Membaca di kelas satu bertujuan untuk menguasai keterampilan membaca. Ilmu bumi diberikan
sejak kelas 3. Pada umumnya
Maka sekolah ini diciptakan. Pelajaran ini meliputi 43,9% dari seluruh waktu pengajaran. Selain itu
mata pelajaran lain juga digunakan untuk menguasai bahasa ini. Dengan demikian waktu
sesungguhnya mempelajari bahasa Belanda menjadi 66,4%.
Selanjutnya lulusannya diterima di STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen, Sekolah
“Dokter Djawa”) dan MULO. Selain
Itu mereka dapat memasuki Sckolah Guu, Sekolah Normal, Sekolah Teknik, Sekolah Tukang, Sckolah
Pertanian, Sckolah Menteri Ukur,
Kurikulum HIS, seperti halnya dengan ELS tidak banyak mengalami perubahan selama cksistensinya.
Kurikulum itu tidak disesuaikan dengan kebutuhan anak dan masyarakat Indonesia, akan tetapi
senantiasa berorientasi pada Nederland. Buku-buku ditulis oleh
HIS merupakan lembaga utama untuk memperoleh pendidikan Barat, khususnya mempelajari
bahasa Belanda sebagai kunci untuk pendidikan lanjutan, pintu kebudayaan Barat, syarat untuk
memperoleh pekeriaan. Bahasa Belanda memberikan prestise dan memasukkan sescorang ke dalam
golongan intelektual dan elite
Sebagai kepala sekolah ditunjuk orang Belanda yang mempunyai Hoofdacte, ijazah kepala sekolah.
Akan tetapi tidak ada keberatan
Menjadikan orang Indonesia sebagai kepala HIS asal ia memiliki H.A. (Hoofdacte) dan untuk itu
diadakan kursus H.A.
Sekolah yang mendidik guru His ialah HKS (Hogere Kweckschool) yang pertama kali dibuka di
Purworejo pada tahun
1914, tahun yang sama dengan peresmian HIS. Sekolah ini dimulai sebagai kursus, seperti halnya
dengan MULO dan Sekolah Normal
Hal ini menunjukkan kebethati-hatian Belanda dalam pembukaan lembaga pendidikan yang baru.
Hanya mereka yang terbaik lulus dalam ujian KS (Kweekschool) yang diterima di HKS. Misalnya
Guru-guru sebagian brasal dari golongan sosial rendah. Dari 645 siswa KS pada tahun 1916, hanya 39
orang berasal dari golongan priayi di atas wedana. Jadi HKS bukan sekolah untuk golongan elit sosial
akan tetapi bagi elit intelektual. Dari 645 siswa itu hanya 27 siswa wanita, jumlah kecil, karena
hambatan adat istiadat, namun jumlahnya kemudian bertambah
INSPEKSI
Sekolah Belanda.
PENERIMAAN MURID
Untuk golongan elite. Pada prinsipnya sekolah ini bagi golongan sosial
Atasan. Namun sangat sukar untuk menentukan siapa yang termasuk golongan ini. Dalam praktik
sekolah ini tidak dapat mempertahankan kedudukannya sebagai sekolah elite karena anak-anak
golongan atas
Tak mencukupi dan lebih menyukai ELS. Walaupun secara resm
Diploma HIS sama dengan ELS dalam masyarakat ELS lebih dihargai.
Karena kekurangan murid golongan atas, maka anak golongan rendah memperoleh kesempatan
belajar dan banyak di antara mereka yang berbakat intelektual kemudian memperoleh kedudukan
yang lebih tinggi dari anak golongan aristokrasi.
Seperti dikatakan di atas sukar menentukan batas golongan tinggi dan rendah. Bila dalam golongan
tinggi dimasukkan orang
20% termasuk golongan itu. Akan tetapi bila pegawai pemerintah dan
Orang-orang berada juga dianggap golongan atas, maka murid HIS untuk 80 persen termasuk
golongan itu dan HIS dapat dipandang sebagai sckolah elite
Seperti dapat diduga sebagian besar murid terdiri atas anak pria.
Walaupun cmansipasi wanita bertambah populer atas pengaruh R.A Kartini pada akhir abad ke-19,
gadis-gadis masih belum dapat menikmati kesempatan bclajar yang sama dengan anak pria. Bagi
kebanyakan orang tempat wanita masih di rumah, dapur atau sawah.
Pikiran tentang yang hidup dengan bckerja di kantor masih belum diterima. Namun kemajuan
tampak dengan bertambahnya jumlah murid wanita mcmasuki sekolah.
Kategori pembayaran paling rendah ialah f 36,- per tahun, bagi orang
Tua yang berpenghasilan f 3.000, per tahun atau kurang. Lebih dari 90% dari orang tua termasuk
golongan ini. Menyisihkan f 3,-sebulan untuk uang sekolah bagi kebanyakan orang tua merupakan
pengorbanan berat yang akan direlakan lebih dulu kepada anak pria daripada
Pada tahun 1916 populasi HIS seluruhnya berjumlah 20.737 di antaranya 3.338 atau 16% anak
wanita, kebanyakan dari golongan atas.
Anak pegawai, Di Jawa 77,7% anak wanita berasal dari golongan ini, di luar Jawa 59,1%. Pegawai
Pemerintah yang telah menerima
Anak Cina dikenakan peraturan yang sama dengan anak Indonesia, misalnya tidak boleh lebih dari 2
tahun di kelas yang sama. Anak
Belanda dapat diterima tanpa bayaran bila di tempat itu tidak ada ELS
Tahun 1914 telah ada 18.181 murid, pada tahun 1921 38,211 atau dua
Kali lipat dalam tujuh tahun, Pertambahan ini berkaitan dengan kebutuhan pegawai pemerintahan
dan penusahaan selama dan segera setelah Perang Dunia I berakhir. Akan tetapi produksi HIS ini
akan tenaga kerja tidak dapat diserap lagi pada zaman depresi, Suatu komisi terkenal, yakni di
Hollands-Inlandse Onderwiis Commissio yang dibentuk untuk mempelajari masalah pendidikan HIS
mengambil keputusan bahwa produksi HIS harus dikurangi dengan tegas untuk mencegah
pengangguran. Namun haus akan pendidikan Barat tak dapat dibendung dan sckolah partikulir atau
sckolah swasta yang
Dan segera melebihi murid sekolah pemerintah. Pemerintah tidak sanggup lagi menguasai
pertumbuhan pendidikan.
HIS dapat mencapai kelas VI, lebih rendah daripada ELS. Salah satu
Alasan ialah bahwa murid HIS tidak dibolehkan lebih dari 2 tahun di kelas yang sama atau lebih dari 3
tahun di dua kelas berturutan.
Banyak murid vang harus meninggalkan sckolah karena tidak mampt mengikuti program yang cukup
sulit itu, semuanya dalam bahasa Belanda. Kurikulum HIS sangat menitik-beratkan pelajaran bahasa,
Bahasa dacrah, Melayu, dan kususnya bahasa Bclanda yang berbeda sckali strukturnya dengan
bahasa dacrah. Dianggap bahwa HIS mungkin lebih sulit daripada sekolah rendah mana pun di Eropa.
Lebih muda.
Gadis-gadis cenderung meninggalkan sekolah pada usia yang
Pendidikan barat yang memborong 97,1 dari scluruh produksi. Pada akhir 1914 sebanyak 31,3
persen dari orang berpendidikan Barat berasal dari HIS yang meningkat menjadi 36 persen pada
tahun 1924
Sebagai perkembangan wajar Sekolah Kclas Salu (Eerste Klasse School), yang dipercepat olch faktor-
faktor dari luar. Sekolah Kelas Satu makin banyak dikritik karena kekurangan dan kelemahannya dan
akan menghasilkan ribuan lulusan yang berpendidikan tak lengkap yang tidak memberi harapan akan
kedudukan yang baik dan karena itu akan tumbuh menjadi golongan yang tak puas akan keadaan.
Dipandang sebagai hasil penguasaan ilmu pengetahuan dan tcknologi Barat. Tckanan-tekanan dari
pihak orang Indonesia, surat kabar maupun perkumpulan-perkumpulan sepcrti Budi Utomo dan
Serikat Islam, mendesak pemerintah untuk mereorganisasi Sekolah Kelas Satu. Reorganisasi ini tidak
dapat dielakkan lagi setelah diberikan
Ke ELS. HIS juga dipandang sebagai alat pemerintah uniuk menye barkan bahasa Bclanda di kalangan
rakyat dan dengan demikian mempererat hubungan kedua bangsa itu. Namun ada kckhawatiran
kalau-kalau perluasan bahasa Bclanda akan menimbulkan hasrat untuk menuntut persamaan
dengan Belanda
Sejarah pendidikan orang Indonesia pada zaman kolonial. Inilah sekolah pertama untuk orang
Indonesia yang mempunyai kedudukan
Yang sama dengan ELS. Sckolah ini memenuhi keinginan orang Indonesia untuk melanjutkan
pelajaran sampai tingkat sctinggitingginya.
Bagi orang Indonesia HIS merupakan jalan utama bagi mobilitas sosial. Walaupun pada mulanya
dimaksud bagi anak-anak elite, sekolah ini kemudian banyak dimasuki olch anak-anak golongan
rendah. Berkat sekolah ini, mereka yang scdianya akan tetap termasuk golongan rendah, tiba-tiba
terhitung clite intelcktual yang bahkan
ELS. HCS, dan HIS orang Belanda pada dasarnya tidak mengadakan diskriminasi rasial yang ketat.
Mercka menunjukkan sikap toleran terhadap orang Indo-Belanda dan menyamakannya dengan
orang Belanda. ELS tak pernah menolak orang Indonesia, khususnya anak kaum ningrat. Mcreka
tidak lupa bahwa tanah jajahan itu pada suatu masa dikuasai olch raja-raja Indonesia. Mereka
senantiasa berusaha menghormati raja-raja di Indonesia yang mereka butuhkan untuk
Memerintah tanah jajahannya. Mereka berkepentingan bila anak-anak
Namun tak dapat disangkal adanya pertimbangan-pertimbangan rasial dalam sistem pendidikan
kolonial
HIS juga dikrilik karena kurikulumnya terlampau berpusat pada Bclanda. Anak-anak Indonesia
mengenal tiap desa dan sungai di
Nederland, mengenal sejarah Belanda lebih baik daripada sejarah Indonesia sendiri. Mereka
menyanyikan lagu-lagu Belanda dan
Disuruh memuja pahlawan-pahlawan mereka. Bahasa Bclanda meliputi scbagian besar dari
kurikulum. Namun setclah tamat HIS penguasaar bahasa Bclanda masih jauh dari lancar. Scbagai
lembaga pendidikan Barat, ada bahayanya bahwa anakanak akan merasa asing terhadap
kebudayaannya sendiri, benci akan pekerjaan dengan tangan, tidak sudi kembali ke desa untuk
membangunnya. Namun, temyata pendidikan Bclanda tidak menghalangi seseorang menjadi
nasionalis yang menentang penjajahan Belanda. Kelemahan HIS ialah bahwa sckolah ini tidak ada
lanjutannya ke HBS, satu-salunya tangga ke universitas. Akan tctapi sejak didiri kannya AMS
(Algemenc Middelbare School) pada tahun 1918 maka HIS-MULO- AMS menjadi tangga-tangga
menuju perguruan tinggi Hanya sebagian kecil dari anak-anak Indonesia yang dapat menikmati
pendidikan HIS. Sewaktu ckonomi dunia mengalami krisis, maka segera diusahakan untuk
mengurangi penerimaan murid di HIS olch scbab sekolah ini dipandang sebagai penghasil pegawai
dan bukan sebagai lembaga pendidikan umum. Namun HIS pada waktu itu telah diterima sebagai
lembaga pendidikan yang berharga karena bahasa Bclanda dipandang sebagai alat ke arah
kemajuan. Bahkan diusahakan adanya hubungan antara sckolah desa dengan MULO dengan
mendirikan Schakelschool, sckolah penghubung antara pendidikan pribumi berbahasa Melayu
dengan pendidikan Barat berbahasa Belanda Schakelschool yang didirikan pada tahun 1927 lamanya
5 tahun dan menerima murid dari kelas 3 Sekolah Desa. Schakelschool ini disamakan dengan HIS
jadi memberi hak untuk memasuki MULO dan selanjutnya. Dalam teorinya dengan adanya
Schakelschool ini setiap anak desa dapat memasuki universitas, di Indonesia maupun di Nederland.