Anda di halaman 1dari 16

Resume Buku

‫ماذا يعين انتمائي لإلسالم؟‬


Ditulis oleh: Dr. Fathi Yakan
Diresume oleh: Salman Al-Farisi

BAGIAN PERTAMA: APA BENTUK KOMITMEN SAYA KEPADA ISLAM?


Menjadi muslim bukanlah klaim atas keturunan, identitas, atau penampilan saja. Akan
tetapi menjadi muslim ialah memilih untuk kemudian berkomitmen dan berinteraksi dengan
Islam dalam segala aspek kehidupannya.
Saya Harus Mengislamkan Aqidah Saya
Seorang muslim harus memiliki aqidah yang selamat (salimul aqidah), yaitu aqidah
yang benar lagi lurus. Hal ini dapat dilihat dari kesesuaian antara kehidupannya dengan Al-
Qur`an dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Konsekuensinya:
1. Beriman bahwa pencipta alam semesta adalah Allah. (Q.S. Al-Anbiya: 22)
2. Beriman bahwa Allah menciptakan alam semesta ini bukanlah untuk bermain-
main, melainkan untuk suatu tujuan. (Q.S. Al-Mu`minun: 115-116)
3. Beriman bahwa Allah mengutus para Rasul dan menurunkan kitab suci sebagai
sarana agar manusia mengenal-Nya, menjelaskan tujuan penciptaan mereka, asal-
usul, dan tempat kembali mereka. (Q.S. An-Nahl: 36)
4. Beriman bahwa tujuan dari keberadaan manusia adalah untuk mengenal Allah
dengan segala sifat-Nya, taat kepada-Nya, dan menjadikan-Nya sebagai satu-
satunya sesembahan. (Q.S. Adz-Dzariyat: 56-58)
5. Beriman bahwa orang mukmin yang taat akan dibalas surga dan orang kafir yang
bermaksiat akan dibalas neraka. (Q.S. Asy-Syura: 7)
6. Beriman bahwa manusia melakukan kebaikan maupun keburukan atas
kehendaknya sendiri. (Q.S. Asy-Syams: 7-10, Al-Muddatstsir: 38)
7. Beriman bahwa hanya Allah yang berhak membuat hukum dan siapa pun tidak
boleh melanggarnya. (Q.S. Asy-Syura: 10)
8. Berusaha mengenal Allah melalui nama-nama dan sifat-sifat yang sesuai dengan
kebesarannya. (Dinukil dari kitab “Shahih Bukhari Muslim”)
9. Berusaha memikirkan makhluk Allah dan tidak memikirkan Dzat-Nya. (Dinukil
dalam Kitab “At-Targhib wa At-Tarhib”)
10. Yakin bahwa pendapat generasi salaf laebih layak diikuti untuk menyelesaikan
masalah ta`wil (penafsiran) dan ta’thil (penafikan).
11. Harus beribadah kepada Allah dan tidak menjadikan sekutu-sekutu atas-Nya. (Q.S.
An-Nahl: 36)
12. Harus takut kepada-Nya dan tidak takut kepada apapun selain-Nya. (Q.S. An-Nur:
52, Al-Mulk: 12)
13. Selalu mengingat Allah dan senantiasa berdzikir kepada-Nya. (Q.S. Ar-Ra’d: 28)
14. Cinta kepada Allah yang membuat diri semakin rindu kepada keagungan-Nya. (Q.S.
At-Taubah: 24, H.R. Bukhari)
15. Bertawakkal kepada Allah dalam segala urusan dan menyerahkannya kepada-Nya.
(Q.S. Ath-Thalaq: 3, H.R. Tirmidzi)
16. Bersyukur kepada Allah atas nikmat yang tak terhitung dan karunia yang tak
terhingga. (Q.S. An-Nahl: 78, Yasin: 33-35, Ibrahim: 7)
17. Selalu memohon ampun kepada Allah. (Q.S. An-Nisa`: 110, Ali Imran: 135-136)
18. Selalu merasa diawasi oleh Allah baik dalam kondisi tersembunyi maupun terang-
terangan. (Q.S. Al-Mujadilah: 7)

Saya Harus Mengislamkan Ibadah Saya


Seorang muslim harus memahami bahwa ibadah merupakan kepasrahan yang total
dan merasakan keagungan Dzat yang disembah (Allah). Ibadah merupakan sebuah jalan bagi
makhluk untuk berhubungan dengan Sang Khaliq.
Konsekuensinya:
1. Menjalankan ibadah dengan penuh makna dan tersambung dengan Allah. (H.R.
Muttafaqun ‘Alaihi)
2. Melakukan ibadah dengan khusyu’ sehingga merasakan hangatnya hubungan
dengan Allah dan merasakan nikmatnya kekhusyu’an. (Diriwayatkan oleh Al-Azdi,
H.R. An-Nasa`i)
3. Melakukan ibadah dengan hati yang hadir dan lepas dari segala bentuk kesibukan
serta intrik duniawi yang ada di sekitarnya. (H.R. Al-Firdausi)
4. Melakukan ibadah dengan persaan kurang dan kurang sehingga tidak pernah puas
dan dengan perasaan lapar sehingga tidak pernah kenyang. (H.R. Muslim)
5. Berusaha selalu mengerjakan shalat malam (tahajjud) dan melatih diri untuk
konsisten dalam melaksanakannya hingga menjadi kebiasaan. (Q.S. Al-
Muzzammil: 6, Adz-Dzariyat: 17-18, As-Sajdah: 16)
6. Meluangkan waktu khusus untuk mempelajari dan merenungkan Al-Qur’an,
terutama di waktu shubuh. (Q.S. Al-Isra`: 78, Al-Hasyr: 21, H.R. Abu Ya’la dan Abu
Na’im, Tirmidzi, Abu Na’im, Al-Hakim, Ibnu Hibban)

Saya Harus Mengislamkan Akhlak Saya


Seorang muslim harus memahami tujuan utama dari risalah islam adalah ialah
menyempurnakan akhlak. Akhlak yang mulia adalah bukti dan buah dari keimanan yang
benar. Akhlak memiliki kadar yang paling berat dalam timbangan manusia pada hari kiamat.
Akhlak mulia adalah implementasi berbagai bentuk ibadah dalam Islam.
Konsekuensi:
1. Menjauhi perkara-perkara syubhat. (H.R. Muttafaqun ‘Alaihi, Tirmidzi)
2. Menjaga pandangan. (Q.S. An-Nur: 30, H.R. Thabrani)
3. Menjaga ucapan. (H.R. Tirmidzi, Tirmidzi, Baihaqi)
4. Malu. (H.R. Muttafaqun ‘Alaihi)
5. Lapang dada dan sabar. (Q.S. Asy-Syura: 43, Al-Hijr: 85, Az-Zumar: 10, An-Nur: 22,
Al-Furqan 63)
6. Jujur. (H.R. Muttafaqun ‘Alaihi)
7. Rendah hati (tawadhu’). (H.R. Muslim, Muslim)
8. Menghindarkan prasangka buruk, ghibah, dan tidak mencari-cari kesalahan orang
Islam. (Q.S. Al-Hujurat: 12, Al-Azhab: 58, H.R. Abu Dawud)
9. Murah hati dan dermawan. (Q.S. Al-Baqarah: 3, Al-Baqarah: 272, H.R. Muttafaqun
‘Alaihi)
10. Menjadi teladan yang baik bagi orang lain.

Saya Harus Mengislamkan Keluarga dan Rumah Tangga Saya


Dengan memeluk Islam, seorang muslim harus memiliki misi dalam menjalani
kehidupan ini. Bahkan, seluruh sisi kehidupan harus diarahkan sesuai dengan misi tersebut.
Selain dituntut untuk menjadi muslim dalam beraqidah, beribadah, dan bermoral, seorang
muslim harus bekerja keras agar masyarakat di sekitarnya menjadi masyarakat muslim.
Untuk memulai ini, langkah konkret yang harus ditempuh ialah dengan mengislamkan
keluarga dan rumah tangganya terlebih dahulu. Maka ada beberapa hal yang menjadi pokok
bahasan:
1. Tanggung jawab atas pernikahan.
a. Pernikahan harus didasari niat karena Allah;
b. Selektif dalam menjatuhkan pilihan kepada wanita yang akan
dipersuntingnya;
c. Memilih calon istri yang memiliki akhlak yang baik;
d. Selalu berhati-hati agar tidak melanggar perintah Allah dalam masalah ini.
2. Tanggung jawab setelah menikah.
a. Berbuat baik kepada istri dan mempergaulinya dengan cara yang baik;
b. Hubungan dengan istri tidak hanya sebatas seks dan nafsu, sebelum itu
harus ada kesamaan pikiran, semangat, dan emosi.
c. Semua hubungan yang terjalin dengan istri harus senantiasa selaras
dengan syariat.
3. Tanggung jawab suami-istri dalam mendidik anak.
Sejatinya, sukses dalam melaksanakan pernikahan, memilih
pendamping hidup yang shalihah, dan membangun peradaban suami-istri
dalam koridor Islam sangat berpengaruh dalam mendidik anak dengan
Pendidikan islami yang ideal.
Pada dasarnya, hasil yang ingin dicapai dari lahirnya keluarga muslim
adalah melahirkan keturunan yang shalih.

Saya Harus Mampu Mengalahkan Hawa Nafsu Saya


Dalam kehidupannya, manusia terlibat pertikaian abadi dengan nafsu dirinya sampai
berhasil menguasainya atau dikuasai olehnya. Atau, ia tetap berada dalam pertikaian dan
mengalami kekalahan atau kemenganan secara bergiliran sampai kematian datang
menjemputnya.
1. Dalam menghadapi nafsu, manusia terbagi menjadi tiga kelompok.
a. Kelompok pertama, ialah orang-orang yang dapat mengalahkan nafsunya.
Mereka adalah orang-orang yang ma’shum.
b. Kelompok kedua, ialah orang-orang yang dikuasai oleh nafsunya.
Akibatnya, ia sangat berorientasi duniawi dan tunduk pada materi. Mereka
adalah orang-orang kafir dan siapa saja yang mengikuti jalan hidup mereka,
yaitu orang-orang yang melupakan Allah dan Allah membuat mereka lupa
kepada dirinya sendiri.
c. Kelompok ketiga, ialah orang yang selalu berusaha keras mengontrol diri
dan melawan hawa nafsunya. Terkadang, mereka menang, namun
terkadang kalah. Mereka berbuat salah, tetapi lekas bertaubat. Mereka
berbuat maksiat, tetapi segera menyesal dan mohon ampun kepada Allah.
2. Faktor-faktor yang menunjang keberhasilan dalam melawan hawa nafsu.
a. Hati, yaitu hati yang tetap hidup, lembut, jernih, keras, dan bercahaya.
b. Akal, yaitu akal yang dapat memandang dengan jernih, paham, dapat
membedakan dengan baik dan buruk, mengadopsi ilmu-ilmu yang
mendekatkan diri kepada Allah, dan mengenali keagungan serta
kekuasaan-Nya.
3. Bentuk-bentuk kekalahan dalam melawan hawa nafsu.
Ketika hati manusia mati atau keras, dan ketika cahaya akal manusia
padam atau menyimpang (kalah melawan setan), maka jalan-jalan godaan
setan pada dirinya bertambah banyak. Ketika perlawanan dan kekebalan jiwa
manusia rapuh, maka setan menjadi qarin (pendamping setia) baginya.
Bahaya yang paling besar yang dihadapi oleh orang-orang yang kalah
melawan setan adalah penyakit waswasah (gangguan setan yang membuatnya
selalu ragu). Setan membuatnya ragu dalam setiap permasalahan hidupnya
untuk menghalang-halanginya dari jalan Allah.
4. Cara-cara membentengi diri dari godaan setan
a. Tamak dan berprasangka buruk. Keduanya dilawan dengan qana’ah
dengan dan percaya
b. Cinta kehidupan dunia dan angan-angan. Keduanya dilawan dengan rasa
takut dan kematian yang dating dengan tiba-tiba
c. Suka santai dan mencari kesenangan. Keduanya dilawan dengan keyakinan
nikmat akan sirna dan timbangan yang buruk ketika menghadap Allah
d. ‘Ujub (membanggakan diri). Dilawan dengan yakin akan anugerah Allah
dan takut menerima akibat yang buruk
e. Menganggap rendah dan tidak menghormati orang lain. Keduanya dilawan
dengan mengenali hak dan kehormatan mereka
f. Hasad (dengki). Dilawan dengan qana’ah dan ridha dengan nasib setiap
makhluk yang telah ditentukan Allah
g. Riya’ dan mengharap pujian dari orang lain. Keduanya dilawan dengan
ikhlas
h. Kikir. Dilawan dengan keyakinan bahwa semua yang ada di tangan manusia
akan sirna, sedangkan apa yang ada di sisi Allah akan kekal abadi
i. Sombong. Dilawan dengan rendah hati (tawadhu’)
j. Tamak dengan dunia. Dilawan dengan keyakinan apa yang ada di sisi Allah
dan zuhud terhadap apa yang dimiliki manusia.
k. Cara yang lain membentengi diri dari segala godaan dan tipu daya iblis
adalah dengan mengingat Allah (dzikir) ketika memulai setiap pekerjaan,
menghindari kekenyangan, membaca Al-Qur’an, memperbanyak istighfar,
tidak tergesa-gesa, dan berhati-hati.

Saya Harus Yakin Bahwa Hari Esok Milik Islam


Mengimani Islam sebagai jalan hidup harus mendorong pada tingkat keyakinan bahwa
masa depan adalah milik Islam. Mengingat Islam berasal dari Allah, maka ia menjadi agama
yang paling layak dan mampu untuk mengatur seluruh aspek kehidupan dan memimpin
kafilah sejarah kemanusiaan serta selalu berada di garis depan.
Islam menjadi satu-satunya manhaj yang memiliki karakteristik istimewa, yaitu
sanggup bertahan dan tetap memberikan kontribusi positif di setiap tempat dan masa dalam
setiap sendi kehidupan. Kesyamilan manhaj Islam adalah corak yang membedakan Islam
dengan semua manhaj dan sistem buatan manusia yang tujuan-tujuannya sangat terbatas.
Kita harus mengetahui sebaik-baiknya batas kelemahan dan kegagalan yang dialami
oleh sistem-sistem positif buatan manusia di seantero dunia, baik kapitalisme, demokrasi,
liberalisme, sosialisme, maupun komunisme, ialah karena sifat buatan manusia terbatas,
lemah, serba kekurangan, dan temporer.
BAGIAN KEDUA: APA BENTUK KOMITMEN SAYA KEPADA HARAKAH
ISLAMIYAH?
Komitmen terhadap gerakan Islam harus terlebih dahulu didasari oleh adanya
komitmen kepada Islam. hal ini menjadikan fokus gerakan Islam adalah mempersiapkan
individu agar menjadi muslim sejati sebelum merekrutnya sebagai anggota gerakan.
Oleh karena komitmen kepada Islam adalah dasar, maka komitmen kepada gerakan
Islam adalah bagian yang juga tidak terpisahkan dari komitmen yang tulus kepada agama ini.

Saya Harus Mempersembahkan Hidup Saya untuk Islam


Keberadaan kita sebagai muslim menuntuk agar menjadikan Islam sebagai prinsip
hidup dalam beraqidah, ibadah, dan akhlak (baik untuk diri sendiri, rumah, maupun keluarga),
maka kita juga dituntut agar mengabdikan diri untuk Islam, mengarahkan hidup kita untuk
Islam, dan menggunakan segenap kemampuan serta potensi kita untuk memperkuat
kedudukan Islam dan mengangkat pilarnya.
Maka, dalam hal ini manusia terbagi menjadi tiga golongan:
1. Manusia yang mengabdikan hidupnya hanya untuk kehidupan dunia
Mereka adalah kaum materialis, baik dalam keyakinan maupun kenyataannya. Al-
Qur`an menyebut mereka sebagai Ad-Dahriyyun. Para penganut komunisme,
sekularisme, eksistensialisme, bersumber dari aliran materialisme ini.
2. Manusia yang hidupnya tidak jelas
Golongan ini mewakili kebanyakan manusia pada umumnya. Mereka memiliki
keyakinan yang labil dan banyak melakukan penyimpangan, tetapi menganggap
semua yang dilakukannya benar dan baik. Pada dasarnya, mereka beriman kepada
Allah, namun keyakinan mereka sangat dangkal, bertolak belakang dengan
kenyataan hidupnya. Mereka juga bagian dari kaum materialis.
3. Manusia yang menganggap kehidupan dunia sebagai lading bagi kehidupan
akhirat
Mereka adalah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka mengerti hakikat
kehidupan dan mengerti nilai dunia bila dibandingkan dengan nilai akhirat. Orang
yang memeluk Islam dengan sungguh-sungguh memandang dunia sebagai arena
perlombaan untuk melakukan ketaatan kepada Allah dan mencapai ridha-Nya.
Cara mengabdikan hidup untuk Islam:
1. Mengerti tujuan hidup
2. Mengetahui nilai dunia jika dibandingkan dengan nilai akhirat
3. Mengetahui bahwa mati adalah sebuah kepastian dan mau mengambil nasihat
darinya
4. Mengetahui hakikat Islam dengan berusaha memahami (tafaqquh), belajar
(ta’allum), dan mengerti segenap prinsip aqidah, hukum, hal-hal yang halal dan
haram.
5. Mengetahui hakikat jahiliyyah dengan memahami segenap pemikiran, aliran, dan
strateginya. Membongkar kelemahan dan kekurangannya, mengenali bahaya dan
dampaknya, agar tidak terperosok di dalamnya, sekaligus agar mampu membuat
persiapan yang baik untuk menghadapi dan mengatasinya.
Karakter manusia yang mengabdikan hidupnya untuk Islam:
1. Memiliki komitmen yang konkret terhadap Islam
2. Memberi perhatian terhadap kemaslahatan Islam
3. Teguh memegang kebenaran dan percaya kepada Allah
4. Komitmen dengan perjuangan Islam dan bekerja sama dengan sesama aktivis yang
memiliki misi amar ma’ruf dan nahi munkar, membangun individu muslim,
keluarga muslim, masyarakat muslim, dan negara yang Islami.

Saya Harus Meyakini Kewajiban Berjuang untuk Islam


Di antara alasan yang menegaskan keharusan berjuanguntuk Islam dan kedudukannya
sebagai kewajiban taklify, bukan kegiatan sukarela, adalah sebagai berikut:
1. Wajib dari segi prinsip
Secara prinsip, memperjuangkan Islam adalah wajib karena itu merupakan
alasan pembebanan taklif kepada seluruh manusia
2. Wajib dari segi hukum
Ditinjau dari segi hukumnya, memperjuangkan Islam adalah wajib. Sebab,
terhentinya hakimiyatullah (ajaran Allah sebagai referensi hukum) di bumi dan
dominasi undang-undang dan hukum positif buatan manusia atas seluruh negara
dan bangsa.
3. Wajib secara darurat
Apabila ditinjau dari kondisi darurat, memperjuangkan Islam wajib agar kita
dapat menghadapi setiap tantangan modern dan konspirasi musuh-musuh Islam,
menghentikan gelombang materialisme dan serangan ateisme yang setiap saat
berusaha melumat dan menghapus eksistensi Islam.
4. Wajib dalam skala individu dan kolektif
Memperjuangkan Islam, jika ditinjau dari kedudukannya sebagai kewajiban
yang dibebankan oleh agama (taklify), dianggap sebagai tanggung jawab individual
yang sederajat dengan semua kewajiban dan tanggung jawab agama lainnya.
Maka, dari segi tanggungjawab operasional pergerakan dianggap sebagai
kewajiban kolektif.
a. Beban perjuangan Islam terlalu besar untuk dipikul oleh satu orang;
b. Langkah-langkah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam
menghadapi kekuatan jahiliyyah, membangun masyarakat Islami, dan
memulai kehidupan islami adalah bukti syar’i atas kewajiban melakukan
aktivitas kolektif (jama’iyyah);
c. Jalan perjuangan Islam penuh onak duri dan diselimuti dengan berbagai
bentuk penderitaan.
5. Orang yang berjihad pada hakikatnya berjihad untuk kebaikan dirinya sendiri
Seluruh aktivis harus mengetahui bahwa mereka yang butuh kepada Islam,
bukan Islam yang butuh kepada mereka. Mereka berbuat, berjihad, berusaha
dengan gigih, sejatinya untuk membersihkan diri dan menyucikan jiwa mereka
sendiri.

Harakah Islamiyah: Tugas, Karakteristik, dan Bekal


1. Tugas harakah islamiyah
Mengarahkan manusia agar menyembah Allah ta’ala, baik individu maupun
kelompok, melalui usaha membangun masyarakat Islami yang mengadopsi
hukum-hukum dan ajaran-ajaran dari Al-Qur`an dan Sunnah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam.
Harakah Islam adalah organisasi global dengan tujuan agar merangkul seluruh
aktivis Islam di berbagai belahan dunia Islam.
“Secara singkat, tugas kita adalah menghadapi gelombang yang sudah
melampaui batas. Yaitu, peradaban materi dan budaya hedonisme, serta nafsu
yang telah menjangkiti berbagai lapisan masyarakat muslim, sehingga
menjauhkan mereka dari kepemimpinan nabi dan bimbingan Al-Quran.” (Imam
Syahid Hasan Al-Banna)
Secara rinci, tugas harakah Islamiyah adalah untuk mewujudkan:
a. Sistem pemerintahan internal;
b. Sistem hubungan internasional;
c. Sistem kehakiman;
d. Sistem pertahanan dan kemiliteran;
e. Sistem ekonomi yang independen;
f. Sistem Pendidikan yang menghapus kebodohan;
g. Sistem keluarga yang menumbuhkan keturunan dan generasi muda
muslim;
h. Sistem pembinaan individu dalam tingkah lakunya;
i. Semangat umum yang menyentuh seluruh lapisan umat;
j. Individu muslim, keluarga muslim, bangsa muslim, pemerintah muslim,
negara yang memimpin begara-negara Islam lainnya dan menaungi seluruh
pemeluk Islam, mengembalikan kejayaannya, merampas kembali tanah-
tanahnya yang terjajah, dan negeri-negeri lainnya yang dijarah. Lalu
mengibarkan jihad dan dakwah kepada Allah sehingga dunia merasakan
kebahagiaan berada di bawah naungan ajaran-ajaran Islam.
2. Karakteristik harakah islamiyah
a. Rabbaniyah, yaitu segala persepsi hukum, akhlak, adat, dan pemikiran
harakah berasal dari agama Allah yang kekal dan risalah-Nya yang terakhir
(Islam).
b. Independen, yaitu berasal dari kondisi nyata masyarakat muslim, bukan
sistem yang diimpor atau sintetis dari sistem timur maupun barat.
c. Modern, yaitu memanfaatkan hasil penemuan dan sarana-sarana
penunjang kehidupan, namun tidak melanggar batas-batas kemaslahatan
dan kebaikan secara umum.
d. Komprehensif, yaitu dakwah tidak terbatas pada salah satu aspek
kehidupan saja, melainkan mencakup aspek-aspek lain.
e. Menghindari permasalahan-permasalahan khilafiyah dalam bidang fiqih,
sebab perbedaan pendapat dalam masalah furu’ merupakan keniscayaan.
Maka utamakan masalah-masalah ushul
3. Karakteristik pergerakan
a. Jauh dari kendali penguasa dan politisi
Menghindarkan harakah dari setiap upaya yang akan memanfaatkannya
atau menjadikannya sebagai komoditas, sehingga harakah tetap
independen, tulus, dan ikhlas.
b. Bertahap
Harakah melakukan cara bertahap, karena sadar jalan yang akan dilaluinya
panjang dan berat, sedangkan tujuan yang ingin dicapai begitu besar. Imam
Syahid Hasan Al-Banna menjelaskan bahwa dakwah memiliki tiga tahapan,
yaitu ta’rif (pengenalan), takwin (pembinaan), dan tanfidz (pelaksanaan).
c. Lebih banyak beramal dan berkarya daripada melakukan propaganda dan
publikasi
Menghidari agar amal terhindar dari riya` sehingga dapat membuatnya sia-
sia dan rusak. Watak perjuangan Islam tidak pernah mengandalkan
propaganda yang dibesar-besarkan dan klaim kosong tanpa karya nyata.
d. Taktik bernapas Panjang
Besarnya beban dan beratnya tugas yang harus dipikul oleh aktivis Islam
menjadikan mereka dituntut untuk mempersiapkan diri dalam
menghadapi kesulitan dan kesusahan, serta sanggup untuk memberi dan
berkorban. Selain itu, tidak boleh tergesa-gesa dalam perjalanan dan tidak
boleh terburu-buru ingin memetik buah sebelum matang.
e. Terbuka dalam aktivitas dan tertutup dalam persiapan
Da’i harus menggaungkan kebenaran di tempat ia berada. Namun, bukan
berarti harus membuka semua yang ada padanya, seperti perencanaan
dan program karena hal itu tidak memberikan maslahat apapun.
f. ‘Uzlah secara maknawi bukan jasadi
“Harus ada sekelompok orang yang mau mengemban tekad ini dan
melangkahkan kakinya di jalan perjuangan; berusaha membongkar
jahiliyah yang telah mengakar di seluruh pelosok bumi; terus berjalan
dengan menerapkan isolasi (‘uzlah) di satu sisi dan tetap menjaga
hubungan dengan jahiliyah di sekitarnya di sisi lain.” (Sayyid Quthb)
g. Tidak menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan
Para aktivis islam tidak berbuat untuk kepentingan pribadi atau semaunya
sendiri, tetapi terikat dengan batasan dan tuntutan aqidah serta akhlak.
Mereka tidak boleh menyimpang dari batas-batas tersebut atau
mengubahnya.
4. Bekal harakah Islamiyah
“Bekal kita adalah bekal generasi salaf sebelum kita dan senjata yang digunakan
oleh pemimpin dan teladan kita Muhammad, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, dan para sahabatnya ketika menyerbu dunia. Didukung oleh jumlah
pasukan yang kecil, logistik yang sangat terbatas, namun usaha mereka sangat
maksimal. Itulah senjata yang akan kita bawa untuk menyerbu dunia kembali.”
(Imam Syahid Hasan Al-Banna)
a. Mereka memiliki keimanan yang sangat dalam, kuat, suci, dan abadi
kepada Allah, berikut pertolongan dan dukungan-Nya;
b. Keimanan mendalam kepada manhaj, berikut keistimewaan dan
relevansinya;
c. Keimanan yang mendalam kepada ukhuwah, berikut hak dan kesuciannya;
d. Keimanan yang mendalam pada balasan, berikut keagungan, kebesaran,
dan jumlahnya yang besar;
e. Percaya dengan diri sendiri karena mereka adalah jama’ah yang
ditakdirkan untuk menyelamatkan dunia, dan karena itu pula mereka
memiliki keistimewaan menjadi umat terbaik yang dilahirkan untuk
manusia;
f. Jihad dengan sebenar-benarnya jihad.

Saya Harus Memahami Lika-Liku Perjuangan Islam dan Alasan Harus Memilih Harakah
Islamiyah
Kita harus mengetahui sarana-sarana perjuangan Islam lainnya, agar bergabungnya
kita dalam harakah Islamiyah didasari oleh kesadaran dan pemahaman, bukan sekedar sikap
spontan dan kecenderungan emosional.
Sebenarnya, siapapun yang menyimak perkembangan dunia Islam akan menemukan
berbagai macam kelompok dan institusi Islam. Ada yang cenderung kepada aspek ruhani
(kejiwaan), namun mengabaikan aspek lainnya. Pada akhirnya mereka jauh dari kancah
kehidupan nyata dan tidak mengerti dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya.
Begitu pula institusi-institusi lain. Ada yang cenderung pada aspek intelektual,
masalah amal dan sosial, politik murni, dan lainnya. Institusi yang seperti ini tidak
menjalankan perjuangan Islam secara komprehensif. Oleh karenanya, aktivitas yang
dilakukan oleh organisasi-organisasi tersebut tetap pincang dan tidak sempurna.
Imam Syahid Hasan Al-Banna mengatakan, “Wahai ikhwan, kalian bukanlah yayasan
sosial, bukan partai politik, dan bukan lembaga lokal yang dibentuk untuk tujuan-tujuan yang
sangat terbatas. Kalian adalah semangat baru yang merasuk ke dalam hati umat ini, sehingga
Allah menghidupkannya dengan Al-Qur`an. Kalian adalah cahaya baru yang terpancar terang
shingga mengusir kegelapan materi dengan ma’rifatullah, dan suara gemuruh yang
menggaungkan dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Saya Harus Memahami Dimensi-Dimensi dalam Berkomitmen kepada Harakah Islamiyah


Bergabung dengan harakah Islamiyah tidak dilakukan dengan cara mengajukan
permohonan dan mendaftarkan diri. Tidak pula dengan sekedar keluar-masuk pusat kegiatan
harakah dan menghadiri pertemuan-pertemuannya. Bergabung dengan harakah Islamiyah
harus memenuhi dimensi-dimensi yang melampaui batas formalitas dan penampilan luar.
Dimensi-dimensi yang membuktikan kedalaman aqidah dan kekuatan ikatan pemikiran dan
keorganisasian.
1. Dimensi ideologis (‘aqidy)
Dimensi pertama yang harus diketahui ketika bergabung denga harakah
Islamiyah adalah dimensi iedologis. Sebab, harakah menolak bentuk keanggotaan
yang disebabkan oleh ketergantungan kepada sosok tertentu (intima’ syakhshy)
yang banyak terjadi dalam kelompok-kelompok yang mendandalkan figuritas,
yang pada hakikatnya adalah virus yang akan menghancurkan dan memusnahkan
gerakan.
Sejak awal, keterikatan dengan harakah adalah keterikatan dengan agama.
Artinya, harakah Islamiyah menolak keanggotaan reaktif yang timbul karena
emosional serta tidak mengerti akan dimensi-dimensi keanggotaan harakah
Islamiyah. Harakah Islamiyah juga menolak keanggotaan pragmatis yang hanya
ingin menjadikannya sebagai batu loncatan untuk meraih hasrat pribadi dan status
sosial.
Menjadi anggota harakah Islamiyah artinya mengerahkan kekuatan individu
untuk kepentingan jama’ah. Lebih tepatnya, meleburkan kemampuan individu
secara keseluruhan untuk kepentingan Islam. Sehingga, nilai keanggotaan sebagai
bagian dari jamaah bersifat jernih, bersih, dan suci.
2. Dimensi keanggotaan sepanjang masa (mashiry)
Dimensi lain yang harus menyertai keanggotaan dan bergabungnya seseorang
dalam harakah Islamiyah adalah dimensi keanggotaan sepanjang masa (mashiry).
Artinya, keberadaan anggota harus selaras dengan keberadaan jama’ah dalam
kondisi apa pun.
Berarti, keanggotaan harakah tidak mengenal keanggotaan sementara dalam
fase tertentu yang akan berakhir ketika fase tersebut selesai. Akan tetapi,
keanggotaan bersifat abadi dan tidak pernah lepas atau mundur dan melarikan diri
darinya sampai yang bersangkutan menghadap Allah subhanahu wa ta’ala.

Saya Harus Memahami Pilar-Pilar Perjuangan Umat Islam


Ada tiga pilar yang mendukung keberhasilan perjuangan Islam yang harus diketahui
oleh segenap aktivis, yakni tujuan yang jelas, jalan yang jelas, dan komitmen terhadap
keduanya.
1. Tujuan yang jelas
Jelasnya tujuan perjuangan Islam dapat menghemat tenaga yangharus
dilakukan oleh para aktivis agar tidak terjebak dalam “pertempuran kecil”. Alasan
utama diturunkannya risalah Islam dan tujuan dasar dari agama ini adalah
emgarahkan manusia agar menyembah Tuhannya, baik secara individu maupun
kolektif.
Lebih jelasnya, megnarahkan manusia agar menyembah Allah. Artinya, seluruh
loyalitasnya diberikan hanya kepada Allah dalam setiap urusan dan permasalahan.
2. Jalan yang jelas
Kita juga harus mengetahui bahwa berjuang untuk Islam berarti berjuang
menerapkan syari’at Allah di bumi ini. Atau, menggantikan aturan-aturan manusia
yang dibuat berdasarkan nafsu dan otoritarianisme dengan syari’at Allah.
Oleh sebab itu, interaksi dengan sistem jahiliyyah hanya diperbolehkan dalam
batas kebutuhan selama melakukan persiapan untuk mengkudetanya, baik
persiapan menyusun kekuatan maupun sarana-sarananya.
Jalan perjuangan Islam harus dibuat berdasarkan kaidah dan prinsip yang
permanen. Kaidah yang diadopsi dari tujuan dasar perjuangan dan dijabarkan
secara praktis oleh sirah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia.
3. Tabiat perubahan
Tabiat perjuangan Islam bukanlah tambal sulam. Akan tetapi menolak
tambalan dan jalan keluar setengah-setengah. Menolak akulturasi dengan nilai-
nilai jahiliyyah. Menolak pola hidup sistem-sistem positif buatan manusia,
semuanya.
4. Tabiat totalitas
Tabiat perjuangan islam bersifat total dalam pengertian seluas-luasnya.
Kesadaran intelektual, politik, dan harakah; Pendidikan jiwa dan pergerakan;
keorganisasian dan perencanaan; persiapan sumber daya manusia dan materi
adalah unsur-unsur yang harus ada dan terhimpun. Tidak mungkin mengambil
sebagiannya dan mengabaikan sebagiannya.
5. Tabiat universalitas
Tabiat perjuangan Islam yang lain adalah harus menembus tingkat
universalitas, baik penguasaan, perencanaan, maupun keorganisasian. Gema
dakwah sama sekali tidak boleh naik-turun. Terkadang terdengar jelas, terkadang
lemah di berbagai penjuru dunia.
Dari segi muatan pemikiran dan aqidah, Islam merupakan sistem universal
yang malmapaui batas geografis, kebangsaan, etnis, dan Bahasa. Sebuah sistem
yang memiliki dasar-dasar aturan yang luas dan fleksibel sehingga tampil sebagai
satu-satunya sistem yang mampu mencakup seluruh masalah kehidupan dalam
setiap tingkat dan aspeknya.

Saya Harus Memahami Syarat-Syarat Bai’at dan Keanggotaan


Setiap muslim dapat ikut berperan bersama harakah Islamiyah untuk menanggung
beban perjuangan Islam dengan cara bergabung dengannya.
1. Mengutamakan kualitas, bukan kuantitas
Adalah wajar sebuah harakah berusaha mengembangkan diri dan
memperbanyak jumlah anggotanya dengan berbagai cara dan sarana yang benar.
Akan tetapi, tidak boleh melakukan perekrutan anggota dari sana-sini secara
sporadic, karena kualitas lebih penting dari kuantitas.
2. Masalah bai’at dan hukumnya menurut Islam
Bai’at adalah janji setia. Orang yang berbi’at seakan-akan berjanji akan
menerima pendapatnya, baik berkenaan dengan urusannya sendiri maupun segala
urusan kaum muslimin. Bai’at adalah sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
para sahabat berbai’at kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkali-kali
selama hidup beliau, seperti pada Bai’at Aqabah pertama, Bai’at Aqabah kedua,
dan Bai’at Ar-Ridhwan. Bai’at tetap berlaku sepeninggal beliau wafat. Ketika itu
kaum muslimin berbai’at kepada pemimpin-pemimpin mereka.
3. Masalah ketaatan dan hukumnya menurut Islam
Ketaatan (Ath-Tha’ah) berarti melaksanakan perintah. Hukum taat adalah
wajib selama bukan dalam perkara maksiat atau mendorong kepadanya.
4. Rukun-rukun bai’at
Secara global, Imam Syahid Hasan Al-Banna menerangkan rukun-rukun bai’at,
“Rukun bai’at kita ada sepuluh, maka hafalkanlah: paham, ikhlas, amal, jihad,
pengorbanan, taat, keteguhan, totalitas, ukhuwah, dan kepercayaan."
1) Al-Fahmu (kepahaman). Artinya, engkau meyakini bahwa fikrah kita adalah
islami. Engkau harus memahami Islam seperti yang kita pahami dalam
ruang lingkup dua puluh prinsip yang kami ringkas. Kami merangkumnya
dalam butir-butir berikut ini:
a) Islam adalah sebuah sistem komprehensif yang mencakup seluruh
aspek hidup.
b) Al-Qur`an dan As-Sunnah adalah referensi setiap muslim untuk
mengetahui hukum-hukum Islam.
c) Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah memancarkan
cahaya dan kenikmatan yang diletakkan oleh Allah di dalam hati
manusia yang dikehendaki-Nya. Sementara kasyf, mimpi, ilham,
dan firasat tidak termasuk dalil-dalil hukum agama dan tidak diakui
kecuali dengan syarat tidak bertentangan dengan hukum-hukum
dan teks-teks dalil agama.
d) Jimat, mantra, wada’, raml, ramalan, perdukunan, dan sejenisnya
adalah munkar yang harus diberantas, kecuali yang berupa ayat Al-
Qur`an atau ruqyah yang ditetapkan oleh Nabi (ma`tsurah)
e) Pendapat imam (pemimpin) dan wakilnya tentang suatu masalah
yang tidak ada ketetapan dalil tekstualnya, memiliki beberapa
interpretasi, dan mashalih mursalah dapat diterima selama tidak
bertentangan dengan kaidah agama (Qa’idah Syar’iyyah).
f) Pendapat siapa pun dapat diterima dan ditolak kecuali yang
dinyatakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
g) Setiap muslim yang belum mencapai derajat mampu mengkaji dalil-
dalil hukum agama harus mengikuti salah seorang imam (tokoh)
agama.
h) Perselisihan dalam masalah-masalah fiqih yang bersifat furu’ tidak
boleh menjadi penyebab perpecahan dalam beragama.
i) Sibuk dengan setiap masalah yang tidak mengandung konsekuensi
perbuatan praktis (‘amal) adalah suatu sikap berlebih-lebihan yang
dilarang.
j) Mengenal Allah (ma’rifatullah), mengesakan, dan menyucikan
Allah adalah bagian dari aqidah Islam yang paling tinggi. Ayat-ayat
Al-Qur`an dan hadits-hadits shahih tentang ayat-ayat Allah, kita
Imani apa adanya tanpa menakwilkan dan menolaknya.
k) Setiap bid’ah yang tidak memiliki argumen dasar adalah bid’ah yang
harus diberantas dengan cara-cara yang paling efektif.
l) Bid’ah idhafiyyah dan bid’ah tarkiyyah dan mengamalkan ibadah
mutlak secara konsisten adalah termasuk khilaf fiqih, masing-
masing pihak memiliki pendapat dalam hal ini. Tidak salah jika
dibuat kajian untuk mencari kebenaran dengan dalil dan bukti yang
kuat.
m) Mencintai, menghormati, dan menyanjung orang-orang shalih
karena memandang perbuatan baiknya, termasuk sarana
mendekatkan diri kepada Allah ta’ala.
n) Ziarah kubur, siapa pun orangnya, adalah sunnah yang dianjurkan
agama dengan cara yang benar sesuai dengan petunjuk Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
o) Doa kepada Allah disertai dengan tawassul melalui seorang
makhluknya, termasuk masalah furu’ yang diperselisihkan dalam
hal cara berdoa dan tidak termasuk masalah aqidah.
p) Kebiasaan yang salah tidak dapat mengubah maksud kata-kata
yang bersifat syar’i.
q) Aqidah adalah dasar sebuah amal. Amalan hari lebih penting
daripada amalan fisik, namun meraih kesempurnaan pada
keduanya sangat dianjurkan oleh agama sekalipun kadar keduanya
berbeda.
r) Islam membebaskan akal dan menganjurkan manusia untuk
mengkaji alam semesta. Islam mengangkat derajat ilmu dan para
ulama, serta menerima segala sesuatu yang baik dan bermanfaat.
s) Ruang lingkup perspektif agama dan perspektif ilmiah adakalanya
mencakup hal-hal yang tidak dibahas oleh salah satu dari keudanya.
Namun, keduanya tidak mungkin bertentangan dalam masalah
yang pasti (qath’i). Karena itu, suatu hakikat ilmiah yang benar tidak
akan bertentangan dengan kaidah agama yang permanen. Jika di
antara ada masalah zhanni (asumtif), maka dikembalikan kepada
yang qath’i. Tetapi, jika keduanya bersifat zhanni maka perspektif
agama lebih dikedepankan sampai perspektif akal terbukti benar
atau terbukti salah.
t) Tidak boleh mengkafirkan orang Islam yang telah menyatakan dua
kalimat syahadat dan mengamalkan konsekuensinya serta
menjalankan kewajiban-kewajiban agama, baik karena
pemikirannya mauupun karena melakukan maksiat, kecuali jika ia
menyatakan pernyataan kafir atau mengerjakan sesuatu yang tidak
dapat ditafsirkan kecuali sebagai tindakan kafir.
2) Al-Ikhlas (ikhlas). Maksudnya, setiap ucapan, perbuatan, dan jihad seorang
akh muslim hanya ditujukan untuk Allah.
3) Al-‘Amal (perbuatan). Maksudnya adalah memperbaiki diri sendiri,
membangun keluarga muslim, membimbing masyarakat, membebaskan
negara, meluruskan pemerintahan sehingga benar-benar islami, dan
berjuang membangun kembali struktur global umat islam serta menjadi
guru bagi dunia dengan menyebarkan Islam di seluruh pelosoknya.
4) Al-Jihad (kesungguhan). Maksudnya adalah jihad yang merupakan
kewajiban permanen yang terus berlaku sampai hari kiamat.
5) At-Tadhhiyyah (pengorbanan). Maksudnya adalah mengorbankan diri,
harta, waktu, dan kehidupan, serta segala sesuatu yang dimiliki untuk
mencapai tujuan.
6) Ath-Tha’ah (ketaatan). Maksudnya adalah mematuhi dan melaksanakan
perintah dalam keadaan susah maupun senang, ketika bersemangat
maupun malas.
7) Ats-Tsabat (keteguhan). Maksudnya adalah seorang akh tetap berbuat dan
berjihad untuk mencapai tujuannya, sekalipun harus menghabiskan waktu
yang cukup lama dan bertahun-tahun sampai menemui ajalnya. Maka,
pada saat itu, ia benar-benar meraih salah satu kebaikan: menang atau
mati syahid.
8) At-Tajarrud (totalitas). Maksudnya adalah percaya dengan fikrah kalian
secara total dan tidak tergoda dengan pemikiran atau ketokohan siapa
pun, karena fikrah kalian lebih baik, lebih komprehensif, dan lebih tinggi.
9) Al-Ukhuwwah (persaudaraan). Maksudnya adalah hati dan jiwa para aktivis
terikat dalam ikatan aqidah, karena aqidah merupakan ikatan yang paling
kuat dan tak ternilai harganya.
a) Ukhuwwah mendukung ketaatan kepada Allah;
b) Ukhuwwah adalah manifestasi solidaritas jiwa;
c) Ukhuwwah adalah manifestasi solidaritas materi;
d) Ukhuwwah adalah tanggung jawab sosial yang mencakup
kewajiban-kewajiban yang paling mendasar dan krusial;
e) Ukhuwwah adalah manifestasi kehangatan, cinta, dan tolong
menolong;
f) Ukhuwwah adalah manifestasi kecemburuan dan kesetiaan.
10) Ats-Tsiqah (percaya). Maksudnya adalah seorang jundi (anggota) menaruh
kepercayaan kepada qiyadah-nya (pemimpinannya), baik terhadap
kemampuan maupun keikhlasannya, dengan kepercayaan yang mendalam
sehingga melahirkan rasa cinta, hormat, dan patuh.
5. Kewajiban-kewajiban seorang akh
Ada lebih dari tiga puluh kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap akh
berkaitan dengan diri sendiri, keluarga, dan masyarakatnya.
1) Mengamalkan wirid harian berupa bacaan Al-Qur`an sekurang-kurangnya
satu juz setiap hari dan mengkhattamkannya tidak lebih dari satu bulan dan
tidak kurang dari tiga hari.
2) Harus mampu membaca Al-Qur`an dengan baik, juga mendegar, dan
merenungkan makna-maknanya.
3) Mengontrol kesehatan dengan melakukan general check up dan segera
megobati penyakit yang diderita.
4) Tidak berlebih-lebihan dalam mengonsumsi kopi dan teh serta minuman-
minuman sejenis yang mendandung kafein. Engkau hanya meminumnya
ketika ada kebutuhan mendesak dan engkau sama sekali tidak dibenarkan
merokok.
5) Peduli dengan kebersihan dalam segala hal, baik kebersihan rumah,
pakaian, makanan, badan, maupun tempat kerja.
6) Jujur dalam berbicara.
7) Menepati sumpah, pernyataan, dan janji.
8) Berani dan tabah.
9) Tampil berwibawa dan selalu bersungguh-sungguh.
10) Memiliki rasa malu yang kuat, peka, cepat terkesan dengan
kebaikanmaupun dengan kejelekan.
11) Harus adil dan membuat keputusan yang benar dalam segala kondisi.
12) Selalu memiliki semangat tinggi dan terlatih dengan baik untuk melayani
keperluan orang banyak.
13) Memiliki hati yang penuh kasih sayang, terbuka, dan lapang dada.
14) Pandai membaca dan menulis.
15) Memiliki profesi yang berorientasi profit sekalipun engkau tergolong kaya
dan terjun dalam bidang wirausaha, walaupun kecil.
16) Jangan mau menjadi pegawai negeri.
17) Bersungguh-sungguh dalam menjalankan pekerjaanmu, baik dari segi
kualitas maupun profesionalitas, tidak memanipulasi dan tepat waktu.
18) Sanggup menuntut hakmu dengan baik dan memenuhi hak orang lain
seutuhnya, tanpa dikurangi, tanpa diminta, dan diulur-ulur.
19) Menjauhi segala macam perjudian dan apapun motivasinya.
20) Menghindari riba dalam segala bentuk muamalat.
21) Turut serta mengembangkan kekayaan dunia Islam dengan mendukung
produk-produk dan sumber-sumber ekonomi Islam.
22) Mendukung dakwah dengan menyumbangkan sebagian hartamu,
menunaikan zakat wajib, dan menyisihkan sebagian hartamu untuk
diberikan kepada orang-orang yang meminta dan membutuhkannya,
walaupun pendapatanmu kecil.
23) Menabung sebagian dari pendapatanmu, walaupun sedikit, sebagai
persiapan untuk menghadapi kondisi darurat.
24) Beruaha sekuat tenaga untuk menyemarakkan tradisi-tradisi Islam dan
mengikis tradisi-tradisi asing dalam setiap aspek kehidupan, seperti ucapan
salam, Bahasa, sejarah, pakaian, peralatan, jam kerja, istirahat, makanan,
minuman, cara datang dan pergi, sedih dan gembira, dan lainnya.
25) Memboikot mahkamah sipil dan pengadilan yang tidak Islami, klub, media
cetak, kelompok, sekolah, dan organisasi yang bertentangan dengan fikrah
Islam-mu.
26) Selalu merasa diawasi oleh Allah subhanahu wa ta’ala dan mengingat serta
mempersiapkan diri untuk menjalani kehidupan akhirat.
27) Bersuci dengan baik dan selalu menjaga tetap dalam keadaan berwudhu`
dalam sekian banyak waktu.
28) Melakukan shalat dengan baik, selalu berusaha melaksanakannya tepat
waktu dan secara berjamaah di masjid.
29) Puasa di bulan Ramadhan, melaksanakan ibadah haji, jika mampu, dan
berusaha mempersiapkannya sejak sekarang jika belum mampu.
30) Selalu menyertakan niat berjihad dan mencintai mati syahid, dan
melakukan persiapan sebaik mungkin untuk menghadapinya.
31) Senantiasa bertaubat dan memohon ampun (istighfar).
32) Berjihad melawan hawa nafsu.
33) Menjauhi segala macam minuman keras, memabukkan, dan melemahkan
badan.
34) Jangan berteman dengan orang yang berperangai buruk dan suka berbuat
jahat.
35) Memberantas tempat-tempat hiburan yang tidak sehat (al-lahwu) dan
jangan sekali-sekali mendekatinya.
36) Kenalilah anggota katibah-mu (kelompok) satu per satu dengan baik.
37) Melepaskan hubungan dengan setiap organisasi atau kelompok, selama
keberadaanmu di sana tidak memberi dampak positif kepada fikrah,
apalagi jika engkau disuruh untuk melepaskannya.
38) Berusaha menyebarkan dakwah di mana pun engkau berada dan memberi
tahu qiyadah tentang keadaan yang engkau hadapi.

Anda mungkin juga menyukai