Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya manusia adalah sebagai makhluk individu yang unik,
berbeda antara yang satu dengan lainnya. Secara individu juga, manusia ingin
memenuhi kebutuhannya masing-masing, ingin merealisasikan diri atau ingin
dan mampu mengembangkan potensi-potensinya masing-masing. Hal ini
merupakan gambaran bahwa setiap individu akan berusaha untuk menemukan
jati dirinya masing-masing, tidak ada manusia yang ingin menjadi orang lain
sehingga dia akan selalu sadar akan keindividualitasannya.
Adapun hubungannya dengan manusia sebagai mahluk sosial adalah bahwa
dalam mengembangkan potensi-potesinya ini tidak akan terjadi secara alamiah
dengan sendirinya, tetapi membutuhkan bantuan dan bimbingan manusia lain.
Selain itu, dalam kenyataannya, tidak ada manusia yang mampu hidup tanpa
adanya bantuan orang lain. Hal ini menunjukan bahwa manusia hidup saling
ketergantungan dan saling membutuhkan antara yang satu dengan lainnya.
Dari kedua hal diatas, manusia sebagai makhluk individu dan makhluk
sosial memiliki fungsi masing-masing dalam menjalankan peranannya dalam
kehidupan. Sebagai makhluk individu manusia merupakan bagian dan unit
terkecil dari kehidupan sosial atau masyarakat dan sebaliknya sebagai makhluk
sosial yang membentuk suatu kehidupan masyarakat, manusia merupakan
kumpulan dari berbagai individu. Dalam menjalankan peranannya masing-
masing dari kedua hal tersebut secara seimbang, maka setiap individu harus
mengetahui dari peranannya masing-masing tersebut. Untuk itu, perlu kiranya
penulis menulis sebuah makalah yang mengemukakan manusia sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial. Semoga dengan adanya makalah ini dapat
menginspirasi pembaca.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas,  penulis merumuskan rumusan
masalah sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan manusia sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial?
2. Bagaimana interaksi sosial dan sosialisasi dalam kehidupan manusia
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial ?
3. Bagaimana perbedaan antara masyarakat dan komunitas?
4. Bagaimana dilema antara kepentingan individu dan kepentingan sosial?

C. Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan
tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1. Hakikat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
2. Interkasi sosial dan sosialisasi dalam kehidupan manusia sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial.
3. Masyarakat dan komunitas.
4. Dilema antara kepentingan individu dan kepentingan sosial.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial


Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya.
Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri.
Karena manusia menjalankan peranannya dengan menggunakan simbol untuk
mengkomunikasikan pemikiran dan perasaanya. Manusia tidak dapat menyadari
individualitas, kecuali melalui medium kehidupan sosial.
Esensi manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya adalah kesadaran
manusia tentang status dan posisi dirinya adalah kehidupan bersama, serta
bagaimana tanggungjawab dan kewajibannya di dalam kebersamaan

1. Manusia Sebagai Makhluk Individu


Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in salah
satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan devided artinya terbagi. Jadi
individu artinya tidak terbagi, atau satu kesatuan. Dalam bahasa latin individu
berasal dari kata individium yang berarti yang tak terbagi, jadi merupakan suatu
sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil
dan tak terbatas.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani,
unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia
individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur
tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak disebut sebagai individu.
Dalam diri individi ada unsur jasmani dan rohaninya, atau ada unsur fisik dan
psikisnya, atau ada unsur raga dan jiwanya.
Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada
manusia yang sama persis. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-masing
memiliki keunikan tersendiri. Seorang individu adalah perpaduan antara faktor
fenotip dan genotip. Faktor genotip adalah faktor yang dibawa individu sejak
lahir, ia merupakan faktor keturunan, dibawa individu sejak lahir. Kalau

3
seseorang individu memiliki ciri fisik atau karakter sifat yang dibawa sejak lahir,
ia juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor
lingkungan (faktor fenotip). Faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam
pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk
pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Ligkungan fisik seperti kondisi
alam sekitarnya. Lingkungan sosial, merujuk pada lingkungan di mana eorang
individu melakukan interaksi sosial. Kita melakukan interaksi sosial dengan
anggota keluarga, dengan teman, dan kelompok sosial yang lebih besar.
Karakteristik yang khas dari seeorang dapat kita sebut dengan
kepribadian. Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang
dipengaruhi oleh faktor bawaan genotip) dan faktor lingkungan (fenotip) yang
saling berinteraksi terus-menerus.
Menurut Nursid Sumaatmadja (2000), kepribadian adalah keseluruhan
perilaku individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-
psiko-fiskal (fisik dan psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi
lingkungan, yang terungkap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi mental
psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari lingkungan. Dia menyimpulkan
bahwa faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan
karakteristik yang khas dari seeorang.

2. Manusia sebagai Makhluk Sosial


Menurut kodratnya manusia selain sebagai makhluk individu, mereka
juga merupakan makhluk sosial. Adapun yang dimaksud dengan Istilah sosial
adalah ”Sosial” berasal dari akar kata bahasa Latin Socius, yang artinya
berkawan atau masyarakat. Sosial memiliki arti umum yaitu kemasyarakatan dan
dalam arti sempit mendahulukan kepentingan bersama atau masyarakat. Adapun
dalam hal ini yang dimaksud manusia sebagai makhluk sosial adalah makhluk
yang hidup bermasyarakat, dan pada dasarnya setiap hidup individu tidak dapat
lepas dari manusia lain. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk
sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan
masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam

4
berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu
bermasyarakat dalam kehidupannya. Seperti kita ketahui bahwa sejak bayi lahir
sampa iusia tertentu manusia adalah mahkluk yang tidak berdaya, tanpa bantuan
orang orang disekitar iatidak dapat berbuat apa-apa dan untuk segala kebutuhan
hidup bayi sangat tergantung pada luar dirinya sepert iorang tuanya khususnya
ibunya. Bagisi bayi keluarga merupakan segitiga abadi yang menjadi kelompok
sosial pertama dikenalnya.  Pada perjalanan hidup yang selanjutnya keluarga
akan tetap menjadi kelompok pertama tempat meletakan dasakepribadian dan
proses pendewasaan yang didalamnya selalu terjadi “sosialisi” untuk menjadi
manusia yang mengetahui pengetahuan dasar, nilai-nilai, normasosial dan etika-
etika pergaulan.
Manusia dapat di katakan makluk sosial karena pada dirinya terdapat
dorongan untuk berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain, dimana
terdapat kebutuhan untuk mencari berteman dengan orang lain yang sering di
dasari atas kesamaan ciri atau kepentingan masing-masing. Manusia juga tidak
akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia.
Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan
tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa
berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi
kemanusiaannya. Makhluk sosial adalah makluk yang terdapat dalam beragam
aktivitas dan lingkungan sosial.

B. Interaksi Sosial dan Sosialisasi dalam Kehidupan Manusia sebagai


Makhluk  individu dan Makhluk Sosial
Manusia sebagai mahkluk sosial dalam kehidupan sehari-harinya pasti
membutuhkan orang lain. Proses interaksi dan sosialisasi selalu terjadi kapan dan
dimanapun manusia itu berada. Dalam hal ini bentuk interaksi sosial sangat
bermacam-macam. Pola sosialisasi pun ada bermacam-macam.Untuk lebih
jelasnya uraian mengenai interaksi sosial dan sosialisasi adalah sebagai berikut.
1. Interaksi Sosial.

5
Manusia dikenal sebagai makhluk individu dan makhluk
sosial.Dikatakan makhluk sosial karena manusia sebagai individu saling
membutuhkan dan saling berinteraksi dengan manusia atau individu lainnya.
Oleh sebab itu manusia sebagai makhluk sosial sangat membutuhkan orang
lain pada hidupnya untuk saling memberi, menolong, dan melengkapi satu
sama lain.
Adapun pengertian interaksi sosial menurut Effendi (2010:46) adalah
kata interaksi berasal dari kata inter dan action. Interaksi sosial adalah
hubungan timbal balik saling mempengaruhi antar individu, kelompok social,
dan masyarakat. Dalam hal ini berarti bahwa manusia dalam kehidupan
sehari-harinya tidak lepas dari hubungan dengan manusia lainnya.Interaksi
juga berarti bahwa setiap manusia saling berkomunikasi dan mempengaruhi
bisa dalam pikiran maupun tindakan.
Menurut Gillin dan Gillin (Effendi, 2010:46) menyatakan bahwa
interaksi sosia adalah hubungan-hubungan antara orang-orang secara
individu, antar kelompok, orang, dan orang perorangan dengan
kelompok.Dalam hal ini interaksisosial bisa dilakukan oleh orang perorangan,
bisa oleh kelompok, juga bisa perorangan dengan kelompok.
Interaksi sosial dimulai dari hal yang terkecil yaitu saling menegur,
menyapa, berjabat tangan, saling berbicara dan lain-lain. Bahkan dalam
pertengkaran atau perkelahianpun termasuk interaksi sosial.
Faktor yang pertama adalah imitasi, imitasi merupakan proses
peniruan. Kita sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan orang lain
termasuk dalam hal meniru perilaku orang lain yang positif bagi kita.
Peniruan sudah dilakukan pada rentan anak usia dini. Anak usia dini
merupakan peniru yang ulung, maka dari itu sikap dan perilaku setiap orang
dewasa perlu dijaga dan diperhatikan agar peniruan yang dilakukan anak usia
dini bersifat positif. Pada proses peniruan ini mudah berubah-ubah karena
perkembangan teknologi didunia ini berlangsung secara global dan sangat
cepat.

6
Yang kedua yaitu Sugesti, sugesti adalah suatu proses dimana seorang
individu menerima pendapat atau pandangan dari orang lain tanpa adanya
kritik terlebih dahulu. Sugesti merupakan pengaruh psikis yang datang dari
dirinya sendiri maupun orang lain. Orang akan mudah menerima sugesti dari
orang lain ketika seseorang sedang ada pada kondisi yang dilematis. Dalam
hubungan interaksi sosial, arti Imitasi dan sugesti hampir sama perbedaannya
adalah dalm imitasi seseorang mengikuti atau meniru orang lain, sedangkan
pada sugesti seseorang memberikan pandangan atau pendapat menurut
dirinya dan diterima oleh orang lain.
Yang ketiga yaitu Identifikasi, dalam psikologis identifikasi berarti
dorongan untuk menjadi identik atau dorongan untuk menjadi sama dengan
orang lain, baik secara lahir maupun batin.
Faktor yang keempat yaitu simpati, simpati yaitu perasaaan yang
timbul pada orang lain atas dasar penilaian menurut perasaan didalam dirinya.

2. Bentuk Interaksi Sosial        


Ada beberapa bentuk interaksi sosial yaitu:
 Kerjasama (cooperation),
 Persaingan (competition), dan
 Pertentangan (conflict).
Menurut Gillin dan Gillin bentuk kerjasama dibagi dalam dua proses
yang didalamnya terdapat bentuk bentuk khusus. Yang pertama yaitu proses
Asosiatif terdiri dari 2 bentuk khusus yaitu akomodasi dan asimilasi. Yang
kedua yaitu proses Disosiatif, disosiatif terdiri dari tiga bentuk khusus yaitu
Persaingan (competition), Kontravnersi (contravention), dan Pertentangan
(conflict).
a. Bentuk Interaksi Asosiatif
Kerjasama (cooperation)
Kerjasama merupakan salah satu bentuk  interaksi sosial yang
sering terjadi dimasyarakat pada umumnya. Kerjasama menggambarkan
sebagian besar bentuk interaksi sosial. Dan setiap bentuk interaksi sosial

7
dapat ditemukan pada setiap kelompok manusia. Kerjasama timbul karena
orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya atau kelompok yang
lainnya.
Ada tiga bentuk kerjasama yang biasa dilaksanakan yaitu:
 Bargaining, yaitu pelaksanaan kerjasama atau perjanjian antara dua
organisasi atau lebih mengenai pertukaran barang dan jasa.
 Cooperation, yaitu penerimaan unsur baru dalam kepemimpinan atau
dalam pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu
cara untuk menghindari kegoncangan dalam stabilitas organisasi
tersebut.
 Coalition, yaitu kombinasi antar dua organisasi atau lebih yang
mempunyai pandangan dan tujuan yang sama.
Akomodasi (accomodation)
Dalam interaksi sosial, istilah akomodasi berarti suatu kenyataan
adanya keseimbangan dalam interaksi orang perorangan dan kelompok
manusia sehubungan dengan nilai dan norma yang berlaku dimasyarakat.
Ada beberapa bentuk akomodasi, diantaranya:
 Coertion adalah bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan
karena adanya suatu paksaan.
 Compromise adalah salah satu bentukakomodasi dimana pihak yang
terlibat perselisihan mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu
penyelesaian terhadap perselisihan tersebut.
 Arbitration adalah suatu cara untuk mencapai compromise apabila
pihak yang berselisih tidak sanggup untuk mencapainya sendiri.
 Ø   Mediation cara untuk mencapai penyelesaina dalam perselisihan
dengan cara menghadirkan orang ketiga yang netral dalam soal
perselisihan yang ada.
 Concilitation adalah usaha untuk mengabulkan atau mempertemukan
keinginan pihak yang berselisih agar tercapainya suatu persetujuan
bersama.

8
 Tolerantion adalah bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal.
Contohnya toleransi dalam beribadah.
 Stelemate adalah suatu akomodasi dimana pihak pihak yang
berkepentingan mempunyai yang seimbang, berhenti pada titik
tertentu dalam melakukan pertentangannya.
 Adjudication adalah perselisihan perkara atau sengketa dipengadilan.

b. Bentuk Interaksi Disosiatif


1) Persaingan (competition)
Persaingan merupakan bentuk interaksi sosial yang dilakukan oleh
individu atau kelompok untuk memperoleh keuntungan tertentu baik bagi
dirinya maupun kelompoknya dengan cara menarik perhatian atau
mempertajam prasangka yang telah ada tanpa menggunakan kekersan.
2) Kontravensi (contravention)
Kontraversi adalah rperasaaan yang menggejolak yang ada pada
diri seseorang yag ditandai oleh adanya ketidakpastian dalam diri
seseorang, perasaan tidak suka yang disembunyikan dan kebencian
terhadap orang lain. Tapi gejala-gejala tersebut tidak sampai
menimbulkan pertentangan atau pertikaian.
3) Pertentangan (conflict)
Pertentangan merupakan suatu bentuk interaksi individu atau
kelompok sosial yang berusaha utuk mencapai tujuannya dengan cara
menentang pihak yang lain atau pihak yang menghalangi dengan ancaman
atau tindak kekerasan.
c. Sosialisasi
Sosialisasi sangat erat kaitannya terhadap manusia sebagai
makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial kita harus senantiasa hidup
bersosial dengan orang lain agar dapat saling membantu, melengkapi, dan
mencapai tujuan hidup kita. Menurut Berger (Effendi, 2010:49)
mendefinisika sosialisasi sebagai “a process by which a child learns to be
a participant member of society” yaitu suatu proses dimana seorang anak

9
belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.
Dalam hal ini jelas dikatakan bahwa proses sosialisasi dimulai dari sejak
anak usia dini hingga usia seseorang berakhir. Proses sosialisasi terus
dilakukan selama kita masih hidup dan masih membutuhkan orang lain.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sosialisasi adalah proses dimana
seseorang dapat berinteraksi dan berpartisipasi dengan masyarakat yang
ada disekitarnya.
Setiap makhluk hidup pasti sangat membutuhkan proses
sosialisasi, baik itu dimulai dari anak usia dini sampai dewasa bahkan
sosialisasi berjalan seumur hidup.apa yang terjadi jika sejak usia dini anak
tidak mengalami sosialisasi ? pasti anak tidak akan menjadi manusia
seutuhnya, karenan kemampuan seseorang untuk berperan sebagai
anggota masyarakat sangat tergantung pada proses sosialisasi. Ketika
seseorang tidak mengalami sosialisasi maka yang terjadi adalah orang itu
tidak dapat berinteraksi dengan orang lain. Contohnya banyak ditemuakan
anak anak yang terlantar dihutan dan dibesarkan oleh hewan atau yang
disekap oleh orang tuanya sejak kecil. Mereka tidak bisa bersosialisasi
dengan baik. Mereka cenderung bagaimana berprilaku seperti hewan,
mereka tidak dapat berbicara, tidak dapat berpakaian bahkan tidak dapat
tertawa atau menangis. Ketika anak-anak itu diselamatkan dan diberi
terapi seperti manusia umumnya, mereka mungkin bisa menerima sedikit
demi sedikit perubahan pada diri mereka untuk menjadi manusia
seutuhnya namun kemampuan mereka tidak akan mampu menyamai
kemampuan anak lain yang sebaya dengannya, karena kemampuan
kemampuan tertentu hanya dapat diajarkan pada periode tertentu
dikehidupan anak. Bila proses sosialisasinya terlambat, maka proses
tersebut tidak akan berhasil atau hanya berhasil untuk sebagian kecil saja.
Mereka juga tidak akan menjadi manusia seutuhnya karena mereka tidak
pernah tersosialisasi secara wajar dan mereka cenderung meninggal
dengan usia muda.

10
Sosialisasi dilakukan oleh semua individu yang bersosial. Ada
beberapa pihak yang membantu melaksanakan sosialisasi yaitu keluarga,
kelompok bermain media massa dan sistem pendidikan. Peran agen utama
yaitu orangtua merupakan peran penting bagi anak untuk bersosialisasi.
Orang tua merupaka awal dimana kita melakukan interaksi dengan dunia
pertama kita. Keluarga merupakan pendidik yang pertama dan yang
paling utama dalam hal pertumbuhan dan perkembangan anak begitupun
dengan perkembangan sosialisasi mereka. Maka orang tua hendaknya
mengoptimalkan proses sosialisasi pertama untuk anak. Kelompok
bermain juga tidak kalah pentingnya dengan orang tua. Melalui kelompok
bermain anak mulai bisa belajar bersosialisasi secara umum. Bagaimana
ia berinteraksi dengan teman sebayanya, bagaimana ia menyelesaikan
suatu permasalahan dalam berinteraksi dengan temannya dan juga
bagaimana ia bisa memilih teman yang sejalan dengannya. Agen yang
ketiga yaitu media massa. Media masa sangat erat kaitannya dengan
teknologi yang makin maju dan berkembang. Media masa pun sangat
penting untuk sosialisasi dengan hal-hal yang terjadi disekitar kita.

d. Bentuk dan Pola Sosialisasi


Bentuk-bentuk sosialisasi
sosialisasi merupakan salah satu bentuk manusia dalam
mempertahankan interaksi dengan lingkungannya. Proses ini berlangsung
sepanjang hidup manusia.
Bentuk sosialisasi dibedakan menjadi dua yaitu sosialisasi primer
dan sekunder. Sosialisasi primer adalah sosialisasi pertama yang
dilakukan oleh seluruh individu sejak ia kecil. Sosialisasi primer tidak ada
proses identifikasi dan pada masa inilah dumia pertama anak terbentuk.
Sosialisasi primer berakhir ketika konsep tentang orang lain pada
umumnya telah terbentuk dan tertanam dalam kesadaran individu. Pada
titik ini ia merupakan anggaota efektif masyarakat.
Pola sosialisasi

11
Pada dasarnya ada dua pola sosialisasi, yaitu pola represi
(kekerasan/hukuman) dan pola partisipasi. Sosialisasi menggunakan pola
represi menekankan pada penggunaan hukuman atau kekerasan apabila
terdapat dan melakukan kesalahan. Adapun ciri-ciri lain dalam
penggunaan proses represi yaitu penggunaan materi dalam hukuman dan
imbalan, penekanan terhadap orang tua, penekanan terhadap komunikasi
satu arah non verbal dan berisi perintah, sosialisasi terhadap orang tua dan
keinginan orangtua dan lain-lain.
Sosialisasi secara partisipasi merupakan pola yang didalamnya
anak diberi imbalan ketika ia berlaku baik , hukuman dan imbalan berupa
simbol, anak diberi kebebasan, komunikasi bersifat lisan, anak menjadi
pusat sosialisasi, kebutuhan dianggap sangat penting dan lain sebagainya.

C. Masyarakat dan Komunitas


Dalam kehidupan sebagai makluk individu dan sosial, manusia selalu
berhubungan dan tidak dapat lepas  dengan masyarakat dan komunitas. Sering
kali penggunaan kedua istilah tersebut tertukar dalam penggunaannya, padahal
pada hakikatnya kedua istilah tersebut tidaklah sama. Terdapat perbedaan
mendasar antara kedua konsep tersebut, dan untuk mengetahui lebih lanjut,
berikut akan penulis sajikan beberapa devinisi masyarakat dan komunitas
menurut para ahli sebagai berikut.
1. Masyarakat
Krech, Crutchfield, dan Ballachey (Effendi,2010:59) mengemukakan
devinisi masyarakat sebagai ”a society is that it is an organized collectivity of
interacting people whose actives become centered around a set of common
goals, and who tend to share common beliefs, attitudes, and of action.” Dari
devinisi tersebut dapat ditarik kesimpulan unsur-unsur yanga ada dalam
masyarakat adalah kolektivitas interaksi manusia yang terorganisasi,
kegiatannya yang terarah pada sejumlah tujuan yang sama, memilikin
kecenderungan untuk memiliki keyakinan, sikap, dan bentuk tindakan yang

12
sama. Dalam hal ini, interkasi dan tindakan itu tentu saja interaksi serta
tindakan sosial.
Menurut konsep di atas, karakteristik dari masyarakat itu adalah
adanya sekelompok manusia yang menunjukan perhatian bersama secara
mendasar, pemeliharaan kekekalan bersama, perwakilan menusia menurut
sejenisnya yang berhubungan satu sama lain secara berkesinambungan.
Dengan demikian, relasi manusia sebagai suatu bentuk masyarakat itu tidak
terjadi dalam waktu yang singkat, melainkan secara berkesinambungan dalam
waktu yang relatif cukup lama.
Dari beberapa devinisi di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat
merupakan kelompok atau kolektivitas manusia yang melakukan hubungan,
bersifat kekal, berlandaskan perhatian dan tujuan bersama, serta melakukan
jalinan secara berkesinambungan dalam wkatu yang relatif lama yang
menempati kawasan tertentu.

2. Komunitas
Komunitas merupakan bagian kelompok dari masyarakat dalam
lingkup yang lebih kecil, serta ikatan kebersamaannya yang kuat dan lebih
terikat oleh tempat.
Adapun menurut Prof. Dr. Soerjono Soekanto (Effendi, 2010: 62)
istilah community dapat diterjemahkan sebgai masyarakat setempat, istilah ini
menunjuk pada warga-warga sebuah desa, sebuah kota, suku atau suatu
bangsa. Apabila anggota-anggota suatu kelompok hidup bersama sedemikian
rupa sehingga mereka merasakan bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi
kepentingan-kepentingan hidup yang utama, maka kelompok tadi dapat
disebut masyarakat setempat. Intinya mereka menjalin hubungan sosial.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat setempat
adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat
hubungan social yang tertentu. Jadi dasar-dasr dari masyarakat setempat
adalah lokalitas atau wilayah, perasaan sepenanggungan dan hubungan sosial
tertentu yang merupakan perasaan saling ketergantungan .

13
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa devinisi masyarakat
dengan masyarakat setempat/komunitas. Definisi masyarakat sifatnya lebih
umum dan lebih luas, sedangkan definisi masyarakat setempat lebih terbatas
dan juga dibatasi oleh area kawasan serta sejumlah warganya. Ditinjau dari
aktivitas hubungannya dan persatuan lebih erat masyarakat setempat
dibandingkan dengan masyarakat.
Lebih lanjut dalam kehidupan masyarakat, Ferdinand Tonnies
(Effendi, 2010: 65) mengemukakan pemnbagian masyarakat dengan sebutan
masyarakat gemainchaft dan geselshaft. Masyarakat gemainchaft atau disebut
juga paguyuban adalah kelompok masyarakat dimana anggotanya sangat
terikat secara emosional dengan yang lainnya dan biasanya cenderung sebagai
refleksi masyarakat pedesaan. Sedangkan masyarakat geselshaft atau
patembeyan ikatan-ikatan diantara anggota anggotanya kurang kuat dan
bersifat rasional, biasanya cenderung sebagai refleksi masyarakat perkotaan.

D. Dilema antara Kepentingan Individu dan Kepentingan Sosial


Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial selalu terdiri dari
dua kepentingan, yaitu ke pentingan individu yang termasuk kepentingan
keluarga, kelompok atau golongan dan kepentingan masyarakat yang termasukke
pentingan rakyat. Dalam diri manusia, kedua kepentingan itu satu sama lain tidak
dapat dipisahkan. Apabila salah satu kepentingan tersebut hilang dari diri
manusia, akan terdapat satu manusia yang tidak bisa membedakan suatu
kepentingan, jika kepentingan individu yang hilang dia menjadi lupa pada
keluarganya, jika kepentingan masyarakat yang dihilangkan dari diri manusia
banyak timbul masalah kemasyarakatan contohnya korupsi. Inilah yang
menyebabkan kebingungan atau dilema manusia jika mereka tidak bisa membagi
kepentingan individu dan kepentingan masyarakat.Persoalan pengutamaan
kepentingan individu atau masyarakat ini memunculkan dua pandangan yang
berkembang menjadi paham/aliran bahkan ideologi yang dipegang oleh suatu
kelompok masyarakat. Adapun  Ariska mengemukakan dua pandangan yaitu

14
pandangan individualisme dan pandangan sosialisme. Untuk mengetahui lebih
lanjut, berikut kami sajikan uraian berikut.
1. Pandangan Individualisme
Individualisme berpangkal dari konsep bahwa manusia pada
hakikatnya adalah makhluk individu yang bebas. Paham ini memandang
manusia sebagai makhluk pribadi yang utuh dan lengkap terlepas dari
manusia yang lain. Pandangan individualisme berpendapat bahwa
kepentingan individulah yang harus diutamakan. Yang menjadi sentral
individualisme adalah kebebasan seorang individu untuk merealisasikan
dirinya. Paham individualisme menghasilkan ideologi liberalisme. Paham ini
bisa disebut juga ideologi individualisme liberal.
Paham individualisme liberal muncul di Eropa Barat (bersama
paham sosialisme) pada abad ke 18-19. Yang dipelopori oleh Jeremy Betham,
John Stuart Mill, Thomas Hobben, John Locke, Rousseau, dan Montesquieu.
Beberapa prinsip yang dikembangkan ideologi liberalisme adalah sebagai
berikut:
o Penjaminan hak milik perorangan. Menurut paham ini, pemilikan
sepenuhnya berada pada pribadi dan tidak berlaku hak milik berfungsi
sosial, Mementingkan diri sendiri atau kepentingan individu yang
bersangkutan.
o Pemberian kebebasan penuh pada individu. Persaingan bebas untuk
mencapai kepentingannya masing-masing.Kebebasan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan diri bisa menimbulkan persaingan dan dinamika
kebebasan antar individu. Menurut paham liberalisme, kebebasan antar
individu tersebut bisa diatur melalui penerapan hukum. Jadi, negara yang
menjamin keadilan dan kepastian hukum mutlak diperlukan dalam rangka
mengelola kebebasan agar tetap menciptakan tertibnya penyelenggaraan
hidup bersama.

2. Pandangan Sosialisme

15
Paham sosialisme ditokohi oleh Robert Owen dari Inggris (1771-
1858), Lousi Blanc, dan Proudhon. Pandangan ini menyatakan bahwa
kepentingan masyarakatlah yang diutamakan. Kedudukan individu hanyalah
objek dari masyarakat. Menurut pandangan sosialis, hak-hak individu sebagai
hak dasar hilang. Hak-hak individu timbul karena keanggotaannya dalam
suatu komunitas atau kelompok.
Sosialisme adalah paham yang mengharapkan terbentuknya
masyarakat yang adil, selaras, bebas, dan sejahtera bebas dari penguasaan
individu atas hak milik dan alat-alat produksi. Sosialisme muncul dengan
maksud kepentingan masyarakat secara keseluruhan terutama yang tersisih
oleh system liberalisme, mendapat keadilan, kebebasan, dan kesejahteraan.
Untuk meraih hal tersebut, sosialisme berpandangan bahwa hak-hak individu
harus diletakkan dalam kerangka kepentingan masyarakat yang lebih luas.
Dalam sosialisme yang radikal/ekstem (marxisme/komunisme) cara untuk
meraih hal itu adalah dengan menghilangkan hak pemilikan dan penguasaan
alat-alat produksi oleh perorangan. Paham  marxisme/komunisme dipelopori
oleh Karl Marx (1818-1883).
Paham individualisme liberal dan sosialisme saling bertolak belakang
dalam memandang hakikat manusia. Dalam Declaration of Independent
Amerika Serikat 1776, orientasinya lebih ditekankan pada hakikat manusia
sebagai makhluk individu yang bebas merdeka, manusia adalah pribadi yang
memiliki harkat dan martabat yang luhur. Sedangkan dalam Manifesto
Komunisme Karl Marx dan Engels, orientasinya sangat menekankan pada
hakikat manusia sebagai makhluk sosial semata. Menurut paham ini manusia
sebagai makhluk pribadi yang tidak dihargai. Pribadi dikorbankan untuk
kepentingan negara.
Dari kedua paham tersebut terdapat kelemahannya masing-masing.
Individualisme liberal dapat menimbulkan ketidakadilan, berbagai bentuk
tindakan tidak manusiawi, imperialisme, dan kolonialisme, liberalisme
mungkin membawa manfaat bagi kehidupan politik, tetapi tidak dalam
lapangan ekonomi dan sosial.  Sosialisme dalam bentuk yang ekstrem, tidak

16
menghargai manusia sebagai pribadi sehingga bisa merendahkan sisi
kemanusiaan. Dalam negara komunis mungkin terjadi kemakmuran, tetapi
kepuasan rohani manusia belum tentu terjamin.
Negara indonesia yang berfilsafahkan pancasila, hakikat manusia
dipandang memiliki sifat pribadi sekaligus sosial secara seimbang. Menurut
filsafat pancasila, manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial,
yang secara hakikat bahwa kedudukan manusia sebagai makhluk individu
sekaligus makhluk sosial. Bangsa indonesia memiliki prinsip penempatan
kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi dan golongan. Demi
kepentingan bersama tidak dengan mengorbankan hak-hak dasar setiap warga
negara.

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Manusia sebagai mahluk individu artinya manusia merupakan satu kesatuan
antara jasmani dan rohani. Seseorang dikatakan sebagai individu apabila
kedua unsur tersebut menyatu dalam dirinya.
2. Selain sebagai makhluk individu juga, manusia adalah makhluk sosial. Salah
satunya dikarenakan pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan atau
berinteraksi dengan orang lain yang satu sama lain saling membutuhkan.
Untuk menjadi pribadi yang bermakhluk sosial setiap individu dihadapkan
dengan sosialisasi, yaitu suatu proses  dimana seseorang belajar menjadi
seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.
3. Adapun yang dimaksud masyarakat setempat atau komunitas berbeda dengan
masyarakat. Masyarakat sifatnya lebih umum dan lebih luas, sedang
masyarakat setempat lebih terbatas dan juga dibatasi oleh kawasan tertentu.
Namun ditinjau dari aktivitas hubungannya dan persatuannya lebih erat pada
masyarakat setempat dibandingkan dengan masyrakat.
4. Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial selalu dihadapkan
oleh dua kepentingan yaitu kepentingan individu dan sosial. Persoalan
pengutamaan kepentingan individu atau masyarakat ini memunculkan dua
pandangan yang berkembang yaitu pandangan individualisme dan pandangan
sosialisme. Sebetulnya kedua kepentingan tersebut tidak dapat dipisahkan dan
bukanlah pilihan.

B. Saran
Sejalan dengan kesimpulan diatas, penulis merumuskan saran sebagai berikut:

18
1. Setiap individu hendaknya sadar bahwa mereka adalah sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial, sehingga mereka mampu menghargai satu sama
lain dalam arti tidak mengambil hak orang lain ketika bertindak sebagai
makhluk sosial dan sebaliknya.
2. Dalam upaya pendidikan hendaknya para pendidik harus menghormati
keindividualitasan, karakteristik, keunikan dan kepribadian anak. pendidikan
tidak boleh memaksa anak untuk mengikuti dan menuruti segala
kehendaknya, karena dalam diri anak ada suatu prinsip pembentukan dan
pengembangan yang ditentukan oleh dirinya sendiri.
3. Pembentukan proses sosialisasi pada anak dalam interaksi sosial hendaknya
harus didukung oleh semua pihak. Keluarga, lingkungan masyarakat juga
tenaga pendidik harus membantu menstimulasinya.
4. Kesempatan berinteraksi akan sangat dibutuhkan oleh anak dalam
bersosialisasi dengan orang lain. Hendaknya kita sebagai calon guru dan
calon ibu harus sadar bahwa pemberitahuan, pemberian contoh dan
pembiasaan sangat penting dan dibutuhkan dalam bersosialisasi dengan orang
lain dimasyarakat.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://wulanda46.blogspot.com/2014/02/makalah-tentang-manusia-sebagai.html

http://mranarchiy.blogspot.com/2013/12/makalah-manusia-sebagai-makhluk.html

https://azenismail.wordpress.com/2010/05/14/manusia-sebagai-makhluk-individu-
dan-makhluk-sosial

http://manusiabudaya.blogspot.com/2012/03/manusia-sebagai-makhluk-individu-
dan.html

20

Anda mungkin juga menyukai