Waktu: 2 x 60 menit
IV Kewajiban pemerintah
14-20 1. Pasal 14: pemerintah wajib menyelenggarakan yankes yang
terjangkau
2. Pasal 15: tanggungjawab pemerinta atas ketersediaan
lingkungan, tatanan, fasilitas kesehatan baik fisik maupun
sosial
3. Pasal 16: tanggungjawab pemerintah atas ketersediaan
sumber daya kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh
masyarakat
4. Pasal 17: tanggungjawab pemerintah atas ketersediaan akses
terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan
kesehatan
5. Pasal 18: tanggungjawab pemerintah untuk memberdayakan
dan mendorong peran aktif masyarakat dalam segala bentuk
upaya kesehatan.
6. Pasal 19: tanggungjawab pemerintah atas ketersediaan
segala bentuk upaya kesehatan yang bermutu, aman, efisien,
dan terjangkau.
7. Pasal 20: tanggungjawab pemerintah untuk
menyelenggarakan jamsos
VI Upaya Kesehatan
46-51 Bagian umum terkait dengan:
1. Pasal 46-47: upaya kesehatan (perseorangan dan
masyarakat) diselenggarakan dalam bentuk pendekatan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative
2. Pasal 48: macam-macam kegiatan terkait upaya kesehatan
(halaman 19)
3. Pasal 49: Pemerintah, pemda dan masyarakat bertanggung
jawab atas penyelenggaraan upaya kesehatan.
4. Pasal 50: Pemerintah dan pemda bertanggung jawab
meningkatkan dan mengembangkan upaya kesehatan.
5. Pasal 51: Upaya kesehatan diselenggarakan untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi
individu atau masyarakat.
VIII GIZI
IX KESEHATAN JIWA
144-151 1. Pasal 144: tujuan upaya kesehatan jiwa (preventif, promotif,
kuratif, rehabilitative). Upaya kesehatan jiwa berebasis
masyarakat adalah tj pemerintah, pemda dan masyarakat
2. Pasal 145: jaminan upaya kesehatan di tempat kerja
3. Pasal 146: informasi dan edukasi yang benar mengenai
kesehatan jiwa kepada msyarakat
4. Pasal 147: upaya penyembuhan penderita gangguan jiwa
5. Pasal 148: hak penderita gangguan jiwa sebagai warga negara
6. Pasal 149: pengobatan dan perawatan penderita gangguan
jiwa yang menggelandang, terlantar dan membahayakan
7. Pasal 150: pemeriksaan kesehatan jiwa untuk kepentingan
penegakan hukum, status kecakapan hukum orang yang
diduga gangguan jiwa
XI KESEHATAN LINGKUNGAN
162-163 1. Pasal 162: Tujuan upaya kesling
2. Pasal 163: jaminan ketersediaan lingkungan yang sehat dan
tidak mempunyai risiko buruk bagi kesehatan yang berasal
dari bernagai unsur
XV PEMBIAYAAN KESEHATAN
170-173 1. Pasal 170: tujuan dan unsur-unsur pembiayaan kesehatan
3. Pasal 171: besar anggaran kesehatan 5% dari APBN dan 10%
dari RAPBD di luar gaji
4. Pasal 172: alokasi pembiayaan kesehatan
5. Pasal 173: alokasi pembiayaan kesehatan swasta dimobilisasi
melalui JSN atau asuransi kesehatan komersial
182-188 Pengawasan
1. Pasal 182: aktivitas Menteri dalam pengawasan terhadap
masyarakat dan setiap penyelenggara kegiatan yang
berhubungan dengan sumber daya di bidang kesehatan dan
upaya kesehatan.
2. Pasal 183: penunjukan tenaga pengawas untuk melakukan
pengawasan terhadap sumber daya di bidang kesehatan dan
upaya kesehatan.
3. Pasal 184-187: fungsi tenaga pengawas dan teknis
pengawasan
4. Pasal 188: tindakan administrative oleh Menteri terhadap
tenaga kesehatan dan faskes yang melanggar ketentuan
Undang-Undang
XIX PENYIDIKAN
189 Pasal 189: wewenang khusus PNS bidang kesehatan tertentu sebagai
penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang
kesehatan. Cakupan wewenang penyidik.
XX KETENTUAN PIDANA
190-201 1. Pasal 190: denda terhadap tenakes yang dengan sengaja
tidak memberikan pertolongan pertama terhadap pasien
yang dalam keadaan gawat darurat
2. Pasal 191: sanksi bagi pihak yang menyelenggarakan
pengobatan tradisional dengan alat dan teknologi tanpa izin
3. Pasal 192: sanksi jual beli organ atau jaringan tubuh
17-21 Pengadaan
1. Pasal 17: pengadaan tenakes melalui pendidikan tinggi
bidang kesehatan dan faktor-faktor yang perlu
diperhatikan
2. Pasal 18: penyelenggaraan pendidikan tinggi bidang
kesehatan, pembinaan oleh mentri pendidikan, kurikulum
sesuai dengan standar nasional perguruan tinggi
3. Pasal 19: kuota penerimaan mahasiswa di PT untuk
menjamin mutu lulusan
4. Pasal 20: penyusunan standar nasional pendidikan tinggi
bidang kesehatan
5. Pasal 21: Uji kompetensi mahasiswa bidang kesehatan
dan standar kompetensi kerja
22-33 Pendayagunaan
1. Pasal 22: Pendayagunaan Tenaga Kesehatan dilakukan
oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau
masyarakat sesuai dengan tugas dan fungsi masing-
masing
2. Pasal 23-25: penempatan Tenaga Kesehatan setelah
melalui proses seleksi penempatan oleh pemerintah dan
atau pemda
3. Pasal 26-27: Tenaga Kesehatan yang telah ditempatkan
di Fasilitas yankes wajib melaksanakan tugas sesuai
dengan Kompetensi dan kewenangannya behitu pula
dengan pemindahtugasan
4. Pasal 28: ketentuan wajib kerja kepada Tenaga Kesehatan
yang memenuhi kualifikasi akademik dan Kompetensi
untuk melaksanakan tugas sebagai nakes di daerah
khusus
5. Pasal 29: pola ikatan dinas bagi calon nakes
6. Pasal 30-31: pengembangan nakes untuk peningkata
mutu dan karier melalui pendidikan dan pelatihan
7. Pasal 32: Pendayagunaan Tenaga Kesehatan Warga
Negara Indonesia ke luar negeri:
46-47 Perizinan
1. Pasal 46: SIP nakes, syarat mendapatkan SIP
2. Pasal 47: papan nama praktik nakes
48 Pembinaan praktik
Pasal 48: pembinaan praktik terhadap nakes
VIII TENAGA KESEHATAN WARGA NEGARA INDONESIA LULUSAN LUAR NEGERI DAN
TENAGA KESEHATAN WARGA NEGARA ASING
52 Tenaga Kesehatan Warga Negara Indonesia Lulusan Luar Negeri
Pasal 52: proses evaluasi kompetensi nakes WNI lulusan LN
untuk mendapatkan STR
X PENYELENGGARAAN KEPROFESIAN
60-61 Umum
Pasal 60-61: tanggung jawab nakes
62-64 Kewenangan
1. Pasal 62: kewenangan nakes sesuai kompetensinya
2. Pasal 63: pelayanan nakes diluar kewenangan
diperbolehkan pada keadaan tertentu
3. Pasal 64: orang yang bukan Tenaga Kesehatan dilarang
melakukan praktik seolah-olah sebagai Tenaga Kesehatan
yang telah memiliki izin.
65 Pelimpahan Tindakan
Pasal 65: pelimpahan tindakan medis dari tenaga medis kepada
nakes
XI PENYELESAIAN PERSELISIHAN
77-79 1. Pasal 77: penerima yankes dapat meminta ganti rugi atas
kerugian akibat kelalaian atau kesalahan nakes
2. Pasal 78: kelalaian nakes dalam menjalankan profesinya
terlebih dahulu diselesaikan diluar pengadilan
VISI
Visi misi Kementerian Kesehatan mengikuti visi misi Presiden Republik Indonesia yaitu
Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-
royong. Visi tersebut diwujudkan dengan 7 (tujuh) misi pembangunan yaitu:
1. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang
kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim dan mencerminkan
kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan
negara hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri sebagai
negara maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia lndonesia yang tinggi, maju dan sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan
berbasiskan kepentingan nasional, serta
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Latar Belakang
Pada tahun 50-an banyak masyarakat yang meninggal karena malaria, sehingga
pemerintah berupaya melakukan pemberantasan malaria atau malaria eradication di seluruh
penjuru Tanah Air dengan dibentuknya Dinas Pembasmian Malaria pada bulan Januari 1963 dan
berubah nama menjadi Komando Operasi Pemberantasan Malaria (KOPEM).
Pembasmian malaria dilakukan dengan menggunakan insektisida Dichloro Diphenyl
Trichloroethane (DDT) yang disemprotkan secara massal ke rumah-rumah di seluruh Jawa, Bali,
dan Lampung. Penyemprotan secara simbolis dilakukan oleh presiden Soekarno pada tanggal
12 November 1959 di Desa Kalasan, Yogyakarta. Selanjutnya, kegiatan penyemprotan DDT juga
dibarengi dengan kegiatan pendidikan kesehatan atau penyuluhan kepada masyarakat.
Lima tahun kemudian, lebih kurang 63 juta penduduk telah mendapat perlindungan dari
penyakit malaria. Karena itu, pada tanggal 12 November 1964, keberhasilan pemberantasan
malaria tersebut diperingati sebagai Hari Kesehatan Nasional (HKN) pertama. Hal inilah yang
menjadi titik awal kebersamaan seluruh komponen bangsa dalam pembangunan kesehatan di
Indonesia.
RPJMN 2020-2024 merupakan tahapan terakhir dari RPJPN 2005-2025. Sasaran RPJMN
adalah Mewujudkan masayarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan Makmur.
Tema RPJMN: Indonesia Berpenghasilan Tinggi yang sejahtera, Adil dan Berksinambungan
Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan, maka strategi pembangunan
kesehatan 2005 - 2025 adalah:
1) Pembangunan nasional berwawasan kesehatan;
2) Pemberdayaan masyarakat dan daerah;
3) Pengembangan upaya dan pembiayaan kesehatan;
4) Pengembangan dan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan;
Latar Belakang
Fokus kebijakan Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) untuk periode 2015 – 2019
adalah penguatan Pelayanan Kesehatan (Yankes) Primer. Prioritas ini didasari oleh
permasalahan kesehatan yang mendesak seperti angka kematian ibu dan bayi yang masih
tinggi, angka gizi buruk, serta angka harapan hidup yang sangat ditentukan oleh kualitas
pelayanan primer. Penguatan yankes primer mencakup tiga hal: Fisik (pembenahan
infrastruktur), Sarana (pembenahan fasilitas), dan Sumber Daya Manusia (penguatan tenaga
kesehatan).
Program Nusantara Sehat merupakan salah satu bentuk kegiatan yang dicanangkan oleh
Kemenkes dalam upaya mewujudkan fokus kebijakan tersebut. Program ini dirancang untuk
mendukung pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan Kartu Indonesia Sehat
(KIS) yang diutamakan oleh Pemerintah guna menciptakan masyarakat sehat yang mandiri dan
berkeadilan.
Penguatan Pelayanan Kesehatan Primer adalah garda terdepan dalam pelayanan
kesehatan masyarakat yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan dan melakukan upaya
preventif melalui pendidikan kesehatan, konseling serta skrining (penapisan).
Tujuan
Program Nusantara Sehat bertujuan untuk:
1. Menguatkan layanan kesehatan primer melalui peningkatan akses dan kualitas pelayanan
kesehatan dasar
2. Menjaga keberlangsungan pelayanan kesehatan,
3. Menggerakan pemberdayaan masyarakat
4. Memberikan pelayanan kesehatan yang terintegrasi
5. Meningkatkan retensi tenaga kesehatan
Program ini merupakan program lintas unit utama di Kemenkes yang fokus tidak hanya
pada kegiatan kuratif tetapi juga promotif dan preventif untuk mengamankan kesehatan
masyarakat (public health) dari daerah yang paling membutuhkan sesuai dengan Nawa Cita.
Pendekatan
Pendekatan yang dilakukan program Nusantara Sehat bersifat komprehensif dengan
melibatkan anggota tim dengan berbagai jenis tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter,
dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan,
tenaga ahli teknologi laboratorium medik, tenaga gizi, dan tenaga kefarmasian.
Tujuan 02
Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan nutrisi yang lebih baik dan
mendukung pertanian berkelanjutan
TARGET
1. Pada tahun 2030, mengakhiri kelaparan dan memastikan adanya akses bagi seluruh rakyat,
khususnya mereka yang miskin dan berada dalam situasi rentan, termasuk bayi, terhadap
pangan yang aman, bernutrisi dan berkecukupan sepanjang tahun
2. Pada tahun 2030, mengakhiri segala macam bentuk malnutrisi, termasuk pada tahun 2025
mencapai target-target yang sudah disepakati secara internasional tentang gizi buruk dan
penelantaran pada anak balita, dan mengatasi kebutuhan nutrisi untuk para remaja putri,
ibu hamil dan menyusui dan manula
3. Pada tahun 2030, menggandakan produktivitas agrikultur dan pendapatan dari produsen
makanan berskala kecil, khususnya perempuan, masyarakat adat, pertanian keluarga,
peternak dan nelayan, termasuk melalui akses yang aman dan setara terhadap tanah,
sumber-sumber produksi lainnya dan juga input, pengetahuan, layanan finansial, pasar dan
kesempatan untuk mendapatkan nilai tambah dan lapangan kerja bukan pertanian
4. Pada tahun 2030, memastikan sistem produksi pangan yang berkelanjutan dan
mengimplemantasikan paktek- praktek agrikultur yang tahan lama yang dapat menaikkan
produktivitas dan produksi, yang dapat membantu menjaga ekosistem, yang dapat
menguatkan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim, cuaca ekstrim, kekeringan,
banjir, dan bencana lainnya, serta secara progresif memperbaiki kualitas lahan dan tanah
5. Pada tahun 2020, memelihara keanekaragaman genetika benih, mengolahtanaman dan
persawahan serta melestarikan hewan jinak dan spesies liar yang terkait, termasuk melalui
bank benih dan tumbuhan yang dipelihara dengan baik keragamannya pada level nasional,
regional dan intensional, dan mendukung akses terhadap pembagian keuntungan yang adil
dan setara yang berasal dari pemanfaatan sumber-sumber genetik dan pengetahuan
tradisional, seperti yang telah disepakati secara internasional
Menaikkan investasi, termasuk melalui kerjasama internasional yang diperluas, dalam hal
infrastruktur pedesaan, penelitian pertanian dan perluasan pelayanan, pengembangan
teknologi dan tanaman serta bank genetik ternak dalam upaya untuk meningkatkan
Tujuan 03
Memastikan kehidupan yang sehat dan mendukung kesejahteraan bagi semua untuk
semua usia
TARGET
1. Pnada tahun 2030, mengurangi rasio angka kematian ibu menjadi kurang dari 70 per
100.000 kelahiran
2. Pada tahun 2030, mengakhiri kematian yang dapat dicegah pada bayi baru lahir dan balita,
dimana setiap negara menargetkan untuk mengurangi kematian neonatal setidaknya
menjadi kurang dari 12 per 1000 kelahiran dan kematian balita menjadi serendah 25 per
1000 kelahiran
3. Pada tahun 2030, mengakhiri epidemi AIDS, tuberculosis, malaria, dan penyakit tropis
lainnya dan memerangi hepatitis, penyakit yang ditularkan lewat air dan penyakit menular
lainnya
4. Pada tahun 2030, mengurangi sepertiga dari kematian dini yang disebabkan oleh penyakit
tidak menular, melalui tindakan pencegahan dan pengobatan serta menaikkan kesehatan
mental dan kesejahteraan
5. Memperkuat pencegahan dan pengobatan dari penyalahgunaan zat berbahaya, termasuk
penyalahgunaan narkotika dan penggunaan yang berbahaya dari alkohol
6. Pada tahun 2020, secara global mengurangi setengah dari angka kematian dan cedera
akibat kecelakaan lalu lintas
7. Pada tahun 2030, memastikan akses universal terhadap layanan kesehatan sexual dan
reproduksi, termasuk untuk perencanaan, informasi, dan pendidikan keluarga, dan
mengintegrasikan kesehatan reproduksi kedalam strategi dan program nasional
8. Mencapai cakupan layanan kesehatan universal, termasuk lindungan resiko finansial, akses
terhadap layanan kesehatan dasar yang berkualitas dan akses terhadap obatobatan dan
vaksin yang aman, efektif, berkualitas dan terjangkau bagi semua
Tujuan 05
1. Mengakhiri segala bentuk diskriminasi terhadap semua perempuan dan anak perempuan
dimana saja
2. Mengeliminasi segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan pada
ruang publik dan privat, termasuk perdagangan (trafficking) dan seksual dan bentuk
eksploitasi lainnya
3. Menghapukan segalasemua praktek-praktek yang membahayakan, seperti perkawinan
anak, dini dan paksa dan sunat pada perempuan
4. Menyadari dan menghargai pelayanandan kerja domestik yang tidak dibayar melalui
penyediaan pelayanan publik, kebijakan perlindungan infrastruktur dan sosial serta
mendorong adanya tanggung jawab bersama didalam rumah tangga dan keluarga yang
pantas secara nasional
Melakukan reformasi untuk memberikan hak yang sama bagi perempuan terhadap sumber-
sumber ekonomi dan juga akses terhadap kepemilikan dan kontrol terhadap tanah dan
bentuk property lainnya pelayanan finansial, warisan dan sumber daya alam, sesuai dengan
hukum nasional
Memperbanyak penggunaan teknologi terapan, khususnya teknologi informasi dan
komunikasi, untuk mendukung pemberdayaan perempuan
Mengadopsi dan menguatkan kebijakan yang jelas dan penegakkan perundang-undangan
untuk mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan semua perempuan dan anak
perempuan pada semua level
Tujuan 06
Memastikan ketersediaan dan manajemen air bersih yang berkelanjutan dan sanitasi bagi
semua
TARGET
1. Pada tahun 2030, mencapai akses universal dan adil terhadap air minum yang aman dan
terjangkau untuk semua
2. Pada tahun 2030, mencapai akses terhadap sanitasi dan kebersihan yang layak dan adil
untuk semua dan mengakhiri buang air di tempat terbuka, dengan memberikan perhatian
khusus pada kebutuhan perempuan dan anak perempuan serta mereka yang berada dalam
situasi rentan
3. Pada tahun 2030, memperbaiki kualitas air dengan mengurangi polusi, menghapuskan
pembuangan limbah dan meminimalisir pembuangan bahan kimia dan materi berbahaya,
mengurangi separuh dari proporsi air limbah yang tidak diolah dan secara substansial
meningkatkan daur ulang dan penggunaan ulang yang aman secara global
4. Pada tahun 2030, secara substantif meningkatkan penggunaan air secara efisien di semua
sektor dan memastikan pengambilan dan suplai air bersih yang berkelanjutan untuk
mengatasi kelangkaan air dan secara substansial mengurangi jumlah orang yang mengalami
kelangkaan air
Millennium Development Goals atau disingkat dalam bahasa Inggris MDGs) adalah Deklarasi
Milenium hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara Perserikatan
Bangsa-bangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada September 2000, berupa delapan butir tujuan
untuk dicapai pada tahun 2015.
Dari Atas (top down) Dari Bawah (bottom up) dan partisipatif
Dokumen MDGs dirumuskan oleh para elite PBB Dokumen SDGs dirumuskan oleh tim bersama,
dan OECD, di New York, tanpa melalui proses dengan pertemuan tatap muka di lebih dari 100
konsultasi atau pertemuan dan survei warga. negara dan survei warga.
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) adalah suatu tindakan sistematis dan terencana
yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup. Kegiatan
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat:
3. Tidak Merokok
Merokok merupakan kebiasaan yang banyak memberi dampak buruk bagi
kesehatan. Berhenti merokok menjadi bagian penting dari gerakan hidup
sehat dan akan berdampak tidak pada diri perokok; tetapi juga bagi orang – orang
di sekitarnya. Meminta bantuan ahli melalui hipnosis atau metode bantuan
berhenti merokok yang lain dapat menjadi alternatif untuk menghentikan
kebiasaan buruk tersebut.
Ada beragam informasi media cek kesehatan yang memberikan tips cek kesehatan
secara berkala, apa saja sebenarnya jenis cek kesehatan berkala yang dapat anda
7. Menggunakan Jamban
Aspek sanitasi menjadi bagian penting dari gerakan masyarakat hidup sehat; salah
satunya dengan menggunakan jamban sebagai sarana pembuangan kotoran.
Aktivitas buang kotoran di luar jamban dapat meningkatkan resiko penularan
berbagai jenis penyakit sekaligus menurunkan kualitas lingkungan.
GENTAS
Gerakan Nusantara Tekan Angka Obesitas (Gentas) merupakan upaya pemerintah dalam
pengendalian kasus obesitas yang berkerjasama lintas program, lintas sektor, organisasi profesi,
lembaga swadaraya masyarakat dan dunia usaha. Gerakan ini bertujuan menekan laju angka
obesitas pada angka 15,4 % sampai dengan tahun 2019.
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif merupakan program lanjut dan akselerasi dari Program
Pengembangan Desa Siaga yang sudah dimulai pada tahun 2006. Pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif adalah Desa dan Kelurahan yang penduduknya memiliki kesiapan sumber
daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan,
bencana, dan kegawatdaruratan, kesehatan secara mandiri.
Secara umum, tujuan pengembangan desa siaga adalah terwujudnya masyarakat desa yang
sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya. Selanjutnya, secara
khusus, tujuan pengembangan desa siaga (Depkes, 2006), adalah :
1. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya
kesehatan.
2. Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa.
3. Meningkatnya keluarga yang sadar gizi dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan
sehat.
4. Meningkatnya kesehatan lingkungan di desa.
Suatu desa dikatakan menjadi desa siaga apabila memenuhi kriteria berikut (Depkes, 2006) :
Pengamatan epidemiologis penyakit menular dan yang berpotensi menjadi kejadian luar
biasa serta faktor-faktor risikonya.
Penanggulangan penyakit menular dan yang berpotensi menjadi KLB serta kekurangan
gizi.
Kesiapsiagaan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan.
Pelayanan kesehatan dasar, sesuai dengan kompetensinya.
Kegiatan pengembangan seperti promosi kesehatan, kadarzi, PHBS, penyehatan
lingkungan dan lain-lain.
Prinsip pengembangan desa siaga (Depkes, 2008), yaitu :
1. Desa siaga adalah titik temu antara pelayanan kesehatan dan program kesehatan yang
diselenggarakan oleh pemerintah dengan upaya masyarakat yang terorganisir.
2. Desa siaga mengandung makna “kesiapan” dan “kesiagaan” Kesiagaan masyarakat
dapat didorong dengan memberi informasi yang akurat dan cepat tentang situasi dan
masalah-masalah yang mereka hadapi.
3. Prinsip respons segera. Begitu masyarakat mengetahui adanya suatu masalah, mereka
melalui desa siaga, akan melakukan langkah-langkah yang perlu dan apabila langkah
tersebut tidak cukup, sistem kesehatan akan memberikan bantuan (termasuk pustu,
puskesmas, Dinkes, dan RSUD).
4. Desa siaga adalah “wadah” bagi masyarakat dan sistem pelayanan kesehatan untuk
menyelenggarakan berbagai program kesehatan.
1. Pada tahap 1 dilakukan sosialisasi dan survei mawas diri (SMD), dengan
kegiatan antara lain : Sosialisasi, Pengenalan kondisi desa, Membentuk
kelompok masyarakat yang melaksanakan SMD, pertemuan pengurus, kader
dan warga desa untuk merumuskan masalah kesehatan yang dihadapi dan
menentukan masalah prioritas yang akan diatasi.
2. Pada tahap 2 dilakukan pembuatan rencana kegiatan. Aktivitasnya, terdiri dari
penentuan prioritas masalah dan perumusan alternatif pemecahan masalah.
Aktivitas tersebut, dilakukan pada saat musyawarah masyarakat 2 (MMD-2).
Selanjutnya, penyusunan rencana kegiatan, dilakukan pada saat musyawarah
masyarakat 3 (MMD-3). Sedangkan kegiatan antara lain memutuskan prioritas
masalah, menentukan tujuan, menyusun rencana kegiatan dan rencana biaya,
pemilihan pengurus desa siaga, presentasi rencana kegiatan kepada
masyarakat, serta koreksi dan persetujuan masyarakat.
3. Tahap 3, merupakan tahap pelaksanaan dan monitoring, dengan kegiatan
berupa pelaksanaan dan monitoring rencana kegiatan.
Sasaran dari Program Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi
masyaraat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan
perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Sasaran ini sesuai dengan sasaran
pokok RPJMN 2015-2019, yaitu
1. Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu dan anak
2. Meningkatnya pengendalian penyakit
3. Meningkatnya akses dan mutu pelayananan kesehatan dasar dan rujukan terutama di
daerah terpencil, tertinggal, dan perbatasan
4. Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat
dan kualitas SJSN Kesehatan
5. Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin
6. Meningkatnya serponsivitas sistem kesehatan.
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar utama, yaitu :
1. Penerapan paradigma sehat
2. Penguatan pelayanan kesehatan
3. Pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (JKN)
Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) adalah kegiatan monitoring
dan deteksi dini faktor resiko PTM terintegrasi (Penyakit jantung dan pembuluh darah,
diabetes, penyakit paru obstruktif akut dan kanker) serta gangguan akibat kecelakaan dan
tindakan kekerasan dalam rumah tangga yang dikelola oleh masyarakat melalui pembinaan
terpadu. Posbindu PTM adalah bentuk peran serta masyarakat (kelompok masyarakat,
organisasi, industri, kampus, instansi, sekolah dll) dalam upaya promotif dan preventif untuk
mendeteksi dan pengendalian dini keberadaan faktor resiko penyakit tidak menular secara
terpadu.
b. Hipertensi
Faktor risiko dari penyakit hipertensi adalah :
1) Umur : tekanan darah meningkat sesuai umur, dimulai sejak umur 40 tahun
2) Riwayat Keluarga dengan Hipertensi
3) Kebiasaan Sering Konsumsi Asin
4) Kebiasaan Sering Konsumsi Lemak Jenuh
5) Kebiasaan Konsumsi Jelantah
6) Tidak Biasa Berolah Raga
7) Obesitas (IMT > 25)
8) Penggunaan Pil KB Selama Lebih 12 Tahun Berturut-turut
c. Jantung koroner
d. Kanker payudara
Faktor risiko dari penyakit kanker payudara adalah :
1) Umur
2) Riwayat kanker payudara
3) Riwayat keluarga dengan kanker payudara
4) Usia saat melahirkan anak pertama
5) Perubahan payudara
6) Usia saat menstruasi pertama
7) Terapi radiasi di dada
8) Kepadatan tisu payudara
9) Obesitas setelah menopause
e. Kanker serviks
Faktor risiko dari penyakit kanker serviks adalah :
1) Kurangnya Tes Pap Smear secara teratur
2) Merokok.
3) Melemahnya sistem kekebalan tubuh
4) Sejarah kehidupan seksual yang buruk.
5) Menggunakan pil KB untuk waktu yang lama.
6) Memiliki banyak anak
7) Kemiskinan.
8) Paparan bahan kimia.
f. Kanker paru
Faktor risiko dari penyakit kanker paru adalah :
g. Leukimia
Faktor risiko dari penyakit leukimia adalah :
1) Radiasi
2) Merokok sangat beresiko menderita acute myelogenous leukemia (AML).
3) Benzene
4) Kemoterapi
5) Down Sindrom & beberapa penyakit keturunan lainnya:
6) Sindrom myelodysplastic dan kelainan darah tertentu lainnya
7) Virus Human T-cell leukemia tipe I (HTLV-I)
8) Sejarah keluarga leukemia
h. Kanker otak
Faktor risiko dari penyakit kanker otak adalah :
1) Laki-laki: Secara umum, tumor otak lebih sering terjadi pada laki-laki
daripada perempuan. Namun, meningioma lebih sering terjadi pada
wanita.
2) Usia: tumor otak kebanyakan terdeteksi pada manula( diatas 70 tahun)
ataupun pada anak-anak berusia 8 tahun atau lebih muda.
3) Terpapar radiasi atau bahan kimia tertentu di tempat kerja
4) Ras: brain tumor / tumor otak lebih sering terjadi pada orang kulit putih
daripada ras berwarna
i. Kanker pankreas
Faktor risiko dari penyakit kanker pankreas adalah :
b. Hari Pelaksanaan
1) Melakukan pelayanan dengan sistem 5 meja atau modifikasi sesuai dengan
kebutuhan dan kesepakatan bersama
2) Aktifitas bersama seperti berolahraga bersama, demo
masak, penyuluhan, sarasehan atau peningkatan ketrampilan bagi para
anggotanya.
Catatan :
Untuk tahapan pelaksanaan Posbindu PTM dapat saja disesuaikan dengan situasi dan kondisi
setempat sesuai dengan kebutuhan masyarakat, karena para kader pada pelaksanaannya
menggabungkan untuk tahap satu hari dengan tahap pelaksanaan.
Tidak semua cara pengendalian faktor risiko PTM, harus dilakukan dengan obat-obatan. Pada
tahap dini, kondisi faktor risiko PTM dapat dicegah dan dikendalikan melalui diet yang sehat,
aktifitas fisik yang cukup dan gaya hidup yang sehat seperti berhenti merokok, pengelolaan
stres dan lain-lain. Melalui konseling dan/atau edukasi dengan kader konselor/edukator,
pengetahuan dan keterampilan masyarakat untuk mencegah dan mengendalikan faktor risiko
PTM dapat ditingkatkan. Dengan proses pembelajaran di atas secara bertahap, maka setiap
individu yang mempunyai faktor risiko akan menerapkan gaya hidup yang lebih sehat secara
mandiri.
Masyarakat mempunyai peran penting dalam pencegahan penyakit tidak menular, antara lain
dalam menumbuhkan budaya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada komunitas. PHBS
pada pencegahan penyakit tidak menular diterapkan melalui kegiatan “CERDIK” yang
merupakan akronim dari “Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktifitas
fisik, Diet sehat dengan kalori seimbang, Istirahat yang cukup dan Kelola stres”.
1. Upaya-upaya kesehatan berbasis masyarakat seperti Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu)
PTM sangat penting untuk mengendalikan faktor-faktor risiko penyakit tidak menular.
Masyarakat harus didorong untuk bertanggung jawab atas perilakunya, termasuk
penerapan perilaku CERDIK. Lingkungan seharusnya dibangun untuk memberikan ruang
bagi publik untuk membuat pilihan yang sehat dan menghindari faktor-faktor penyebab
timbulnya masalah kesehatan, termasuk penyakit tidak menular.
2. Di samping itu, pengendalian faktor risiko penyakit tidak menular seharusnya diterapkan
berbasis siklus tahapan kehidupan (life-course approach). Oleh karena itu, upaya tersebut
dianjurkan untuk dilakukan sejak usia dini, usia remaja, usia kerja hingga usia lanjut.
3. Dengan demikian, sekolah merupakan lembaga yang penting dalam pencegahan penyakit
tidak menular pada usia anak dan remaja. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang antara
lain menumbuhkan budaya PHBS atau penerapan CERDIK pada komunitas sekolah
termasuk guru, administrator dan peserta didik. Tenaga-tenaga Pembina UKS di sekolah,
Puskesmas dan pemerintah daerah setempat mempunyai peran besar terhadap kegiatan
ini, termasuk menjadi role model. Diusulkan agar komponen upaya penanggulangan
penyakit tidak menular pada program UKS menjadi program wajib Puskesmas agar
pengendalian faktor risiko dan deteksi dini dapat dilakukan sejak usia dini. Sementara
untuk target sasaran usia produktif dan usia lanjut, penanggulangan penyakit tidak
menular dapat dilakukan melalui program “Posbindu PTM” di tempat kerja dan di
kelompok-kelompok masyarakat, serta integrasi kegiatan Posbindu PTM dan Posyandu
Lansia.