Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PEDERITA KRONIK STROKE

Disusun oleh :

1. Alfina Suci Fitriyani (A02019005)


2. Aseska Galah Mahardika (A02019012)
3. Anwar Faozi (A02019010)
4. Dian Fitriani S (A02019022)
5. Diah Ayu Rahmawati (A02019024)
6. Fitri Nurul Hikmah (A02019030)
7. Hani Nurhasanah (A02019033)
8. Indar Nurul Fatimah (A02019034)
9. Kukuh Ridho P (A02019039)

PROGRAM DII KEPERAWATAN

STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG


Kata Pengantar

Alhamdulillah ,segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah


SWT. Karena atassegala rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Penderita Kronik Stroke ” ini
dengan tepat waktu .Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Psikologi. Kami harap dapat menambah wawasan dan pengetahuan
khususnya bagi para pembaca.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada tim
Dosen mata kuliah Psikologi yang telah memberikan bimbingan kepada kami,
sehingga bisa menyelesaikan makalah ini
Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini, karena
itu kami sangat mengharapkan saran dan kritikan dari para pembaca untuk
melengkapi segala kekurangan dari makalah ini. Kami berharap semoga makalah
ini bermanfaat bagi para pembaca. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
pihak pihak yang telah membantu selama proses penyusunan makalah ini.

Gombong,11 Desember 2019


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit kronik didefinisikan sebagai kondisi medis atau masalah
kesehatan yang berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang
membutuhkan penatalaksanaan jangka panjang. Berdasarkan data WHO,
prevalensi penyakit kronik di dunia mencapai 70% dari kasus yang
menyebabkan kematian. Presentase ini akan semakin meningkat dari tahun ke
tahun. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan gaya hidup,
mengkonsumsi makanan tinggi lemak, kolesterol, merokok dan stress yang
tinggi. Diperkirakan pada tahun 2030 sekitar 150 juta orang akan terkena
penyakit kronis. Jenis penyakit kronik yang menyebabkan kematian adalah
penyakit kardiovaskuler, kanker, penyakit paru obstruksi kronik, hipertensi
dan diabetes mellitus.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian penyakit kronik stroke?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada penyakit kronik stroke?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian penyakit kronik stroke
2. Untuk mengetahui cara asuhan keperawatan pada penyakit kronik
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penyakit Kronik Stroke


Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu
atau berkurang akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh
darah (stroke hemoragik). Tanpa darah, otak tidak akan mendapatkan asupan
oksigen dan nutrisi, sehingga sel-sel pada sebagian area otak akan mati.
1. Etiologi
Stroke hemoragik umumnya disebabkan oleh adanya perdarahan
intra !ranial dengan gejala peningkatan tekanan darah systole 200mmhg
pada hipertonik dan 100 mmhg pada normotonik, bradikardia, wajah
keunguan, sianosis, dan pernafasan mengorok
Penyebab stroke hemoragik, yaitu :
a. Kekurangan suplay oksigen yang menuju otak.
b. Pecahnya pembuluh darah di otak karena kerapuhan pembuluh darah
otak.
c. Adanya sumbatan bekuan darah di otak.
2. Gejala stroke hemoragik bisa meliputi :
a. Perubahan tingkat kesadaran
b. mengantuk, letih, apatis, koma
c. Kesulitan berbicara atau memahami orang lain.
d. Kesulitan menelan
e. Kesulitan menulis atau membaca
B. Asuhan Keperawatan pada stroke hemoragik
1. Pengkajian
a. Identitas
Identitas meliputi identitas klien (nama, umur, jenis kelamin,
status, suku,agama, alamat, pendidikan, diagnosa medis, tanggal
MRS dan tanggal pengkajian diambil) dan identitas penanggung
jawab (nama,umur, pendidikan, agama, suku, hubungan dengan klien,
pekerjaan,alamat).
b. Keluhan Utama
Pasien depresi dan kecemasan adalah masalah umum yang sering
terjadi setelah stroke, Kelemahan anggota gerak sebelah badan,
bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi dan penurunan tingkat
kesadaran.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat
mendadak saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi
nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar,
kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
d. Riwayat Penyakit terdahulu
Adanya riwayat hipertensi, penyakit jantung, anemia, riwayat
trauma kepala, kotrasepsi oral yang lama, penggunan obat-obat
antikoagulasi, aspirin, asodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, atau
adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu. Pemeriksaan fisik
keadaan umum mengalami penurunan kesadaran, suara bicara,
kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak
bisa bicara, nadi bervariasi. Pada infeksi didapatkan klien batuk,
peningkatan sputum, sesak napas, penggunaan alat bantu napas, dan
peningkatan frekuensi napas. Pada klien dengan kesadaran C3, pada
infeksi peningkatan pernapasannya tidak ada kelainan, palpasi
thoraks didapatkan taktil fremitus seimbang, auskultasi tidak
didapatkan bunyi napas tambahan.
2. Pola Fungsional Menurut Virginia Henderson
a. Pola Bernapas
Sebelum sakit : normal, tidak sesak napas
Sesudah sakit : normal, tidak sesak napas
b. Pola Nutrisi
Sebelum sakit : makan dengan teratur
Sesudah sakit : mekan tidak teratur
c. Pola Eliminasi
BAB
Sebelum sakit : normal, lancar, satu hari sekali
Sesudah sakit : normal, lancar, satu hari sekali
BAK
Sebelum sakit : tiga kali sehari
Sesudah sakit : tiga kali sehari

d. Pola Gerak dan Keseimbangan


Sebelum sakit : bergerak secara normal tanpa bantuan
Sesudah sakit : separuh tubuh tidak bisa digerakan, membutuhkan
bantuan dan lebih banyak berbaring ditempat tidur.

e. Pola Istirahat
Sebelum sakit :tidur cukup 6-7 jam perhari
Sesuadah sakit : lebih banyak tidur dan istirahat

f. Pola Berpakaian
Sebelum sakit : bisa mengenakan pakaian sendiri tanpa bantuan
Sesuadah sakit : tidak bisa mengenakan pakaian sendiri harus
dengan bantuan

g. Pola Mempertahankan Sirkulasi


Sebelum sakit : sirkulasi udara baik
Sesuadah sakit : sirkulasi udara baik

h. Pola Personal Hygene


Sebelum sakit : mandi dan gosok gigisehari dua kali, keramas dua
hari sekali, tanpa bantuan
Sesuadah sakit : mandi, gosok gigi dan keramas membutuhkan
bantuan orang lain
i. Pola Rasa Aman dan Nyaman
Sebelum sakit : merasa aman dan nyaman
Sesuadah sakit : kurang nyaman karena separuh tubuhnya tidak
bisa digerakan

j. Pola Komunikasi
Sebelum sakit : tidak ada hambatan komunikasi
Sesuadah sakit : mengalami hambatan komunikasi karena celo

k. Pola Spiritual
Sebelum sakit : dapat melaksanakan sholat seperti biasa tanpa ada
hambatan
Sesuadah sakit : ada hambatan dalam sholat karena separuh
tubuhnya tidak dapat digerakan, merasa tuhan tidak adil dan putus
asa.

l. Pola Bermain dan Rekreasi


Sebelum sakit : sering pergi berekreasi dengan keluarga
Sesuadah sakit : tidak lagi pergi berekreasi karena malu keluar
rumah dengan keadaan yang tidak sempurna

m. Pola Bekerja
Sebelum sakit : bekerja seperti biasa
Sesuadah sakit : tidak bisa bekerja seperti biasa

n. Pola Belajar
Sebelum sakit : belum mengetahui penyakit yang dideritanya
Sesuadah sakit : belum mengetahui penyakit yang dideritanya
3. Diagnosis
NO DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI PARAF
1 DS: harga diri rendah Gangguan citra
- Pasien mengatakan situasional tubuh
tidak berharga bagi
keluargga dan
menyusahkan
keluarga.
DO:
- pasien tidak mau
berbaur dengan
keluarga.
2 DS: Sidrom pasca Tidak adanya
- pasien mengatakan trauma dukungan sosial
malu untuk bertemu
orang
DO:
- pasien hanya berdiam
diri di tempat tidur
3 DS: Gangguan citra Perubahan
- pasien mengatakan tubuh persepsi diri
trauma terhadap
bagian tubuh yang
tidak berfungsi.
DO:
- sebagian tubuh pasien
tidak berfungsi.

Diagnosa keperawatan:
a. harga diri rendah situasional b.d gangguan citra tubuh
b. sindrom pasca trauma b.d tidak adanya dukungan sosial
c. Gangguan citra tubuh b.d perubahan persepsi diri.
4. Intervensi
a. harga diri rendah situasional b.d gangguan citra tubuh
1) Berikan lingkungan yang aman secara fisik dan terstruktur.
2) Peroleh perhatian klien sebelum memulai interaksi.
3) Berikan umpan balik positif.
4) Puji perilaku yang diinginkan dan berusaha mengontrol diri.
5) Kurangi petunjuk secara fisik.
b. sindrom pasca trauma b.d tidak adanya dukungan social
1) dukungan harapan yang realistis
2) tingkatkan hubungan yang terbuka, slaing percaya dengan
keluarga.
3) Ciptakan lingkungan yang mendukung.
c. Gangguan citra tubuh b.d perubahan persepsi diri.
1) Tentukan harapan citra diri pasien didasarkan berdasarkan
tahap perkembanagan.
2) Monitor frekuensi dari pernyataan mengkritisi diri.
3) Tentukan apakah perubahan citra tubuh berkontribusi
terhadap isolasi social.

5. Implementasi
a. harga diri rendah situasional b.d gangguan citra tubuh
1) memberikan lingkungan yang aman secara fisik dan
terstruktur.
2) memperoleh perhatian klien sebelum memulai interaksi.
3) memberikan umpan balik positif.
4) memuji perilaku yang diinginkan dan berusaha mengontrol
diri.
5) mengurangi petunjuk secara fisik.
b. sindrom pasca trauma b.d tidak adanya dukungan social
1) mendukungan harapan yang realistis
2) meingkatkan hubungan yang terbuka, slaing percaya dengan
keluarga.
3) menciptakan lingkungan yang mendukung.
d. Gangguan citra tubuh b.d perubahan persepsi diri.
1) menentukan harapan citra diri pasien didasarkan berdasarkan
tahap perkembanagan.
2) memonitor frekuensi dari pernyataan mengkritisi diri.
3) menentukan apakah perubahan citra tubuh berkontribusi
terhadap isolasi social.
6. Evaluasi
a. harga diri rendah situasional b.d gangguan citra tubuh
S : Pasien mengatakan tidak berharga bagi keluarga dan
menyusahkan keluarga.
O : Pasien sudah mau berkumpul dengan keluarga
A : Masalah teratasi
P : Tidak ada intervensi lanjutan
b. sindrom pasca trauma b.d tidak adanya dukungan social
S : pasien mengatakan malu untuk bertemu orang
O : Pasien sudah mau bangun dari tempat tidur
A :Masalah teratasi
P : Tidak ada intervensi lanjutan
c. Gangguan citra tubuh b.d perubahan persepsi diri.
S : pasien mengatakan trauma terhadap bagian tubuh yang tidak
berfungsi.
O : Sebagian tubuh pasien mulai dapat berfungsi
A : Masalah Belum teratasi
P : Adanya intervensi lanjutan yaituu melakukan terapi kepada
pasien
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh
darah otak. Hampir 70 % kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita
hipertensi. (Nurarif & Kusuma, 2013)
Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga
menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu
daerah di otak dan kemudian merusaknya. (Adib, M, 2009)
Stroke hemoragik ada dua jenis yaitu:
a. Hemoragik intra serebral: perdarahan yang terjadi di dalam jaringan otak.
b. Hemoragik sub arachnoid: perdahan yang terjadi pada ruang sub
arachnoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan
yang menutupi otak). (Nurarif & kusuma,2013)

B. Saran
Untuk para pembaca disarankan menjaga kesehatan dengan pola hidup yang
sehat, rutin memeriksakan tekanan darah, rajin berolahraga untuk menghindari
terjadinya serangan stroke.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=2ahUKEwjWvL-
S4bHmAhVm6XMBHb6fD9EQFjABegQIBRAB&url=https%3A%2F
%2Fwww.academia.edu
%2F10433703%2FASKEP_STROKE_PD_TN_A&usg=AOvVaw0YW_PZTBC7jHUFy
F1AFT3Q
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjWvL-
S4bHmAhVm6XMBHb6fD9EQFjACegQIARAB&url=https%3A%2F
%2Fwww.academia.edu
%2F20378617%2FAsuhan_Keperawatan_STROKE_HEMORAGIK&usg=AOvVaw2CB
K55vzEywQEn6rKSCTI
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjWvL-
S4bHmAhVm6XMBHb6fD9EQFjAEegQIAxAC&url=https%3A%2F%2Fstikesmuh-
pringsewu.ac.id%2Fperpustakaan%2Findex.php%3Fp%3Dfstream-pdf%26fid
%3D1155%26bid%3D3650&usg=AOvVaw1RnERhRgNwSZ_LR1TRgFhS

Anda mungkin juga menyukai