Anda di halaman 1dari 9

Pemberian Obat, Cairan dan Pemantauan Nutrisi pada Anak

Luvie Mevia Azzahra, 1706039282


Maria K Ukago, 1706103524 - Kelas Anak H
(Mariachristine77708@gmail.com)
A. Obat
 Penyediaan Obat
cara menyimpan obat yang benar :

1. Sediakan wadah penyimpanan obat dan pilah-pilah obat menurut jenisnya, untuk
memudahkan ketika kita mencarinya.
2. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.
3. Simpan obat pada suhu kamar dan terhindar dari sinar matahari langsung atau seperti
yang tertera pada kemasan.
4. Simpan obat ditempat yang tidak panas atau tidak lembab karena dapat menimbulkan
kerusakan.
5. Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar tidak beku, kecuali
jika tertulis pada etiket obat.
6. Periksa kondisi obat secara rutin, jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa atau
rusak.
7. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
8. Bersihkanlah wadah/kotak tempat penyimpanan obat secara rutin.

 Prinsip 6 benar pemberian obat:


1. Benar pasien
2. Benar obat
3. Benar dosis
4. Benar cara/rute.
5. Benar waktu
6. Benar dokumentasi
 Dosis Obat
Kesalahan dalam menghitung dosis obat merupakan hal umum yang terjadi dalam
praktik rumah sakit di seluruh dunia, karenanya penghitungan sebaiknya dihindari,
sebisa mungkin.
a. Beberapa dosis obat diberikan sesuai dengan berat badan anak mulai dari berat
3 kg hingga 29 kg.
 Rute Pemberian Obat
1. Instramuscular, pemberian melalui jaringan otot
Tujuannya, agar diabsorbsi tubuh dengan cepat
Indikasi, bisa dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak bekerjasama dan
tidak mungkin untuk diberikan secara oral dan steril
Kontraindikasi, infeksi, lesi kulit, jaringan parut, otot syaraf besar dibawahnya.
2. Intravena, dengan memasukkan obat kedalam wadah cairan intravena
Tujuan, meminimalkan efek samping dan mempertahankan kadar terpeutik dalam
darah.
Indikasi, = IM
Kontraindikasi, tidak steril, obat tidak dapat larut, endapan atau butiran darah
3. Langsung, memberikan obat pada vena secara langsung
Tujuan, obat dapat bereaksi langsung masuk ke dalam pembuluh darah
Indikasi, = IM
Kontraindikasi = IV
4. Subcutan, melalui suntikan dibawah kulit tepatnya di lengan atas
Tujuan, agar insulin dapat mengontrol gula darah
Indikasi, = IM, bebas dari infeksi
Kontraindikasi, obat yang merangsang, dalam dosis yang besar, tidak larut dalam
air.
5. Intracutan, memasukkan obat kedalam jaringan parut
Tujuan, melakukan skintest atau test alergi jenis obat
Indikasi, = IM, tidak alergi
Kontraindikasi, luka, berbulu, alergi, infeksi kulit.
 Pemberian Obat Oral di Rumah oleh Ibu
Ikuti juga petunjuk yang tercantum dalam tiap tabel dosis obat
Tentukan jenis obat dan dosis yang sesuai berdasarkan berat atau umur anak
Jelaskan alasan pemberian obat
Peragakan bagaimana cara membuat satu Dosis
Perhatikan cara ibu menyiapkan sendiri satu Dosis
Mintalah ibu memberikan dosis pertama pada anak bila obat harus diberikan di
klinik
Terangkan dengan jelas cara memberi obat dan tuliskan pada label obat
Jika akan memberikan lebih dari satu obat, bungkus setiap obat secara terpisah
Jelaskan bahwa semua obat harus diberikan sesuai anjuran walaupun anak telah
menunjukkan perbaikan
Cek pemahaman ibu, sebelum ibu meninggalkan klinik atau Rumah Sakit
B. Pemberian Cairan
 Kebutuhan Air dan Elektrolit

 Faktor yang Mempengaruhi Cairan


Peningkatan terhadap kebutuhan cairan harian diantaranya :
a. Demam ( kebutuhan meningkat 12% setiap 1C, jika suhu > 37C )
b. Hiperventilasi
c. Suhu lingkungan yang tinggi
d. Aktivitas yang ekstrim / berlebihan
e. Setiap kehilangan yang abnormal seperti diare atau poliuria
Penurunan terhadap kebutuhan cairan harian diantaranya yaitu :
a) Hipotermi ( kebutuhannya menurun 12% setiap 1C, jika suhu <37C )
b) Kelembaban lingkungan yang sangat tinggi
c) Oliguria atau anuria
d) Hampir tidak ada aktivitas
e) Retensi cairan misal gagal jantung
 Terapi Cairan
Penatalaksanaan terapi cairan meliputi dua bagian dasar yaitu ;
Resusitasi cairan
Ditujukan untuk menggantikan kehilangan akut cairan tubuh, sehingga seringkali
dapat menyebabkan syok. Terapi ini ditujukan pula untuk ekspansi cepat dari
cairan intravaskuler dan memperbaiki perfusi jaringan.
Terapi rumatan
Bertujuan untuk memelihara keseimbangan cairan tubuh dan nutrisi yang
diperlukan oleh tubuh
Hal ini digambarkan dalam diagram berikut :

 Pemilihan Cairan
Cairan intravena diklasifikasikan menjadi kristaloid dan koloid.
Kristaloid merupakan larutan dimana molekul organik kecil dan inorganik
dilarutkan dalam air. Larutan ini ada yang bersifat isotonik, hipotonik,
maupun hipertonik.
 Tatalaksana Pemberian Cairan
Kebutuhan total cairan per hari seorang anak dihitung dengan formula berikut:
100 ml/kgBB untuk 10 kg pertama, lalu 50 ml/kgBB untuk 10 kg berikutnya,
selanjutnya 25 ml/kgBB untuk setiap tambahan kg BB-nya. Sebagai contoh,
seorang bayi dengan berat 8 kg mendapatkan 8 x 100 ml = 800 ml setiap harinya,
dan bayi dengan berat 15 kg (10 x 100) + (5 x 50) = 1250 ml per hari.
Berikan anak sakit cairan dalam jumlah yang lebih banyak daripada jumlah di atas
jika terdapat demam (tambahkan cairan sebanyak 10% setiap 1°C demam)
 Memonitor sekaligus memantau Asupan Cairan
Perhatikan dengan seksama untuk mempertahankan hidrasi yang adekuat pada
anak yang sakit berat, yang mungkin belum bisa menerima cairan oral selama
beberapa waktu. Pemberian cairan sebaiknya diberikan per oral (melalui mulut
atau NGT). Jika cairan perlu diberikan secara IV, pemantauan yang ketat penting
sekali karena adanya risiko kelebihan cairan yang dapat menyebabkan gagal
jantung atau edema otak. Jika pemantauan ketat ini tidak mungkin dilakukan,
pemberian cairan secara IV harus dilakukan hanya pada tatalaksana anak dengan
dehidrasi berat, syok septik dan pemberian antibiotik secara IV, serta pada anak
yang mempunyai kontraindikasi bila diberikan cairan oral (misalnya perforasi
usus atau masalah yang memerlukan pembedahan). Cairan rumatan secara IV
yang dapat diberikan adalah half-normal saline + glukosa 5%. Jangan berikan
glukosa 5% saja selama beberapa waktu karena dapat menyebabkan hiponatremia.
C. Pemantauan Nutrisi pada Anak
 Tatalaksana nutrisi pada anak sakit
Prinsip memberi makan bayi dan anak kecil yang sakit adalah:
Teruskan pemberian ASI
Jangan menghentikan pemberian makan
Berikan suapan sedikit-sedikit namun sering, setiap 2-3 jam
Bujuk dan semangati anak dan lakukan dengan sabar
Pasang NGT jika anak anoreksi berat
Kejar ketertinggalan pertumbuhan setelah nafsu makan anak pulih.
 Kebutuhan makanan untuk tumbuh kejar
1. Makanan yang diberikan pada anak harus: enak (untuk anak), mudah dimakan (lunak
atau cair), mudah dicerna, bergizi dan kaya energi dan nutrien.
2. Prinsip dasar dalam tatalaksana nutrisi adalah untuk memberikan diet dengan
makanan yang mengandung cukup energi dan protein kualitas tinggi.
3. Anak harus dibujuk untuk makan dalam porsi kecil namun sering. Jika anak dibiarkan
untuk makan sendiri, atau harus makan bersaing dengan saudaranya, mungkin anak
tidak akan mendapatkan cukup makanan.
4. Hidung yang tersumbat oleh lendir yang kering atau kental dapat mengganggu
pemberian makan. Berikan tetesan air garam ke dalam hidung dengan ujung kain
yang telah dibasahi untuk membantu melunakkan lendir tersebut.
5. Pada sebagian kecil anak yang tidak dapat minum/makan selama beberapa hari
berikan minuman menggunakan NGT.
6. Untuk mendukung tatalaksana nutrisi anak di rumah sakit, pemberian makan/minum
harus ditingkatkan selama anak dalam proses penyembuhan untuk mengganti berat
badan anak yang hilang.
 Pengkajian Nutrisi pada Anak
a. Melakukan Penilaian Status Gizi Anak
Penilaian status gizi anak di fasilitas kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit dll),
tidak didasarkan pada Berat Badan anak menurut Umur (BB/U). Pemeriksaan
BB/U dilakukan untuk memantau berat badan anak, sekaligus untuk melakukan
deteksi dini anak yang kurang gizi (gizi kurang dan gizi buruk). Pemantauan berat
badan anak dapat dilakukan di masyarakat (misalnya posyandu) atau di sarana
pelayanan kesehatan (misalnya puskesmas dan Klinik Tumbuh Kembang Rumah
Sakit), dalam bentuk kegiatan pemantauan Tumbuh Kembang Anak dengan
menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat), yang dibedakan antara anak laki-laki
dan perempuan. Status gizi anak < 2 tahun ditentukan dengan menggunakan tabel
Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB); sedangkan anak umur ≥ 2 tahun
ditentukan dengan menggunakan tabel Berat Badan menurut Tinggi Badan
(BB/TB). Anak didiagnosis gizi buruk apabila secara klinis “Tampak sangat kurus
dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh” dan atau jika
BB/PB atau BB/TB < - 3 SD atau 70% median. Sedangkan anak didiagnosis gizi
kurang jika “BB/PB atau BB/TB < - 2 SD atau 80% median”
b. Dukungan terhadap pemberian ASI
ASI eksklusif sebaiknya diberikan mulai bayi lahir hingga berumur 6 bulan,
teruskan pemberian ASI, juga berikan makanan tambahan, mulai anak umur 6
bulan hingga 2 tahun atau lebih. Petugas yang merawat anak kecil yang sakit
wajib mendukung ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya dan membantu ibu
mengatasi kesulitan yang ada.
c. Menilai Pemberian ASI
Tanyakan kepada ibu tentang pemberian ASI-nya dan perilaku bayinya. Amati ibu
saat menyusui anaknya untuk memastikan apakah ia memerlukan bantuan:

Cara bayi melekat pada payudara ibunya.


Tanda perlekatan bayi yang baik adalah: Lebih banyak areola yang terlihat di
atas mulut bayi, Mulut bayi terbuka lebar, Bibir bawah bayi membuka keluar,
Dagu bayi menyentuh payudara ibu.
Cara ibu menyangga bayinya.
Bayi digendong merapat ke dada ibu, Wajah bayi menghadap payudara ibu,
Tubuh dan kepala bayi berada pada satu garis lurus, Seluruh tubuh bayi harus
tersangga.
Cara ibu memegang payudaranya
1. Mengatasi kesulitan dalam pemberian ASI
‘ASI tidak cukup’, Hampir semua ibu dapat memproduksi cukup ASI untuk
seorang bahkan dua orang bayi sekaligus. Namun demikian, terkadang bayi tidak
mendapatkan cukup ASI.
Penyebab umum mengapa seorang bayi tidak mendapatkan cukup ASI adalah:
Praktek menyusui yang kurang baik: perlekatan yang salah (penyebab paling umum),
terlambat memulai pemberian ASI, pemberian ASI dengan waktu yang tetap, bayi
tidak diberi ASI pada malam hari, bayi menyusu dengan singkat, menggunakan botol,
dot dan memberikan makanan serta cairan selain ASI.
Faktor psikologis ibu: tidak percaya diri, khawatir, stres, depresi, tidak suka
menyusui, bayi menolak, kelelahan.
Kondisi fisik ibu: menderita penyakit kronik (misalnya: TB, anemia berat, penyakit
jantung rematik), menggunakan pil KB, diuretik, hamil, gizi buruk, alkohol, merokok,
sebagian plasenta ada yang tertinggal (jarang).
Kondisi bayi: bayi sakit atau mempunyai kelainan bawaan (bibir sumbing atau
penyakit jantung bawaan) yang mengganggu pemberian minum.
2. Cara meningkatkan produksi ASI
Cara utama untuk meningkatkan atau memulai kembali produksi ASI adalah bayi
harus lebih sering mengisap untuk menstimulasi payudara ibu. Beri minuman lain
menggunakan cangkir sambil menunggu ASI keluar. Jangan gunakan botol atau
alat bantu lainnya. Kurangi pemberian susu formula sebanyak 30–60 ml per hari
ketika ASI ibu mulai banyak. Ikuti perkembangan berat badan bayi.
3. Penolakan atau keengganan bayi untuk menyusu
Alasan utama mengapa bayi menolak menyusu: Bayi sakit, mengalami nyeri atau
dalam keadaan sedasi. Jika bayi dapat mengisap, semangati ibu untuk menyusui
bayinya lebih sering. Jika bayi sakit berat, ibu mungkin perlu memerah ASI dan
memberikannya dengan menggunakan sendok dan cangkir atau pipa sampai bayi
mampu menyusu lagi.
4. Bayi yang tidak dapat menyusu
Bayi yang tidak menyusu harus mendapatkan hal berikut: 
- ASI perah (lebih baik dari ibu kandungnya), atau
- Susu formula yang dilarutkan dalam air bersih sesuai dengan instruksi yang ada atau,
jika mungkin, formula cair yang siap minum, atau
- Susu hewani (larutkan 50 ml air ke dalam 100 ml susu sapi dan tambahkan 10 g gula,
dengan tambahan mikronutrien yang telah disetujui. Jangan berikan pada bayi kurang
bulan)

ASI perah merupakan pilihan terbaik – dalam jumlah berikut:

 Bayi ≥ 2.5 kg: beri 150 ml/kgBB per hari, dibagi menjadi 8 kali pemberian minum,
dengan interval 3 jam. Memberi minum bayi dengan ASI perah menggunakan cangkir
 Bayi < 2.5 kg: lihat halaman 63 untuk panduan lebih jelas. Jika anak terlalu lemah
untuk mengisap, pemberian minum dapat dilakukan menggunakan cangkir. Berikan
dengan NGT jika anak letargis atau anoreksi berat.

Daftar Pustaka

ICHRC. Campak [Internet]. [cited 2016 Jan 14]. Available from:


http://www.ichrc.org/67-campak.
Depkes RI. (2008). Buku bagan MTBS (Manajement Terpadu Balita Sakit). Jakarta:
Depkes RI.

Graber, MA. Terapi Cairan, Elektrolit, dan Metabolik. Edisi 2. Jakarta: Farmedia. 2003.

WHO. (2009). Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. Department of Child
and Adolescent Health and Development (CAH).

Anda mungkin juga menyukai