Anda di halaman 1dari 3

Nama : Reni Sri Wandani Panggabean

NDH : 09
Angkatan/Kelompok : XIII/1
Tutor/Pemateri : Suhartono, S.Sos, M.AP

MAKALAH ANTI KORUPSI

1. Latar Belakang

Korupsi di Indonesia saat ini sudah menjadi penyakit sosial yang sangat
berbahaya yang mengancam semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Korupsi telah mengakibatkan kerugian materiil keuangan negara yang
sangat besar. Hal itu merupakan cerminan rendahnya moralitas dan rasa malu,
sehingga yang menonjol adalah sikap kerakusan dan kekuasaan.
Korupsi di Indonesia sudah ada sejak lama, baik sebelum maupun sesudah
kemerdekaan, era orde lama, orde baru dan berlanjut hingga era reformasi. Berbagai
upaya telah dilakukan untuk memberantas korupsi, namun haislnya masih jauh dari
kata memuaskan.
Tindak pidana korupsi merupakan masalah yang serius karena dapat
membahayakan stabilitas keamanan negara dan masyarakat, membahayakan
pembangunan sosial, ekonomi masyarakat, politik, bahkan merusak nilai-nilai
demokrasi serta moralitas bangsa karena membudayanya tindak pidana korupsi
tersebut yang akan menjadi ancaman terhadap cita-cita menuju masyarakat yang adil
dan makmur.
Dalam mencegah dan memberantas korupsi, pemerintah membentuk Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai lembaga yang bertugas untuk mencegah dan
memberantas korupsi di Indonesia. Selain itu, Aparatur Sipil Negara (ASN) juga
merupakan salah satu unur terpenting dalam menggerakan pemberantasan tindak
pidana korupsi dan memasyarakatkan sikap anti korupsi. Hal ini disebabkan posisi
ASN yang sangat strategis sebagai pemegang kekuasaan dan punya wewenang
mengatur keuangan negara. Maka diharapkan pemberantasan korupsi dan anti korupsi
itu dimiiki oleh setiap ASN. ASN juga harus memiliki nilai nilai dasar anti korupsi
dlam diri nya yaitu jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggung jawab, kerja keras,
sederhana, berani dan adil.
2. Analisa

Di tahun ini kasus yang belum cukup lama kita dengar yaitu mengenai
korupsi bantuan sosial (bansos) bagi warga yang terdampak pandemi covid-19 oleh
Mantan menteri sosial Juliari Batubara yang di sebut memotong uang sebesar Rp
10.000 per paket sembako dari nilai Rp. 300.000 per paket sembakonya. Juliari
menunjuk Matheus Joko Santoso dan Adi Wahyono sebagai Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA) pada Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial
(PSKBS) Kementerian Sosial Tahun 2020. Setelah terdakwa (Juliari) menunjuk Adi
Wahyono sebagai KPA, maka terdakwa memerintahkan agar Matheus Joko Santoso
dan Adi Wahyono mengumpulkan uang fee sebesar Rp10 ribu per paket dari penyedia
sembako guna memenuhi kepentingan terdakwa. Jaksa penuntut umum pada Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) mendakwa bahwa Juliari menerima total Rp32,2
miliar dalam kasus ini. Korupsi bansos ini ada di tengah wabah yang banyak membuat
keprihatinan masyarakat dunia, terlebih Indonesia.
Dengan adanya korupsi yang terjadi atas bantuan sosial dalam rangka
penanggulangan kepada warga yang terdampak Covid-19, membuat masyarakat
prihatin dan murka masih ada pejabat pemerintah yang tega mengambil kesempatan
untuk mencuri uang negara. Kasus korupsi yang melibatkan mantan mentri sosial ini
benar benar menyimpang dari karakter berANEKA yaitu karakter yang memiliki nilai
nilai dasar Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti
Korupsi. Jika dianalisis perilaku korupsi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya
a. faktor individu. Sifat serakah, kurangnya ahlak dan moral dan gaya hidup yang
konsumtif.
b. Faktor organisasi. Tidak diterapkannya zona integritas di unit kerja, kurangnya
pengawasan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP), kurangnya jiwa
kepemimpinan.
c. Faktor lingkungan. Adanya peluang untuk penyalahgunaan kekuasaan dan tidak
adanya pengawasan.
d. Faktor kebijakan. Hukuman tidak sepadan antara pelaku koruptor dengan
kejahatan lainnya.
3. Solusi (Pemecahan Masalah)

Agar korupsi tidak semakin merajalela di negara kita, maka masyarakat dan
pemerintah harus bersama sama dalam memberantas korupsi. Berkaca dari kasus
mantan menteri sosial Juliari Batubara beberapa solusi yang bisa diberikan yaitu :
a. Perbaikan sistem. Dengan memperkuat transparansi penyelenggara negara,
memberikan rekomendasi kepada kementrian dan lembaga terkait untuk
melakukan langkah-langkah perbaikan dan modernisasi pelayanan publik dengan
sistem online untuk memudahkan masyarakat luas mendapatkan pelayanan publik
yang profesional, berkualitas, tepat waktu dan tanpa dibebani biaya ekstra/
pungutan liar. Serta sistem pengawasan yang berintegrasi agar lebih transparan
dan efektif.
b. Strategi Represif. Upaya pendekatan hukum untuk menyeret koruptor ke
pengadilan dan memberikan hukuman yang tegas bagi koruptor agar
menimbulkan efek jera bagi pelakunya. Hal ini juga bisa menjadi pelajaran bagi
semua kalangan agar tidak melakukan hal serupa.
c. Mengedepankan etika dan moral dalam menjalankan tugas pemerintahan.
d. Pembinaan agama, moral dan etika, melalui penyuluhan dibidang keagamaan,
etika dan hukum di lingkungan instansi pusat atau daerah.
e. Edukasi dan kampanye agar tidak mau melakukan korupsi. Edukasi dan
kampanye adalah strategi pembelajaran pendidikan anti korupsi dengan mengajak
publik terlibat dalam gerakan pemberantasan korupsi dan membangun budaya
anti korupsi.
f. Melakukan monotoring evaluasi secara berkala dan melakukan perbaikan yang
berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai