Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

PERCOBAAN 1
KELARUTAN INTRINSIK OBAT DAN KONSTANTA
DIELEKTRIK PELARUT CAMPURAN

NAMA : Melisa
NIM : 1913026023
KELOMPOK : 2 (Dua)
KELAS : AKlinis 2019
ASISTEN : Novinda Tami Sukowati,S.Farm

PROGRAM STUDI S1 FARMASI KLINIS


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2021
PERCOBAAN I
KELARUTAN INTRINSIK OBAT DAN
KONSTANTA DIELEKTRIK PELARUT CAMPUR

I. TUJUAN
1. Mengetahui dan Mempraktikkan metode penentuan kelarutan intrinsik
obat.
2. Mengetahui dan Memahami cara menghtung nilai konstanta
dielektrikdari suatu pelarut campur.

II. TUGAS PENDAHULUAN


1. Jelaskan perbedaan antara kelarutan semu (apparent solubility) dan
kelarutan intrinsik !
Jawaban :
Kelarutan semu merupakan keadaan di mana suatu zat terlarut
seolah olah telah larut seluruhnya dan zat pelarut, namun sebenarnya
masih terdapat bagian zat terlarut yang tidak larut. Salah satu contoh
yang daoat di uji kelarutan semunya yaitu asam benzoat . Asam benzoat
merupakan salah satu senyawa organik golongan asam aromatik.
Kelarutan intrinsik merupakan kelarutan dari suatu senyawa dalam
bentuk molekulnya (tidak terion) di dalam larutan. Dalam melihat
kelarutan intrinsik suatu obat dapat ditentukan dengan cara melarutkan
obat ke dalam larutan HCl 0,1 N larutan NaOH 0,1 N dan air.
Peningkatan kelarutan ibat pada asam menyatakan obat tersebut basa
lemah dan peningkatan kelarutan obat pada masa basa menyatakan obat
tersebut asam lemah
(Martin,dkk. 1990)

2. Jelaskan hubungan antara kelarutan suatu zat aktif obat dengan


absornsinya dalam tubuh !
Jawaban :
Kelarutan merupakan salah satu parameter penting untuk mencapai
konsentrasi obat yang diinginkan dalam sirkulasi sistemik untuk
mencpai kebutuhan respon farmakologis (Edward, 2008). Obat-obatan
yang memiliki kelarutan buruk akan memerlukan dosis tinggi untuk
mencapai konsentrasi plasma terapeutiksetelahpemberian oral. Obat-
obatanyang memiliki kelarutan rendah akan lebih lambat diserap,
menyebabkanrendahnyabioavabilitas obat dalam tubuh (Sharma,2009).

3. Jelaskan hubungan antara konstanta dielektrik dengan polaritas suatu


pelarut !
Jawaban :
Misalnya air dengan tetapan dielektriknyayang tinggi (E = 78,5)
padasuhu 250C merupakan pelarut yang baik untuk zat-zat non polar.
Sebaliknya, pelarut yang mempunyai tetapan dielektrik yang rendah
merupakan pelarut yang baikuntuk zat non polar dan merupakan
pelarutyang kurangbaik untuk zat berpolar (Martin,1993).

4. Hitunglah konstanta dielektrik dari pelarut campur berikut ini:

Pelarut Jumlah
Etanol 25 %
Gliserol 30 %
Propilen Glikol 5%
Air 40 %

Jawab :
A. Etanol
= 𝜀 Etanol : 25,7
= 𝜀 Etanol x % V/V Etanol
= 25,7 x 25 %
= 6,42

B. Gliserol
= 𝜀 Gliserol : 42,5
= 𝜀 Gliserol x % V/V Gliserol
= 42,5 x 30 %
= 12,75

C. Propilen Glikol
= 𝜀Propilen Glikol : 33,0
= 𝜀 Propilen Glikol x % V/V Propilen Glikol
= 33,0 x 5 %
= 1,65

D. Air
= 𝜀 Air : 78,5
= 𝜀 Air x % V/V Air
= 78,5 x 40 %
= 31,4
E. KD Campuran

= (% etanol x kd etanol) + (% gliserol x kd gliserol) + (% propilenglikol x


kd propilen glikol) + (% air x kd air)

= 6,42 + 12,75 + 1,65 + 31,4

= 52,22
Jadi, konstanta dielektrik dari pelarut campur 52,22

III. TEORI UMUM

KELARUTAN

Dalam istilah farmasi, larutan didefinisikan sebagai sediaan “cair


yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya
dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau
penggunaanya, tidak dimasukkan kedalam golongan produk lainnya
(Efendi,2003).
Larutan dapat didefinisikan sebagai campuran homogen dari dua
zat atau lebih yang terdispersi sebagai molekul ataupun ion yang
komposisinya dapat bervariasi. Disebut homogen karena komposisi dari
larutan begitu seragam (satu fasa) sehingga tidak dapat diamati bagian-
bagian komponen penyusunnya meskipun dengan mikroskop ultra. Dalam
campuran heterogen permukaan-permukaan tertentu dapat diamati antara
fase-fase yang terpisah (Koesman, 2007).
Dalam istilah kimia fisik, larutan dapat disiapkan dari campuran
yang mana saja dari tiga macam keadaan zat yaitu padat, cair dan gas.
Misalnya suatu zat terlarut padat dapat dilarutkan baik dalam zat padat
lainnya, cairan atau gas, dengan cara yang sama untuk zat terlarut dan gas,
ada 9 tipe campuran homogen yang mungkin dibuat (Ansel, 2005).
Kelarutan adalah kadar jenuh solute dalam sejumlah solven pada
suhu tertentu yang menunjukkan bahwa interaksi spontan satu atau lebih
solute atau solven telah terjadi dan membentuk dispersi molekuler yang
homogeni. Suatu larutan dikatakan jenuh apabila terjadi kesetimbangan
antara fase solute dan fase solven dalam larutan yang bersangkutan.
Kelarutan dapat diungkapkan melalui banyak cara antara lain dengan
menyatakan jumlah pelarut (dalam ml) yang dibutuhkan untuk setiap gram
solute, dengan pendekatan berupa perbandingan, missal : 1 bagian solute
dapat larut dalam 100-1000 bagian solven disebut sukar larut, fraksi mol
dan molar (Anonim, 2012).
Pada literatur lain kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan
terlarut dalam suatu larutan jenuh pada suatu suhu tertentu. Larutan
sebagai campuran homogen bahan yang berlainan. Untuk dibedakan antara
larutan dari gas, cairan dan bahan padat dalam cairan. Disamping itu
terdapat larutan dalam keadaan padat (misalnya gelas, pembentukan kristal
campuran) (R. Voight,1994).
Kelarutan suatu zat (solute) dalam solven tertentu digambarkan
sebagai like dissolves like senyawa atau zat yang strukturnya menyerupai
akan saling melarutkan, yang penjabarannya didasarkan atas polaritas
antara solven dan solute yang dinyatakan dengan tetapan dielektrikum,
atau momen dipole, ikatan hydrogen, ikatan van der waals (London) atau
ikatan elektrostatik yang lain (Anonim, 2012). Kelarutan suatu bahan
dalam suatu pelarut tertentu menunjukkan konsentrasi maksimum larutan
yang dapat dibuat dari bahan dan pelarut tersebut. Bila suatu pelarut pada
suhu tertentu melarutkan semua zat terlarut sampai batas daya
melarutkannya, larutan ini disebut larutan jenuh (Efendi, 2003).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat
adalah:
1. pH
2. Temperatur
3. Jenis pelarut
4. Bentuk dan ukuran partikel
5. Konstanta dielektrik pelarut
6. Adanya zat-zat lain, misalnya surfaktan pembentuk kompleks ion
sejenis dan lain-lain (Tim asisten., 2008).

Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh polaritas pelarut yaitu


oleh momen dipolnya. Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionic dan zat
polar lainnya. Sesuai dengan itu, air bercampur dengan alcohol dalam
segala perbanding an dengan melarutkan gula dan senyawa polihidroksi
lain (R. Voight, 1994).

Jenis-jenis pelarut yang biasanya digunakan untuk melarutkan antara lain

a) Pelarut Polar
Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh polaritas
dari pelarut, yaitu momen dipolnya. Pelarut polar melarutkan zat terlarut
ionik dan zat polar lain. Sesuai dengan itu, air bercampur dengan alkohol
dalam segala perbandingan dan melarutkan gula dan senyawa polihidroksi
lain. Air melarutkan fenol, alkohol, aldehid, keton amina dan senyawa lain
yang mengandung oksigen dan nitrogen yang dapat membentuk ikatan
hidrogen dalam air
b) Pelarut non polar
Aksi pelarut dari cairan non polar seperti hidrokarbon berbeda
dengan zat polar. Pelarut non polar tidak dapat mengurangi gaya tarik
menarik antara ion elektrolit kuat dan lemah, karena tetapan dielektrik
pelarut yang rendah. Pelarut juga tidak dapat memecahkan ikatan
kovalen dan elektrolit dan berionisasi lemah karena pelarut non polar
tidak dapat membentuk jembatan hidrogen dengan non elektrolit. Oleh
karena itu, zat terlarut ionik dan polar tidak dapat larut atau hanya dapat
larut sedikit dalam pelarut non polar. Tetapi senyawa non polar dapat
melarutkan zat terlarut non polar dengan tekanan yang sama melalui
interaksi dipol induksi. Molekul zat terlarut tetap berada dalam larutan
dengan adanya sejenis gaya van der waals – London lemah. Maka,
minyak dan lemak larut dalam karbon tetraklorida, benzena dan minyak
mineral. Alkaloida basa dan asam lemak larut dalam pelarut non polar.

c) Pelarut Semipolar
Pelarut semipolar seperti keton dan alkohol dapat menginduksi
suatu derajat polaritas tertentu dalam molekul pelarut non polar,
sehingga menjadi dapat larut dalam alkohol, contoh : benzena yang
mudah dapat dipolarisasikan kenyataannya senyawa semipolar dapat
bertindak sebagai pelarut perantara yang dapat menyebabkan
bercampurnya cairan polar dan non polar (Anonim, 2011).

Untuk mengetahui efektifitas kelarutan obat di dalam tubuh, salah


satu cara yang digunakan adalah uji disolusi. Waktu kelarutan obat
dalam tubuh sangat erat hubungannya dengan efektifitas obat tersebut
untuk menghilangkan rasa sakit. Waktu kelarutan obat pada uji disolusi
dianggap sebagai waktu kelarutan obat didalam tubuh. Semakin cepat
larut suatu obat maka semakin efektif obat tersebut bekerja (Rachdiati,
henny. 2008).

KONSENTRASI DIELEKTRIK

Konstanta dielektrik merupakan perbandingan energi listrik


yang tersimpan pada bahan tersebut jika diberi sebuah potensial,
relatif terhadap vakum (ruang hampa). Salah satu sifat fisika yang
mempengaruhi kelarutan adalah konstanta dielektrik pelarut.
Konstanta dielektrik adalah suatu besaran tanpa dimensi yang
merupakan rasio antara kapasitas elektrik medium (Cx) terhadap
vakum (Cv). Dirumuskan sebagai berikut:
ε=Cx/Cv

Konstanta dielektrik atau permitivitas listrik relatif, adalah


sebuah konstanta dalam ilmu fisika. Konstanta ini melambangkan
rapatnya fluks elektrostatik dalam suatu bahan bila diberi potensial
listrik. Konstanta dielektrik merupakan perbandingan energi listrik
yang tersimpan pada bahan tersebut jika diberi sebuah potensial,
relatif terhadap vakum (ruang hampa) (Raton Boca,2004).
IV. REFERENSI

Anonim. 2012. Penuntun Praktikum Farmasi Fisik I. Universitas Haluoleo.


Kendari.
Ansel, Howard. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi Keempat.
Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Darsono, Lusiana. 2002. Diagnosis dan Terapi Intoksikasi Salisilat dan
Parasetamol, Vol. 2, No. 1.
D.R. Lide, Ed. CRC Handbook of Chemistry and Physics, 85th Ed. CRC
Press. Boca Raton. 2004. halaman 8-141
Drs. M. Idris Effendi. 2003. Materi Kuliah Farmasi Fisika. Jurusan farmasi
Universitas Hasanuddin. Makassar.
D Sharma, M Soni, S Kumar, and GD Gupta. 2009. Solubility enhancement—
eminent role in poorly soluble drugs. Research Journal of Pharmacy and
Technology. 2(2) : 220–224.
KH Edward and D Li. 2008. Drug Like Properties:Concept, Structure, Design
and Methods, from ADME to Toxicity Optimization. Elsevier. 1:56-65.
Martin, A., Swarbrick, J., dan Cammarata, A. 1990. FarmasiFisika (Edisi
III).Penerjemah: Yoshita. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Martin, A., et.all., 1993. FarmasiFisikaEdisi III Bagian II. Penerbit UI
Jakarta.
Koesman, Rachmat, dkk. 2007. Bahan Ajar Kimia Fisika. Universitas
Muslim Indonesia. Makassar.
Rachdiaty, henny. 2008. Jurnal kimia. Penentuan waktu kelarutan
parasetamol pada uji disolusi. Vol.8, No. 1 (1-2).
R. Voight. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima,
Penerbit Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Tim asisten. 2008. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Jurusan
farmasi Universitas Hasanuddin. Makassar.
V. ALAT DAN BAHAN

1) Alat yang digunakan


a) Buret
b) Statif dan klem
c) Erlenmeyer 7 buah
d) Pipet tetes
e) Tabungreaksi
f) Aluminium foil
g) Timbangananalitik
h) Pipetukur
i) Filler

2) Bahan yang digunakan


a) Aquades
b) Fenolftalein
c) Etanol
d) Propilenglikol
e) Asamsalisilat
f) NaOH
g) Kertassaring
h) 7 lembarkertastimbang

VI. CARA KERJA


a. Dimasukkanaquadeskedalamtabungreaksi 1-4 masing-masing 5mL
b. Ditambahkanetanolkedalamtabungreaksi 1-4
denganketerangansebagaiberikut:
Tabung 1 = 0 mL etanol
Tabung 2 = 2 mL etanol
Tabung 3 = 3 mL etanol
Tabung 4 = 5 mL etanol
c. Ditambahkanpropilenglikolkedalamtabungreaksi 1-4
denganketerangansebagaiberikut:
Tabung 1 = 5 mL etanol
Tabung 2 = 3 mL etanol
Tabung 3 = 2 mL etanol
Tabung 4 = 0 mL etanol
d. Ditambahkanasamsalisilat 1 gram pada tabung 1-4.
e. Dikocokselama 30 menit, laludisaring.
f. Ditambahkanindikatorfenolftalein masing-masing 3 tetes
padatabung 1-4.
g. Dititrasidengan NaOH 0,1 N
h. Ditentukankadarasamsalisilat
i. Dihitungnilaikonstantadielektrikdaricampuranpelarut(air+etanol+pr
opilenglikol) pada tabung 1-4.

VII. HASIL PENGAMATAN

Tabung Volume (ml) AsamSalisilat NaOH 0,1


Aquades Etanol Propilenglikol (g) M (mL)

1 5 mL 0 mL 5 mL 1g 2 mL

2 5 mL 2 mL 3 mL 1g 4 mL

3 5 mL 3 mL 2 mL 1g 5 mL

4 5 mL 5 mL 0 mL 1g 8,5 mL
I. PERHITUNGAN

a. Penentuan Kelarutan Intrinsik Asam Salisilat dalam Pelarut


Campur

1. MolaritasNaOH
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
M = 𝑀𝑟 𝑥 𝑣
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
0,1 M = 𝑥
40 500

Massa = 2gram
2. Kadar asamsalisilat
 Tabung1
𝑔𝑟𝑎𝑚
M1 x V1 = 𝑀𝑟
𝑔𝑟𝑎𝑚
0,1 M x 2 mL = 138,12
Massa = 0,027gram

0,027
% kadar = x 100%
10
= 0,27%

 Tabung2
𝑔𝑟𝑎𝑚
M1 x V1 = 𝑀𝑟
𝑔𝑟𝑎𝑚
0,1 M x 4 mL = 138,12
Massa = 0,055gram

0,055
% kadar = x 100%
10
= 0,55 %
 Tabung3
𝑔𝑟𝑎𝑚
M1 x V1 = 𝑀𝑟
𝑔𝑟𝑎𝑚
0,1 M x 5 mL = 138,12

Massa = 0,069gr

0,069
% kadar = x 100%
10

= 0,69%

 Tabung4
𝑔𝑟𝑎𝑚
M1 x V1 = 𝑀𝑟
𝑔𝑟𝑎𝑚
0,1 M x 8,5 mL = 138,12

Massa = 0,117gram
0,117
% kadar = x 100%
10

= 1,17%

b. Perhitungan Konstanta Dielektrik

 Tabung1
1. Konstanta Dielektrik Air dalam Pelarut Campur 1 :
5 mL dalam 10 mL
5
% v/v = 10 × 100%

= 50%
𝜀 air = 78,5
KD air = 𝜀 air × %v/v air
= 78,5 × 50%
= 39,25
2. Konstanta DielektrikEtanol dalam Pelarut Campur 1 :
0 mL dalam 10 mL
0
% v/v = 10 × 100%

= 0%
𝜀 etanol = 25,7

KD etanol = 𝜀 etanol × %v/v etanol


= 25,7 × 0%
=0
3. Konstanta Dielektrik Propilen Glikol dalam Pelarut Campur 1 :
5 mL dalam 10 mL
5
% v/v = 10 × 100%

= 50%
𝜀 pg = 33,0
KD pg = 𝜀 pg × %v/v pg
= 33,0 × 50%
= 16,5
Konstanta Dielektrik Pelarut Campur 1
= 39,25 + 0 + 16,5
= 55,75

 Tabung2
1. Konstanta Dielektrik Air dalam Pelarut Campur2 :
5 mL dalam 10 mL
5
% v/v = 10 × 100%

= 50%
𝜀 air = 78,5
KD air = 𝜀 air × %v/v air
= 78,5 × 50%
= 39,25
2. Konstanta Dielektrik Etanol dalam Pelarut Campur 2 :
2 mL dalam 10 mL
2
% v/v = 10 × 100%

= 20%
𝜀 etanol = 25,7
KD etanol = 𝜀 etanol × %v/v etanol
= 25,7 × 20%
= 5,14
3. Konstanta Dielektrik Propilen Glikol dalam Pelarut Campur 2 :
3 mL dalam 10 mL
3
% v/v = 10 × 100%
= 30%
𝜀 pg = 33,0
KD pg = 𝜀 pg × %v/v pg
= 33,0 × 30%
= 9,9

Konstanta Dielektrik Pelarut Campur 2


= 39,25 + 5,14 + 9,9
= 54,29

 Tabung3
1. Konstanta Dielektrik Air dalam Pelarut Campur3 :
5 mL dalam 10 mL
5
% v/v = 10 × 100%

= 50%
𝜀 air = 78,5

KD air = 𝜀 air × %v/v air


= 78,5 × 50%
= 39,25
2. Konstanta Dielektrik Etanol dalam Pelarut Campur3 :
3 mL dalam 10 mL
3
% v/v = 10 × 100%

= 30%
𝜀 etanol = 25,7
KD etanol = 𝜀 etanol × %v/v etanol
= 25,7 × 30%
= 7,71
3. Konstanta Dielektrik Propilen Glikol dalam Pelarut Campur 3 :
2 mL dalam 10 mL
2
% v/v = 10 × 100%
= 20%
𝜀 pg = 33,0
KD pg = 𝜀 pg × %v/v pg
= 33,0 × 20%
= 6,6

Konstanta Dielektrik Pelarut Campur 3


= 39,25 + 7,71 + 6,6
= 53,56

 Tabung4
1. Konstanta Dielektrik Air dalam Pelarut Campur 4 :
5 mL dalam 10 mL
5
% v/v = 10 × 100%

= 50%
𝜀 air = 78,5
KD air = 𝜀 air × %v/v air
= 78,5 × 50%
= 39,25
2. Konstanta Dielektrik Etanol dalam Pelarut Campur 4 :
5 mL dalam 10 mL
5
% v/v = 10 × 100%

= 50%
𝜀 etanol = 25,7
KD etanol = 𝜀 etanol × %v/v etanol
= 25,7 × 50%
= 12,85
3. Konstanta Dielektrik Propilen Glikol dalam Pelarut Campur4 :
0 mL dalam 10 mL
0
% v/v = 10 × 100%
= 0%
𝜀 pg = 33,0
KD pg = 𝜀 pg × %v/v pg
= 33,0 × 0%
=0

Konstanta Dielektrik Pelarut Campur 4


= 39,25 + 12,85 + 0
= 52,1
VIII. GRAFIK PERCOBAAN

Grafik Kelarutan Asam Salisilat


1.40%
1.17%
1.20%
Kadar Asam Salisilat

1.00%

0.80% 0.69%
0.55%
0.60%

0.40% 0.27%

0.20%

0.00%
51.5 52 52.5 53 53.5 54 54.5 55 55.5 56
Konstanta Dielektrik

IX. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

Pembahasan

Pada percobaan I disini sesuai dengan modul kita telah mempelajari


mengenai kelarutan intrinsik obat dan konstanta dielektrik pelarut campur.
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui dan mempratekkan metode
penentuan kelarutan intrinsik obat serta mengetahui dan memahami cara
menghitung nilai konstanta dielektrik dari suatu pelarut campur.
Sebelumnya kita harus tau terlebih dahulu apa itu kelarutan, Jadi,
Kelarutan adalah konsentrasi bbahan terlarut dalam suatu larutan jenuh
pada suatu suhu tertentu dimana Kelarutan suatu bahan dalam suatu
pelarut yang dimaksud menunjukkan besar konsentrasi maksimum larutan
yang dapat dibuat dari bahan dan pelarut tersebut atau interaksi spontan
dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekuler homogen.
Bila suatu pelarut pada suhu tertentu melarutkan semua zat terlarut sampai
batas daya melarutkannya, larutan ini disebut larutan jenuh. Kelarutan
didefenisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut
dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan secara kualitatif
didefenisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk
membentuk dispersi molekuler homogen.
Kelarutan obat adalah jumlah ml pelarut di mana akan larut 1 gram zat
terlarut. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah
pH,Temperatur,Jenis pelarut,bentuk dan ukuran partikel,konstanta
dielektrik pelarut dan adanya zat-zat lain, misalnya surfaktan pembentuk
kompleksion sejenis dan lain-lain,
Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh polaritas pelarut yaitu
oleh momen dipolnya. Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionik dan zat
polar lainnya.
Kelarutan intrinsik adalah kelarutan dimana obat yang bersifat asam
lemah berada pada keadaan pH absolut dan tidak mengalamiionisasi.
kelarutan intrinsik obat adalah jumlah obat yang larut dalam pelarut.
Kelarutan intrinsik obat berperan penting dalam ilmu farmasi yaitu
berhubungan dengan reaksi obat. Kebanyakan reaksi berlangsung dalam
larutan air. Cairan dalam tubuh manusia terdapat aneka ragam senyawa
kimia. Tubuh manusia menyerap mineral, vitamin atau obat yang tersedia
dalam bentuk larutan. Obat-obatan biasanya merupakan larutan air atau
alkohol dari senyawa biologis aktif. Banyak reaksi-reaksi kimia obat di
laboratorium atau industri terjadi dalam bentuk larutan. Mempelajari
kelarutan sangat memberi manfaat yang sangat besar untuk ahli – ahli
farmasi. Membantu memilih medium pelarut yang paling baik untuk suatu
obat atau untuk mengkombinasikan obat. Manfaat yang lain membantu
ahli farmasi mengatasi kesulitan yang timbul saat pembuatan larutan
farmasetis. Pengetahuan mengenai kelarutan ini juga dapat memberikan
informasi mengenai struktur obat dan gaya antarmolekul obat.
Berdasarkan hasil pengamatan yang didapatkan, diketahui bahwa
kelarutan dipengaruhi oleh konstanta dielektrik. Konstanta dielektrik
merupakan perbandingan energi listrik yang tersimpan pada bahan tersebut
jika diberi sebuah potensial, relatif terhadap vakum (ruang hampa).
Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas pelarut. Pelarut
polar mempunyai konstanta dielektrik yang tinggi dapat melarutkan zat-zat
non polar sukar larut di dalamnya, begitu pula sebaliknya. Besarnya
tetapan dielektrik ini menurut moore dapat diatur dengan penambahan
pelarut lain. Konstanta dielektrik berhubungan dengan kepolaran suatu zat.
Zat yang memilki konstanta dielektrik dengan nilai yang tinggi
merupakan zat yang bersifat polar. Sebaliknya, zat yang konstanta
dielektriknya rendah merupakan senyawa nonpolar. Adakalanya suatu zat
lebih mudah larut dalam pelarut campuran dibandingkan pelarut
tunggalny. Fenomena ini dikenal dengan istilah co-solvency dan pelarut
yang mana dalam bentuk campuran dapat menaikkan kelarutan suatu zat
diseut co-solvent. Etanol, gliserin dan propilen glikol adalah co-solvent
yang umum digunakan dalam bidang farmasi untuk pembuatan eliksir.
Pada Percobaan ini kita menggunakan metode titrasi dengann bahan
baku NaOH, untuk menghitung konsentrasi suatu zat terlarut. Zat terlarut
yang dipakai adalah asam salisilat sebanyak 1 gram. Pelarut yang
digunakan adalah pelarut campur yang terdiri dari air, etanol dan propilen
glikol. Pelarut campur dibuat dalam 4 Tabung yang berbeda-beda. Uji
kelarutan dilakukan dengan melarutkan 1 gram asam salisilat ke dalam
masing-masing pelarut. Larutan yang diperoleh disaring dengan kertas
saring. Selanjutnya kadar asam salisilat ditentukan dengan titrasi asam
basa menggunakan penitrasi NaOH 0,1 N dan indikator phenolptalein.
pada suatu campuran pelarut, tetapan dielektrik campuran merupakan hasil
penjumlahan tetapan dielektrik masing-masing bahan pelarut sesudah
dikalikan dengan % volume setiap komponen pelarut. Yang pertama
dilakukan adalah uji intrinsik obat. Pada keempat tabung dimasukkan
campuran pelarut yang terdiri dari aquades, propilenglikol dan etanol
dengan volume yang berbeda-beda tiap tabungnya. Percobaan ini dimulai
dengan menyiapkan 4 tabung yang akan digunakan pada percobaan ini.
Masukkan aquades ke dalam 4 tabung reaksi tersebut dengan masing-
masing 5 mL dan tambahkan etanol ke dalam tabung reaksi dengan
masing-masing tabung yaitu 0 mL, 2 mL, 3 mL, dan 5 mL, Kemudian,
tambahkan propilen glikol ke dalam tabung reaksi dengan masing-masing
tabung yaitu 5 mL,3 mL,2 mL,0 mL, selanjutnya tambahkan asam salisilat
ke masing masing tabung sebanyak 1 gram. Selanjutnya asam salisilat dan
ketiga bahan pelarut dihomogenkan selama 30 menit dengan divortex.
Tujuannya untuk meningkatkan kelarutan zat. Kelarutan asam salisilat
yaitu larut dalam air dan dalam etanol (95%) P. Setelah proses
pengocokkan selesai larutan disaring menggunakan kertas saring untuk
memisahkan antara filtrat dan residu dari larutan tersebut, filtrat diambil
untuk dititrasi sedangkan residu dari larutan tidak digunakan.
Sebelum dititrasi filtrat ditambahkan indikator fenolftalein untuk
mengetahui titik akhir titrasi yang ditandai dengan terjadinya perubahan
warna menjadi ungu lembayung, perubahan warna ini dapat terjadi karena
indikator ini merupakan suatu asam yang sangat lemah dalam keadaan
tidak terionisasi namun dalam keadaan basa fenolptalein akan terionisasi
lebih banyak dan akan memberikan warna yang lebih terang sehingga
mudah diamati, Volume NaOH yang digunakan pada keempat tabung
adalah 2 ml, 4ml, 5 ml, dan 8,5 ml.
Berdasarkan konsentrasi asam salisilat yang diperoleh, dapat
ditentukan hubungan antara konsentrasi asam salisilat dengan konstanta
dielektrik dari pelarut campur.Hubungan antara konsentrasi asam salisilat
dengan konstanta dielektrik dari pelarut campur dilihat pada grafik. Grafik
terlihat bahwa semakin rendah konstanta dielektrik pelarut campur yang
digunakan, semakin besar konsentrasi asam salisilat yang dapat larut di
dalamnya. Konstanta dielektrik etanol memiliki nilai yang rendah
sehingga semakin besar jumlah etanol dalam pelarut campur. Semakin
rendah konstanta dielektrik dari pelarut campur, semakin besar kelarutan
dari asam salisilat. Begitu juga sebaliknya semakin besar konstanta
dielektrik dari pelarut campur, semakin kecil kelarutan dari asam salisilat.

Kesimpulan

Kelarutan adalah jenuh solute dalam sejumlah solven pada suhu


tertentu yang menunjukkan bahwa interaksi spontan satu atau lebih solute
atau solven telah terjadi dan membentuk dispersi molekuler yang
homogeni. suatu zat hanya dapat larut pada pelarut yang sejenis dengan zat
tersebut, konsep ini dikenal dengan prinsip like dissolves like. Kelarutan
suatu zat dipengaruhi oleh jenis pelarut dan konstanta dielektrik, dimana
konstanta dielektik berbanding terbalik dengan kelarutan suatu zat. Bila
konstanta dielektriknya besar, maka kelarutannya kecil, begitupun
sebaliknya.
Hal ini berarti semakin non polar suatu pelarut maka asam salisilat
akan semakin mudah larut.
LEMBAR PENGESAHAN

Samarinda, 30 Oktober 2021

Asisten Praktikum, Praktikan,

Novinda Tami Sukowati S.Farm Melisa


NIM. 1913026023

Anda mungkin juga menyukai