalah :

1. Pembelajaran harus diwarnai dengan kecepatan dan tingkat kompleksitas.

2. Tidak hanya mengembangkan kecerdasan intelektual semata tetapi juga mengembangkan


kecerdasan emosional.

3. Berorientasi pada modifikasi proses, content dan produk.


Model-model layanan yang bias diberikan pada anak berbakat yaitu model layanan perkembangan
kognitif-afektif, nilai, moral, kreativitas dan bidang khusus.

F. BIMBINGAN PADA ORANG TUA

Untuk anak berkebutuhan khusus, guru bisa memberikan bimbingan kepada orang tua bagaimana cara
yang seharusnya dilakukan untuk mendampingi anak mereka yang memiliki kebutuhan khusus. Ada
beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua :

1. Persiapkan diri. Ada beberapa fase yang akan dilakukan orang tua, seperti menyangkal,
menyalahkan, hingga menerima keadaan anak. Menurut Prof. Frieda, “Akan lebih mudah jika orang tua
mempunyai komunikasi dengan berbagai pihak, seperti support group (misalnya, Parent Support
Group), dokter yang sangat informatif, dll. Dengan begitu, Anda bisa mendapat dukungan dan informasi
yang akurat tentang masalah yang dihadapi anak.”

2. Membuka diri. Secara bertahap, menerima keadaan anak dan tidak menyerah begitu saja. Setiap
anak pasti mempunyai kemampuan atau bakat, sehingga orang tua perlu membantu anak untuk melalui
masa-masa ini.

3. Selalu pantaulah. Ketika anak tidak berkembang sesuai usianya, coba amati apa yang terjadi
dengannya. Bila mencurigai sesuatu, segera ke dokter anak. Dari ini, Mama bisa mendapat solusi apakah
anak cukup ditangani dokter anak, atau haruskah ke psikolog, terapis, dll.

4. Dampingi anak. Anak perlu mendapat bantuan. Nah, orang tua harus selalu mendampinginya.
Secara bertahap, kurangi ketergantungan anak pada Anda. Dari pendampingan sepenuhnya, sedikit
demikian sedikit dikurangi, hingga akhirnya anak mandiri.” Anak memang harus dilatih keterampilan helf
help, terutama sebelum anak mulai sekolah. Misalnya, toiletering, makan/minum sendiri, atau bisa
mengatur dirinya sendiri (yakni mengetahui barang miliknya),” ujar Prof. Frieda.

5. Banyak-banyaklah menstimulasi. Dari lahir sampai 5 tahun adalah masanya untuk menstimulasi
anak dengan cara mengajak bermain, bernyanyi, mengobrol, bercerita, dll. “Sayangnya, begitu melihat
ada yang tidak beres, anak langsung diterapi atau dimasukkan ke sekolah oleh orang tuanya. Orang tua
tidak melihat bagaimana pola pengasuhannya di rumah, yakni ia lebih asyik dengan dirinya sendiri, anak
lebih banyak ditangani babysitter,” kata dr. Handryastuti. Jadi, luangkan waktu untuk menstimulasi anak.

6. Bekerja sama dengan sekolah. Kerja sama antara orang tua dan sekolah harus intens dan
bersinergi. Komunikasi yang baik antara keduanya akan membuat anak lebih mudah beradaptasi di
sekolah. Selain itu, pada saat ini, pemerintah telah menyediakan sekolah inklusi, yakni sekolah regular
(biasa) yang menerima anak berkebutuhan khusus ini dan menyediakan sistem layanan pendidikan yang
disesuaikan dengan kebutuhan anak tanpa kebutuhan khusus dan anak berkebutuhan khusus.

Biasanya, diadaptasi kurikulum, pembelajaran, penilaian, dan sarana prasarananya. “Di sekolah inklusi
biasanya ada GPK (Guru Pembimbing Khusus) yang memang terlatih untuk menangani anak-anak ini. Ia
akan member remedial teaching, datang ke kelas untuk mengamati anak, atau menarik akan secara
bergantian ke kelas khusus untuk diterapi. Bila mampu, orang tua bisa menyediakan shadow teacher
alias guru bantu atau guru pendamping untuk si kecil,” kata Prof. Frieda.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Anak yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa (gifted) adalah anak yang secara
significant memiliki mempunyai IQ 140 atau lebih, potensi diatas rata-rata. Anak berbakat atau anak
yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan
(intelegensi), kreatifitas, dan tanggung jawab terhadap tugas (task commitment) diatas anak-anak
seusianya (anak normal), sehingga untuk mewujudkan potensinya menjadi prestasi nyata, memerlukan
pelayanan pendidikan khusus.

Yang memiliki karakteristik dari segi karakteristik akademik, sosial, dan fisik/kesehatan serta dapat pula
dilihat dari segi karakteristik intelektual-kognitif, persepsi/emosi, motivasi dan nilai-nilai hidup serta
aktifitas. Factor penyebabnya berasal dari hereditas ataupun dari lingkungan. Jenis anak CI/BI (gifted)
termasuk anak berkrbutuhan khusus permanen di dalam kesulitan belajar.Dalam hal penanganan pun
anak berkebutuhan khusus cibi harus mendapatkan penanganan yang berbeda dalam belajar guru dan
orang tua harus bekerja sama agar dapat memaksimalkan kemampuan istimewa yang anak miliki.

B. SARAN

Dalam penulisan makalah ini , penulis berharap agar pembaca yang tentunya akan menjadi calon guru
dapat memahami apa pengertian, karakteristis, jenis, penyebab, melakukan pembelajaran serta
mengetahui bagaimana cara mengahdapi anak yang memiliki keterbnatasan khusus cerdas istimewa
atau bakat istimewa (gifted). Dan dapat mengaplikasikannya jika menghadapi anak berkebutuhan
khusus cerdas istimewa atau bakat istimewa (gifted). Semoga makalah mengenai anak berkebutuhan
khusus cerdas istimewa atau bakat istimewa (gifted) ini dapat membantu calon guru dalam kegiatan
proses pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai