Tetangga Hantu
by
R.L. Stine
www.eBuku.us
Dia duduk tegak di tempat tidur dan menatap dengan mata terbelalak
ngeri pada api yang mengelilinginya.
®RatuBuku
Hanya mimpi.
Membosankan.
Tapi hari ini Hannah turun dari tempat tidur dengan senyum di
wajahnya.
"Yang benar saja. Apa masalah besar jika aku suka dengan warna-
warna terang?!" selalu (itu) jawabannya.
Herb tertawa. Dia pikir Bill lucu. Mereka berdua berpikir mereka
pelawak.
Bola memantul dari piring Herb, memantul lagi dari dinding, dan
terbang ke kompor, beberapa inci dari penggorengan.
"Mereka berada dalam suasana hati konyol hari ini," kata Hannah,
tersenyum. Dia memiliki lesung pipi di satu pipi saat dia tersenyum.
"Yah, aku dalam suasana hati yang bagus hari ini!" Hannah
menyatakan, menatap keluar jendela pada langit biru tak berawan.
Hannah mengangkat bahu. "Aku hanya (merasa begitu) ." Dia tak
merasa suka mengatakan ibunya tentang mimpi buruk, tentang
seberapa bagus rasanya untuk hidup. "Mana Ayah?"
"Tak bisakah Anda membeli jus jeruk tanpa bubur?" pinta Bill pada
ibu mereka.
Biasanya, diskusi ini akan membuat Hannah menjerit. Tapi hari ini,
ia bereaksi dengan tenang. "Satu jus apel dan satu susu datang,"
katanya riang.
"Kau pasti sedang dalam suasana hati yang baik pagi ini," komentar
ibunya.
Hannah mengangguk.
10 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Di mana kau tinggal?" tuntut Hannah. Dia memeriksa kedua sikunya.
Keduanya kotor, tapi tak memar.
"Saat ini tak kosong," katanya. "Aku tinggal di sana. Dengan ibuku."
11 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Bagaimana bisa aku tak pernah melihatmu?" jawab Hannah.
"Nah, apa kau baru saja pindah?" tanya Hannah, mencoba untuk
mendapatkan dasar misteri itu.
"Beberapa waktu."
Ini tak mungkin! Hannah berpikir. Tak ada cara dia bisa pindah ke
sebelah rumah tanpa aku tahu itu!
"Oke." Layar pintu terbanting keras saat Bill pergi untuk mencari Bu
Fairchild.
12 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
3
Janey sayang.
Aku sangat BOSAN aku tak tahu harus berbuat apa! Kau tak bisa
membayangkan betapa sedikit yang bisa dilakukan di Greenwood Falls saat
tak ada orang. Ini benar-benar seperti KEMATIAN!
Aku kebanyakan nonton TV dan membaca. Apa kau percaya aku sudah
membaca SEMUA buku di daftar bacaan kita di musim panas? Ayah berjanji
untuk mengajak kami semua berkemah di Miller Woods - SENSASI BESAR -
tapi dia sudah bekerja hampir setiap akhir pekan, jadi kupikir ia tak akan
melakukannya.
MEMBOSANKAN!
13 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Tadi malam aku begitu bosan, aku membariskan si kembar keluar, membuat
sebuah api unggun kecil di belakang garasi, kami berpura-pura pergi di
perkemahan dan menceritakan kepada mereka sekumpulan cerita hantu yang
menakutkan.
Anak-anak tak akan mengakuinya, tentu saja, tapi aku bisa melihat mereka
menikmatinya. Tapi kau tahu bagaimana cerita-cerita hantu membuatku
aneh. Aku mulai melihat bayangan-bayangan aneh dan benda-benda
bergerak di belakang pohon. Ini benar-benar lucu, kurasa. Aku benar-benar
menakut-nakuti DIRIKU.
Satu-satunya beritaku yang lain bahwa ada seorang anak yang baru pindah
ke rumah tua Dodson, tetangga sebelah. Namanya Danny dan dia seusia
kita, dia berambut merah dan bintik-bintik, dan dia agak manis, pikirku.
Aku hanya melihatnya sekali. Mungkin aku akan menceritakan lebih banyak
lagi tentang dia nanti.
Tapi sekarang GILIRANMU untuk menulis. Ayo, Janey. Kau telah berjanji.
Sudahkah kau bertemu cowok lucu di perkemahan? Apa ITU (sebabnya)
mengapa kau terlalu sibuk untuk menulis kepadaku?
Jika aku tak mendengar (kabar) darimu, kuharap Anda mendapatkan poison
ivy (racun dari tumbuhan) di seluruh tubuhmu - terutama di tempat-tempat di
mana kau tak bisa menggaruk!
Dengan Cinta,
Hannah.
14 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Hannah melipat surat itu dan memasukkannya ke amplop. Meja
kecilnya berdiri di depan jendela kamar. Bersandar di atas meja, ia
bisa melihat rumah sebelah.
Itu adalah siang yang panas, tak ada angin sama sekali, udara berat
dan basah. Ayah Hannah telah memangkas halaman depan di hari
sebelumnya. Rumput yang baru dipotong berbau manis saat Hannah
berjalan menuruni jalan masuk.
15 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Hannah memutuskan untuk berjalan tiga blok ke kota dan
mengeposkan surat di kantor pos. Dia mendesah. Tak ada lagi yang
bisa dikerjakan, pikirnya sedih. Setidaknya berjalan kaki ke kota akan
menghabiska beberapa waktu.
16 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Parlor, dan restoran bernama Diner membentang di belakang alun-
alun.
Dua wanita berjalan keluar dari toko bahan pangan itu. Melalui
jendela pangkas, Hannah bisa melihat Ernie, tukang cukur, duduk di
kursi, membaca majalah.
17 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
4
"Hei -!" Hannah berteriak dan berlari di sisa perjalanan. "Apa yang
terjadi?"
Ada tiga anak laki-laki di gang itu. Hannah mengenali Danny. Dia
nongkrong di belakang dua anak laki-laki yang tak dia kenal.
"Jangan melempar batu pada anjingku!" teriak anak itu pada Pak
Chesney.
Danny tertinggal jauh dari yang lain, sangat pucat, matanya menyipit
tegang.
18 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Pergi! Pergilah! Aku peringatkan kalian!" bentak Pak Chesney. Dia
pria kurus berwajah merah, (kepalanya) botak seluruhnya, dengan
kumis lebat di bawah ujung hidung cokelatnya. Dia mengenakan
setelan wol ketat abu-abu, meskipun musim panas.
"Katakan pada ayahmu kau masuk tanpa ijin," Pak Chesney kembali.
"Dan katakan padanya kau kasar dan tak sopan. Dan katakan padanya
aku akan mengajukan keluhan pada kalian bajingan bertiga jika aku
menangkap kalian kembali di sini lagi."
19 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Kami bukan bajingan!" teriak anak laki-laki yang paling berat
dengan marah.
20 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Dia tahu betapa kami semua membencinya, Hannah menyadari.
Dua teman Danny tampaknya tak takut sama sekali, pikir Hannah.
Mereka tampak marah dan kuat. Atau mungkin mereka hanya
berlagak kuat karena Pak Chesney begitu mengerikan untuk anjing
anak pirang itu.
Kurasa aku akan pulang dan masuk Rumah Sakit Umum, pikir
Hannah sambil mendesah. Dia menyeberang jalan dan berjalan
perlahan menuju ke rumah.
21 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Begitu dingin di bawah bayangannya, Hannah menyadari saat ia
berjalan di bawah pepohonan itu.
Dia telah setengah blok ketika sosok gelap itu meluncur keluar dari
balik pepohonan.
Pada mulanya Hannah pikir itu hanya bayangan semu dari batang
pohon yang lebar. Tapi kemudian, saat matanya terbiasa dengan
keteduhan itu, sosok itu menjadi jelas.
22 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Hatinya berdebar-debar di dadanya, Hannah mundur selangkah.
"Hannah... Hannah..."
"Hannah... Hannah..."
Dia berbalik dan berusaha untuk lari. Kakinya terasa lemas. Lututnya
tak mau membungkuk.
Lebih cepat.
23 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
5
Dan berputar.
Hilang. Lenyap.
Tak mungkin.
Dia berdebat dengan dirinya sendiri. Ilusi optik tak akan memanggil
namamu.
Tak ada apa pun di sana, Hannah, dia meyakinkan dirinya. Napasnya
kembali normal. Tak ada.
Kau mengarang cerita hantu lagi. Kau membuat takut dirimu sendiri
lagi. Kau bosan dan kesepian, sehingga kau membiarkan imajinasimu
lepas kontrol denganmu.
®RatuBuku
25 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Kemudian, saat makan malam, ia memutuskan untuk tak
menyebutkan sosok bayangan itu pada orang tuanya. Bagaimanapun
mereka tak akan pernah percaya.
26 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
lantai), dan dia mulai melolong. Ibunya dan ayah melompat dari kursi
mereka dan membungkuk untuk membantunya.
®RatuBuku
Dia mencari-cari Danny, tapi dia tak pernah tampak berada di sekitar.
Ketika Hannah akhirnya melihat Danny di halaman belakang
rumahnya di akhir suatu sore, Hannah bergegas untuk berbicara
dengannya.
27 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Danny sedang melempar bola tenis ke bagian belakang rumah dan
menangkapnya. Bola itu membuat suara keras setiap kali menabrak
dinding kayu merah itu.
Dia memakai kaus biru di atas celana pendek longgar bergaris hitam
dan kuning. Hannah melangkah di sampingnya.
Duk.
"Ya."
"Apa yang kau lakukan musim panas ini?" tanya Hannah. "Hanya
berkeliaran seperti aku?"
"Semacam itu," kata Danny. Duk. Dia meleset menangkap bola dan
harus mengejarnya ke garasi.
Duk.
"Ke sekolah mana kau pergi?" tanya Hannah, mengelak keluar dari
jalan saat ia mundur untuk menangkap bola.
29 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"SMP Maple Avenue," jawabnya.
Duk.
Duk.
"Tidak"
"Bagaimana kita bisa berada dalam kelas yang sama dan tak tahu
beberapa anak-anak yang sama?" tuntut Hannah.
Jika kami berada di kelas yang sama, tak ada cara aku bisa tak
menjumpainya.
31 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Saat Danny kembali ke tampak, ia menarik sebuah tangga aluminium
panjang di dinding belakang rumah.
"Aku seorang pemanjat yang baik," kata Danny, menarik dirinya lebih
tinggi. "Aku memanjat segalanya. Ibuku bilang aku harus berada
dalam sirkus atau semacamnya.."
32 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Hannah menahan napasnya saat Danny meraih bola.
33 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
6
Dia tak membuat suara, pikir Hannah, menatap tajam ke arahnya. Dia
mendarat tanpa suara.
Danny tertawa.
34 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Tidak akan," jawab Danny dengan tenang.
Duk.
Duk.
"Aku harus pergi keluar selama satu jam. Dapatkah kau datang
mengurus Bill dan Herb?"
"Aku akan pergi hanya satu jam," kata ibunya, mencari-cari dalam
tasnya untuk mencari kunci mobil. "Bagaimana bisa keluar? Malam
ini seharusnya berawan dan hujan."
"Jangan biarkan mereka membunuh satu sama lain, jika kau bisa
membantu itu," kata Bu Fairchild, menemukan kunci dan menutup
tasnya.
"Itu Danny," kata Hannah pada ibunya. "Anak baru tetangga sebelah.
Apakah kau melihatnya?
"Ya. Ayo kita main curang!" desak Herb dengan seringai antusias.
®RatuBuku
37 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Hannah menyadari bahwa ia tak pernah benar-benar melihat siapa pun
di dalam rumah itu. Dia belum pernah melihat Danny masuk ke dalam
rumah atau keluar dari rumah itu. Dia belum pernah melihat seorang
pun keluar dari rumah itu.
Kenapa dia tak kenal teman-teman Danny, dan Danny tak kenal
teman-temannya?
38 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Ini semua sangat aneh, pikir Hannah.
39 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Hannah melintasi jalan yang memisahkan halaman rumahnya dari
rumah Danny. Jantungnya berdebar-debar kencang, dia bergerak
pelan di rumput dan menaiki tiga anak tangga pondasi beton rendah
beranda belakang. Pintu dapur itu tertutup.
40 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
7
Dia menertawakanku!
Tak pernah!
®RatuBuku
Kalau aku akan jadi mata-mata, aku harus lebih tenang, katanya pada
diri sendiri. Tadi malam, aku kehilangan itu. Aku panik.
42 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Dia melihat Danny menaiki sepedanya dan, berdiri, (mengayuh) pedal
ke jalan. Menempel di dinding garasi, Hannah menunggu untuk
melihat ke arah mana Danny berputar. Lalu Hannah bergegas ke
garasi untuk mengambil sepedanya.
Dia menuju kota, Hannah lihat. Mungkin menemui dua anak laki-laki
itu. Aku akan membiarkannya mulai maju dulu, lalu aku akan
mengikutinya.
43 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Dia berharap Janey ada di situ untuk membantu memata-matai
Danny. Mereka berdua akan menjadi tim mata-mata yang hebat,
Hannah tahu. Dia tak akan kehilangan ketenangan seperti yang dia
(alami) tadi malam jika Janey ada di situ.
44 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Dia bersepeda kembali ke alun-alun, lalu memeriksa di luar Harder's
Ice-Cream dan restoran.
45 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Dia terkesiap ketakutan. Kakinya tiba-tiba terasa seolah-olah seberat
seribu pound.
Dia berjuang untuk tetap mengayuh, tapi kakinya tak mau bekerja
sama.
"Hannah... Hannah..."
46 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Bisikan kering seperti mengepungnya, membelitnya dengan
ketakutan.
"Hannah..."
"Hannah... Hannah..."
"Oooh!"
"Hannah Hannah!"
47 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
8
"Hannah! Hannah!"
"Hannah!"
"Tidak... Aku... Eh..." Hannah menatap ke arah Danny. "Apa kau tak
melihatnya? Dia berpakaian hitam. Matanya sangat merah -"
49 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aku - kukira aku bisa berdiri." Ia membiarkan Danny untuk
menariknya berdiri.
"Kau benar-benar tak melihat siapa pun?" tanya Hannah dengan suara
kecil.
Ini memalukan, pikir Hannah. Dia akan berpikir aku benar-benar gila.
®RatuBuku
50 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Awan-awan putih melayang tinggi di atas matahari di sore berikutnya
saat Hannah berlari-lari kecil di jalan masuk ke kotak surat. Di suatu
tempat dalam blok, seekor anjing menggonggong.
51 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Dia bisa mendengar si kembar di ruang baca, berdebat keras tentang
yang rekaman kartun yang ingin mereka lihat. Ibunya menyarankan
mereka pergi ke luar sebagai gantinya.
Janey sayang,
Bagaimana kabarmu? Aku dengan serius berharap kau jatuh di danau dan
tenggelam. Itu akan menjadi satu-satunya alasan baik untuk tak menulis
kepadaku sepanjang waktu ini!
Bagaimana bisa kau MENINGGALKAN aku di sini seperti ini? Musim panas
berikutnya, dengan satu cara atau yang lain, aku akan ke perkemahan
denganmu.
52 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Hal-hal yang pasti ANEH terjadi di sini. Apa kau ingat yang kukatakan
tentang anak tetangga sebelah yang (baru) pindah? Namanya Danny
Anderson, dan dia lumayan ganteng. Dia berambut merah, berbintik-bintik
dan bermata cokelat SERIUS.
Aku bisa mendengarmu tertawa. Tapi aku tak peduli. Pada saat kau kembali
ke Greenwood Falls, aku akan punya BUKTI.
4. Kemarin, aku dikejar-kejar oleh bayangan menakutkan, dan aku jatuh dari
sepedaku. Dan saat aku mendongak, bayangan itu lenyap, dan Danny berdiri
di tempatnya. Dan -
53 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Uh-oh. Hal ini mulai terdengar benar-benar gila. Aku berharap kau ada di
sini agar aku bisa menjelaskannya lebih baik. Semuanya terdengar begitu
BODOH dalam surat. Seolah-olah aku benar-benar KACAU.
Mungkin aku tak akan mengirimkan surat ini. Maksudku, aku tak ingin kau
membuat lelucon-lelucon , atau mengingatkanku akan hal ini selama sisa
hidupku.
Bagaimana kabarnya di luar sana di hutan? Kuharap kau digigit ular dan
seluruh tubuhmu membengkak, dan itulah mengapa aku belum mendengar
(kabar) darimu.
TULISLAH (surat)!
Dengan Cinta,
Hannah.
Apakah ini terlalu gila untuk dikirim? dia bertanya-tanya. Tidak, aku
harus mengirimnya. Aku harus memberitahu seseorang apa yang
terjadi di sini. Ini semua terlalu aneh untuk kusimpan sendiri.
54 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Matahari akhirnya berhasil menembus awaN-awan. Daun-daun pohon
di atas kepalanya menangkap bayangan-bayangan yang bergerak
melintas di atas surat itu dalam pangkuannya.
"Danny -!"
"Aku - aku tak melihatmu," Hannah tergagap. "Aku tak tahu kau ada
di sini. Aku -"
"Berikan aku surat itu, Hannah," kata Danny lembut tapi tegas. Dia
mengulurkan tangan untuk itu.
Hannah mencengkeram erat surat itu dan menatap ke arah Danny. Dia
harus melindungi matanya. Matahari cerah seolah bersinar menembus
tubuh Danny.
55 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Tapi - kenapa?" tanya Hannah dengan suara kecil.
56 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
9
"Berikan aku surat itu, Hannah," desak Danny. "Tak ada seorang pun
yang akan membacanya. Tak ada yang akan bisa tahu."
Ia tak menjawab.
"Aduh."
®RatuBuku
Dia berkata kepada ibunya kemana dia akan pergi dan berjalan
melintasi halaman belakang.
59 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Dia ingat berdiri di pintu ini beberapa malam sebelumnya dan
menjadi benar-benar malu saat Danny membuka pintu dan dia tak
bisa memikirkan satu hal pun untuk dikatakan.
Setidaknya kali ini aku tahu apa yang akan kukatakan, pikirnya.
Melalui jendela, dia bisa melihat bahwa ibu Danny tak bereaksi sama
sekali pada ketukan itu. Dia mengangkat cangkir putih ke bibirnya
dan meneguk dengan lama, memunggungi Hannah.
60 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Buka pintu!" teriak Hannah keras.
Aku tahu mengapa dia tak mendengarku, pikir Hannah, mundur dari
jendela. Aku tahu mengapa dia tak membuka pintu.
61 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
10
Cahaya pucat dari bulan sabit mengalir turun ke rumput basah yang
berkilauan. Hannah berdiri, mendengarkan kesunyian itu, mencoba
untuk melenyapkan pikiran-pikiran menakutkan yang penuh sesak
dalam pikirannya sampai merasa seolah-olah kepalanya hendak
meledak.
62 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Dimana Danny? dia bertanya-tanya.
63 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Hannah, tolonglah - kami mencoba untuk menonton," kata ayahnya,
sambil menunjuk ke TV dengan kaleng Diet Coke di tangannya.
Dan lalu dia memarahi dirinya sendiri: Tentu saja mereka tak percaya
padaku. Siapa yang akan percaya cerita yang benar-benar gila itu?
Aku tampak oke, pikirnya. Aku tak terlihat seperti orang gila.
64 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
bergetar dalam hembusan angin yang pelan, berdesir di atas trotoar
saat Hannah melangkah di bawahnya.
Alun-alun kota itu kosong, ia lihat. Ini bahkan belum jam delapan,
dan tak ada mobil-mobil yang melewati kota, tak ada satu pun di
jalan.
Saat ia berjalan mendekat, ia bisa melihat kaca pintu depan toko kecil
disangga terbuka mengundang.
Dia berhenti beberapa kaki dari pintu itu. Perasaan takut tiba-tiba
menjadi kuat. Meskipun malam itu panas, dia merasa benar-benar
kedinginan. Lututnya gemetar. Apa yang terjadi? dia bertanya-tanya.
Mengapa aku merasa begitu aneh?
65 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Saat ia menatap melalui sinar merah dari neon kerucut itu ke ambang
pintu terbuka, mendadak sesosok tubuh keluar.
Dia masih bisa mendengar tiga anak laki-laki itu melarikan diri. Tapi
ia tak bisa lagi melihat mereka dalam kegelapan.
66 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
11
Lutut kirinya masih sakit akibat jatuh. Dia sekarang keluar dari alun-
alun kota, melewati rumah-rumah dan halaman-halaman gelap.
69 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Mereka tak melihatnya. Hannah melangkah ke dalam bayangan gelap
di sisi lain dari jalan. Menjaga dalam kegelapan, dia bergerak pelan-
pelan mendekat, sampai ia berada di halaman di seberang jalan dari
mereka, tersembunyi oleh semak-semak pepohanan lebat.
Fred dan Alan dengan main-main saling mendorong satu sama lain,
menikmati kemenangan mereka atas pemilik toko, Danny berdiri
sendirian, di belakang mereka pada pagar tinggi itu, dengan diam
menjilati es krimnya.
"Harder punya satu malam khusus," kata Alan keras. "Es krim gratis!"
"Kau tampak benar-benar takut," kata Alan pada Danny. "Kupikir kau
akan memuntahkan isi perutmu keluar."
"Hei, tak mungkin," tegas Danny. "Aku adalah orang pertama yang
keluar dari sana, kau tahu. Kalian begitu lambat, kupikir aku harus
kembali dan menyelamatkan kalian."
70 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Tadi itu agak menarik," kata Danny, melemparkan sisa es krim ke
dalam pagar. "Tapi mungkin kita sebaiknya berhati-hati. Kalian tahu.
Jangan nongkrong di sana untuk sementara waktu."
"Hei, ini tak seperti kita merampok bank atau yang lainnya," kata
Alan. "Ini hanya es krim."
Fred mengatakan sesuatu kepada Alan yang tak bisa Hannah dengar,
dan dua anak laki-laki itu mulai bergulat di sekitarnya, mengeluarkan
tawa bernada tinggi.
"Ayo kita kembali ke Harder," kata Alan. "Aku ingin dua sendok (es
krim)!"
Fred tertawa kasar dan tos dengan Alan. Danny ikut tertawa.
71 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
12
"Kami tak melakukan apa-apa. Hanya ngobrol," kata Fred pada pria
itu.
"Apa kalian tahu bagaimana untuk sampai ke Route 112?" tanya pria
itu. Lampu dalam mobil itu menyala. Hannah bisa melihat peta jalan
di tangan pria itu.
Fred dan Alan tertawa, tertawa lega. Danny terus menatap pengendara
itu, ekspresinya masih ketakutan.
"Jalan besar ini jadi Route 112," kata Alan pada pria itu, menunjuk ke
arah mobil itu tertuju. "Dua blok ke atas. Lalu belok ke kanan."
72 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Lampu dalam mobil itu padam. Pria itu mengucapkan terima kasih
kepada mereka dan melaju pergi.
Di akhir pagar berdiri sebuah kotak surat kayu yang tinggi pada
sebuah tiang. Satu pahatan tangan kepala angsa bertengger di atas
kotak, dengan sayap-sayap yang anggun menonjol keluar dari sisi-
sisinya.
73 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Hei, aku punya ide, Danny," kata Fred. Dia melangkah ke belakang
Danny dan mulai mendorongnya menuju kotak surat.
"Ya. Kau bilang kau tak pernah menolak satu pun tantangan." Kata
Alan, menyeringai.
74 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Aku harus menghentikan mereka, ia memutuskan.
75 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
13
"Hannah... Hannah..."
Mata merah delima itu terbakar seperti api. Hannah merasa kegelapan
itu mengelilinginya, membungkusnya erat-erat.
"Hannah..."
Bau asam itu melekat dalam hidungnya. Tapi jalanan itu terang
sekarang.
76 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
dia mendongak, anak-anak itu masih berkerumun di depan pagar Pak
Chesney itu.
Alan tertawa. "Chesney akan keluar besok dan berpikir angsanya itu
terbang menjauh."
"Tidak, tunggu -" protes Danny. "Mungkin ini ide yang bodoh."
"Ini adalah ide yang keren. Chesney adalah bajingan," tegas Alan.
"Semua orang di Greenwood Falls membenci isi perutnya."
"Tidak, aku -" Danny mencoba mundur, tapi Fred menahan bahunya
dari belakang.
77 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Lihatlah ayam," kata Fred dengan suara mengejek kekanak-kanakan.
"Petok. Petok."
"Lucu sekali!" kata Fred. "Kepala kantor pos kota - kotak suratnya
terbang menjauh."
78 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Kotak itu tak bergeming.
"Ini benar-benar dalam," katanya kepada Alan dan Fred. "Aku tak
tahu apakah aku bisa mencabutnya."
"Ayo kita semua bekerja sama," desak Alan. "Pada hitungan ketiga."
"Aku tak akan melakukannya jika aku jadi kalian!" seru suatu suara
serak di belakang mereka.
79 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
14
Pak Chesney meraih bahu Danny dan menariknya menjauh dari kotak
surat itu.
Salah satu sayap angsa kayu itu patah di tangan Danny. Saat Pak
Chesney bergelut menjauhkannya, Danny membiarkannya jatuh ke
tanah.
"Lepaskan dia!" teriak Hannah dari seberang jalan. Tapi rasa takut
meredam suaranya. Teriakannya keluar menjadi bisikan.
Tanpa sepatah kata pun, ketiga anak laki-laki itu berlari, berlari di
tengah jalanan yang gelap, sepatu mereka berdebam keras di trotoar.
80 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Lalu Hannah mulai berlari, menjaga di halaman depan yang gelap,
tersembunyi oleh pagar tanaman dan semak-semak rendah, berlari ke
arah yang dituju Danny dan teman-temannya.
Dua anjing tinggi, anjing kampung kaku dengan badan berbulu tipis,
menyeberang jalan di depan mereka, berlari perlahan-lahan, keluar
untuk berjalan-jalan sore. Anjing-anjing itu tak melihat saat anak-
anak laki-laki yang berlari melewatinya.
"Apa kalian lihat ekspresi wajahnya saat sayap yang konyol itu
jatuh?" teriak Fred.
81 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Danny tak ikut tertawa dengan mereka. Dia mengusap bahu kanannya
dengan satu tangan. "Dia benar-benar menghancurkan bahuku saat ia
memegangku," katanya, mengerang.
"Kau harus menuntutnya!" saran Alan. Dia dan Fred tertawa terbahak-
bahak, duduk untuk setiap kali tos.
"Mungkin kita harus tinggal menjauh dari sana," kata Danny, masih
terengah-engah. "Kau dengar apa -yang dia katakan tentang
mengambil senapannya."
"Ya. Pasti. Dia pasti benar-benar mengejar kita dengan senapan," ejek
Alan, menyikat helaian-helaian rumput yang baru dipotong dari
rambutnya yang berantakan itu.
82 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Oooh, Danny takut!" teriak Fred.
"Kau tak takut pada bajingan tua itu kan?" tuntut Alan. "Hanya karena
ia meraih bahumu tak berarti -"
"Aku tak tahu," sela Danny marah. "Pria tua itu tampaknya agak di
luar kendali bagiku. Dia sangat marah! Maksudku, mungkin ia akan
menembak kita untuk melindungi kotak pos berharganya itu."
"Taruhan kita bisa membuatnya lebih marah lagi," kata Alan tenang,
berdiri, menatap tajam pada Danny.
83 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aku harus pulang. Sampai jumpa lagi besok," kata Danny,
melambaikan tangan.
"Setidaknya kita dapat beberapa es krim gratis malam ini!" Seru Alan.
Hannah tak bisa menahan diri. Dia harus mengatakan sesuatu kepada
Danny.
"Mereka akan mendapatkan kesulitan besar dalam satu hari ini," tebak
Hannah. "Mereka benar-benar akan dapat kesulitan."
84 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Danny mengangkat bahu. "Mereka hanya bicara keras. Mereka pikir
itu keren. Tapi mereka benar-benar baik."
"Tapi mereka mencuri es krim dan -" Hannah memutuskan dia telah
cukup berkata.
85 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aku mengetuk dan mengetuk pintu dapur," kata Hannah, menarik
sehelai rambut pirang dari dahinya. "Aku bisa melihat ibumu di meja.
Dia memunggungiku. Dia tak berbalik atau apa."
86 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Danny berbelok di ujung jalan, mengatur ekspresi wajahnya, matanya
menyipit. Wajahnya bersinar menakutkan dalam cahaya kuning pucat
dari teras.
Danny ragu-ragu.
87 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
14
Pak Chesney meraih bahu Danny dan menariknya menjauh dari kotak
surat itu.
Salah satu sayap angsa kayu itu patah di tangan Danny. Saat Pak
Chesney bergelut menjauhkannya, Danny membiarkannya jatuh ke
tanah.
"Lepaskan dia!" teriak Hannah dari seberang jalan. Tapi rasa takut
meredam suaranya. Teriakannya keluar menjadi bisikan.
Tanpa sepatah kata pun, ketiga anak laki-laki itu berlari, berlari di
tengah jalanan yang gelap, sepatu mereka berdebam keras di trotoar.
88 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Lalu Hannah mulai berlari, menjaga di halaman depan yang gelap,
tersembunyi oleh pagar tanaman dan semak-semak rendah, berlari ke
arah yang dituju Danny dan teman-temannya.
Dua anjing tinggi, anjing kampung kaku dengan badan berbulu tipis,
menyeberang jalan di depan mereka, berlari perlahan-lahan, keluar
untuk berjalan-jalan sore. Anjing-anjing itu tak melihat saat anak-
anak laki-laki yang berlari melewatinya.
"Apa kalian lihat ekspresi wajahnya saat sayap yang konyol itu
jatuh?" teriak Fred.
89 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Danny tak ikut tertawa dengan mereka. Dia mengusap bahu kanannya
dengan satu tangan. "Dia benar-benar menghancurkan bahuku saat ia
memegangku," katanya, mengerang.
Dia dan Fred tertawa terbahak-bahak, duduk untuk setiap kali tos.
"Mungkin kita harus tinggal menjauh dari sana," kata Danny, masih
terengah-engah. "Kau dengar apa -yang dia katakan tentang
mengambil senapannya."
"Ya. Pasti. Dia pasti benar-benar mengejar kita dengan senapan," ejek
Alan, menyikat helaian-helaian rumput yang baru dipotong dari
rambutnya yang berantakan itu.
90 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Danny berhenti menggosok bahu dan mengerutkan kening ke bawah
pada Alan dan Fred, yang masih duduk di rumput. "Aku tak tahu."
"Kau tak takut pada bajingan tua itu kan?" tuntut Alan. "Hanya karena
ia meraih bahumu tak berarti -"
"Aku tak tahu," sela Danny marah. "Pria tua itu tampaknya agak di
luar kendali bagiku. Dia sangat marah! Maksudku, mungkin ia akan
menembak kita untuk melindungi kotak pos berharganya itu."
"Taruhan kita bisa membuatnya lebih marah lagi," kata Alan tenang,
berdiri, menatap tajam pada Danny.
91 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Ya, kau benar," setuju Alan, matanya (tertuju) pada Danny.
"Maksudku, dia menyakiti Danny. Dia tak punya hak menyambarnya
seperti itu.."
"Setidaknya kita dapat beberapa es krim gratis malam ini!" Seru Alan.
Hannah tak bisa menahan diri. Dia harus mengatakan sesuatu kepada
Danny.
"Tapi mereka mencuri es krim dan -" Hannah memutuskan dia telah
cukup berkata.
93 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Danny terus menatap tajam pada Hannah, seolah-olah mencoba
membaca pikirannya.
94 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Danny - mengapa ibumu tak membukakan pintu?" tanya Hannah
lirih.
Danny ragu-ragu.
95 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
16
"Jaaaangaaaan!"
Bisikan kematian.
Lebih dekat.
96 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Dan lalu pintu dapur terbuka, menyorotkan persegi panjang cahaya di
atas halaman.
97 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aku - aku tidak gila," Hannah tergagap marah.
"Haruskah aku menelepon polisi? Tak ada apa pun di belakang sana,"
kata Pak Fairchild, menggaruk rambut tipis cokelatnya, kacamatanya
mencerminkan cahaya dari langit-langit dapur.
98 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
17
Tapi saat lampu di koridor jatuh ke kamar tidur, dia menyadari dia
sama sekali tak menatap sosok menakutkan itu. Dia menatap lengan
baju sweter gelap yang panjang yang dilemparkannya ke tiang ranjang
di kaki tempat tidurnya.
99 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
menenangkan. Tapi malam ini bayangan-bayangan bergerak itu
membuatnya takut, mengingatkannya pada sosok gelap mengancam
yang memanggil namanya.
Pertanyaan, pertanyaan.
Jika Danny hantu, apa yang dia lakukan di sini? Mengapa ia pindah
(jadi) tetanggaku? Mengapa ia bergaul dengan Alan dan Fred?
Apakah mereka juga hantu? Apakah itu sebabnya aku tak pernah
melihat mereka di sekolah atau di kota sebelumnya? Apakah itu
sebabnya aku tak pernah melihat salah satu pun dari mereka? Mereka
semua hantu?
100 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Apakah berusaha untuk menahanku dari membuktikan bahwa Danny
adalah hantu?
Sosok hitam itu, mata merahnya bersinar lebih terang dari api,
bergerak ke arah Hannah. Lebih dekat. Dan lebih dekat.
Dan saat sosok hitam datang begitu dekat, cukup dekat untuk Hannah
untuk menjangkau dan menyentuhnya, sosok bayangan dengan
tangan-tangan seperti tongkat terulur ke atas dan menarik dirinya
(sendiri) terpisah-pisah.
Tak mungkin.
101 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Itu tak mungkin Danny. Mimpi itu tak masuk akal.
Dia hanya tahu satu hal yang pasti setelah malam yang panjang dari
pikiran-pikiran yang menakutkan.
®RatuBuku
102 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
18
103 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Malam itu cukup liar," kata Danny, menendang bola dengan pelan
padanya. "Maksudku, di rumah Pak Chesney."
"Ya. Itu agak menakutkan," kata Danny. Dia mengangkat bola dan
menyundulkannya kembali pada Hannah dengan kepalanya.
"Alan dan Fred ingin kembali ke rumah Chesney itu," kata Danny
padanya.
104 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Hah? Mereka apa?" Dia tak mengenai bola dan menendang
gumpalan rumput, "Aduh aku tak bisa bermain sepak bola dengan
sandal!"
Danny mengangkat bahu. "Tak ada lagi yang bisa dilakukan di kota
ini," gumamnya.
105 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
19
"Tahu? Tahu apa ?" Danny terus menatap Hannah, wajahnya penuh
dengan kebingungan. "Apa yang terjadi, Hannah?"
"Hah?" Mulut Danny ternganga tak percaya. Dia melepas topi Cubs-
nya dan menggaruk rambutnya, menatap tajam pada Hannah sebentar.
106 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aku?" teriaknya. "Tak mungkin! Apakah kau gila? Aku bukan
hantu!" Tanpa peringatan, Danny melangkah ke depan Hannah dan
menggerakkan tangannya di dada Hannah.
"Danny bukan hantu," kata Hannah keras. "Aku akhirnya tahu yang
sebenarnya. Danny bukan hantu. Akulah hantunya!"
107 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
20
Aku hantu.
108 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Takut dia mungkin terlihat, Hannah merunduk kembali ke balik
pohon.
Tapi rumah itu tak kosong! Pikir Hannah dengan marah. Aku tinggal
di sini! Seluruh keluargaku tinggal di sini - bukan begitu?
109 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
terasa lemas dan gemetar. Dia bersandar di kulit kayu pohon yang
kasar dan mendengarkan.
Hannah melihat dua wanita itu menatap rumah itu dengan penuh
pikiran dari posisi mereka di jalan masuk. Mereka menggelengkan
kepala.
Aku sudah mati selama lima tahun, pikir Hannah, membiarkan air
mata mengalir di pipinya. Tak heran aku tak tahu Danny atau teman-
temannya.
Tak heran aku belum mendapatkan surat dari Janey. Tak heran aku
belum mendengar kabar dari teman-temanku.
110 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Hantu-hantu datang dan pergi, pikirnya sedih. Kadang-kadang aku
cukup padat untuk naik sepeda atau menendang bola sepak. Dan
kadang-kadang aku begitu tipis, tangan seseorang dapat menembus
diriku.
Itu semua mulai masuk akal untuk Hannah. Mimpi seperti hari-hari
musim panas. Kesepian. Perasaan bahwa sesuatu tidak benar.
Tapi bagaimana tentang Ibu dan Ayah? tanyanya pada diri sendiri,
mendorong diri dari pohon. Bagaimana dengan si kembar? Apakah
mereka tahu? Apakah mereka tahu bahwa kami semua hantu?
111 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
21
Semua.
Tak ada kotak sereal di meja di mana kotak itu biasanya disimpan.
Tak ada magnet-magnet lucu di kulkas. Tak ada tirai di jendela. Tak
ada jam di dinding. Tak ada meja dapur.
Tak ada pakaian. Tak ada perabot rumah. Tak ada lampu-lampu atau
poster-poster di dinding atau buku-buku di rak buku.
112 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aku harus berbicara dengan seseorang," katanya lantang.
"Siapapun!"
Tak ada.
Aku mati.
®RatuBuku
Dia menarik diri, awalnya tak yakin di mana dia berada. Merasa
gemetar dan tegang, ia mengangkat matanya ke jendela dapur. Di
luar, langit biru-hitam.
113 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Malam.
Waktu mengapung keluar dan masuk saat kau itu hantu, Hannah
menyadari. Itulah mengapa musim panas telah terasa begitu singkat
dan begitu terbatas pada waktu yang sama. Dia merentangkan
tangannya ke langit-langit, kemudian berjalan dari dapur.
Tapi di mana?
"Danny -?"
Dia menemui Alan dan Fred, dan mereka akan ke rumah Pak
Chesney. Mereka akan membalas dendam pada Pak Chesney.
Aku akan ke sana juga, Hannah memutuskan. Aku harus pergi juga.
®RatuBuku
115 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Pak Chesney telah memperbaiki kotak suratnya, Hannah melihatnya.
Sayap angsa pahatan tangan melayang keluar dari tiang, yang telah
dikembalikan ke posisi lurus.
Dalam cahaya putih pucat lampu jalanan ini, Hannah bisa melihat
mereka tersenyum dan bercanda. Lalu ia melihat Fred mendorong
Danny ke kotak surat itu.
Dia melihat Danny berusaha untuk menarik kotak surat itu. Alan dan
Fred berdiri di belakangnya, mendorongnya
116 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Hannah terus melirik gugup ke rumah itu. Anak-anak itu begitu
berisik. Apa yang membuat mereka begitu yakin bahwa Pak Chesney
tak ada di rumah?
Apa yang membuat mereka begitu yakin bahwa Chesney tak akan
menepati janjinya dan mengejar mereka dengan senapannya?
Dia melihat Danny mati-matian menarik kotak surat itu. Dengan satu
tarikan keras, dia membuatnya miring.
117 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Tak ada tanda dari Pak Chesney.
Mungkin dia tak ada di rumah. Mungkin anak-anak akan bisa pergi
tanpa tertangkap.
Pak Chesney?
Bukan.
118 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
main. Danny mengatakan sesuatu, tapi Hannah tak bisa mendengar
kata-katanya.
Hannah melirik gugup ke rumah itu. Semua masih tetap. Tak ada Pak
Chesney. Tak ada bayangan yang bergerak pelan di dinding.
119 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Apa yang mereka lakukan? Hannah bertanya-tanya, merasa semua
otot-ototnya menegang ketakutan. Gigilan ketakutan bergerak
menuruni punggungnya saat ia melangkah keluar dari balik pohon
berdaun hijau itu.
Ketiga anak laki-laki itu, Alan memimpin, diikuti oleh Danny dan
Fred, membungkuk rendah, berlari cepat di depan rumah. Tertangkap
dalam cahaya oranye redup, cahaya dari jendela, Hannah bisa melihat
ekspresi tekad mereka.
120 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Dia terdiam saat ia melihat Alan mendorong Danny masuk ke dalam
jendela yang terbuka. Lalu Fred melangkah maju, mengangkat
tangannya ke langkan jendela, dan membiarkan Alan mendorongnya.
121 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
22
Sisi rumah itu tertutup dalam kegelapan. Jendela itu terlalu tinggi bagi
Hannah untuk bisa melihat ke dalam ruangan.
Dia jatuh ke tanah dan berputar. Dan melihat lampu melalui pagar
tinggi. Lampu mobil mengambang ke arah jalan masuk.
Pak Chesney?
122 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Apakah ia pulang ke rumah? Kembali pulang tepat waktu untuk
menangkap ketiga penyusup itu di rumahnya?
Cahaya api.
Api!
Dia bisa mencium bau asap sekarang. Dia bisa melihat bayangan api
berlompatan di kaca jendela.
Dia mulai berteriak kepada mereka lagi - tapi berhenti ketika dia
melihat bayangan itu bergerak ke arahnya di dinding rumah.
Dan melihat sosok gelap itu, lebih hitam daripada malam, mata
merahnya bersinar terang dari kegelapan wajahnya.
"Hannah - menjauhlah."
"Hannah... Hannah..."
125 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
23
"Alan!" teriaknya.
Sosok lain terjun keluar dari jendela saat derak lidah api berkembang
menjadi raungan. Fred mendarat keras di siku dan lututnya.
126 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Kita harus cari bantuan!" kata Fred, berteriak mengalahkan deru api.
Dia menarik lengan Alan. Kedua anak berangkat, berjalan limbung
menyeberangi halaman menuju rumah sebelah.
127 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Siapa kau?" jerit Hannah. "Apa kau itu? Apa yang kau inginkan?"
Sosok gelap itu tak menjawab. Mata bersinar itu tertuju padanya.
128 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
24
Hannah menatap ngeri dan tak percaya, berusaha untuk bernapas. Bau
asam mencekiknya. Kegelapan terus menyelubunginya, menahannya
sebagai tahanan.
"Aku hantu Danny. Saat ia mati dalam api, aku tak akan lagi jadi
bayangan. Aku akan LAHIR - Dan Danny akan pergi ke dunia
bayangan di tempatku!"
129 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
25
"Tiiidaaaaak!"
130 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Melindungi matanya dengan satu tangan, Hannah melangkah lagi ke
dalam ruangan. Lidah-lidah api terangkat seperti geyser (air mancur
panas) yang terang. Kertas dinding di salah satu dinding telah
tergulung ke bawah, pojokan menghitam tertutupi dengan loncatan
lidah-lidah api.
"Danny -!"
Aku tak bisa melalui lidah-lidah api yang tebal itu, Hannah menyadari
dengan ngeri. Dia melangkah lagi ke dalam ruangan, lalu tertahan
kembali.
"Tolong aku! Tolong aku!" Suara Danny terdengar kecil dan jauh di
belakang gelombang loncatan lidah-lidah api.
131 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Tolong aku!" Danny menatap Hannah, matanya kosong. Dia
tampaknya tidak melihat Hannah. "Tolong!"
"Ayo!"
Hannah menarik lagi, tapi Danny menahan diri. "Kita tidak bisa!"
Melaluinya.
132 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Menarik Danny. Menarik dengan membabi buta. Menarik dengan
sekuat tenaga.
Dia tak bernapas sampai mereka jatuh jungkir balik ke tanah yang
gelap yang dingin.
133 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
26
Itu adalah dua jam kemudian. Danny telah dirawat oleh paramedis
yang tiba tak lama setelah petugas pemadam kebakaran. Mereka
berkata kepada ibunya yang khawatir bahwa ia menderita karena
menghirup asap dan mengalami beberapa luka bakar ringan.
134 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Siapa?" wajah Bu Anderson kebingungan. "Siapa Hannah?"
"Tak ada gadis tetangga sebelah," kata ibunya. "Apakah ada, Molly?"
Dia berbalik untuk membaca bibir Bu Quilty.
®RatuBuku
135 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
tahun, pikir Hannah. Mungkin kami kembali untuk menyelamatkan
Danny dari sekarat dalam api seperti kami.
"Hannah... Hannah..."
"Baik, Bu."
136 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Hannah, pulanglah. Pulanglah pada kami," bisik ibunya,
memanggilnya pulang.
"Danny - ingat aku!" teriak Hannah, saat wajah Danny muncul jelas
dalam kabut abu-abu itu.
END
137 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m