Anda di halaman 1dari 8

PLANNING CAULERPA

A. Perencanaan Produksi
1. Pemilihan lokasi
 Lokasi jauh dari limbah industry maupun rumah tangga
 Lokasi budidaya harus jauh dari pengaruh air tawar dan dekat dengan air
laut
 Tambak dengan tanah dasar pasir berlumpur sebagai substrat
 Bebas dari predator
 kisaran salinitas yang baik untuk rumput laut Caulerpa sp adalah kisaran
28 – 35 ppt.
 Suhu air yang optimal Caulerpa sp berkisar antara 26 - 30oC
 pH yang optimal berkisar 7,7-8,4
 kecerahan air yang ideal adalah lebih dari 1 m.
 kedalaman yang optimal yaitu 0,3-0,6 m
 kecepatan arus yang optimal yaitu 0,2-0,4 m/s
 Nilai DO yang cocok adalah > 6 dan 4-6
2. Metode budidaya caulerpa sp di tambak

Metode longline

Gambaran metode longline


Metode Long Line adalah cara membudidayakan rumput laut dikolom air
(eupotik) dekat permukaan perairan dengan menggunakan tali yang dibentangkan
dari satu titik ke titik yang lain dengan panjang 50 m, dalam bentuk lajur lepas
atau terangkai dengan bantuan pelampung dan jangkar. Longline terbuat dari tali
tambang jenis polyethylen (PE) sebagai tali ris, staerofoam sebagai pelampung,
bambu untuk tali pancang budidaya dengan tinggi ± 1.5 m, keranjang digunakan
sebagai wadah. Tambak 0,5 ha petakannya terdiri dari 4 petakan yaitu ukuran 5
are, 5 are, 10 are dan 30 are. 5 are = 500 m 2 = 50 x 10 m2 ada 2 , 10 are = 1000 m2
= 100 x 10 m2, dan 30 are = 3000 m2 = 300 x 10 m2

3. Rencana Produksi (Sarana-Prasarana)


Bibit :
 Total dari kebutuhan bibit rumput laut sebanyak 500 kg dalam 0,5 Ha.
 Bobot setiap rumpun yaitu 50 gr.
 Dengan jarak antara rumpun yaitu 50 cm.
Wadah Budidaya :
 Pasang bambu untuk tali pancang budidaya dengan tinggi ± 1.5 m.
 Dengan jumlah bambu 2 di setiap tali.
 Pasang tali dari satu titik ke titik lain ris 50 m.
 Dengan jarak antar tali sebesar 1 m.
 Pada setiap 5 m tali diberi pelampung dengan staerofoam sebagai
pelampung.
 Pada setiap ujung diberi jangkar atau pemberat.

B. Perencanaan Pemasaran
1. Product Pasar
 Produk yang dijual dipasaran yaitu “Rumput Laut Caulerpa Basah”
2. Target Pasar
 Pembeli dengan Partai Besar
 Pembeli dengan Partai Kecil seperti masyarakat Sekitar
3. Porsi Penjualan
 Perbandingan hasil panen yang dijual secara Partai Besar dengan Partai Kecil
yaitu 80 : 20, berkisar 2160 : 540 kg.
4. Harga
 Harga yang ditawarkan untuk pembelian partai besar yaitu Rp60.000 dengan
minimal pembelian yaitu 100kg
 Harga yang ditawarkan untuk pembelian partai kecil dibawah 100kg dikenai
biaya Rp70.000
5. Perluasan Pasar
 Melakukan invoasi seperti menggunakan iklan di media social dan pembuatan
web yang dikhususkan untuk menjual rumput laut yang diproduksi.
6. Pengemasan
 Kemasan yang digunakan dalam pembelian dalam partai besar yaitu
menggunakan karung berukuran 50Kg
 Kemasan Plastik ukuran kecil dapat digunakan dalam pembelian partai kecil.
 Kemasan yang diperlukan dalam pengiriman jarak jauh yaitu Plastik dan
Styrofoam Box untuk menjaga kesegaran.
7. Pengiriman
 Pengiriman Luar pulau menggunakan pesawat atau kapal.
 Pengiriman dalam pulau menggunakan mobil pick up
 Pengiriman dalam kota menggunakan motor atau mobil

C. Perencanaan Keuangan
1 tahun = 6 kali siklus produksi
1 siklus produksi = 2 bulan
Harga bibit = Rp50.000/kg
Harga jual = Rp 60.000/kg (partai besar ≥ 100 kg)
= Rp 70.000/kg (partai kecil)
Biaya tetap (tahun)
1. tali rafia 30 kg Rp 450.000
2. tali fe 5000 m Rp 2.386.364
3. sterofoam 1000 buah Rp 18.000.000
4. bambu ukuran 1,5 m 200 buah Rp 1.000.000
5. pemberat 200 buah 10.200.000
6. perahu Rp. 14.500.000
7. Sewa lahan 0,5 ha Rp 50.000.000
Total : Rp 96.536.364
Biaya tetap (siklus)
1. tali rafia 5 kg Rp 75.000
2. tali fe 5000 m Rp 2.386.364
3. sterofoam 1000 buah Rp 18.000.000
4. bambu ukuran 1,5 m 200 buah Rp 1.000.000
5. pemberat 200 buah 10.200.000
6. perahu Rp. 14.500.000
7. Sewa lahan 0,5 ha Rp 8.300.000
Total : Rp 54.461.364
Gaji pekerja (per siklus) :
1. Spesialis (1 orang) = Rp 9.000.000
2. Pekerja tetap (2 orang) = Rp 16.000.000
3. Pekerja harian (5 orang) = Rp 5.000.000
4. Admin = Rp 5.000.000

Total = Rp 35.000.000/siklus

Jumlah yang dapat dijual adalah = 90% x 3.000 = 2.700 kg/tahun


No. Uraian Per 1 Siklus Per 1 tahun (6
Produksi siklus)
1. Biaya tetap
Bibit (kg) 500 3.000
Biaya bibit 25.000.000 150.000.000
Wadah dan perlengkapan 54.461.364 96.536.364
budidaya
Gaji pekerja 35.000.000 210.000.000
Biaya administrasi 2.000.000 12.000.000
Total biaya tetap 116.461.364 468.536.364
2. Biaya perawatan 1.605.000 9.630.000
Biaya panen 1.490.000 8.940.000
Total biaya variabel 3.095.000 18.570.000
3. Biaya total (biaya tetap + 119.556.364 487.106.364
biaya variabel)
4. Pendapatan
Hasil produksi basah (kg)
(partai besar 80%) 2.160 12.960
Hasil produksi basah (kg)
(partai besar 20%) 540 3.240
Pendapatan produksi 129.600.000 777.600.000
basah (partai besar)
Pendapatan produksi 37.800.000 226.800.000
basah (partai kecil)
Total pendapatan 167.400.000 1.004.400.000
5. Dana lain-lain 50.000.000 300.000.000
6. Laba
Laba produksi -2.156.364 217.293.636
 Analisis R/C (Analisis revenue cost ratio)

Keuntungan yang diperoleh selama 1 tahun/ 6kali siklus produksi

TR 1.004 .400.000
R/C = = ¿ 1,28
TC 787.106 .364

Berdasarkan analisis tersebut maka diperoleh nilai R/C yaitu sebesar 1,28 atau R/C >
1, maka dapat diinpretasikan bahwa usaha tersebut termasuk kedalam usaha yang
menguntungkan.

 Analisis BEP

Total biaya 787.106.364


BEP(Rp) = = ¿ 12.695 kg
Harga per unit 62.000

Berdasarkan analisis BEP diatas dapat diartikan bahwa, titik impas akan dicapai
saat kegiatan budidaya rumput laut basah menghasilkan sebanyak 12.695 kg.

 Analisis BEP

Total biaya 787.106.364


BEP(Rp) = = ¿ Rp 48.586
Total produksi 16.200

Berdasarkan analisis BEP diatas dapat diartikan bahwa, titik impas akan dicapai
pada saat harga rumput laut basah sebesar Rp 48.586

D. Perencanaan SDM
 Struktur usaha budidayanya adalah 1 orang pemilik usaha, 1 orang pekerja
spesialis budidaya, 2 orang pekerja tetap dan 5 orang pekerja harian
 Pemilik usaha bertanggung jawab atas administrasi dan keuangan usaha
 Pekerja spesialis budidaya bertanggung jawab atas berjalannya budidaya tersebut
beserta melakukan pengawasan
 Pekerja harian hanya bekerja pada saat pemanenan dan penanaman rumput laut
 Pencarian karyawan baru dengan melihat situasi dan kondisi usaha budidaya.
 Apabila ada karyawan baru, karyawan baru akan dilatih oleh pekerja spesialis
budidaya.
 Untuk transportasi dilakukan oleh pekerja harian.

Referensi

Darmawati, D., Rahmi, R., & Jayadi, E. A. (2016). Optimasi Pertumbuhan Caulerpa Sp Yang
Dibudidayakan Dengan Kedalaman Yang Berbeda Di Perairan Laguruda Kabupaten Takalar.
Octopus: JURNAL ILMU PERIKANAN, 5(1), 435-442.

Fatmawati, R. E., Aditya, A. C., & Susanti, M. (2020, January). Teknik Budidaya Rumput Laut
(Caulerpa Racemosa) Dengan Metode Sebar Di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau
Jepara, Jawa Tengah. In Prosiding Seminar Nasional MIPA Kolaborasi (Vol. 2, No. 1, pp. 234-
241).

Iskandar, S. N., Rejeki, S., & Susilowati, T. (2015). Pengaruh bobot awal yang berbeda terhadap
pertumbuhan Caulerpa lentillifera yang dibudidayakan dengan metode longline di tambak
Bandengan, Jepara. Journal of aquaculture Management and Technology, 4(4), 21-27.

Anda mungkin juga menyukai