Anda di halaman 1dari 11

TUGAS PAPER BIOKIMIA

"OKSIDASI BIOLOGIS PADA MAKHLUK HIDUP"

Disusun oleh:

Muhammad Roziqin (21820127 Tahun Angkatan 2021)

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

SURABAYA

2021
•ISI PEMBAHASAN

Pada jurnal ini dibahas Efek dan Mekanisme Paparan dari Nanopartikel tembaga terhadap
aktivitas enzim Sitokrom P450 pada sel Hati Tikus. Dimana pada penelitian ini didapatkan
informasi terkait toksisitas dari nanopartikel dan mikro partikel tembaga secara invivo yang
dimetabolisme oleh enzim CYP450. Nanopartikel dan mikropartikel tembaga diberikan secara
oral selama 7 hari, kemudian dievaluasi tingkat mRNA dan aktivitas CYP450 pada hati tikus.
Efek dan mekanisme paparan nanopartikel ini dilakukan melalui pengamatan terhadap perubahan
Jaringan (Histopatologi), Peradangan (inflamasi) pada jaringan hati, Tingkat oksidatif stress, dan
berbagai respon sinyal pada hati untuk menjelaskan mekanisme dari perubahan ekspresi enzim
sitokrom P450 setelah terpapar oleh nanopartikel tembaga.
Adapun tahapan pengujian dampak dan mekanisme paparan nanopertikel tersebut dapat
diketahui melalui material dan metode yang digunakan peneliti pada jurnal ini, yaitu :
1. Persiapan Reagen dan Zat kimia
Bahan yang dipersiapkan antara lain adalah Nanopartikel tembaga (99%), mikro partikel
tembaga (99,6%) yang diperoleh dari Shanghai Aladin Biochemical Technology (Cina). TEM
dari Hitachi Tokyo, Jepang untuk karakterisasi nanopartikel dan mikropartikel tembaga dengan
ukuran 80 nm dan 1µm.Suspensi Hidroksipropilmetilselulosa (HPMC) diperoleh dari Sigma-
Aldrich (St. Louis,MO,US). Semua reagen kimia dipersiapkan dengan kualitas baik.
Nanopartikel tembaga diuji dengan mendispersikan pada 1% larutan HPMC (w/v) dengan air.
Kemudian suspensinya disiapkan ddengan dispersi ultrasonik.
2. Karakterisasi Nanopartikel
Nanoparttikel dan mikropartikel tembaga dikarakterisasi dengan teknik SEM (Scanning
Electron Microscope) (PhenompoX, NaniScientific instruments LTD, Shanghai, China.
Nanopartikel tembaga ditambahkan pada air murni untuk didapatkan stok suspensinya sebanyak
10 10 g/L. Kemudian di shaker dan disonifikasi (40 Hz) selama 30 menit pada bak sonifikasi.
Nilai polidispersitas dihitung dari distribusi ukuran partikel suspensi. Setelah sonifikasi, Nilai
indeks dispersi diukur menggunakan studi hamburan cahaya dinamik dengan menggunakan
Nano Zeta sizer ZS (Malvern Instruments, Malvern, UK).
3. Experimental Protocol dan Seleksi Pemberian Dosis
Penelitian ini ditinjau dan disetujui oleh Komite Etika Hewan Pertanian Universitas Nanopartikel
tembaga kemudian diberikan secara oral dengan variasi dosis 100, 200, dan 400 mg/kg/hari.
Variasi konsentrasi yang diberikan adalah 80 , 40 dan 20 mg/mL dalam 1%HPMC, Dosis
nanopartikel dan mikro partikel tembaga yang diberikan adalah yang dihitung berdasarkan berat
badan perindividu hewan percobaan. Dosis percobaan dipilih berdasarkan pada hasil studi awal
terhadap toksisitas akut dan porsi dosis klinis. Percobaan toksisitas akut ditentukan dengan
menentukan nilai Rata – rata Letal Dosis dari nanopartikel, mikro partikel dan ion tembaga.
Tingkat pemberian dosis diberikan secara oral pada hewan percobaan yang mengacu pada
Organization For Economic CoOperation and Development . Pemberian dosis ditingkatkan jika
hewan dapat bertahan dan dikurangi jika hewan percobaan mati. Mikro partikel tembaga setelah
diteliti bersifat nontoksik ketika diberikan pada dosis dibawah batas baku mutu yaitu 5000
mg/kg. Pada dosis 400 mg/kg kelompok pemberian nanopartikel tembaga menunjukkan gejala
toksisitas yang umum seperti kehilangan berat badan secara perlahan, penurunan nafsu makan
dan depresi.
Sehingga dari percobaan ini dosis 400 mg/kg/hari digunakan sebagai dosis tertinggi,
dosis menengah pada 200 dan 100 mg/kg. Tingkat dosis dari mikropartikel tembaga dipilih
sebagai yang tertinggi pada 400 mg/kg sebagai pembanding efek toksik.
4. Pengumpulan Sampel
Enam kelompok hewan percobaan dianestesi dengan isofluran setelah dipuasakan
selama 8 malam kemudian jaringan hati separasi dengan segera. Mikrosom hati dipersiapkan
untuk analisis aktivitas enzim sitokrom P450. Level sitokin dan antioksidan dianalisis dalam 1 g
jaringan hati. Kemudian 2g sampel jaringan hati disimpan dalam nitrogen cair untuk digunakan
pada analisis mRNA dan ekspresi gen. Sisa dari sampel di simpan dalam 10%formalin untuk uji
histologi. Mikrosom hati dipersiapkan dengan perbedaan sentrifugasi.
5. Uji Histologi
Evaluasi terhadap histopatologi dilakukan dengan melarutkan jaringan hati dalam 10%larutan
bufer formalin netral selama 1 minggu.Jaringan hati tersebut di warnai dengan hematoxylin and
eosin Untuk pengujian selanjutnya. Jaringan hati ditambahkan dengan larutan garam dingin
dengan perbandingan 1:4, kemudian dihomogenkan dalam bak es, lalu disentrifuse bagian
supernatan diambil untuk pengujian.
6. Pengukuran Tingkat Stress Oksidatif
Tingkat oksidatif stress dievaluasi dengan melakukan pengukuran kapasitas total Antioksidan,
Katalase , Superoksida Dismutase , Glutation Peroksidase , nitric oxide synthase ,
cyclooxygenase-2 , dan kadar malondialdehyde , dan nitric oxide pada hati tikus .
7. Pengukuran respon sinyal
Jaringan hati yang telah dihomogenasi dikumpulkan dalam Eppendorf dan telah dibekukan
pada temperatur ruangan selama 1 jam sebelum disentrifugasi pada 10,000xg selama 10 menit
pada 4 oC.
8. Ekstraksi RNA dan Penentuan Ekspresi Gen Pada Hati dengan Teknik PCR
Ekspresi gen dari sampel hati telah dilaporkaan pada penelitian sebelumnya oleh Brewer, C.T.;
Chen, T. Hepatotoxicity of Herbal Supplements Mediated by Modulation of Cytochrome P450.
Int. J. Mol. Sci. 2017. Kualitas dan kuantitas dari mRNA ditentukan dengan UV Spektroskopi .
9. Pengukuran Aktivitas Berbagai Enzim Sitokrom
"Generic method for continuous determination of major human CYP450 probe
substrates/metabolites and its application in drug metabolism studies. " Inkubasi dari mikrosom
hati dilakukan selama 60 menit pada suhu 37 oC dengan volume akhir 500 µL. Campuran
masing – masing inkubasi sel mikrosom dan NADPH-regenerating system mengandung G-6-P ,
PDH , MgCl2 dan NADP+ . 10µL acetonitrile ditambahkan pada kolam yang berisi 5 substrat
probe dengan aktivitas spesifik enzim CYP450. Aktivitas enzim CYP450 dievaluasi berdasarkan
reduksi dari substrat pada 5 probe yaitu : Phenacetin untuk CYP2E1 dan testosterone untuk
CYP3A2. Inkubasi diakhiri dengan penambahan 500 µL acetonitrile dingin mengandung 20
ng/mL tinidazole , Setelah itu, larutan dicampur dan disentrifus untuk mendapatkan fk=raksi
supernatan. 10µL fraksi supernatan digunakan untuk analisis HPLC.Phenacetin, tolbutamide,
dextromethorphan, chlorzoxazone, testosterone and tinidazole dianalisis dengan menggunakan
1260 series HPLC instrument dengan detektror dioda yang mengukur pada panjang gelombang
230 nm. Pengaturan HPLC pada temperatur ruangan dengan Agilent reverse-phase C18
column . IS tinidazole , phenacetin, tolbutamide, dextromethorphan, chlorzoxazone dan
testosterone dielusi masing–masing pada 3.998, 5.175, 5.880, 7.388, 7.854 dan 16.789
menit.10. Analisis Statistik

Analisis statistik dengan menentukan nilai standar deviasi (SD) dan dibandingkan dengan
analysis of variance (ANOVA) diikuti dengan Tes Perbandingan Multiple Dunnett‟s. Dengan nilai
p <0.01 dan 0.05 dimana diperoleh perbandingan yang signifikan dengan grup kontrol. Analisis
statistik menggunakan GraphPad InStat v.3.0 (GraphPad Software, Inc., La Jolla,CA, USA).
Manfaat dari jurnal ini yaitu:
•Bagi Penulis
1. Penulis dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan dampak dan mekanisme paparan
nanopartikel secara invivo terhadap aktivitas enzim Sitokrom P450
•Bagi Pembaca :
1. Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang bahaya-bahaya apa
saja yang mungkin terjadi terjadi dari penggunaan herbisida paraquat diklorida/gramoxone
sehingga dapat lebih bijaksana dalam menggunakan herbisida ini.

Tanaman ungu merupakan salah satu jenis tanaman yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
mengobati wasir, bisul, dan luka. Manfaat yang dimiliki oleh tanaman ungu ini disebabkan oleh
kandungan senyawa metabolit sekunder yang dimilikinya. Warna ungu merupakan salah satu
jenis warna dari senyawa golongan fenol . Hal ini diperkuat dengan adanya hasil penelitian
tentang kandungan metabolit sekunder yang dimiliki oleh daunnya berupa kelompok senyawa
turunan fenol .

Antosianin merupakan salah satu jenis senyawa turunan fenol yang bertanggung jawab untuk
kebanyakan warna merah, biru, dan ungu pada banyak buah dan sayuran sehingga banyak
dimanfaatkan sebagai pewarna alami. Selain sebagai pewarna alami antosianin merupakan
sumber antioksidan yang baik dalam menangkal radikal bebas . Radikal bebas merupakan suatu
molekul, atom, atau group atom yang mempunyai satu atau lebih elektron yang tidak
berpasangan pada orbital terluarnya. Elektron yang tidak berpasangan ini akan mengganggu
molekul-molekul netral dalam upaya mendapatkan pasangan elektronnya membentuk radikal
baru.

Proses pengambilan pasangan elektron yang dilakukan oleh radikal bebas ini merupakan proses
oksidasi . Proses oksidasi ini dapat dihambat dengan menggunakan zat atau senyawa yang
dapat mengalami proses reduksi. Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat digunakan
untuk melindungi komponen biologi seperti lipid, protein, vitamin dan DNA dari radikal bebas .
Radikal bebas yang terbentuk dalam tubuh manusia berasal dari proses metabolisme tubuh dan
paparan dari lingkungan .

Sumber antosianin selain dari sayuran dan buah-buahan juga dapat diperoleh dari hasil
seduhan bagian tanaman yang memiliki warna merah-ungu, salah satunya daun dari tanaman
wungu. Hasil pengukuran menunjukan kemampuan antioksidan sampel secara umum tidak
berdasarkan jenis radikal yang dihambat. Reaksi ini menyebabkan terjadinya perubahan warna
yang dapat diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang sinar tampak.

METODE PENELITIAN

Alat

Oven (Memmert), timbangan analitik (Denver), ayakan no 40, labu ukur (100 mL, 50 mL, 10
mL), beaker glass (100 ml, 200 ml, 250 ml 300 ml, 500 ml), spatel, bola isap, batang pengaduk,
corong, kain flannel, aluminium foil, water bath (Memmert), pipet ukur (1 mL, 2 mL, 5 mL),
tabung reaksi, dan spektrofotometer UV-Vis (T70).

Bahan

Sampel tanaman yang digunakan adalah daun dari tanaman ungu yang diperoleh dari daerah
Muara Siberut, Mentawai. Bahan kimia yang digunakan adalah aquadest, metanol, zat DPPH
(1,1-diphenil-2-picryhydrazyl), dan vitamin C (Sigma-Aldrich)

Penyiapan Sampel

Pada penelitian ini bahan tanaman yang digunakan adalah daun dari tanaman ungu. Tanaman
ungu yang digunakan disortasi basah, dikeringkan, dan diserbukan. Proses pengeringan
menggunakan oven pada suhu 120°C selama 20 menit. Setelah kering, dihaluskan
menggunakan blender, diayak, ditimbang, dan disimpan dalam wadah yang bersih dan
kering.Infusa Daun Ungu Simplisia daun ungu dibuat infusa 10% dengan cara memanaskannya
menggunakan penangas air pada suhu 900 C selama 15 menit sambil sekali-kali diaduk. Setelah
itu, infusa disaring selagi panas dengan menggunakan kain flannel, diletakkan dalam labu ukur
100 mL.

Pengukuran Panjang Gelombang Serapan Maksimum Larutan DPPH


Larutan DPPH yang telah dibuat dengan konsentrasi 35 µg/mL, dimasukkan dalam tabung reaksi
yang dibungkus aluminium foil sebanyak 2 mL kemudian didiamkan selama 30 menit. Setelah
itu ukur menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang maksimum.
Pengukuran Aktivitas Antioksidan Infusa
Infusa daun ungu 10 %, dibuatkan larutan serinya mulai dari konsentrasi 75 µg/mL, 100 µg/mL,
125 µg/mL, 150 µg/mL dan 175 µg/mL. Tiap-tiap larutan seri sampel, dipipet menggunakan
pipet ukur sebanyak 1 mL dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah dilapisi aluminium
foil, direaksikan dengan larutan DPPH 35 µg/mL sebanyak 2 mL, kocok homogen dan biarkan
selama 30 menit. Setelah itu, ukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang maksimum.

Pembuatan Larutan Vitamin C

Salah satu antioksidan sekunder yang dapat ditemukan dalam dalam keadaan murni dan
banyak dimanfaatkan oleh manusia adalah vitamin C. Berdasarkan pernyataan itu maka
digunakan larutan vitamin C untuk membandingkan kekuatan antioksidan dari infusa daun
ungu dengan cara membuat larutan seri vitamin C yang berkonsentrasi 10 µg/mL, 12 µg/mL, 14
µg/mL, 16 µg/mL, dan 18 µg/mL. Tiap-tiap larutan dipipet sebanyak 1 mL, dimasukkan ke dalam
tabung reaksi yang telah dilapisi aluminium foil dan direaksikan dengan larutan DPPH 35 µg/mL
sebanyak 2 mL, dikocok hingga homogen dan dibiarkan selama 30 menit. Setelah itu ukur
absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang
maksimum.

Manfaat dari jurnal ini yaitu:

•Bagi Penulis :

1. Penulis dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan mengenai daun tanaman ungu yang
ternyata memiliki khasiat mengobati penyakit wasir.

•Bagi Pembaca :

1. Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan bantuan kepada pembaca tentang
tanaman ungu yang dapat mengobati khusunya penyakit wasir tersebut.

Biomassa merupakan produk organik yang berasal dari pertanian dan kehutanan yang
dikembangkan untuk pasokan bahan bakar alternatif di masa depan . Jenis limbah biomassa
dari sektor kehutanan yang sangat potensial salah satunya adalah biomassa kayu termasuk
limbah penebangan dan limbah industri penggergajian kayu yang dapat digunakan secara
optimal sehingga nilai ekonominya dapat meningkat . Jabon merupakan salah satu jenis
biomassa yang banyak ditanam di lahan hutan rakyat di Indonesia karena sifatnya yang cepat
tumbuh sehingga pemanenan kayu jabon sudah dapat dilakukan pada usia pohon 5-6 tahun.
Tetapi pelet biomassa memiliki kekurangan seperti memiliki nilai kalor yang rendah, kadar air
tinggi, dan mudah menyerap air .

Korea Selatan telah membangun pilot plant reaktor torefaksi biomassa pada akhir 2017 yang
dinamakan Counter Flow Multi Baffle dengan kapasitas 20 kg/jam. Keunggulan yang sangat
menonjol dari reaktor ini dibandingkan dengan proses torefaksi biomassa konvensional adalah
waktu tinggal yang sangat singkat, yaitu sekitar 3-5 menit. COMB dapat menghasilkan bahan
bakar padat yang memiliki karakteristik lebih baik dibandingkan biomassa asal, seperti nilai
kalor tinggi dan kadar air yang rendah .

Reaktor COMB merupakan reaktor untuk torefaksi dengan kapasitas proses 20 kg/jam dan
waktu tinggal 3-5 menit. Kolom dilengkapi dengan baffle yang disusun pada kemiringan 45°
sehingga biomassa akan jatuh ke bawah dan kontak dengan aliran gas panas yang dihasilkan
oleh burner. Torefaksi dilakukan dengan menggunakan suhu 260°C dan 280°C dengan waktu
tinggal 3 menit. Torefaksi dengan electric furnace terhadap pelet kayu jabon dilakukan sebagai
pembanding torefaksi dengan reaktor COMB.

Pelet kayu jabon dibungkus dengan alumunium foil untuk mencegah pembakaran selama
proses torefaksi. Torefaksi dengan EF dilakukan pada suhu suhu 260°C dan 280°C dengan durasi
20 menit. Penentuan durasi dilakukan dengan melakukan penelitian pendahuluan
menggunakan berbagai durasi yaitu 5, 10, 15, 20, dan 25 menit. Durasi torefaksi dengan EF
yang menghasilkan ∆E* mendekati dengan nilai hasil torefaksi dengan reaktor COMB dipilih
sebagai pembanding .

Pengujian warna, sifat fisis, dan nilai kalor dilakukan terhadap pelet kayu jabon sebelum dan
setelah ditorefaksi. Pengukuran warna dilakukan dengan menggunakan sistem CIE-Lab dengan
mengukur parameter kecerahan , kromatisasi merah/hijau , dan kromatisasi kuning/biru.
Pengujian kerapatan dilakukan pada kondisi kering tanur berdasarkan standar KS F 2198.
Pengujian kadar air dilakukan berdasarkan standar KS F 2199. Berat kering udara dan berat
kering tanur diukur untuk menentukan kadar air sampel sebelum dan setelah torefaksi.

Reaktor COMB merupakan reaktor untuk torefaksi dengan kapasitas proses 20 kg/jam dan
waktu tinggal 3-5 menit. Kolom dilengkapi dengan baffle yang disusun pada kemiringan 45°
sehingga biomassa akan jatuh ke bawah dan kontak dengan aliran gas panas yang dihasilkan
oleh burner. Torefaksi dilakukan dengan menggunakan suhu 260°C dan 280°C dengan waktu
tinggal 3 menit. Torefaksi dengan electric furnace terhadap pelet kayu jabon dilakukan sebagai
pembanding torefaksi dengan reaktor COMB.

Pelet kayu jabon dibungkus dengan alumunium foil untuk mencegah pembakaran selama
proses torefaksi. Torefaksi dengan EF dilakukan pada suhu suhu 260°C dan 280°C dengan durasi
20 menit. Penentuan durasi dilakukan dengan melakukan penelitian pendahuluan
menggunakan berbagai durasi yaitu 5, 10, 15, 20, dan 25 menit. Durasi torefaksi dengan EF
yang menghasilkan ∆E* mendekati dengan nilai hasil torefaksi dengan reaktor COMB dipilih
sebagai pembanding .
Pengujian warna, sifat fisis, dan nilai kalor dilakukan terhadap pelet kayu jabon sebelum dan
setelah ditorefaksi. Pengukuran warna dilakukan dengan menggunakan sistem CIE-Lab dengan
mengukur parameter kecerahan , kromatisasi merah/hijau , dan kromatisasi kuning/biru.
Pengujian kerapatan dilakukan pada kondisi kering tanur berdasarkan standar KS F 2198.
Pengujian kadar air dilakukan berdasarkan standar KS F 2199. Berat kering udara dan berat
kering tanur diukur untuk menentukan kadar air sampel sebelum dan setelah torefaksi.

Penggunaan teknologi reaktor COMB dan electric furnace (EF) dengan suhu tinggi pada
torefaksi pelet kayu jabon menyebabkan perubahan warna pelet menjadi semakin gelap (black
pellet) dengan nilai ∆E* >12. Torefaksi suhu tinggi reaktor COMB dengan durasi 3 menit
berdampak pada menurunnya kadar air pelet panjang dan pendek yang semula 12,41% dan
12,33% menjadi 2,85% dan 2,61%, sedangkan torefaksi suhu tinggi EF dengan durasi 20 menit
menurun hingga 2,77% dan 2,58%. Kerapatan awal pelet panjang dan pendek sebesar 1,05
g/cm3 dan 0,97 g/cm3 menurun setelah ditorefaksi dengan reaktor COMB mencapai 0,91
g/cm3 dan 0,76 g/cm3, sedangkan torefaksi dengan EF mencapai 0,87 g/cm3 dan 0,75 g/cm3.
Black pellet hasil torefaksi dengan reaktor COMB dan EF tidak menunjukkan disintegrasi yang
signifikan bahkan setelah 24 jam, sedangkan pelet kontrol setelah 1 jam uji rendam mengalami
kerusakan. Nilai kalor awal pelet panjang dan pendek sebesar 17,69 MJ/kg meningkat hingga
81,00% (32,02 MJ/kg) setelah torefaksi dengan reaktor COMB, dan meningkat hingga 13,00%
(19,99 MJ/kg) setelah torefaksi dengan EF. Peningkatan nilai kalor setelah torefaksi dengan
reaktor COMB yang menggunakan durasi perlakuan yang lebih singkat daripada EF mampu
menghasilkan nilai kalor yang lebih tinggi. Nilai kalor tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan
standar mutu negara Austria, Jerman, Swedia, dan Korea Selatan.

Manfaat dari jurnal ini yaitu:

•Bagi Penulis :

1. Penulis dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan mengenai peningkatan mutu dari
pelet kayu jabon (Anthocephalus cadamba) melalui torefaksi menggunakan reaktor Counter-
Flow Multi Baffle (COMB) dan electric furnace (EF).

•Bagi Pembaca :

1. Penelitian ini dapat memberi pengetahuan mengenai pemanfaatan limbah biomassa untuk
bahan bakar alternatif dimasa depan serta peningkatan mutu pelet dari kayu jabon.

Daftar Pustaka

1. https://www.researchgate.net/profile/Nur-
Afdila/publication/343125601_Mini_Review_Paper_-_Effects_and_Mechanism_of_Nano-
Copper_Exposure_on_Hepatic_Cytochrome_P450_Enzymes_in_Rats/links/5f17dfc745851515ef
3e3ed2/Mini-Review-Paper-Effects-and-Mechanism-of-Nano-Copper-Exposure-on-Hepatic-
Cytochrome-P450-Enzymes-in-Rats.pdf
2. http://ejournal.kopertis10.or.id/index.php/katalisator

3. http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JHT/article/view/3637

•LAMPIRAN-LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai