Materi 2 - Uchi Nurul (Kelas CPNS Paket Combo)
Materi 2 - Uchi Nurul (Kelas CPNS Paket Combo)
Waktu: 2 x 60 menit
Submateri pertemuan:
1. PHBS
2. Promosi Kesehatan
3. Rute Posyandu
4. Tingkat Pencegahan Penyakit
5. Pengkajian Komunitas
6. Survey Mawas Diri (SMD) & Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
Dasar Hukum:
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor: 269/MENKES/PER/XI/2011
Tentang Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar
kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau
masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif
dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.
Di atas disebutkan bahwa PHBS mencakup semua perilaku yang harus dipraktekkan di bidang
pencegahan dan penanggulangan penyakit, penyehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak,
keluarga berencana, gizi, farmasi dan pemeliharaan kesehatan. PHBS dapat dipraktekkan dalam
konteks sebagai berikut:
1. PHBS di Rumah Tangga, mencakup:
a. persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan,
b. memberi bayi ASI eksklusif,
c. menimbang balita setiap bulan,
d. menggunakan air bersih,
e. mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,
f. pengelolaan air minum dan makan di rumah tangga,
g. menggunakan jamban sehat (Stop Buang Air Besar Sembarangan/Stop BABS),
h. pengelolaan limbah cair di rumah tangga,
i. membuang sampah di tempat sampah,
j. memberantas jentik nyamuk,
k. makan buah dan sayur setiap hari,
l. melakukan aktivitas fisik setiap hari,
m. tidak merokok di dalam rumah dan lain-lain.
Keterangan: (1) Gerakan pemberdayaan (G), yang didukung oleh (2) bina suasana (B), dan (3)
advokasi (A), serta dilandasi oleh semangat (4) kemitraan.
1. Gerakan Pemberdayaan
Pemberdayaan merupakan proses memosisikan masyarakat agar memiliki peran yang
besar dalam pengambilan keputusan dan penetapan tindakan yang berkaitan dengan
kesehatannya. Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi kepada individu,
keluarga atau kelompok (sasaran) secara terus-menerus dan berkesinambungan. Sesuai
dengan sasarannya dapat dibedakan adanya
a. Pemberdayaan individu,
b. Pemberdayaan keluarga,
c. Pemberdayaan kelompok/ masyarakat.
2. Bina Suasana
Bina Suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendoron individu
anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Terdapat tiga
kategori proses bina suasana, yaitu:
a. Bina Suasana Individu: dilakukan oleh tokoh masyarakat yang menjadi panutan
dalam hal menjadi kader dan atau mempraktekkan perilaku yang sedang
diperkenalkan (misalnya seorang kepala sekolah atau pemuka agama yang tidak
merokok).
3. Advokasi
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan
komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders) berupa tokoh-
tokoh masyarakat (formal dan informal) yang umumnya berperan sebagai narasumber
(opinion leader), atau penentu kebijakan (norma) atau penyandang dana (termasuk
swasta dan dunia usaha).
4. Kemitraan
Kemitraan harus dijalankan dengan baik dalam rangka pemberdayaan maupun bina
suasana dan advokasi guna membangun kerjasama dan mendapatkan dukungan.
Dengan demikian kemitraan perlu digalang antar individu, keluarga, pejabat atau
instansi pemerintah yang terkait dengan urusan kesehatan (lintas sektor), pemuka atau
tokoh masyarakat, media massa dan lain-lain. Kemitraan yang dogalang harus
berlandaskan pada prinsip dasar, yaitu (a) kesetaraan, (b) keterbukaan dan (c) saling
menguntungkan.
3. Psikomotor
Domain psikomotorik dikenal sebagai domain keterampilan, yaitu penguasaan terhadap
kemampuan motorik halus dan kasar dengan tingkat kompleksitas koordinasi
neuromuskular. Domain psikomotorik mencakup tujuan yang berkaitan dengan
keterampilan (skill) yang bersifat manual atau motorik. Keterampilan atau psikomotorik
mudah diidentifikasi dan diukur, karena keterampilan itu pada dasarnya mencakup
kegiatan yang berorientasi pada gerakan.
Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan – pesan kesehatan, media ini dibagi menjadi
tiga, yakni media cetak, media elektronik dan media papan.
A. MEDIA CETAK
Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri dari gambaran sejumlah
kata, gambar atau foto dalam tata warna. Ada beberapa kelebihan media cetak antara lain:
a. Tahan lama,
b. mencakup banyak orang,
c. biaya rendah,
d. dapat dibawa kemana-mana,
e. tidak perlu listrik,
f. mempermudah pemahaman dan dapat meningkatkan gairah belajar.
Media cetak sebagai alat bantu menyampaikan pesan – pesan kesehatan sangat bervariasi
antara lain sebagai berikut:
1. Booklet, ialah suatu media untuk menyampaikan pesan – pesan kesehatan dalam
bentuk buku, baik berupa tulisan maupun gambar. Faktor-faktor yang memengaruhi
hasil belajar dengan booklet:
a. Ada beberapa halaman
b. Perlu mempertimbangkan kemampuan membaca seseorang,
Manfaat booklet adalah untuk promosi dan booklet memiliki manfaat yang banyak
terutama bagi tenaga kesehatan dan masyarakat. Berikut ini merupakan manfaat
booklet bagi tenaga kesehatan.
a. Harganya terjangkau
b. Informasi lengkap
c. Masyarakat akan lebih yakin dengan promosi kesehatan yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan karena isinya mendetail
d. Desain Menarik dan mudah dipahami masyarakat
e. Promosi menyebar dari masyarakat ke masyarakat lainnya
Booklet sebagai media promosi kesehatan juga memiliki kelemahan dibandingkan media
promosi kesehatan lainnya yaitu :
a. Booklet tidak bisa menyebar ke seluruh masyarakat, karena disebabkan
keterbatasan penyebaran booklet
b. Umpan balik dari obyek kepada penyampai pesan tidak secara langsung
tertunda, karena proses penyampaiannya juga tidak dilakukan secara langsung
c. Memerlukan banyak orang dalam penyebarannya \
d. Tidak dapat menstimulir efek suara
e. Efek gerak dan mudah terlipat (rusak/koyak)
2. Leaflet, ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan – pesan kesehatan melalui
lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar atau
kombinasi. Leaflet biasanya berisi pesan-pesan yang diberikan saat pendidikan kesehatan
menggunakan ceramah. Ukuran leaflet biasanya 20 x 30 cm yang berisi tulisan 200-400
kata dan disajikan secara berlipat. Isi yang ada didalam leaflet harus dapat dibaca sekali
pandang. Leaflet dapat dibuat sendiri dengan perbanyakan sederhana seperti di photo
copy.
4. Flyer (selebaran), bentuknya seperti leaflet, tetapi tidak berlipat. Pada umumnya flyer
digunakan dalam suatu acara untuk menyampaikan pesan kepada pengunjung agara
pengunjung tidak bertanya banyak hal kepada si pembuat acara.
5. Flip chart (lembar balik), media penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam
bentuk lembar balik. Biasanya dalam bentuk buku dimana setiap lembar (halaman)
berisi gambar peragaan dan lembaran baliknya berisi kalimat sebagai pesan atau
informasi yang berkaitan dengan gambar tersebut.
6. Slide
Slide memiliki keunggulan sebagai media promosi kesehatan:
a. Memberikan realita meskipun terbatas
b. Memberikan informasi, mengangkat masalah, memperlihatkan keterampilan
c. Dapat memacu diskusi mengenai sikap dan perilaku
d. Cocok untuk sasaran dalam jumlah besar sekalipun
e. Relatif murah dan mudah dibuat
f. Dibeli murah
g. Set slide dapat diedit sesuai sasarannya
h. Dapat untuk belajar mandiri, memungkinkan penyesuaian
i. Peralatan ringan dan mudah dipindahkan
j. Peralatan mudah digunakan
7. Rubrik atau tulisan – tulisan pada surat kabar atau majalah yang membahas suatu
masalah kesehatan atau hal – hal yang berkaitan dengan kesehatan.
Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan – pesan atau informasi kesehatan
berbeda – beda jenisnya. Antara lain:
1. Televisi
Penyampaian pesan atau informasi kesehatan melalui media televisi dapat dalam
bentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi atau tanya jawab sekitar masalah kesehatan,
pidato (ceramah), TV Spot, kuis atau cerdas cermat dan sebagainya. Media televisi
menjadi alat bantu yang sangat efektif untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat
karena televisi akan menampilkan gambar bergerak beserta suara sehingga akan
mempermudah audiens dalam menerima pesan yang disampaikan.
2. Radio
Radio merupakan media yang digunakan untuk menyampaikan pesan kepada orang
banyak yang mengandalkan audio atau suara. Penyampaian menggunakan radio sangat
3. Video
Penyampaian informasi atau pesan – pesan kesehatan dapat melalui video. Pembuatan
video memiliki tujuan yaitu cerita video yang bertujuan untuk memaparkan cerita,
Dokumenter video yang bertujuan merekam sebuah kejadian atau peristiwa dalam
kehidupan, presentasi video yang bertujuan untuk mengomunikasikan ide atau gagasan.
Kelebihan video:
a. Dapat menarik perhatian untuk periode – periode yang singkat dari rangsangan luar
lainnya, dapat memacu diskusi mengenai sikap dan perilaku.
b. Memberikan informasi, mengangkat masalah, memperlihatkan keterampilan
c. Dengan alat perekam pita video sejumlah besar penonton dapat memperoleh
informasi dari ahli – ahli / spesialis.
d. Cocok untuk sasaran dalam jumlah sedang dan kecil
e. Dapat untuk belajar mandiri dan memungkinkan penyesuaian klien
f. Demonstrasi yang sulit bisa dipersiapkan dan direkam sebelumnya, sehingga pada
waktu mengajar guru bisa memusatkan perhatian pada penyajiannya
g. Kontrol sepenuhnya ditangan pemberi materi didalam video, menghemat waktu
dan rekaman dapat diputar berulang – ulang
h. Keras lemah suara yang ada bisa diatur dan disesuaikan bila akan disisipi komentar
yang akan didengar .
Kelemahan. Video:
a. Perhatian penonton sulit dikuasai, partisipasi mereka jarang dipraktekkan
b. Sifat komunikasinya yang bersifat satu arah haruslah diimbangi dengan pencarian
bentuk umpan balik yang lain
c. Kurang mampu menampilkan detail dari objek yang disajikan secara sempurna
4. Slide
Slide juga dapat digunakan untuk penyampaian pesan atau informasi – informasi
kesehatan. Media slide adalah media visual yang diproyeksikan melalui alat yang
disebut dengan proyektor slide. Ada empat kelebihan dari media slide ini yaitu:
a. membantu menimbulkan pengertian dan ingatan yang kuat pada pesan yang
disampaikan serta dapat dipadukan dengan unsur suara.
b. merangsang minat dan perhatian siswa dengan warna dan gambar yang konkret.
c. program slide direvisi sesuai dengan kebutuhan karena filmnya terpisah-pisah.
d. penyimpanannya mudah karena ukurannya kecil.
5. Film Strip
Film strip juga dapat digunakan untuk penyampaian pesan – pesan kesehatan. Film
strip adalah media visual proyeksi diam, yang pada dasarnya hampir sama denga
media slide. Hanya saja media ini terdiri atas beberapa film yang merupakan satu
kesatuan, dimana ujung satunya dengan ujung lainnya bersatu membentuk rangkaian
D. Kelompok Massa
Metode (pendekatan) massa cocok untuk mengkomunikasikan pesan – pesan kesehatan
yang ditujukan kepada masyarakat. Oleh karena sasaran ini bersifat umum, dalam arti tidak
membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat
pendidikan dan sebagainya, maka pesan – pesan kesehatan yang akan disampaikan harus
dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. Pendekatan ini
biasanya digunakan untuk menggugah kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi
awareness, dan belum begitu diharapkan untuk sampai pada perubahan perilaku.
Beberapa contoh metode yang cocok untuk pendekatan massa:
1. Ceramah umum (public speaking), pada cara – cara tertentu, misalnya pada Hari
Kesehatan Nasional menteri kesehatan atau pejabat kesehatan lainnya berpidato
dihadapan massa rakyat untuk menyampaikan pesan – pesan kesehatan.
2. Berbincang – bincang (talk show) tentang kesehatan melalui media elektronik,
baik TV maupun radio, pada hakikatnya merupakan bentuk pendidikan
kesehatan massa.
3. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya
tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan disuatu media massa juga
merupakan pendekatan massa.
4. Tulisan – tulisan dimajalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya
jawab/konsultasi tentang kesehatan dan penyakit juga merupakan bentuk
pendekatan pendidikan kesehatan massa.
5. Billboard, yang dipasang dipinggir jalan, spanduk, poster dan sebagainya juga
merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa. Contoh : Billboard “Ayo ke
Posyandu”.
Tingkat perkembangan Posyandu secara umum dibedakan atas 4 tingkat sebagai berikut:
1. Posyandu Pratama
Posyandu Pratama adalah Posyandu yang belum mantap, yang ditandai oleh:
a. Kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana secara rutin
b. jumlah kader sangat terbatas yakni kurang dari 5 (lima) orang
2. Posyandu Madya
Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8
kali per tahun, yang ditandai dengan:
a. Rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih,
b. Cakupan kelima kegiatan utamanya masih rendah, yaitu kurang dari 50%.
3. Posyandu Purnama
Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih
dari 8 kali per tahun yang ditandai dengan:
a. Rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih,
b. Cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%,
c. Mampu menyelenggarakan program tambahan,
d. Telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh
masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50% KK di wilayah
kerja Posyandu.
4. Posyandu Mandiri
Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari
8 kali per tahun, yang ditandai dengan
1. Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kondisi yang
meminimalkan efek negatif bagi kesehatan seperti contoh kasus merokok (Pemantapan
Status Kesehatan). Pencegahan primordial dilakukan dalam mencegah munculnya faktor
predisposisi/resiko terhadap penyakit. Contohnya:
a. Pemakaian makanan bergizi rendah lemak jenuh
b. Pengendalian pelarangan merokok
c. Promosi Kesehatan
d. Pendidikan kesehatan, penyebaran informasi kesehatan
e. Konsultasi gizi
f. Penyediaan air bersih
g. Pembersihan lingkungan/sanitasiKonsultasi genetik
h. Olahraga secara teratur
2. Pencegahan Primer
Pencegahan primer bertujuan untuk membatasi timbulnya penyakit dengan
mengendalikan penyebab sfesifik dan faktor risiko melalui Promosi Kesehatan (Health
Promotion) dan Pencegahan Khusus (proteksi spesifik). Contohnya:
a. Pemberian imunisasi dasar
b. Pemberian vitamin A, tablet penambah zat besi
c. Perlindungan kerja terhadap bahan berbahaya (hazard protection)
d. Isolasi terhadap penderita penyakit menular, misal yang terkena flu burung
e. Perlindungan terhadap bahan-bahan yang bersifat karsinogenik, bahanbahan
racun maupun alergi
f. Pengendalian sumber-sumber pencemaran.
3. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau menghambat timbulnya
komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti Diagnosis Awal dan Pengobatan Tepat
(Early diagnosis and prompt treatment) dan Pembatasan Kecacatan (Disability
limitation). Contohnya:
a. Screening (Penyaringan)
b. Pejejakan kasus (case finding)
c. Pemeriksaan khusus (laboraturium dan tes)
d. Pemberian obat yang rational dan efektif
4. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian.
Contohnya:
a. Rehabilitasi fisik: rehabilitasi cacat tubuh dengan pemberian alat bantu/protase
b. Rehabilitasi sosial: rumah perawatan wanita tua/jompo
c. Rehabilitasi kerja (vocational services): Rehabilitasi masuk ke tempat kerja
sebelumnya, mengaktikan optimum organ yang cacat
d. Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan memberikan
dukungan moral setidaknya bagi yang bersangkutan untuk bertahan
e. Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap penderita
f. yang telah cacat mampu mempertahankan diri
g. Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan seseorang
setelah ia sembuh dari suatu penyakit
Survei Mawas Diri (SMD) dilaksanakan oleh sekelompok warga masyarakat yang telah ditunjuk
dalam pertemuan tingkat desa. Informasi tentang masalah kesehatan di desa dapat diperoleh
sebanyak mungkin dari Kepala Keluarga (KK) yang bermukim di desa tersebutWaktu dan Cara
Pelaksanaan SMD
Waktu SMD dilaksanakan sesuai dengan hasil kesepakatan pertemuan tingkat desa. Sedangkan
untuk cara pelaksanaannya dengan melakukan pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengunjungi rumah untuk wawancara atau diskusi dengan kepala/anggota keluarga sekaligus
mengamati (observasi) terhadap rumah/tempat-tempat umum dan lingkungannya.
Cara lain yang dapat dilakukan adalah melalui diskusi kelompok terarah yang menghadirkan
para wakil masyarakat.
Hal-hal yang perlu dicermati ketika melakukan SMD yaitu antara lain:
1. Permasalahan kesehatan lingkungan;
2. Perilaku hidup bersih dan sehat;
3. Permasalahan kesehatan ibu dan anak;
4. Status gizi, dan lain-lain.
5. Potensi atau kemampuan yang ada di desa tersebut.
Hasil survei adalah gambaran desa berikut isinya (masyarakat dan lingkungannya) dan dibawa
pada waktu Musyawarah Masyarakat Desa (MMD). Gambaran tersebut berupa identifikasi
berbagai masalah kesehatan (termasuk penyebab masalah dan faktor yang mempengaruhi)
serta daftar potensi di desa yang dapat didayagunakan dalam mengatasi masalah-masalah
kesehatan yang ada di desa tersebut.