1. Sediakan wadah penyimpanan obat dan pilah-pilah obat menurut jenisnya, untuk
memudahkan ketika kita mencarinya.
2. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.
3. Simpan obat pada suhu kamar dan terhindar dari sinar matahari langsung atau seperti
yang tertera pada kemasan.
4. Simpan obat ditempat yang tidak panas atau tidak lembab karena dapat menimbulkan
kerusakan.
5. Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar tidak beku, kecuali
jika tertulis pada etiket obat.
6. Periksa kondisi obat secara rutin, jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa atau
rusak.
7. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
8. Bersihkanlah wadah/kotak tempat penyimpanan obat secara rutin.
Pemilihan Cairan
Cairan intravena diklasifikasikan menjadi kristaloid dan koloid.
Kristaloid merupakan larutan dimana molekul organik kecil dan inorganik
dilarutkan dalam air. Larutan ini ada yang bersifat isotonik, hipotonik,
maupun hipertonik.
Tatalaksana Pemberian Cairan
Kebutuhan total cairan per hari seorang anak dihitung dengan formula berikut:
100 ml/kgBB untuk 10 kg pertama, lalu 50 ml/kgBB untuk 10 kg berikutnya,
selanjutnya 25 ml/kgBB untuk setiap tambahan kg BB-nya. Sebagai contoh,
seorang bayi dengan berat 8 kg mendapatkan 8 x 100 ml = 800 ml setiap harinya,
dan bayi dengan berat 15 kg (10 x 100) + (5 x 50) = 1250 ml per hari.
Berikan anak sakit cairan dalam jumlah yang lebih banyak daripada jumlah di atas
jika terdapat demam (tambahkan cairan sebanyak 10% setiap 1°C demam)
Memonitor sekaligus memantau Asupan Cairan
Perhatikan dengan seksama untuk mempertahankan hidrasi yang adekuat pada
anak yang sakit berat, yang mungkin belum bisa menerima cairan oral selama
beberapa waktu. Pemberian cairan sebaiknya diberikan per oral (melalui mulut
atau NGT). Jika cairan perlu diberikan secara IV, pemantauan yang ketat penting
sekali karena adanya risiko kelebihan cairan yang dapat menyebabkan gagal
jantung atau edema otak. Jika pemantauan ketat ini tidak mungkin dilakukan,
pemberian cairan secara IV harus dilakukan hanya pada tatalaksana anak dengan
dehidrasi berat, syok septik dan pemberian antibiotik secara IV, serta pada anak
yang mempunyai kontraindikasi bila diberikan cairan oral (misalnya perforasi
usus atau masalah yang memerlukan pembedahan). Cairan rumatan secara IV
yang dapat diberikan adalah half-normal saline + glukosa 5%. Jangan berikan
glukosa 5% saja selama beberapa waktu karena dapat menyebabkan hiponatremia.
C. Pemantauan Nutrisi pada Anak
Tatalaksana nutrisi pada anak sakit
Prinsip memberi makan bayi dan anak kecil yang sakit adalah:
Teruskan pemberian ASI
Jangan menghentikan pemberian makan
Berikan suapan sedikit-sedikit namun sering, setiap 2-3 jam
Bujuk dan semangati anak dan lakukan dengan sabar
Pasang NGT jika anak anoreksi berat
Kejar ketertinggalan pertumbuhan setelah nafsu makan anak pulih.
Kebutuhan makanan untuk tumbuh kejar
1. Makanan yang diberikan pada anak harus: enak (untuk anak), mudah dimakan (lunak
atau cair), mudah dicerna, bergizi dan kaya energi dan nutrien.
2. Prinsip dasar dalam tatalaksana nutrisi adalah untuk memberikan diet dengan
makanan yang mengandung cukup energi dan protein kualitas tinggi.
3. Anak harus dibujuk untuk makan dalam porsi kecil namun sering. Jika anak dibiarkan
untuk makan sendiri, atau harus makan bersaing dengan saudaranya, mungkin anak
tidak akan mendapatkan cukup makanan.
4. Hidung yang tersumbat oleh lendir yang kering atau kental dapat mengganggu
pemberian makan. Berikan tetesan air garam ke dalam hidung dengan ujung kain
yang telah dibasahi untuk membantu melunakkan lendir tersebut.
5. Pada sebagian kecil anak yang tidak dapat minum/makan selama beberapa hari
berikan minuman menggunakan NGT.
6. Untuk mendukung tatalaksana nutrisi anak di rumah sakit, pemberian makan/minum
harus ditingkatkan selama anak dalam proses penyembuhan untuk mengganti berat
badan anak yang hilang.
Pengkajian Nutrisi pada Anak
a. Melakukan Penilaian Status Gizi Anak
Penilaian status gizi anak di fasilitas kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit dll),
tidak didasarkan pada Berat Badan anak menurut Umur (BB/U). Pemeriksaan
BB/U dilakukan untuk memantau berat badan anak, sekaligus untuk melakukan
deteksi dini anak yang kurang gizi (gizi kurang dan gizi buruk). Pemantauan berat
badan anak dapat dilakukan di masyarakat (misalnya posyandu) atau di sarana
pelayanan kesehatan (misalnya puskesmas dan Klinik Tumbuh Kembang Rumah
Sakit), dalam bentuk kegiatan pemantauan Tumbuh Kembang Anak dengan
menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat), yang dibedakan antara anak laki-laki
dan perempuan. Status gizi anak < 2 tahun ditentukan dengan menggunakan tabel
Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB); sedangkan anak umur ≥ 2 tahun
ditentukan dengan menggunakan tabel Berat Badan menurut Tinggi Badan
(BB/TB). Anak didiagnosis gizi buruk apabila secara klinis “Tampak sangat kurus
dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh” dan atau jika
BB/PB atau BB/TB < - 3 SD atau 70% median. Sedangkan anak didiagnosis gizi
kurang jika “BB/PB atau BB/TB < - 2 SD atau 80% median”
b. Dukungan terhadap pemberian ASI
ASI eksklusif sebaiknya diberikan mulai bayi lahir hingga berumur 6 bulan,
teruskan pemberian ASI, juga berikan makanan tambahan, mulai anak umur 6
bulan hingga 2 tahun atau lebih. Petugas yang merawat anak kecil yang sakit
wajib mendukung ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya dan membantu ibu
mengatasi kesulitan yang ada.
c. Menilai Pemberian ASI
Tanyakan kepada ibu tentang pemberian ASI-nya dan perilaku bayinya. Amati ibu
saat menyusui anaknya untuk memastikan apakah ia memerlukan bantuan:
Bayi ≥ 2.5 kg: beri 150 ml/kgBB per hari, dibagi menjadi 8 kali pemberian minum,
dengan interval 3 jam. Memberi minum bayi dengan ASI perah menggunakan cangkir
Bayi < 2.5 kg: lihat halaman 63 untuk panduan lebih jelas. Jika anak terlalu lemah
untuk mengisap, pemberian minum dapat dilakukan menggunakan cangkir. Berikan
dengan NGT jika anak letargis atau anoreksi berat.
Daftar Pustaka
Graber, MA. Terapi Cairan, Elektrolit, dan Metabolik. Edisi 2. Jakarta: Farmedia. 2003.
WHO. (2009). Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. Department of Child
and Adolescent Health and Development (CAH).