Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan reproduksi merupakan komponen yang penting bagi

kesehatan pria maupun wanita, tetapi lebih dititikberatkan pada wanita

(Kusmiran,2011). Kesehatan reproduksi didefinisikan sebagai kondisi sehat dari

sistem, fungsi, dan proses alat reproduksi (Prayitno,2014). Wanita memiliki

kebutuhan kesehatan khusus yang berhubungan dengan fungsi seksual dan

reproduksi. Wanita mempunyai sistem reproduksi yang sensitif terhadap

kerusakan yang dapat terjadi seperti disfungsi atau penyakit. Penyakit pada

sistem tubuh dapat berinteraksi dengan keadaan sistem reproduksi ataupun

fungsinya (Kusmiran,2011).

Remaja putri yang mengalami menstruasi sangat rentan dengan

kesehatan reproduksinya. Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim

(endometrium yang disertai dengan perdarahan dan terjadi secara berulang setiap

bulan kecuali pada saat kehamilan. Pada masa remaja itulah menstruasi yang

pertama kali (menarche) paling sering terjadi pada usia 11 tahun. Akan tetapi,

menarche juga bisa pada usia 8 tahun atau 16 tahun. Menstruasi merupakan

pertanda masa reproduktif pada kehidupan seorang wanita, yang dimulai dari

menarche sampai terjadinya menopause (Prayitno,2014).

Sekitar satu miliar manusia atau setiap satu diantara enam penduduk

dunia adalah remaja. Sebanyak 85% di antaranya hidup di negara berkembang.

Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat antara

tahun 1970 dan 2000 (Kusmiran,2011). Angka kejadian infeksi saluran

1
2

reproduksi (ISR) tertinggi di dunia adalah pada usia remaja (35%-42%) dan

dewasa muda (27%-33%). Prevalensi ISR pada remaja di dunia tahun 2006 yaitu:

kandidiasis (25%-50%), vaginosis bakterial (20%-40%), dan trikomoniasis (5%-

15%). Diantara negara-negara di Asia Tenggara, wanita Indonesia lebih rentan

mengalami ISR yang dipicu iklim Indonesia yang panas dan lembab. Jumlah

kasus ISR di Jawa Timur seperti candidiasis dan servisitis yang terjadi pada

remaja putri sebanyak 86,5% ditemukan di Surabaya dan Malang. Penyebab

tertinggi dari kasus tersebut adalah jamur candida albican sebanyak 77% yang

senang berkembangbiak dengan kelembapan tinggi seperti pada saat menstruasi

Penyebab utama penyakit ISR yaitu: imunitas lemah (10%), perilaku kurang

hygiene saat menstruasi (30%), dan lingkungan tidak bersih serta penggunaan

pembalut yang kurang sehat saat menstruasi (50%). Menurut data Badan Pusat

Statistik (BPS) dan Bappenas tahun 2010, sebagian besar dari 63 juta jiwa remaja

di Indonesia rentan berperilaku tidak sehat (Sari, Firani, dan Yuliatun, 2013).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yuliana pada tahun 2010 di

Bukittinggi masih adanya remaja yang masih kurang pengetahuan tentang

personal hygiene kewanitaan khususnya pada daerah perineal disebabkan oleh

kurangnya informasi dan pemahaman remaja tentang personal hygiene yang

telah didapat, sehingga remaja dalam pemahamannya tentang personal hygiene

sedikit bingung, dan membuat remaja menganggap tidak penting untuk

mengetahui akan personal hygiene remaja serta tidak ada rasa ingin tahu tentang

personal hygiene kewanitaan (Asyrina,2013). Pemahaman mengenai kesehatan

organ reproduksi diperlukan agar memiliki informasi yang benar mengenai

proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada di sekitarnya. Dengan informasi

tersebut, diharapkan dapat melakukan berbagai tindakan pencegahan atau sedini


3

mungkin melakukan tindakan pengobatan bila memiliki permasalahan dengan

sistem, proses dan fungsi alat reproduksi (Prayitno,2014). Kesehatan reproduksi

yang buruk akan menyebabkan rendahnya kualitas generasi muda, karena akan

berakibat mengarah pada rendahnya Indeks Sumber Daya Manusia (SDM), yang

dapat menghambat pembangunan, sebaliknya kesehatan reproduksi pada remaja

yang baik dapat mendukung pembangunan nasional (BKKBN, 2004 dalam

Jannah, Kristiyanti & Fitriyani, 2014)

Peningkatan kesehatan reproduksi dengan cara meningkatkan

pengetahuan dan sikap pada remaja sangat penting karena pengetahuan

merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan

terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan adalah

hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris khususnya mata dan telinga

terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya perilaku terbuka (overt behavior) (Handayani,2011). Sedangkan

sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, baik

yang bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya tidak dapat

langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari sikap yang

tertutup tersebut. Sikap secara realitas menunjukkan adanya kesesuaian respons

terhadap stimulus tertentu. Tingkatan sikap adalah menerima, merespons,

menghargai dan bertanggung jawab (Handayani,2011). Jika remaja tidak

mengetahui cara-cara personal hygiene khususnya pada daerah perineal maka

akan timbul berbagai masalah pada daerah perineal.

Personal hygiene khususnya pada daerah perineal menjadi solusi

penting pada peningkatan kesehatan reproduksi karena mencegah seseorang


4

terkena penyakit dan meminimalisir terjadinya infeksi mikroorganisme. Personal

hygiene merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk

mempertahankan kesehatan baik secara fisik maupun psikologis. Personal

hygiene untuk mencegah infeksi dan membuat rasa nyaman maupun relaksasi

dapat dilakukan untuk menghilangkan kelelahan, serta menciptakan penampilan

yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan (Hidayat,2008). Perineum atau perineal

hygiene merupakan pemeliharaan kesehatan di antara genetalia eksterna dan

rektum (Rahayuni,2002).

Berdasar penjelasan diatas maka peneliti tertarik untuk memberikan

informasi tentang metode pembelajaran multimedia learning untuk mempermudah

memperoleh pengetahuan tentang perineal hygiene. Menurut (Mayer 2009 dalam

Prastyawan, Sunarto, Arifin.2011) multimedia adalah presentasi materi dengan

menggunakan kata-kata sekaligus gambar-gambar. Hal tersebut bisa dalam

bentuk grafik statis (seperti: ilustrasi, grafik, foto, dan peta) atau menggunakan

grafik dinamis (seperti: animasi dan video). Menurut Sagala (2009 dalam

Prastyawan, Sunarto, Arifin.2011) konsep pembelajaran adalah suatu proses

dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan turut

serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau

menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset

khusus dari pendidikan. Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan

multimedia pembelajaran (multimedia learning) adalah suatu proses penciptaan

lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar dalam bentuk kata-

kata dan gambar sebagai suatu metode dalam suatu pembelajaran (Prastyawan,

Sunarto, Arifin.2011)
5

Metode pembelajaran Multimedia Learning yang telah dijelaskan peneliti

diharapkan dapat memberikan promosi kesehatan juga pada remaja putri.

Promosi kesehatan merupakan revitalisasi pendidikan kesehatan pada masa lalu.

Promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian

dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang promosi kesehatan dan ilmu

perilaku kesehatan tetapi juga disertai upaya-upaya memfasilitasi perubahan

perilaku (Notoatmodjo, 2012). Promosi kesehatan yang dilakukan dengan

menggunakan metode pembelajaran mutimedia tidak hanya berfokuskan pada

perineal hygiene melainkan tentang: a) Pengetahuan tentang organ kewanitaan; b)

Perubahan-perubahan fisik sekunder pada remaja; c) Hal-hal yang berhubungan

dengan cara menjaga kesehatan reproduksi; d) Dampak jika kurang menjaga

kesehatan reproduksi; e) Konsep menstruasi.

Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di SMP PGRI 1 Pakisaji

Malang didapatkan jumlah populasi remaja putri dari kelas 7-9 sejumlah 106

orang. Berdasarkan hasil wawancara dengan 20 remaja putri yang mengikuti studi

pendahuluan menunjukkan 18 remaja putri di SMP PGRI 1 Pakisaji belum

mengetahui tentang perineal hygiene atau bisa disebut dengan kebersihan organ

kewanitaan dan 2 orang remaja putri sudah mengetahui tentang perineal hygiene.

Menurut bayu hermawan sebagai guru koordinator kurikulum bahwa pukesmas

melakukan penyuluhan ke SMP PGRI 1 Pakisaji tentang kanker serviks dan

pendataan kesehatan secara umum. Sedangkan pembelajaran multimedia sudah

tersedia, dan kurikulum 13. Menurut ana nurul kristiani sebagai guru kesiswaan

bahwa belum adanya pembelajaran pada siswa tentang perineal hygiene, dan

terdapat 78 orang siswi yang sudah menstruasi sedangkan 8 orang siswi yang

belum menstruasi. Menurut mohammad alim sebagai guru agama menjelaskan


6

bahwa pelajaran agama pun hanya menjelaskan tentang bersuci sesudah haid dan

sebagian umum tidak menyinggung tentang bagian perineal hygiene.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang bagaimana melakukan personal hygiene khususnya

daerah perineal pada remaja putri yang mengalami menstruasi dengan judul:

“Pengaruh Metode Multimedia Learning tentang Perineal Hygiene terhadap

Pengetahuan dan Sikap pada Remaja Putri yang Mengalami Menstruasi”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah “Pengaruh Metode Multimedia Learning tentang

Perineal Hygiene terhadap Pengetahuan dan Sikap Pada Remaja Putri yang

Mengalami Menstruasi di SMP PGRI 1 Pakisaji Kabupaten Malang “.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui Pengaruh Metode Multimedia Learning tentang Perineal

Hygiene terhadap Pengetahuan dan Sikap Pada Remaja Putri yang

Mengalami Menstruasi di SMP PGRI 1 Pakisaji Kabupaten Malang.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengetahuan remaja putri yang mengalami menstruasi

sebelum dan sesudah dilakukan metode Multimedia Learning tentang

perineal hygiene.

b. Mengidentifikasi sikap remaja putri yang mengalami menstruasi sebelum

dan sesudah dilakukan metode Multimedia Learning tentang perineal

hygiene.
7

c. Mengidentifikasi perbedaan pengetahuan dan sikap remaja putri yang

mengalami menstruasi sebelum dan sesudah dilakukan metode Multimedia

Learning tentang perineal hygiene.

1.4 Manfaat Penelitian.

1.4.1 Bagi Peneliti

Bagi peneliti, merupakan sarana untuk menambah wawasan,

pengetahuan dan pengalaman sehingga menjadi bekal dan dapat

diterapkan dalam praktek sehingga tercapai keselarasan antara teori dan

praktek di Lapangan sekaligus sebagai media belajar untuk dapat

memecahkan masalah secara ilmiah

1.4.2 Bidang Keperawatan

Sebagai sumber informasi dan membantu menciptakan promosi

kesehatan yang baik dan berjalan sesuai dengan keinginan disemua

lapisan masyarakat dan tercapainya kesejahteraan kesehatan.

1.4.3 Bagi Masyarakat

Sebagai sumber informasi dan pengetahuan bagi remaja putri yang

mengalami menstruasi tentang perineal hygiene.

1.4.4 Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan Keperawatan

Karya tulis akhir ini dapat dimanfaatkan untuk memberikan

gambaran tentang pengaruh metode Multimedia Learning tentang perineal

hygiene terhadap pengetahuan dan sikap pada remaja putri yang

mengalami menstruasi.
8

1.5 Keaslian Penelitian

1. Iis lianawati (2012) dengan judul tingkat pengetahuan remaja putri tentang

personal hygiene saat mesntrusi pada siswi kelas X SMA Islam Terpadu AL-

MASYHUR PATI. Desain yang digunakan adalah penelitian dengan metode

deskriptif kuantitatif. Sampel dalam penilitian ini yaitu siswi kelas X sebanyak

35 siswi menggunakan teknik pengambilan sampel dengan teknik sampling

jenuh. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner sedangkan teknik analisa

statistik deskriptif (menggambarkan). Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian di atas adalah subjek, variabel dan tempat yang digunakan, pada

penelitian ini subjek yang digunakan adalah pada siswi kelas X SMA Islam

Terpadu AL-MASYHUR PATI di kota Surakarta sedangkan penelitian

diatas adalah siswi kelas VIII di SMP PGRI 1 Pakisaji Malang. Penelitian ini

variabel independennya adalah tingkat pengetahuan remaja putri tentang

personal hygiene saat mesntruasi sedangkan penelitian di atas variabel

independennya adalah Pengaruh Metode Multimedia Learning tentang Perineal

Hygiene.

2. Salma Asyrina (2013) dengan judul hubungan tingkat pengetahuan dan sikap

remaja putri tentang personal hygiene dengan kejadian keputihan pada

remaja putri kelas X di SMAN 5 Kota Bukittinggi Tahun 2013. Desain yang

digunakan adalah penelitian dengan metode Cross Sectional dengan jumlah

sampel 198 orang. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian di atas adalah

subjek, variabel dan tempat yang digunakan, pada penelitian ini subjek yang

digunakan adalah pada remaja putri kelas XI di SMAN 5 Kota Bukittinggi

sedangkan penelitian diatas adalah siswi kelas VIII di SMP PGRI 1 Pakisaji

Malang. Penelitian ini variabel independennya adalah tingkat pengetahuan


9

dan sikap remaja putri tentang personal hygiene sedangkan penelitian diatas

variabel independentnya adalah Pengaruh Metode Multimedia Learning

tentang Perineal Hygiene.

3. Dewi susanti (2013) dengan judul hubungan pengetahuan personal hygiene

remaja putri dengan kejadian flour albous (keputihan) di Gampong Paloh

Naleueng Kecamatan Titeu Kabupaten Pidie. Desain yang digunakan adalah

penelitian dengan metode Penelitian ini bersifat Analitik dengan Gampongin

crossectional populasi dalam penelitian ini 41 remaja putri, sampel diambil

dengan teknik total sampling yaitu 41 remaja putri. Perbedaan penelitian ini

dengan penelitian di atas adalah subjek, variabel dan tempat yang digunakan,

pada penelitian ini subjek yang digunakan adalah remaja putri di Gampong

Paloh Naleueng Kecamatan Titeu Kabupaten Pidie sedangkan penelitian

diatas adalah siswi kelas VIII di SMP PGRI 1 Pakisaji Malang. Penelitian ini

variabel independennya adalah hubungan pengetahuan personal hygiene

remaja putri sedangkan penelitian diatas variabel independentnya adalah

Pengaruh Metode Multimedia Learning tentang Perineal Hygiene.

Anda mungkin juga menyukai