Anda di halaman 1dari 17

Nama : Al – Farisi

Nim : 11907093
Kelas : Perbankan Syariah 4A
Mata Kuliah : Fiqih Perbankan Syariah
Dosen Pengampu : Mansyur, S.Pd.I, M.Pd.I

UTS
1. Jelaskan, pemahaman anda tentang riba dan bunga, bagaimana kaitan dengan operasional
perbankan syariah ?
Jawab.
Riba adalah penambahan pendapatan secara tidak sah (batil) antara lain dalam transaksi
pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahan (fadhl),
atau dalam transaksi pinjam meminjam yang mempersyaratkan nasabah penerima fasilitas
mengembalikan dana yang diterima melebihi pokok pinjaman karena berjalannya waktu
(nasi’ah).
perbankan syariah di Indonesia melarang adanya riba, karena riba bertentangan dengan ajaran
Islam, sedangkan bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha dengan prinsip
Islam (prinsip syariah) dan tidak boleh bertentangan dengan prinsip syariah. Selain itu,
perbankan syariah dalam menjalankan kegiatannya tetap berpegang pada prinsip syariah secara
menyeluruh (kaffah) dan konsisten (istiqamah).

2. Sebutkan dan jelaskan perbedaan perbankan syariah dan konvensional !


Jawab.
1. Sistem KeuntunganPada bank konvensional, prosentase bunga didasarkan pada besarnya
simpanan atau pinjaman yang dimiliki nasabah. Sedangkan bank syariah tidak mengenal istilah
bunga melainkan prinsip untung rugi yang besarannya tetap, tidak dipengaruhi inflasi melainkan
keuntungan proyek. Jika tidak ada keuntungan maka kerugian akan ditanggung bersama.
2. Pola HubunganBank konvensional akan menempatkan dirinya sebagai debitur kapada nasabah
yang bertindak sebagai kreditur.Sedang bank syariah mengenal 4 pola yakni kemitraan, penjual-
pembeli, sewa menyewa serta debitur kreditur dalam artian pemegang ekuitas.
3. OrientasiBank konvensional tidak berorientasi pada ajaran agama manapun karena berfokus
pada keuntungan duniawi. Sedangkan bank syariah berorientasi pada sistem ekonomi islam yang
berpedoman pada keuntungan dunia yaitu profit dan keuntungan akhirat atau falah
4. PengawasBank Syariah berjalan dibawah dewan pengawas khusus yakni Dewan Pengawas
Syariah (DPS) sedangkan selama ini bank konvensional tidak memiliki dewan pengawas khusus.

3. Sebutkan dan jelaskan jenis prinsip keuangan syariah yang diimplementasikan pada bank
syariah !
Jawab.
Prinsip-Prinsip Islam dalam Transaksi Keuangan Syariah
1. Mudharabah
Adalah akad kerja sama antara shahibul maal (pemilik modal) dan mudharib (pengelola dana)
yang pembagian keuntungannya berdasarkan bagi hasil menurut kesepakatan awal.
Apabila usaha yang dijalankan mengalami kerugian, seluruh kerugian ditanggung shahibul maal,
kecuali ditemukan adanya kelalaian atau kesalahan yang diperbuat mudharib, seperti
penyelewengan, kecurangan, dan penyalahgunaan dana. Prinsip mudharabah dibagi menjadi dua,
yakni mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayyadah.
2. Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerja sama di antara dua atau lebih shahibul maal untuk mendirikan
usaha bersama dan bersama-sama mengelolanya. Perihal keuntungan dibagi sesuai kesepakatan,
sedangkan kerugiannya ditanggung menurut kontribusi modal masing-masing. Jenis-jenisnya ada
empat, yakni Syirkah Mufawadhah, Syirkah ‘inan, Syirkah a’mal, dan Syirkah Wujuh.
3. Wadiah
Adalah titipan murni dari satu pihak ke pihak lain. Prinsip wadiah digolongkan menjadi dua
macam, yakni Wadiah Yad Amanah dan Wadiah Yad dhamanah. Keduanya berbeda: Wadiah
Yad Amanah bisa diartikan si penerima wadiah tidak bertanggung jawab jika ada kehilangan dan
kerusakan pada wadiah yang bukan disebabkan kelalaian atau kecerobohan penerima wadiah.
Sementara dalam Wadiah Yad dhamanah, si penerima wadiah boleh menggunakan wadiah atas
seizin pemiliknya dengan syarat dapat mengembalikan wadiah secara utuh kepada pemiliknya.
4. Murabahah
Murabahah berarti akad jual beli yang melibatkan bank dengan nasabah yang disepakati kedua
belah pihak.
5. Salam
Adalah transaksi jual beli suatu barang tertentu antara pihak penjual dan pembeli dengan harga
yang terdiri atas harga pokok barang dan keuntungan yang ditambahkannya telah disepakati
bersama.
6. Istishna
Bisa diartikan sebagai transaksi jual beli yang hampir sama dengan prinsip salam, yakni jual beli
dan penyerahan yang dilakukan kemudian, sedangkan penyerahan uangnya bisa dicicil atau
ditangguhkan.
7. Ijarah
Prinsip ijarah merupakan akad pemindahan hak guna barang atau jasa dengan pembayaran upah
sewa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan.
8. Qardh
Prinsip yang satu ini merupakan perjanjian pinjam-meminjam uang atau barang yang dilakukan
tanpa ada orientasi keuntungan. Namun, pihak bank sebagai pemberi pinjaman boleh meminta
ganti biaya yang diperlukan dalam kontrak Qardh.
9. Hawalah/Hiwalah
Prinsip hawalah diartikan sebagai pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain
yang wajib menanggungnya.
10. Wakalah
Prinsip wakalah timbul karena salah satu pihak memberikan suatu objek perikatan yang
berbentuk jasa atau dapat juga disebut sebagai meminjamkan dirinya untuk melakukan sesuatu
atas nama diri pihak lain

4. Bagaimana respon masyarakat dengan adanya perbankan syariah beroperasi !


Jawab.
Respon masyarakat begitu antusias terhadap perbankan syariah. ada beberapa masyarakat anti
dengan riba, dengan adanya bank syariah bisa menjadi alternatif bagi masyarakat untuk
menabung ataupun melakukan kegiatan yang berhubungan dengan perbankan tetapi
menggunakan sistem syariah.
Penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam merupakan pasar potensial bagi pengem-
bangan bank syariah di Indonesia. Pengembangan sistem perbankan syariah ditujukan untuk
men- dukung pembangunan nasional utamanya perluasan lapangan kerja dan penguatan struktur
industri/dunia usaha nasional. Dalam kaitan ini maka industri perbankan syariah menciptakan
segmen pasar yang lebih fokus untuk dilayani, misalnya segmen UMKM.

5. Apakah perbankan syariah sudah memenuhi standar keuangan yang berprinsip syariah?
jelaskan !
Jawab.

Perbankan Syariah di Indonesia dinilai masih belum sepenuhnya menjalankan prinsip Islam.
Perbankan tersebut justru sebaliknya menganut prinsip ekonomi kapitalis yang berlomba-lomba
mendapatkan keuntungan yang besar.

Perbankan Syariah belum memberikan keuntungan atau menyejahterakan nasabahnya seperti


yang disyariatkan dalam prinsip ekonomi Islam tapi sebaliknya mengejar keuntungan sendiri
bahkan melakukan praktik riba

6. Sebutkan dan jelaskan produk dan prinsip perbankan syariah baik dalam pendanaan maupun
pembiayaan !
Jawab.
a. Penghimpunan Dana
Penghimpunan dana di Bank Syariah dapat berbentuk giro, tabungan dan deposito. Prinsip
operasional syi'ariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip
Wadi'ah dan Mudharabah.
1.)  Prinsip wadi'ah
Prinsip wadi'ah yang diterapkan adalah wadi'ah yad dhamanah yang diterapkan pada produk
rekening giro. Wadiah dhamananh berbeda dengan wadia'ah amanah. Dalam wadia'ah amanah,
pada prinsipnya harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh yang dititipi. Sementara itu, dalam
hal wadi'ah yad dhamanah, pihak yang dititipi (bank) bertanggung jawab atas keutuhan harta
titipan sehingga ia boleh memanfaatkan harta titipan tersebut.
2.)  Prinsip Mudharabah
Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpanan atau deposan bertindak sebagai
shahibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai mudharib (pengelola). Dana tersebut digunakan
bank untuk melakukan murabahah atau ijarah seperti yang telah dijelaskan terdahulu. Dapat pula
dana tersebut digunakan bank untuk melakukan mudharabah kedua. Hasil usaha ini akan
dibagihasilkan berdasarkan nisbah yang disepakati. Dalam hal bank menggunakannya untuk
melakukan mudharabah kedua, maka bank bertanggung jawab penuh atas kerugian yang terjadi.

Rukun mudharabah terpenuhi semua (ada mudharib-ada pemilik dana, ada usaha yang
dibagihasilkan, ada nisbah, dan ada ijab Kabul). Prinsip mudharabah ini diaplikasikan pada
produk tabungan berjangka dari deposito berjangka.

Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak penyimpan dana, prinsip mudharabah
terbagi dua yaitu:
1. Mudharabah mutlaqah
2. Mudharabah Muqayyadah
a)     Mudharabah Mutlaqah
Dalam mudharabah mutlaqah, tidak ada pembatasan bagi bank dalam menggunakan dana yang
dihimpun. Nasabah tidak memberikan persyaratan apapun kepada bank, ke bisnis apadana yang
disimpannya itu hendak disalurkan, atau menetapkan penggunaan akad-akad tertentu, ataupun
mensyaratkan dananya diperuntukkan bagi nasabah tertentu. Jadi bank memiliki kebebasan
penuh untuk menyalurkan dana URIA ini ke bisnis manapun yang diperkirakan
menguntungnkan.

Dari penerapan mudharabah mutlaqah ini dikembangkan produk tabungan dan deposito,
sehingga terdapat dua jenis penghimpunan dana, yaitu tabungan mudharabah dana deposito
mudharabah.
b)    Mudharabah Muqayyadah
* Mudharabah Muqayyadah on Balance Sheet Jenis mudharabah ini merupakan simpanan
khusus (Restricted Investment) dimana pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu
yang harus dipatuhi oleh pihak bank. Misalnya disyaratkan digunakan untuk bisnis tertentu, atau
disyaratkan digunakan dengan akad tertentu, atau disyaratkan digunakan untuk nasabah tertentu.
Mudharabah Muqayyadah of Balance sheet Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran dana
mudharabah langsung kepada pelaksana  usahanya, di mana bank bertindak sebagai perantara
(arranger) yang mempertemukan anatara pemilik dana dengan pelaksana usaha. Pemilik dana
dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus daipatuhi oleh bank dalam mencari bisnis
(pelaksana usaha).

b.    Penyaluran dana


Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syariah
terbagi ked lam empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu: 1)
Pembiayaan dengan prinsip jual-beli, 2) Pembiayaan dengan prinsip sewa, 3) Pembiayaan
dengan prinsip bagi hasil, 4)Pembiayaan dengan akad pelengkap
1)    Prinsip jual Beli (Ba'i)
Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau
benda (transfer of property). Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan menjadi bagian harga
atas barang yang dijual.
Transaksi jual-beli dapat dibedakan berdasarkan bentuk pembayarannya dan waktu penyerahan
barangnya, yakni sebagai berikut:
a)     Pembiayaan murabahah
Murabahah (al-bai bi tsaman ajil) lebih dikenal sebagai murabahah saja. Murabahah berasal dari
kata ribhu (keuntungan), adalah transaksi jual belil di mana bank menyebut jumlah
keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual
adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan (marjin)
Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual
dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama
berlakunya akad. Dalam perbankan murabahah selalu dilakukan dengan cara pembayran cicilan
(bi tsaman ajil, atau muajjal). Dalam transaksi ini barang diserahkan segera setelah akad,
sementara pembayaran dilakukan secara tangguh/cicilan.
b)    Pembiayaan Salam
Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan belum ada. Oleh karena
itu, barang diserahkan secara tangguh sementara pembayaran dilakukan secara tunai. Bank
bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai penjual. Sekilas transaksi ini mirip jual
beli ijon, namun dalam transaksi ini kuantitas, kualitas, harga, dan waktu penyerahan barang
harus ditentukan secara pasti.

Dalam praktik perbankan, ketika barang telah diserahkan kepad bank, maka bank akan
menjualnya kepada rekanan nasabah atau nasabah itu sendiri secara tunai atau secara cicilan.
Harga jual yang ditetapkan oleh bank adalah harga beli bank dari nasabah ditambah keuntungan.
Dalam hal ini bank menjualnya secara tunai biasanya disebut dengan pembiayaan talangan
(bridging financing). Sedangkan dalam hal bank menjualnya secara cicilan.
c)      Pembiayaan Istishna'
Produk istishna' menyerupai produk salam, tapi dalam istishna' pembayarannya dapat dilakukan
oleh bank dalam beberapa kali (termin) pembayaran. Skim istishna' dalam Bank Syariah
umumnya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi.
Ketentuan umum Pembiayaan Istishna' adalah spesifikasi barang pesanan harus jelas seperti
jenis, macam ukuran, mutu dan jumlahnya. Harga jual yang telah disepakati dicantumkan daam
akad Istishna' dan tidak boleh berubah selama berlakunya akad. Jika terjadi perubahan dari
kriteria pesanan dan terjadi perubahan harga setelah akad ditandatangani, seluruh biaya
tambahan tetap ditanggung nasabah.
2)    Prinsip Sewa (jarah)
Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama
saja dengan prinsip jual beli, tapi perbedaannya terletak pada objek transaksinnya. Bila pada
jual-beli objek transaksinya adalah barang pada ijarah objek transaksinya adalah jasa.
Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang disewakannya kepada nasabah.
Karena itu dalam perbankan syariah dikenal ijarah muntahhiyah bittamlik (sewa yang diikuti
dengan berpindahnya kepemilikan). Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian.
3)    Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)
Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil adalah sebagai berikut:
a)     Pembiayaan musyarakah
Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah musyarakah (syirkah atau syarikah). Transaksi
musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai
aset yang mereka miliki secara bersama-sama. Semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak
atau lebih di mana mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik
yang berwujud maupun yang tidak berwujud.

Secara spesifik bentuk kontribusi dari pihak yang bekerja sama dapat berupa dana, barang
perdagangan (trading asset), kewirausahaan (entrepreneurship), kepandaian (skill), kepemilikan
(property), peralatan (equipment), atau intangible asset (seperti hak paten atau goodwill),
kepercayaan atau reputasi (credit worthiness) dan barang-barang lainnya yang dapat dinilai
dengan uang. Dengan meragkum seluruh kombinasi dari bentuk kontribusi masing-masing pihak
dengan atau tanpa batasan waktu menjadikan produk ini sangat fleksibel.
b)    Pembiayaan Mudharabah
Secara spesifik terdapat bentuk musyarakah yang populer dalam produk perbankan syariah yaitu
mudharabah. Mudharabah adalah bentuk kerja sama anatara dua atau lebih pihak di mana
pemilik modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan.
Bentuk ini menegaskan kerja sama dalam paduan kontribusi 100% modal kas dari shahib al-maal
dan keahlian dari mudharib.
Transaksi jenis ini tidak mensyaratkan adanya wakil shahib al-maal dalam manajemn proyek.
Sebagai orang kepercayaan, mudharib harus bertindak hati-hati dan bertanggung jawab untuk
setiap kerugian yang terjadi akibat kelalaian. Sedangkan sebagai wakil shahib al-maal dia
diharapkan untuk mengelola modal dengan cara tertentu untuk menciptakan laba optimal.
Perbedaan yang essensial dari musyarakah dan mudharabah terletak pada besarnya kontribusi
atas manajemen dan keuangan atau salah satu di anatara itu. Dalam mudharabah, modal hanya
berasal dari satu pihak, sedangkan dalam musyarakah modal berasal dari dua pihak atau lebih.
Musyarakah dan dan mudharabah dalam literatur fiqih berbentuk perjanjian kepercayaan (uqud
al-amanah) yang menuntut tingkat kejujuran yang tinggi dan menjunjung keadilan. Karenanya
masing-masing pihak harus menjaga kejujuran untuk kepentingan bersama dan setiap usaha dari
masingn-masing pihak untuk melakukan kecurangan dan ketidakadilan pembagian pendapatan
betul-betul akan merusak ajaran islam.
7. Apa pengertian Ba’i  (jual beli), apa saja dasar Masru’iyah, apa saja bentuk-bentuk ba’i,
bagaimana berdasarkan alat tukar dan barang dan bagaimana sistem bagi hasil, jelaskan !
Jawab.
Jual beli dalam istilah fiqih disebut dengan al-bai’ - yang berarti menjual, mengganti, dan
menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Dalam bahasa Arab digunakan untuk pengertian
lawannya, yaitu kata asy-syira’ (beli).
Dasar Masyru'iyah
Jual-beli adalah aktifitas ekonomi yang hukumnya boleh berdasarkan kitabullah dan sunnah
rasul-Nya serta ijma' dari seluruh umat Islam.
1. Al-Quran
Di dalam ayat-ayat Al-Quran bertebaran banyak ayat tentang jual-beli. Salah satunya adalah
firman Allah SWT :
Dan Allah telah menghalalkan jual-beli dan telah mengharamkan riba. (QS. Al-Baqarah : 275)
2. As-Sunnah
Dari Ibnu Umar radhiyallahuanhu. bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Apabila dua orang
melakukan jual-beli, maka masing-masing orang mempunyai hak khiyar (memilih antara
membatalkan atau meneruskan jual-beli) selama mereka belum berpisah dan masih bersama;
atau selama salah seorang di antara keduanya tidak menemukan khiyar kepada yang lainnya. Jika
salah seorang menentukan khiyar pada yang lain, lalu mereka berjual-beli atas dasar itu, maka
jadilah jual-beli itu”. (HR. Muttafaq alaih)
Dari Rifa’ah Ibnu Rafi’ radhiyallahuanhu bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya: Pekerjaan
apakah yang paling baik?. Beliau bersabda: “Pekerjaan seseorang dengan tangannya dan setiap
jual-beli yang bersih”. (HR Al-Bazzar.)
Dari Abu Mas’ud Al-Anshary radhiyallahuanhu bahwa Rasulullah SAW melarang mengambil
uang penjualan anjing, uang hasil pelacuran dan uang upah dari perdukunan. (HR. Bukhari dan
Muslim)
3. Ijma'
Umat Islam sepanjang sejarah telah berijma' tentang halalnya jual-beli sebagai salah satu bentuk
mendapat rizki yang halal dan diberkahi.

Bentuk-Bentuk Ba’i (Jual Beli)


Dari berbagai tinjauan, Ba’i dapat dibagi menjadi beberapa bentuk: berikut
ini bentuk-bentuk ba’i:
1. Ditinjau dari sisi objek akad ba’i yang menjadi:
a. Tukar menukar uang dengan barang, ini bentuk ba’i berdasarkan konotasinya,
misalnya: tukar menukar mobil dengan rupiah.
b. Tukar menukar barang dengan barang, disebut juga dengan muqayadhah
(barter). Misalnya tukar menukar buku dengan jam.
c. Tukar menukar uang dengan uang, disebut juga dengan sharf, misalnya: tukar
menukar rupiah dengan real.
2. Ditinjau dari sisi waktu serah terima, ba’i dibagi menjadi empat bentuk:
a. Barang dan uang serah terima dengan tunai, ini bentuk asal ba’i
b. Uang dibayar dimuka dan barang menyusul pada waktu yang disepakati, ini
dinamakan salam
c. barang yang diterima dimuka dan uang menyusul, disebut ba’i ajal (jual beli
tidak tunai). Misalnya jual beli kredit.
d. barang dan uang tidak tunai di sebut ba’i dain bi dain (jual beli utang dengan
utang)
3. Ditinjau dari cara menetapkan harga, ba’i dibagi menjadi:
a. Ba’i Musawamah (jual beli dengan tawar menawar), yaitu jual beli dimana pihak penjual tidak
menyebutkan harga pokok barang, akan tetapi menetapkan harga pokok barang, akan tetapi
menetapkan harga tertentu dan membuka peluang untuk ditawar, ini bentuk asal ba’i
b. Ba’i Amanah, yaitu jual beli dimana pihak penjual menyebutkan harga pokok barang lalu
menyebutkan harga jual barang tersebut, Ba’i jenis ini terbagi lagi menjadi tiga bagian:
1.) Ba’i Murabahah, yaitu pihak penjual menyebutkan harga pokok barang dan laba, misalnya:
pihak penjual mengatakan,’’ barang ini saya beli dengan harga Rp 10.000,- dan saya jual dengan
harga Rp 11.000,- atau saya jual dengan laba 10% dari modal.
2.) Ba’i al-Wadh’iyyah, yaitu pihak penjual menyebutkan harga pokok barang atau menjual
barang tersebut dibawah harga pokok. Misalnya, penjual berkata,” barang ini saya beli dengan
harga Rp 10.000.- dan akan saya jual dengan harga Rp 9000.- atau saya potong 10% dari harga
pokok.”
3.) Ba’i Tauliyah, yaitu penjual menyebutkan harga pokok dan menjualnya dengan harga
tersebut. Misalnya penjual berkata, “Barang ibu saya beli dengan harga Rp 10.000,- dan saya jual
sama dengan harga pokok.

tukar menukar barang sejenis harus dilakukan secara tunai dan dalam jumlah atau takaran yang
sama. Sedangkan jika barang yang ditukarkan berbeda jenis maka takarannya boleh asalkan
transaksinya tetap tunai.

Sistem bagi hasil merupakan salah satu bentuk perjanjian yang dilakukan oleh pengusaha atau
manajer modal dengan investor untuk mendapatkan keuntungan. Kedua belah pihak terikat
kontrak kerja sama dalam suatu bisnis yang jika mendapatkan laba maka akan dilakukan
pembagian.

UAS
1.Jelaskan oleh anda pasar uang, jual beli saham, dan trading valas dalam pandangan islam serta
peranan perbankan syariah dalam perekonomian !
Jawab.
Pasar Uang :
Pasar uang adalah tempat pertemuan antara pemberi dana dengan calon konsumen. Pertemuan
ini bisa dilakukan secara langsung atau melalui perantara. Pasar uang muncul karena ada
transaksi permintaan atau penawaran terhadap sejumlah dana atau surat-surat berharga jangka
pendek umumnya di bawah 270 hari.
Islam memandang uang hanyalah sebagai alat tukar, bukan sebagai komoditas atau barang
dagangan. Maka, motif permintaan terhadap uang adalah untuk memenuhi kebutuhan transaksi,
bukan untuk spekulasi atau trading. Islam tidak mengenal spekulasi karena pada hakikatnya uang
adalah milik Allah swt.
Dalam pandangan islam, uang adalah flow concept sehingga harus selalu berputar dalam
perekonomian agar akan semakin tinggi tingkat pendapatan masyarakat dan perekonomian pun
akan semakin baik.
Jual Beli Saham :
Saham merupakan bentuk instrumen bisnis yang diperbolehkan dalam pandangan hukum Islam
selama memenuhi syarat. Salah satunya yaitu saham yang diperdagangkan tidak berasal dari
perusahaan yang bergerak di bidang usaha haram.
Trading Valas :
Pasar valuta asing atau disingkat valas merupakan suatu jenis perdagangan atau transaksi yang
memperdagangkan mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lainnya yang melibatkan
pasar-pasar uang utama di dunia selama 24 jam secara berkesinambungan.
Sebuah transaksi jual beli apapun termasuk valuta asing diperbolehkan apabila barang yang
diperjualbelikan bukanlah barang yang haram. Selain itu, tidak ada unsur menipu,
menyembunyikan yang cacat, serta tidak mengandung unsur judi atau spekulatif.
Peran perbankan syariah sangat penting bagi perekonomian saat ini. Secara umum fungsi
perbankan syariah sama dengan perbankan konvensional yaitu sebagai sektor keuangan perantara
dan sektor riil. Sektor perbankan berperan dalam stabilitas dan tingkat pertumbuhan uang
beredar dalam perekonomian.

2.Jelaskan pemahaman anda tentang riba dan bunga, bagaimana kaitan dengan operasional
perbankan syariah dan bagaimana respon masyarakat dengan adanya perbankan syariah
beroperasi !
Jawab :
Riba adalah penambahan pendapatan secara tidak sah (batil) antara lain dalam transaksi
pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahan (fadhl),
atau dalam transaksi pinjam meminjam yang mempersyaratkan nasabah penerima fasilitas
mengembalikan dana yang diterima melebihi pokok pinjaman karena berjalannya waktu
(nasi’ah).
perbankan syariah di Indonesia melarang adanya riba, karena riba bertentangan dengan ajaran
Islam, sedangkan bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha dengan prinsip
Islam (prinsip syariah) dan tidak boleh bertentangan dengan prinsip syariah. Selain itu,
perbankan syariah dalam menjalankan kegiatannya tetap berpegang pada prinsip syariah secara
menyeluruh (kaffah) dan konsisten (istiqamah).
Respon masyarakat begitu antusias terhadap perbankan syariah. ada beberapa masyarakat anti
dengan riba, dengan adanya bank syariah bisa menjadi alternatif bagi masyarakat untuk
menabung ataupun melakukan kegiatan yang berhubungan dengan perbankan tetapi
menggunakan sistem syariah.
Penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam merupakan pasar potensial bagi pengem-
bangan bank syariah di Indonesia. Pengembangan sistem perbankan syariah ditujukan untuk
men- dukung pembangunan nasional utamanya perluasan lapangan kerja dan penguatan struktur
industri/dunia usaha nasional. Dalam kaitan ini maka industri perbankan syariah menciptakan
segmen pasar yang lebih fokus untuk dilayani, misalnya segmen UMKM.

3.Sebutkan dan jelaskan jenis perinsip keuangan syariah yang diimplementasikan pada bank
syariah dan apakah perbankan syariah sudah memenuhi standar keuangan yang berprinsip
syariah, jelaskan !
Jawab.
Prinsip-Prinsip Islam dalam Transaksi Keuangan Syariah
1. Mudharabah
Adalah akad kerja sama antara shahibul maal (pemilik modal) dan mudharib (pengelola dana)
yang pembagian keuntungannya berdasarkan bagi hasil menurut kesepakatan awal.
Apabila usaha yang dijalankan mengalami kerugian, seluruh kerugian ditanggung shahibul maal,
kecuali ditemukan adanya kelalaian atau kesalahan yang diperbuat mudharib, seperti
penyelewengan, kecurangan, dan penyalahgunaan dana. Prinsip mudharabah dibagi menjadi dua,
yakni mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayyadah.
2. Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerja sama di antara dua atau lebih shahibul maal untuk mendirikan
usaha bersama dan bersama-sama mengelolanya. Perihal keuntungan dibagi sesuai kesepakatan,
sedangkan kerugiannya ditanggung menurut kontribusi modal masing-masing. Jenis-jenisnya ada
empat, yakni Syirkah Mufawadhah, Syirkah ‘inan, Syirkah a’mal, dan Syirkah Wujuh.
3. Wadiah
Adalah titipan murni dari satu pihak ke pihak lain. Prinsip wadiah digolongkan menjadi dua
macam, yakni Wadiah Yad Amanah dan Wadiah Yad dhamanah. Keduanya berbeda: Wadiah
Yad Amanah bisa diartikan si penerima wadiah tidak bertanggung jawab jika ada kehilangan dan
kerusakan pada wadiah yang bukan disebabkan kelalaian atau kecerobohan penerima wadiah.
Sementara dalam Wadiah Yad dhamanah, si penerima wadiah boleh menggunakan wadiah atas
seizin pemiliknya dengan syarat dapat mengembalikan wadiah secara utuh kepada pemiliknya.
4. Murabahah
Murabahah berarti akad jual beli yang melibatkan bank dengan nasabah yang disepakati kedua
belah pihak.
5. Salam
Adalah transaksi jual beli suatu barang tertentu antara pihak penjual dan pembeli dengan harga
yang terdiri atas harga pokok barang dan keuntungan yang ditambahkannya telah disepakati
bersama.
6. Istishna
Bisa diartikan sebagai transaksi jual beli yang hampir sama dengan prinsip salam, yakni jual beli
dan penyerahan yang dilakukan kemudian, sedangkan penyerahan uangnya bisa dicicil atau
ditangguhkan.
7. Ijarah
Prinsip ijarah merupakan akad pemindahan hak guna barang atau jasa dengan pembayaran upah
sewa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan.
8. Qardh
Prinsip yang satu ini merupakan perjanjian pinjam-meminjam uang atau barang yang dilakukan
tanpa ada orientasi keuntungan. Namun, pihak bank sebagai pemberi pinjaman boleh meminta
ganti biaya yang diperlukan dalam kontrak Qardh.
9. Hawalah/Hiwalah
Prinsip hawalah diartikan sebagai pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain
yang wajib menanggungnya.
10. Wakalah
Prinsip wakalah timbul karena salah satu pihak memberikan suatu objek perikatan yang
berbentuk jasa atau dapat juga disebut sebagai meminjamkan dirinya untuk melakukan sesuatu
atas nama diri pihak lain
Perbankan Syariah di Indonesia dinilai masih belum sepenuhnya menjalankan prinsip Islam.
Perbankan tersebut justru sebaliknya menganut prinsip ekonomi kapitalis yang berlomba-lomba
mendapatkan keuntungan yang besar.
Perbankan Syariah belum memberikan keuntungan atau menyejahterakan nasabahnya seperti
yang disyariatkan dalam prinsip ekonomi Islam tapi sebaliknya mengejar keuntungan sendiri
bahkan melakukan praktik riba

4.Menurut anda, apakah perbankan syariah sudah memenuhi prinsip-prinsip keuangan syariah,
jelaskan dan sebutkan serta uraikan tiga jenis prinsip dalam jasa perbankan syariah. Bagaimana
operasionalnya !
Jawab.

Perbankan Syariah di Indonesia dinilai masih belum sepenuhnya menjalankan prinsip Islam.
Perbankan tersebut justru sebaliknya menganut prinsip ekonomi kapitalis yang berlomba-lomba
mendapatkan keuntungan yang besar.
Perbankan Syariah belum memberikan keuntungan atau menyejahterakan nasabahnya seperti
yang disyariatkan dalam prinsip ekonomi Islam tapi sebaliknya mengejar keuntungan sendiri
bahkan melakukan praktik riba
Prinsip Mudharabah
Perjanjian antara dua pihak dimana pihak pertama sebagai pemilik dana (sahibul maal) dan pihak
kedua sebagai pengelola dana (mudharib) untuk mengelola suatu kegiatan ekonomi dengan
menyepakati nisbah bagi hasil atas keuntungan yang akan diperoleh, sedangkan kerugian yang
timbul adalah risiko pemilik dana kecuali mudharib melakukan kesalahan yang disengaja, lalai
atau menyalahi perjanjian. Berdasarkan kewenangan yang diberikan
kepada mudharib maka mudharabah dibedakan menjadi : 
Mudharabah mutlaqah, dimana mudharib diberikan kewenangan sepenuhnya untuk menentukan
pilihan investasi yang dikehendaki,
Mudharabah muqayyaddah, dimana arahan investasi ditentukan oleh pemilik dana
sedangkan mudharib bertindak sebagai pelaksana/pengelola.
Prinsip Musyarakah Perjanjian antara pihak-pihak untuk menyertakan modal dalam suatu
kegiatan ekonomi dengan pembagian keuntungan atau kerugian sesuai nisbah yang disepakati.
Musyarakah dapat bersifat tetap atau bersifat temporer dengan penurunan secara periodik atau
sekaligus diakhir masa proyek.
Prinsip Wadi’ah Adalah titipan dimana pihak pertama menitipkan dana atau benda kepada pihak
kedua selaku penerima titipan dengan konsekuensi titipan tersebut sewaktu-waktu dapat diambil
kembali, dimana penitip dapat dikenakan biaya penitipan.Berdasarkan kewenangan yang
diberikan maka wadiah dibedakan menjadi : 
Wadi’ah yad dhamanah, yang berarti penerima titipan berhak mempergunakan dana/barang
titipan untuk didayagunakan tanpa ada kewajiban penerima titipan untuk memberikan imbalan
kepada penitip dengan tetap pada kesepakatan dapat diambil setiap saat diperlukan, contoh Giro,
Tabungan, Deposito.
Wadi’ah Amanah tidak memberikan kewenangan kepada penerima titipan untuk
mendayagunakan barang/dana yang dititipkan, contoh Safe Deposite Box (SDB).

5.Apa kritik dan saran anda terhadap operasional bank syariah, dan bagaimana usul anda untuk
meningkatkan kinerja dan kemajuan bank syariah !
Jawab.
Kesuksesan perbankan syariah masih harus terus diperjuangkan oleh seluruh stakeholder
perbankan syariah. Eksplorasi, inovasi dan kreasi pengembangan perbankan syariah harus
dilakukan dengan strategi tepat guna.
Adapun usul saya untuk meningkatkan kinerja dan kemajuan bank syariah adalah :

Pertama, kegagalan menarik simpati masyarakat. Dengan asset 195 juta jiwa penduduk muslim,
seharusnya perbankan syariah bisa menjadi pasar potensial dan bahkan bisa menjadi pilihan
utama masyarakat negeri ini.
Namun faktanya tak begitu banyak masyarakat yang kenal perbankan syariah, apalagi menjadi
nasabahnya. Disinilah dibutuhkan dana sosialisasi perbankan syariah yang cukup besar agar
image perbankan syariah terbangun dengan baik di masyarakat. Coba bayangkan, dana promosi
perbankan syariah nasional hanya sebesar 0,2% dari total dana promosi perbankan konvensional.
Sungguh sangat jauh perbedaannya.
Selain dana, target sosialisasi juga harus lebih focus, terutama kepada stakeholder tidak langsung
dari perbankan syariah seperti masyarakat umum, akademisi, mahasiswa, pelajar, tokoh
masyarakat dan ulama.
Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terkait fungsi, kemanfaatan,
peran danpositioning perbankan syariah nasional.

Anda mungkin juga menyukai