Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

DENGAN KASUS GANGGUAN KONSEP DIRI

OLEH :

1. FENERIA J. NUA
NPM : 61190008
2. ANTONIO DOROSARIO O. DE ARAUJO
NPM : 61190011

KEMENTRIAN RISET,TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS TIMOR (UNIMOR)


FAKULTAS PERTANIAN
KAMPUS ATAMBUA
PRODI KEPERAWATAN
2021

DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………………
Daftar Isi……………………………………………………………………………………
BAB 1 : Pendahuluan
A. Latar Belakang……………………………………………………………………
B. Tujuan………………………………………………………………………...........
BAB 2 : Tinjauan Teori

A. Pengertian harga diri rendah…………………………………………….

B. Penyebab harga diri rendah……………………………………………..

C. Proses terjadinya harga diri rendah……………………………………..

D. Tanda dan gejala ………………………………………………………..

E. Batasan karekteristrik…………………………………………………..

F. Konsep dasar asuhan keperawatan……………………………………...

1. Pengkajian keperawatan…………………………………………….
2. Pengumpulan data…………………………………………………...
3. Identitas klien………………………………………………………..
4. Analisa data…………………………………………………………
5. Perencanaan keperawatan…………………………………………...
6. Implementasi keperawatan………………………………………….
7. Evaluasi keperawatan……………………………………………….
Daftar pustaka…………………………………………………………….
BAB1
PENDAHULUAN
Kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah
A. Latar Belakang bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar.
Tingkat pertama, termasuk kebutuhan fisiologis seperti
udara, nutrisi, air, eliminasi, istirahat dan tidur. Tingkat
kedua yaitu kebutuhan keamanan dan perlindungan,
termasuk juga keamanan fisiologis dan psikologis.
Tingkat ketiga berisi kebutuhan akan cinta dan
memiliki, termasuk didalamnya hubungan pertemanan,
hubungan sosial, hubungan cinta. Tingkat keempat
yaitu kebutuhan akan penghargaan diri, termasuk juga
kepercayaan diri, pendayagunaan, penghargaan dan
nilai diri. Tingkat terakhir merupakan kebutuhan
aktualisasi diri, keadaan pencapaian potensi, dan
mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah
& beradaptasi dengan kehidupan (Rosdalh &
Kowalksi, 2012).

Manusia memerlukan perasaan stabil terhadap


harga diri maupun perasaan bahwa mereka dihargai
oleh orang lain. Kebutuhan harga diri berhubungan
dengan keinginan terhadap kekuatan, pencapaian, rasa
cukup, kompetensi, rasa percaya diri, dan
kemerdekaan. Manusia juga membutuhkan
penghargaan atau apresiasi dari orang lain. Pada saat
kedua kebutuhan ini terpenuhi, seseorang merasa
percaya diri dan berguna. Jika kebutuhan harga diri dan
penghargaan dari orang lain tidak terpenuhi, orang
tersebut mungkin tidak berdaya dan merasa rendah diri
(Maslow, 1970 dalam Potter & Perry, 2005).

Harga diri rendah situasional adalah evaluasi diri


negatif yang berkembang sebagai respons terhadap
hilangnya atau berubahnya perawatan diri seseorang
yang sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif
1
(NANDA, maladaptif.
2005)
Penyakit Gagal Ginjal Kronik merupakan
Ganggua penyakit yang sangat berbahaya karena penyakit ini
n harga diri dapat berlangsung lama dan mematikan. Disamping itu
yang disebut pula penyakit gagal
sebagai harga
diri rendah
dapat terjadi
secara kronik,
yaitu
perasaan
negatif
terhadap diri
telah
berlangsung
lama, yaitu
sebelum
sakit/dirawat.
Klien ini
mempunyai
cara berpikir
yang negatif.
Kejadian
sakit dan
dirawat akan
menambah
persepsi
negatif
terhadap
dirinya.
Kondisi ini
mengakibatka
n respons
yang
2
ginjal kronik membutuhkan biaya yang cukup banyak tetapi penyakit gagal ginjal
kronik sangat sukar di sembuhkan.

Gagal Ginjal Kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah gangguan fungsi ginjal
yang menahun bersifat prognetif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal
untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,
menyebabkan uremia atau retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah ( Brunner
Sundarth, 2002 ). Gagal ginjal kronik adalah kegagalan fungsi ginjal untuk
mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi
struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit (toksik
uremic) dalam darah ( Muttaqin Arif, 2011 )

Berdasarkan laporan periode Rumah Sakit Pirngadi Kota Medan di dapatkan data
dari bulan mei 2017 tercatat jumlah pasien rawat di ruang HDU, didapatkan pasien
dengan penyakit gagal ginjal kronik mengalami kebutuhan dasar harga diri dengan
jumlah pasien 4 (60%) dari 6 pasien yang masuk di Ruang HDU.

Berdasarkan kasus di Rumah Sakit Pirngadi Medan Provinsi Sumatera Utara


dengan klien Gagal Ginjal Kronik, ditemukan bahwa klien megalami gangguan
kebutuhan dasar harga diri. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar harga diri
disebabkan oleh gangguan psikologis, dapat di gambarkan sebagai perasaan negatif
terhadap diri sendiri dan merasa gagal mencapai keinginan.

Penulis memprioritaskan masalah kebutuhan dasar ini dikarenakan harga diri yang
terganggu dapat mempengaruhi status kesehatan klien. Terpenuhinya harga diri
menjadikan klien mampu untuk menggali kemampuan dan kepercayaan dirinya
sekaligus membantu proses penyembuhan dirinya sendiri. Oleh karena itu, perawat
perlu memberikan asuhan keperawatan yang dapat membantu klien dalam pemenuhan
kebutuhan dasarnya terkait dengan kondisi klien yang mengalami gagal ginjal kronik.
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Ny. R dengan masalah
kebutuhan dasar harga diri.

B. TUJUAN

1. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan dengan masalah


kebutuhan dasar harga diri.
2. Mahasiswa mampu melakukan perencanaan keperawatan dengan masalah
kebutuhan dasar harga diri.
3. Mahasiswa mampu memberikan implementasi keperawatan sesuai dengan
perencanaan dengan masalah kebutuhan dasar harga diri.
4. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi dengan masalah kebutuhan dasar harga
diri.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Harga Diri

Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh
perilaku sesuai dengan ideal diri atau cita- cita/harapan langsung, mengasilkan perasaan berharga. Pada
kondisi tertentu kebutuhan harga diri akan terganggu sehingga individu tersebut mengalami harga diri
rendah.
Harga diri rendah adalah penilaian diri yang salah tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian ideal diri/cita-cita/harapan langsung
menghasilkan perasaan berharga. Harga diri dapat diperoleh melalui penghargaan diri sendiri atau orang
lain. Perkembangan harga diri juga ditentukan oleh perasaan diterima, dicintai, dihormati oleh orang lain,
serta keberhasilan yang pernah dicapai individu dalam hidupnya (Hidayat, 2006).
Individu yang memiliki harga diri positif akan lebih percaya diri untuk mencoba perilaku sehat
yang baru dan sangat kecil kemungkinan untuk mengalami depresi. Sedangkan gangguan harga diri dapat
digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, dan merasa
gagal mencapai keinginan (Boyn, 2005).
B. Faktor Penyebab Harga Diri Rendah
Kondisi harga diri rendah dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi, terjadinya harga diri rendah akibat penolakan orang tua yang tidak realistis,
kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain,
ideal diri yang tidak realistis.
2. Faktor Prespitasi
Faktor prespitasi, terjadinya harga diri rendah biasanyanya akibat kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk
tubuh, kegagalan atau produktivitas yang menurun.
Secara umum, gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dapat terjadi secara:
Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus
sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu akan sesuatu (korban perkosaaan, dituduh KKN, dipenjara
tiba-tiba).
Gangguan pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena:
Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya: pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemsangan alat yang
tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perineal).
 Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/sakit/penyakit.
 Perlakuan petugas yang tidak menghargai, misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa
penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan. Kondisi ini banyak ditemukan pada klien
gangguan fisik.
• Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum
sakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara berpikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat
akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respon yang
maladaptif. Kondisi ini dapat ditemukan pad klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien
gangguan jiwa.
Baik faktor predisposisi maupun prespitasi diatas bila mempengaruhi seseorang dalam berpikir, bersikap
maupun bertindak, maka dianggap akan mempengaruhi terhadap koping individu terebut sehingga
menjadi tidak efektif (mekanisme koping individu tidak efektif). Bila kondisi pada klien tidak dilakukan
intervensi lebih lanjut dapat menyebabkan klien tidak mau bergaul dengan orang lain (isolasi sosial:
menarik diri), yang menyebabkan klien asik
dengan dunia dan pikirannya sendiri sehingga dapat muncul resiko perilaku kekerasan.
Menurut Peplau dan Sulivan (2013), harga diri berkaitan dengan pengalaman interpersonal,
dalam tahap perkembangan bayi sampai lanjut usia seperti good me, bad me, not me, anak dapat
dipersalahkan, ditekan sehingga perasaan amanya tidak terpenuhi dan merasa ditolak oleh lingkungan
dan apabila koping yang diberikan tidak efektif akan menimbulkan harga diri rendah. Menurut Caplan
(2013), lingkungan sosial akan mempengaruhi individu, pengalaman seseorang dan adanya perubahan
sosial seperti perasaan dikucilkan, ditolak oleh lingkungan sosial, tidak dihargai akan menyebabkan
stress dan menimbulkan penyimpangan perilaku akibat harga diri.
C. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah

Harga diri seseorang diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Gangguan harga diri rendah akan
terjadi jika kehilangan kasih sayang, perlakuan orang lain yang mengancam dan hubungan interpersonal
yang buruk. Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai rendah.
Individu yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu
beradaptasi untuk berubah serta cenderung merasa aman. Individu yang memiliki harga diri rendah
melihat lingkungan dengan cara negatif dan menganggap sebagai ancaman.
Hal ini sesuai dengan pendapat Barbara Kozier berikut:

Level of self esteem range from high to low. A person who has high self esteem deals actively with
the environtment, adapts effectively to change, and fells secure.a person with low self esteem sees the
environment as negative and threatenssing (Driever dalam Kozier, 2003:845).
Self esteem dipengaruhi oleh pengalaman individu dalam perkembangan fungsi ego, dimana anak-
anak yang beradaptasi terhadap lingkungan internal dan eksternal biasanya memiliki perasaan aman
terhadap lingkungan dan menunjukkan self esteem yang positif. Sedangkan individu yang memiliki harga
diri rendah cenderung untuk mempersepsikan lingkungan negatif dan sangat mengancam. Mungkin
pernah mengalami depresi atau gangguan dalam fungsi egonya (Otong, 1995:297).

Sebuah hasil riset menyimpulkan bahwa harga diri rendah diakibatkan oleh rendahnya cita-cita
seseorang. Hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan yang
rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selanjutnya hal ini menyebabkan penampilan seseorang yang
tidak optimal (Malhi, 2008).
Dalam tinjuan life span history klien, penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada masa
kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja
keberadaannya sering tidak dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal
sering gagal disekolah, pekerjaan, atau pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung
mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya.

Adaptif Mal-adaptif

Aktualisasi Konsep diri harga diri kerancuan depers


o-
Diri positif Rendah identitas nalisasi

Gambar 2.1.4. Respon Konsep Diri (Stuart & Sundeen, 1998) Keterangan :
1. Respon adaptif adala respon yang dihadapi klien bila klien menghadapi suatu masalah dapat
menyelesaikannya secara baik, antara lain:
a. Aktualisasi diri

Kesadaran akan diri berdasarkan konservasi mandiri termasuk persepsi mas lalu akan diri dan
perasaannya.
b. Konsep diri positif
Menunjukkan individu akan sukses dalam menghadapi masalah.
2. Respon mal-adaptif adalah respon individu dalam menghadapi masalah dimana individu tidak
mampu memecahkan masalah tersebut. Respon mal-adaptif gangguan konsep diri adalah:
a. Gangguan harga diri

Transisi antara respon konsep diri positif dan mal-adaptif.

b. Kekacauan identitas

Kekacauan diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak memberikan kehidupan dalam mencapai
tujuan.
c. Depersonalisasi

Tidak mengenal diri yaitu mempunyai kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu
berhubungan dengan orang lain secara intim. Tidak ada rasa percaya diri atau tidak dapat
membina hubungan baik dengan orang lain.
D. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah

Adapun tanda dan gejala harga diri rendah adalah, Damayanti (2008), sebagai berikut :
1. Mengkritik diri sendiri.

2. Perasaan tidak mampu.

3. Pandangan hidup yang pesimis.

4. Penurunan produktivitas

5. Penolakan terhadap kemampuan diri.

Selain data di atas, dapat juga mengamati penampilan seseorang dengan harga diri rendah,
terlihat dari kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan kurang,
tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, bicara lambat dengan nada suara
pelan.

E. Batasan Karakteristik Harga Diri Rendah

Batasan karakteristik menurut Nanda – 1 (2012), yaitu :

1. Bergantung pada pendapat orang lain.

2. Individu tidak mampu menghadapi peristiwa.

3. Melebih – lebihkan umpan balik negative tentag diri sendiri.

4. Secara berlebihan mencari penguatan.

5. Sering kali kurang berhasil dalam peristiwa hidup.


6. Enggan mencoba situasi baru, enggan mencoba hal baru.

7. Perilaku bimbang, kontak mata kurang.

8. Perilaku tidak asertif.

9. Sering kali mencari penegasan, pasif.

10. Menolak umpan balik positif tentang diri sendiri. Ekspresi rasa bersalah.
F. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Harga Diri
1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan unsur utama dari proses keperawatan.
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan
pola pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien, serta merumuskan
diagnosa keperawatan.
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang klien agar dapat mengidentifikasi, mengenal maslah-
masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien baik mental, sosial, dan lingkungan
(Rohmah, 2009). Jadi pengkajian meliputi pengumpulan data analisa data dan diagnosa
keperawatan :

2. Pengumpulan data

Tujuan dari pengumpulan data adalah menilai statuskesehatan dan kemungkinan adanya
masalah yang memerlukan intervensi dari perawat. Data yang dikumpulkan bisa berupa data
objektif, yaitu didapat secara nyata dan melaui observasi atau pemeriksaan langsung oleh
perawat.
Sedangkan data subjektif yaitu data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan
keluarganya. Adanya data ini di dapat melalui wawancara perawat pada klien dan
keluarganya. Untuk dapat menjaring data yang diperlukan, umumnya yang dikembangkan
formulir pengkajian dan petunjuk teknis pengkajian agar memudahkan dalam pengkajian.
3. Identitas klien
Identitas klien meliputi nama,umur,jenis kelmain, pendidikan, agama, pekerjaan, status marital, suku/bangsa,
alamat, nomor medrek, ruang rawat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, dan diagnosa medis, dan
identitas penanggung jawab.
a. Alasan masuk
Tanya kepada pihak klien/keluarga atau pihak yang berkaitan dan tuliskan hasilnya, apa yang menyebabkan
klien datang kerumah sakit, dan Apa yang sudah dilakukan klien/keluarga sebelum atau sesudah berobat
kerumah sakit.
b. Faktor predisposisi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang (Stuart, 2006).
• Riwayat ganguan jiwa
• Pengobatan
• Aniaya
• Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

• Pengalaman masa lalu yang kurang menyenangkan

c. Pengkajian fisik

Tanda-tanda vital , Ukur dan observasi tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan klien, berat
badan, dan tinggi badan.

d. Pengkajian psikososial

 Genogram

Kaji meliputi gambaran klien dengan tiga generasi ke atas, pola asuh, pengambilan keputusan dalam
keluarga, dan hubungan dengan anggota keluarga lainnya. Keluarga dari klein sebelumnya pernah
mengalami penyakit gangguan kejiwaan, pola asuh yang kurang dari orang tuanya saat/sejak dari kecil,
jarang diikitsertakan dalam pengambilan keputusan, dan hubungan klien dengan keluarga lainnya
kurang harmonis.

Penjelasan :

Jelaskan klien tinggal dengan siapa dan apa hubungannya, jelaskan masalah yang terkait dengan pola
asuh kelurga terhadap klien dan anggota keluarga lainnya, pola komunikasi,pola pengambilan
keputusan, dan faktor herediter (Azizah : 2011).

 Konsep diri

 Gambaran`diri

Disukai dan tidak disukai, klien akan mengatakan tidak ada keluhan apapun.

 Identitas diri

Kaji bagaiman kepuasan klien terhadap jenis kelaminnya, status sebelum dirawat dirumah sakit. Klien
merasa tidak berdaya dan rendah diri sehingga tidak mempunyai status yang dibanggakan atau
diharapkan dikeluarga maupun masyarakat
 Peran
Biasanya pasien mengalami penurunan produktifitas, ketegangan peran dan merasa tidak mampu dalam
melaksanakan tugas.
 Ideal diri
Tanyakan harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas/peran. Harapan klien terhadap lingkungan
(keluarga, sekola, tempat kerja, masyarakat),harapan klien terhadap penyakitnya.
 Harga diri
Pasien mengejek dan mengkritiki diri sendiri, menurunkan martabat, menolak kemampuan yang
dimiliki yang nyata dan perasaan dirinya lebih penting.
 Hubungan sosial
Klien tidak mempunyai orang yang berarti untuk mengadu atau meminta dukungan
 Pasien merasa berada dilingkungan yang mengancam.

 Keluarga kurang memberikan penghargaan kepada klien.

 Klien sulit berinteraksi karena berprilaku kejam dan mengeksploitasi


orang lain

 Spiritual

 Falsafah hidup

Pasien merasa perjalanan hidupnya penuh dengan ancaman, tujuan hidup biasanya jelas,
kepercayaannya terhadap sakit serta dengan penyembuhannya.

 Konsep kebutuhan dan praktek keagamaan

Pasien mengakui adanya tuhan tetapi kurang yakin terhadap Tuhan, putus asa karena tuhan tidak
memberikan sesuatu yang diharapkan dan tidak mau menjalankan kegiatan keagamaan.

 Status mental

 Penampilan

Penampilan tidak rapih, tidak sesuai karena klien kurang minat untuk melakukan perawatan diri.
Kemunduran dalam tingkat kebersihan dan kerapian dapat merupakan tanda adanya depresi atau
skizoprenia.

Bila seorang perempuan yang mempunyai ketakutan seksual mungkin berpakaian netral, tetapi apabila
wanita berpaian, bersolek, dan berprilaku seakan-akan hendak membangkitkan rangsangan seksual
maka adanya kemungkinan hysteria. Bau badan karena tidak mandi merupakan tanda dini suatu
gangguan jiwa (Marammis, 2005).
 Pembicaraan
Klien dengan frekuensi lambat, tertahan, volume suara rendah, sedikit bicara, inkoheren, dan bloking
(Yosep, 2009).
 Aktivitas motorik
Tegang, lambat, gelisah, dan terjadi penurunan aktivitas interaksi Yosep, 2009).
 Alam perasaan
Klien biasanya merasa tidak mamapu dan pandangan hidup yang pesimis (Yosep, 2009).
 Afek
Afek klien biasanya tumpul yaitu klien tidak mampu berespon bila ada stimulus emosi yang bereaksi
(Yosep, 2009).
 Interaksi selama wawancara
 Biasanya kurang kooperatif dan mudah tersinggung (Yosep, 2009).

 Persepsi
Klien mengalami halusinasi dengar/lihat yang mengancam atau member perintah. (Keliat: 2006).
 Proses pikir
Data diperoleh dari hasil observasi ketika wawancara tentang sirkumtansial (pembicaraan yang berbelit-
belit, tetapi samapai pada tujuan pembicaraan). Tangensial (pembicaraan yang berbelit-belit, tetapi
tidak sampai pada tujuan pembicaraan). Kehilangan asosiasi (pembicaraan tidak memiliki hubungan
antara satu kalimat dengan kalimat lainnya, serta klien tidak menyadarinya). Fight of ideas
(pembicaraan yang meloncat dari satu toipik ke topik lain, masih ada hubungan yang tidak logis
dan tidak sampai pada tujuan). Blocking (pembicaraan terhenti secara tiba-tiba tanpa gangguan
eksternal kemudian dilanjutkan kembali). Perseverasi (pembicaraan yang diulang berkali-kali). Jelaskan
apa yang dilakukan klien ketika wawancara. Masalah keperawatan sesuai dengan data. (Keliat : 2006).

 Isi pikir
Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri, mengejek dan mengkritik diri
sendiri (Yosep, 2009)
 Tingkat kesadaran
Data tentang bingung (tampak bingung dan kacau) dan sedasi (klien mengatakan malu bila bertemu
orang lain karena dirinya mengalami gangguan jiwa) diperoleh melalui wawancara dan observasi,
stupor (gangguan motorik seperti ketakutan, gerakan yang di ulang-ulang, anggota tubuh klien dalam
sikap canggung yang dipertahankan dalam waktu lama, tetapi klien menyadari semua yang terjadi
dilingkunganya) diperoleh melalui observaasi, orientasi waktu, tempat, dan orang cukup jelas diperoleh
melaui wawancara, jelaskan data objektif dan data subjektif yang terkait dengan hal-hal diatas. Masalah
keperawatan sesuai dengan data, jelaskan apa yang dilakukan klien saat wawancara. (Keliat : 2006).
 Memori

Klien dengan harga diri rendah, umumnya tidak terdapat gangguan pada memorinya,
baik memori jangka pendek ataupun memori jangka panjang. (Keliat : 2006).

 Tingkat konsentrasi dan berhitung

Tingkat konsentrasi terganggu dan mudah beralih atau tidak mampu mempertahankan
konsentrasi dalam waktu lama, karena merasa cemas. Dan biasanya tidak mengalami
gangguan dalam berhitung. (Keliat : 2006).
 Kemampuan menilai
Gangguan kemampuan penilaian ringan (dapat mengambil keputusan yang sederhana dengan bantuan
orang lain, contohnya: berikan kesempatan pada klien untuk memilih mandi dahulu sebelum makan
atau makan dahulu sebelum mandi, setelah diberikan penjelasa klien masih tidak mampu mengambil
keputusan), jelaskan sesuai data yang terkait. Masalah keperawatan sesuai dengan data. (Keliat: 2006).
 Daya tilik diri
Klien tidak tahu alasan dibawa ke Rumah Sakit dan tidak menyadari mempunyai gangguan jiwa.
(Keliat: 2006).

4. Analisa Data

Analisa adalah kemampuan mengkaitkan data menghubungkan data tersebut dengan konsep diri,
teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dan menentukan masalah kesehatan
dan keperawatan klien (Rohman, 2009).
Data mayor dan data minor pada gangguan konsep diri : harga Diri rendah yaitu :

Deskripsi Data mayor Data minor :

1. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

Deskripsi : Ide, pikiran perasaan yang negatif tentang dirinya

 Data Mayor Subyektif :

a. Mengeluh hidup tidak bernakna

b. Tidak memiliki kelebihan apapun

c. Merasa jelek

 Data Mayor Objektif:

a. Kontak mata kurang

5. Tidak berinisiatif berinteraksi dengan orang lain


 Data Minor Subyektif:
a. Mengatakan malas
b. Putus asa ingin mati

 Data Minor Obyektif:

a. Tampak malasmalasan

b. Produktifita s menurun

G. Rumusan Masalah
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menggambarkan respon manusia (keadaan sehat atau
perubahan pola interaksi aktual atau potensial) dari individu atau kelompok ketika perawat secara legal
mengidentifikasi dan dapat memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga kesehatan atau untuk
mengurangi, menyingkirkan, atau mencegah perubahan (Rohmah, 2009).
Menurut Fitria (2009) masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan gangguan harga diri
rendah adalah:
a. Gangguan harga diri rendah kronik
b. Koping individu tidak efektif
c. Gangguan sensori persepsi : halusinasi
d. Isolasi sosial
e. Resiko prilaku kekerasan
5. Perencanaan
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah mengurangi, mengatasi maslah-maslah
yang telah di identifikasi dalam diagnosa keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana
perawat mampu menetapkan cara menyelesaikan maslah dengan efektif dan efisien (Rohmah, 2009).
Berdasarkan diagnosa diatas pelaksaan ditetapkan dalam suatu tujuan, kriteria evaluasi, intervensi, dan
rasional. Tujuan umum berfokus pada penyelesaian masalah dari diagnosa tertentu, dan didapat jika
serangkaian tujuan khusus telah tercapai. Tujuan khusus berfokus pada penyelesaian sistem dari diagnosa
tertentu, tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan klien yang perlu dicapai atau dimiliki klien.
Jika harga diri klien sangat rendah berarti mereka gagal untuk merawat diri mereka sendiri. Oleh karena itu
dibutuhkan bantuan perawat untuk memenuhi kebutuhan lain seperti kebutuhan nutrisi, kebutuhan rasa aman
dan nyaman serta tindakan keperawatan untuk meningkatkan harga diri klien.
Langkah kita selanjutnya untuk mengatasi masalah pasien dengan harga diri rendah adalah menetapkan
beberapa tindakan keperawatan (Purba, Jenny Marlindawati, dkk. 2008)
Tindakan keperawatan pada pasien:
a. Tujuan
1. Pasien dapat mengidentifikasikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
2. Pasien dapat menilai kemampuan yang digunakan
3. Pasien dapat menetapkan atau memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
4. Pasien dapat berlatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan
5. Pasien dapat merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya

Tindakan Keperawatan :
1. Mengidentifikasikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien. Untuk membantu
pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien
2. Mendiskusikan bahwa pasien masih memiliki sejumlah kemampuan dan aspek positif
seperti kegiatan pasien dirumah, adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
3. Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu pasien penilaian negatif.

4. Membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan. Untuk tindakan
tersebut, saudara dapat:

5. Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan saat ini setelah
mengalami bencana.
6. Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri yang
diungkapkan pasien.
7. Perlihatkan respons yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif

8. Membantu pasien dapat memilih/menetapkan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan.


Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
9. Mendiskusikan dengan pasien beberapa aktivitas yang dilakukan dan dipilih sebagai
kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari
10. Bantu pasien menetapkan aktivitas mana yang dapat pasien lakukan secara mandiri, mana
aktivitas yang dapat memerlukan bantuan minimal dari keluarga dan aktivitas apa saja yang
perlu bantuan penuh dari keluarga atau lingkungan terdekat pasien. Berikan contoh cara
pelaksanaan aktivitas yang dapat dilakukan pasien. Susun bersama pasien dan buat daftar
aktivitas atau kegiatan sehari-hari pasien.

11. Melatih kegiatan pasien yang sudah dipilih sesuai kemampuan pasien. Untuk tindakan
keperawatan tersebut saudara dapat melakukan:
12. Mendiskusikan dengan pasien untuk menetapkan urutan kegiatan ( yang sudah dipilih pasien
) yang akan dilatihkan.
13. Bersama pasien dan keluarga mempragakan beberapa kegiatan yang akan dilakukan pasien.
14. Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan yang diperlihatkan pasien.

15. Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan saat ini setelah
mengalami bencana.
16. Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri yang
diungkapkan pasien.
17. Perlihatkan respons yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif

18. Membantu pasien dapat memilih/menetapkan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan.
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
19. Mendiskusikan dengan pasien beberapa aktivitas yang dilakukan dan dipilih sebagai
kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari
20. Bantu pasien menetapkan aktivitas mana yang dapat pasien lakukan secara mandiri, mana
aktivitas yang dapat memerlukan bantuan minimal dari keluarga dan aktivitas apa saja yang
perlu bantuan penuh dari keluarga atau lingkungan terdekat pasien. Berikan contoh cara
pelaksanaan aktivitas yang dapat dilakukan pasien. Susun bersama pasien dan buat daftar
aktivitas atau kegiatan sehari-hari pasien.
6. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang
dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Tindakan dilakukan sesuai
dengan yang telah direncanakan, mencakup kegiatan mandiri dan kolaborasi. Dengan
rencana keperawatan yang dibuat berdasarkan diagnosis yang tepat, intervensi
diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan untuk mendukung dan
meningkatkan status kesehatan klien (Padila, 2012).

7. EvaluasiKeperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan proses kontinu yang terjadi saat perawat melakukan
kontak dengan pasien. Setelah melaksanakan intervensi, kumpulkan data subjektif dan
objektif dari klien, keluarga. Selain itu tinjau ulang pengetahuan tentang status terbari
dari kondisi, terapi, sumber daya, pemulihan, dan hasil yang diharapkan. Jika hasil
telah terpenuhi, bandingkan perilaku dan respon klien sebelum dan setelah dilakukan
asuhan keperawatan (Perry & Potter, 2009)
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A. (2009). Pengantar Kebutuhan Manusia. Jakarta: Salemba Medika. Bulechek, G. M.


dkk. (2013). Nursing Interventions Classfication (NIC)
(6th ed.). USA: Mosby.

Carpenito, L. J. (1998). Diagnosa Keperawatan: Pada Praktik klinis.

Jakarta: EGC.

Dalami, E. dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah Psikososial.


Jakarta: Trans Info Media.
Herdman, T. H. (2012). Diagnosa Keperawatan: Defenisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta: EGC.
Moread, dkk. (2013). Nursing Outcame Classification (NOC). Fifth Edition.USA:
Mosby.
Patricia, G. dkk. (2013). Keperawatan Kesehatan Jiwa Psikiatrik.

Jakarta: EGC.

Potter & Perry. (2010). Fundamental Keperawatan (7th ed.). Jakarta: EGC.
Purba, J. M. dkk. (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah
Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.
Sujono, R. & Purwanto, T. (2009). Asuhan Keperwatan Jiwa.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai