NU’A
NPM : 61190008
A. Pengobatan komplementer
Pengobatan komplementer merupakan suatu fenomena yang muncul saat ini diantara
pengobatan dengan ramuan atau terapi herbal, akupunktur, dan bekam. Definisi CAM
pada berbagai system, modalitas dan praktek kesehatan yang didukung oleh teori dan
Fase Farmasetik
Obat merupakan semua zat, baik kimiawi, hewani maupun nabati yang dalam
dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit berikut
gejalanya. Suatu obat yang diminum peroral akan melalui tiga fase, yaitu
farmasetik, farmakokinetik danfarmakodinamik, agar kerja obat dapat terjadi.
Dalam fase farmasetik, obat berubah menjadi larutan sehingga dapat menembus
membran biologi.Jika obat diberikan melalui rute subkutan, intramuskuler atau
intravena maka tidak terjadi fase farmasetik. Fase kedua yaitu farmakokinetik
yang meliputi 4 fase, yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme atau biotransformasi
dan ekskresi. Dalam fase farmakodinamik, atau fase ketiga, terjadi respons
biologis atau fisiologis. Sekitar 80% obat diberikan secara oral, oleh karena itu
farmasetika adalah fase pertama dari kerja obat. Dalam saluran gastrointestinal,
obat-obat perlu dilarutkan agar dapat diabsorbsi
Obat dalam bentuk padat (tablet atau pil) harus didisintegrasi menjadi partikel-
partikel kecil supaya dapatlarut kedalam cairan, dan proses ini dikenal dengan
disolusi. Ada dua fase farmasetik, yaitu disintegrasi dan disolusi.Disintegrasi
adalah pemecahan tablet atau pil menjadi partikel-partikel yang lebihkecil, dan
disolusi adalah melarutnya partikel-partikel yang lebih kecil itu dalam
cairangastrointestinal untuk diabsorpsi.Ratelimiting adalah waktu yang
dibutuhkan olehsebuah obat untuk berdisintegrasi dan sampai menjadi siap untuk
diabsorpsi oleh tubuh. Obat-obat dalam bentuk cair lebih cepat siap diserap oleh
saluran gastrointestinal daripadaobat dalam bentuk padat. Obat dengan enteric
coated (EC) tidak dapat didisintegrasi oleh asam lambung, tetapi dalam suasana
basa, sehingga disintegrasi akan terjadi di usus halus. Makanan dalam saluran
gastro intestinal dapat mengganggu pengenceran dan absorbsi obat tertentu.
Beberapa obat mengiritasi mukosa lambung, sehingga cairan atau makanan
diperlukan untuk mengencerkan konsentrasi obat.
Farmakokinetik
Farmakokinetik adalah proses pergerakan obat untuk mencapai kerja obat. Empat
proses yang termasuk di dalamnya adalah: absorpsi,distribusi, metabolisme (atau
biotransformasi) dan ekskresi (atau eliminasi).
Farmakodinamika
Diet merupakan pola makan dengan mengonsumsi makanan yang cara dan sumber
Selain itu, diet juga bertujuan untuk mencapai atau menjaga berat badan yang terkontrol.
Meski begitu, tidak semua diet dilakukan untuk menurunkan berat badan, beberapa orang
melakukan diet atas dasar anjuran dokter karena mengidap penyakit tertentu yang
1. Diet Keto
Diet keto ini simpel, diet ini menerapkan pila makan tingi lemak dan protein, tapi
rendah karbohidrat. Tujuan diet ini agar tubuh lebih banyak mendapatkan kalori dari
menguras simpanan gula sebagai sumber energi, dan menggantinya dengan protein
dan lemak.
Kondisi inilah yang menimbulkan proses ketosis, yaitu kondisi ketika tubuh tidak lagi
ada asupan karbohirat (glukosa) sebagai sumber makanan untuk diproses menjadi
Hal yang perlu diingat, sumber lemak diet keto ini bukan sembarang lemak, seperti
gorengan. Sumber lemaknya sebaiknya berasal dari produk susu, telur organik, dan
minyak seperti kelapa dan zaitun. Tak hanya itu saja, lemak sehat juga bisa diperoleh
2. Diet Atkins
Diet atkins merupakan pola makan yang bertujuan untuk mengendalikan asupan
karbohidrat. Sebagai gantinya, orang yang menjalani diet ini diperbolehkan untuk
mengonsumsi lebih banyak lemak. Singat kata, diet ini mungkin lebih berbeda
Hal yang perlu diketahui tidak semua lemak itu berdampak negatif pada kesehatan.
Lemak tak jenuh (HDL), alias lemak baik, diperlukan tubuh agar fungsinya tetap
berjalan normal. Diet ini bisa dicoba bagi mereka yang ingin menurunkan berat
badan.
Lemak HDL yang dikonsumsi ini berfungsi untuk melindungi kesehatan jantung,
dengan menunya? Menu diet ini bersumber pada makanan dengan kandungan protein
murni, lemak HDL, dan sayuran tinggi serat. Pola makanan yang rendah karbohidrat
ini bisa meningkatkan metabolisme, sehingga tubuh bisa membakar lebih banyak
3. Diet Mediterania
Diet Mediterania merupakan jenis diet yang paling dianjurkan untuk dilakukan dalam
upaya menurunkan berat badan dan membuat tubuh menjadi lebih sehat. Diet ini
Prinsip dalam metode diet ini adalah mengonsumsi jenis makanan yang sehat, kaya
akan kandungan sayuran, buah, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Tak hanya itu,
metode diet ini juga menganjurkan untuk mengonsumsi sedikit ayam, daging merah,
Diet Mediterania memang memiliki beragam manfaat bagi tubuh. Menurut sebuah
penelitian, orang yang menerapkan diet ini memiliki risiko 30 persen lebih rendah
4. Diet Paleo
Diet paleo merupakan pola makan manusia di era prasejarah atau manusia purba,
tepatnya manusia gua zaman prasejarah masa paleolitikum. Diet ini diduga bisa
Pola makan diet paleo boleh dibilang meniru pola makan manusia purba. Diet ini
menyesuaikan pola makan dengan sumber yang telah tersedia di sekitar kita.
Bedanya, saat ini persediaan makan sudah tersedia dan bisa didapatkan dengan lebih
mudah, tidak seperti masa itu yang mengharuskan orang untuk berburu.
Oleh karena itu, bahan makanan yang dijual di pasar swalayan atau tradisional bisa
digunakan ketika menjalani diet satu ini. Setelah itu, barulah pengolahannya
mengikuti metode manusia purba yang cukup sederhana, seperti ditumis, dikukus,
atau dibaka.
Metode diet ini sederhana. Orang yang mengadopsi diet keto dianjurkan untuk
menghindari gula dan karbohidarat secara berlebihan. Sebagai gantinya, orang yang
menjalani diet ini diharuskan untuk mengasup lebih banyak protein. Dengan
berkurangnya asupan karbohidrat dan gula, kondisi inilah yang nantinya diharapkan
Tak cuma itu, meski masih membutuhkan penelitian lebih lanjut, diet ini diduga bisa
meningkatkan kontrol gula darah dan fungsi hormon insulin. Hormon ini sendiri
bertugas untuk mengalihkan gula dari dalam darah agar masuk ke dalam organ yang
Fradgley, S., 2003, Interaksi Obat dalam Aslam, M., Tan., C.K., dan Prayitno, A., Farmasi
Ganiswara, S.G., 2000, Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, 800, Bagian Farmakologi FKUI,
Jakarta.
Apriyanti, M. 2012. Meracik Sendiri Obat & Menu Sehat Bagi Penderita Kanker. Pustaka Baru
Press. Yogyakarta.
Anggraeni, A.C. 2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogyakarta: Graha Ilmu