2.1 Umum
Prasarana Wilayah (2002) adalah aliran yang relatif tinggi dan tidak tertampung
yaitu Sungai Code. Hulu Sungai Code berada di Kabupaten Sleman yang masih
alami, namun di bagian tengah Sungai Code yang terletak di Kota Yogyakarta
(RTH) dan bukan untuk pemukiman. Lokasi permukiman Code, masih berada di
badan Sungai Code. Penduduk Bantaran Sungai Code menempati lahan kosong
pada ketinggian lebih dari tiga meter dari titik sungai terendah. Lokasi tersebut
dipilih karena pada kondisi biasa daerah tersebut relatif aman dari aliran air
sungai. Pada kondisi tertentu, curah hujan tinggi atau terjadi aliran lahar dingin
akibat aktivitas Gunung Merapi, daerah tersebut rawan terjadi banjir. (Rahmawati,
2010)
6
7
tanah. Tinggi rendah (peil) pekarangan harus dibuat dengan tetap menjaga
bebas banjir atau terdapat kemiringan yang curam atau perbedaan tinggi yang
besar pada tanah asli suatu perpetakan, maka tinggi maksimal lantai dasar
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang dibatasi oleh punggung-
akan mengalir menuju sungai utama pada suatu titik/stasiun yang ditinjau. DAS
Luas DAS diperkirakan dengan mengukur daerah itu pada peta topografi.
Luas DAS sangat berpengaruh terhadap debit sungai. Pada umumnya semakin
besar DAS semakin besar jumlah limpasan permukaan sehingga semakin besar
penyinaran matahari, kecepatan angin, debit sungai, tinggi muka air sungai,
kecepatan aliran, konsentrasi sedimen sungai akan selalu berubah terhadap waktu
(Soewarno, 1995)
bergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Debit banjir rencana memiliki macam-
macam kala ulang yang sesuai dengan perencanaan di suatu lokasi. Dalam
pemilihan suatu teknik analisis penentuan banjir rencana tergantung dari data-data
yang tersedia dan macam dari bangunan air yang akan dibangun.
DAS Code telah memakai alat otomatik yang menghasilkan curah hujan.
Pengukuran curah hujan hanya berada di suatu titik tertentu yang mewakili
suatu wilayah. Besar curah hujan suatu luasan dapat dihitung dengan Metode
Rumus :
𝐴 1 𝑑 1 +𝐴 2 𝑑 2 +𝐴3 𝑑 3 +...+𝐴𝑛 𝑑 𝑛
d= ....................................................(2.1)
𝐴 1 +𝐴2 +𝐴 3 + …+𝐴 𝑛
(Soemarto, 1995)
Dalam pengumpulan data curah hujan selama 10 tahun, terdapat data yang
hilang atau tidak tercatat dikarenakan alat yang digunakan rusak. Oleh karena itu
Metode yang dapat digunakan dalam memperkirakan data yang hilang adalah
Normal Ratio Method. Metode ini digunakan untuk memperkirakan nilai data
curah hujan yang hilang di stasiun tertentu dengan membandingkan data curah
1 𝑁𝑥 𝑁𝑥 𝑁𝑥
NR = 𝑃𝑎 + 𝑃𝑏 … . + 𝑃 ...................................................(2.2)
𝑛 𝑁𝑎 𝑁𝑏 𝑁𝑛 𝑛
Keterangan :
Pa,Pb : Data curah hujan harian pada tanggal yang sama dengan
Data yang akan diuji untuk analisis distribusi peluang harus menunjukkan
ada atau tidak adanya trend, karena jika ada trend maka tidak dapat digunakan
untuk analisis distribusi peluang. Trend dapat dipandang sebagai korelasi antara
waktu dengan varian dari suatu variabel hidrologi. Oleh karena itu koefisien
deret berkala. Salah satu cara adalah dengan menggunakan koefisien korelasi
Spearman.
6 ni=1 (dt )2
KP= 1− ...........................................................(2.3)
n 3 −n
1
n−2 2
t = KP .......................................................................(2.4)
1−KP 2
Keterangan :
n : jumlah data
dt : Rt-Tt
Data yang akan diuji untuk analisis distribusi peluang harus homogen,
a. Uji Varian
𝑁1 𝑆12 𝑁2 −1
F= .......................................................................(2.5)
𝑁2 𝑆22 𝑁1 −1
Keterangan :
Keterangan :
t : nilai distribusi t
H0 : varian stabil
12
α : 0.05
Data berasal dari sampel acak harus diuji, yang umumnya merupakan
6 m
i−1 (di )
2
KS = 1 − ...................................................................(2.7)
m 3 −m
1
m−2 2
t = KS ......................................................................(2.8)
1−KS 2
Keterangan :
m : n-1
n : jumlah data
Curah hujan rata-rata dari berbagai stasiun yang ada di daerah aliran
data curah hujan yang sesuai dengan pola sebaran data curah hujan rata-rata.
13
Tidak semua varian dari suatu variabel hidrologi terletak atau sama dengan
nilai rata-ratanya. Variasi atau dispersi adalah besarnya derajat dari sebaran varian
n (X −X )2
i=1 i
SD = ...............................................................................(2.9)
n−1
(Soewarno, 1995)
n : jumlah data
n (Xi −Xrt )3
CS = x .........................................................(2.10)
n−1 (n−2) SD 3
(Soemarto, 1999)
Xi : nilai varian ke i
n : jumlah data
SD : deviasi standar
14
1 n 4
i=1 (X i −X )
CK =
n
.........................................................................(2.11)
SD 4
(Soewarno,1995)
Xi : nilai varian ke i
n : jumlah data
SD : deviasi standar
S
CV = ................................................................................................(2.12)
X
(Soewarno, 1995)
digunakan beberapa jenis distribusi yang kemudian diplih salah satu distribusi
1. Distribusi Gumbel
RT = R + (k x Sd)............................................................................(2.13)
( Sosrodarsono, 1983)
15
𝑌𝑡 −𝑌𝑛
k= ..........................................................................................(2.14)
Sn
Keterangan :
k : faktor frekuensi
S : deviasi standar
T : periode ulang
(Soewarno, 1995)
Keterangan :
Xt : besarnya debit banjir yang mungkin terjadi dengan periode ulang T tahun
(m3/det).
K t : standar variabel untuk periode ulang T tahun yang besarnya diberikan pada
T Kt T Kt T Kt
1 -1.86 20 1.89 90 3.34
2 -0.22 25 2.1 100 3.45
3 0.17 30 2.27 110 3.53
4 0.44 35 2.41 120 3.62
5 0.64 40 2.54 130 3.7
6 0.81 45 2.65 140 3.77
7 0.95 50 2.75 150 3.84
8 1.06 55 2.86 160 3.91
9 1.17 60 2.93 170 3.97
10 1.26 65 3.02 180 4.03
11 1.35 70 3.08 190 4.09
12 1.43 75 3.6 200 4.14
13 1.5 80 3.21 210 4.24
14 1.57 85 3.28 240 4.33
15 1.63 90 3.33 260 4.42
Sumber : Soemarto, 1999
Metode Distribusi Log Pearson Type III apabila digambar pada kertas
Keterangan :
SD : deviasi standar
1. Mengubah data debit sebanyak n buah X1, X2,.... Xn menjadi log (X1),
n (log X t −log X )2
SD = i=1
.......................................................(2.18)
n−1
n log X i −log X rt 3
CS = x ( ) ..........................................(2.19)
n−1 (n−2) S
𝑆1
CV= ...................................................................................(2.22)
log (𝑋)
18
sesuai dengan kriteria yang dipersyaratkan. Kriteria jenis sebaran dapat dilihat
peluang yang telah dipilih dapat mewakili dari distribusi statistik sampel data
yang dianalisis. Salah satu cara Uji Keselarasan adalah Uji Chi-Square
2
𝑛 (𝐸𝑓−𝑂𝑓 )
χ2 = 𝑖=1 ............................................................................(2.23)
𝐸𝑓
n : jumlah data
19
metode yang digunakan dalam menentukan debit banjir rencana adalah Metode
Rasional. Metode Rasional adalah metode yang digunakan apabila daerah aliran
luas kurang dari 100 km2 dapat ditentukan dengan Metode Weduwen
𝑄𝑚𝑎𝑥 = 𝛼𝛽𝑞𝑓...................................................................................(2.24)
Keterangan :
α : Koefisien aliran
β : Koefisien reduksi
4,1
α= 1 .........................................................................................(2.25)
𝛽𝑞 +7
67,65
q= ............................................................................................(2.28)
t+1,45
2. Metode Melchior untuk luas daerah aliran sungai lebih dari 100 km2
Debit yang dapat ditampung suatu penampang sungai dapat diperoleh dari
perhitungan penampang kritis. Aliran pada Sungai Code dianggap aliran seragam
karena tidak ada perubahan yang besar mengenai arah dan kecepatan.
Q = A V...................................................................................................(2.29)
A = B H...................................................................................................(2.30)
1 2 1
V= nR 3. I 2 ........................................................................................(2.31)
A
R = P .......................................................................................................(2.32)
21
Keterangan :
Q : debit
A : luas penampang
V : kecepatan aliran
H : tinggi penampang
B : lebar penampang
R : radius hidrolik
Apabila dinding dan dasar alur sungai berbeda, menurut SNI 2830-2008
dalam Tata Cara Perhitungan Tinggi Muka Air Sungai dengan Cara Pias
dalam Lampiran 2