Fifi Maghfiroh-33010180036
Fifi Maghfiroh-33010180036
NIM : 33010180036
Kelas : HKI D
KELUARGA BERENCANA
a. Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan menekan laju
pertumbuhan penduduk (LPP).
c. Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Normal Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas.
➢ Pil, berupa tablet yang berisi progrestin yang bekerja dalam tubuh wanita untuk mencegah
terjadinya ovulasi dan melakukan perubahan pada endometrium.
➢ Suntikan, yaitu menginjeksikan cairan kedalam tubuh. Cara kerjanya yaitu menghalangi
ovulasi, menipiskan endometrin sehingga nidasi tidak mungkin terjadi dan memekatkan
lendir serlak sehingga memperlambat perjalanan sperma melalui canalis servikalis.
➢ Susuk KB, levermergostrel. Terdiri dari enam kapsul yang diinsersikan dibawah kulit
lengan bagian dalam kira-kira sampai 10 cm dari lipatan siku. Cara kerjanya sama dengan
suntik.
➢ AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) terdiri atas lippiss loop (spiral) multi load terbuat
dari plastik harus dililit dengan tembaga tipis cara kerjanya ialah membuat lemahnya daya
sperma untuk membuahi sel telur wanita.
➢ Alat-alat kontrasepsi lainnya adalah kondom, diafragma, tablet vagmat, dan tisu yang
dimasukkan kedalam vagina. Disamping itu ada cara kontrasepsi yang bersifat tradisional
seperti jamuan, urut dsb.
An-Nisa’ ayat 9:
وليخششش الرين لى تسكىا هن خلفهن ذزية ضعافا خافىا عليهن فليتقىاهللا واليقىلىا سدي
Dari ayat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa petunjuk yang perlu dilaksanakan
dalam KB antara lain, menjaga kesehatan istri, mempertimbangkan kepentingan anak,
memperhitungkan biaya hidup rumah tangga. Cara KB yang Diperbolehkan dan yang
Dilarang oleh Islam
Ada beberapa macam cara pencegahan kehamilan yang diperbolehkan oleh syara’ antara
lain:
a. Pil,
b. Suntikan,
c. Spiral,
d. Kondom,
e. Diafragma,
f. Tablet vaginal ,
g. Tisue.
Cara ini diperbolehkan asal tidak membahayakan nyawa sang ibu. Dan cara ini dapat
dikategorikan kepada azl (mengeluarkan sperma diluar alat kelamin isteri) yang tidak
dipermasalahkan hukumnya. Sebagaimana hadits Nabi :
) فلن ينهها (زواه هسلن. م.كنا نعزل على عهد وسىل هللا ص
Kami dahulu dizaman Nabi SAW melakukan azl, tetapi beliau tidak
melarangnya.
Para ulama yang membolehkan KB sepakat bahwa Keluarga Berencana (KB) yang
dibolehkan syari`at adalah suatu usaha pengaturan/penjarangan kelahiran atau usaha
pencegahan kehamilan sementara atas kesepakatan suami-isteri karena situasi dan kondisi
tertentu untuk kepentingan (maslahat) keluarga.
Hukum KB secara prinsipil dapat diterima oleh Islam, bahkan KB dengan maksud
menciptakan keluarga sejahtera yang berkualitas dan melahirkan keturunan yang tangguh
sangat sejalan dengan tujuan syari`at Islam yaitu mewujudkan kemashlahatan bagi
umatnya. Selain itu, Kb juga memiliki sejumlah manfaat yang dapat mencegah timbulnya
kemudlaratan. Bila dilihat dari fungsi dan manfaat KB yang dapat melahirkan
kemaslahatan dan mencegah kemudlaratan maka tidak diragukan lagi kebolehan KB dalam
Islam
NIKAH KONTRAK/MUT’AH
Sejarah Nikah Mut’ah
Diawal era islam nikah mut’ah telah ada, adanya nikah mut’ah karena banyak
orang-orang tidak berada dinegerinya atau ditempat tinggalnya karena sedang dalam
peperangan ditempat yang jauh dan dalam perjalanan yang panjang.
Alasan kenapa ketika itu dibolehkan melaksanakan nikah mut’ah, karena ketika itu
dalam keadaan perang yang jauh dari istri, sehingga para sahabat yang ikut perang merasa
sangat berat. Dan lagi pada masa itu masih dalam masa peralihan dari kebiasaan zaman
jahiliyah. Jadi wajar jika Allah memberikan keringanan (rukhshah) bagi para sahabat
ketika itu.
Sedang perzinaan pada masa jahiliyah suatu hal yang biasa. Maka setelah islam
datang dan menyeru pada pengikutnya untuk pergi berperang. Karena jauhnya mereka dari
istri mereka adalah suatu penderitaan yang berat. Sebagian mereka ada yang kuat imannya
dan adapula yang sebagian tidak kuat imannya. Bagi yang lemah imannya akan mudah
untuk berbuat zina yang merupakan sebagai berbuatan yang keji dan terlarang. Dan bagi
yang kuat imannya berkeinginan untuk mengkebiri dan mengipotenkan kemaluannya.
Seperti apa yang dikatakan oleh Ibn Mas'ud :
أال نستخصى؟ فنهانا رسول هللا صام عن ذالك: كنا نغزوا مع رسول هللا صام وليس معنا نساء فقلنا: عن بن مسعود قال.
ورخص لنا ان ننكح المرأة الثوب إلى أجل.
Artinya :“Dari mas'ud berkata : waktu itu kami sedang perang bersama Rasulullah
SAW dan tidak bersama kami wanita, maka kami berkata : bolehkah kami mengkebiri
(kemaluan kami). Maka Raulullah SAW melarang kami melakukan itu. Dan Rasulullah
memberikan keringanan kepada kami untuk menikahi perempuan dengan mahar baju
sampai satu waktu”
Tetapi rukhshah yang diberikan Nabi kepada para sahabat hanya selama tiga hari
setelah itu Beliau melarangnya, seperti sabdanya :
ثم نهى عنها (رواه مسلم, ثالثة أيام, رخص رسول هللا صلى هللا عليه وسلم عام أوطاس فى المطعة: وعن سلمة بن األكوع قال
Artinya :“Dari Salamah bin Akwa' berkata : Rasulullah SAW memberikan
keringanan nikah muth'ah pada tahun authas (penaklukan kota Makah) selama 3 hari
kemudian beliau melarangnya” (HR Muslim).
Memang benar bahwa nikah mut’ah ini pernah dibolehkan ketika awal Islam, tapi
kemudian diharamkan, sebagaimana dinyatakan oleh al-Imam an-Nawawi dalam kitabnya
Syarh Shahih Muslim:
ث ُ َّم أ ُ ِبي َحتْ َي ْوم فَ ْتح َم َّكة َوه َُو، ث ُ َّم ُح ِ ِّر َمتْ َي ْوم َخ ْي َبر، َوكَانَتْ َح َال اال قَبْل َخ ْي َبر،اْل َبا َحة كَانَا َم َّرتَي ِْن ِ ْ ص َواب ْال ُم ْختَار أ َ َّن التَّحْ ِريم َو َّ َوال
َوا ْستَ َم َّر التَّحْ ِريم، ث ُ َّم ُح ِ ِّر َمتْ َي ْوم ِئ ٍذ َب ْعد ثَ َالثَة أَيَّام تَحْ ِري اما ُم َؤ َّبداا ِإلَى َي ْوم ْال ِق َيا َمة،صا ِل ِه َما
َ ِّ ت
ِ ال
ِ ،اسطَ و
ْ َ َي ْوم أ
“yang benar dalam masalah nikah mut’ah ini adalah bahwa pernah dibolehkan dan
kemudian diharamkan sebanyak dua kali; yakni dibolehkan sebelum perang Khaibar, tapi
kemudian diharamkan ketika perang Khaibar. Kemudian dibolehkan selama tiga hari
ketika fathu Makkah, atau hari perang Authas, kemudian setelah itu diharamkan untuk
selamanya sampai hari kiamat”.
Memang benar bahwa nikah mut’ah ini pernah dibolehkan ketika awal
Islam, tapi kemudian diharamkan, sebagaimana dinyatakan oleh al-Imam an-Nawawi
dalam kitabnya Syarh Shahih Muslim:
ث ُ َّم أ ُ ِبي َحتْ َي ْوم فَ ْتح َم َّكة َوه َُو، ث ُ َّم ُح ِ ِّر َمتْ َي ْوم َخ ْي َبر، َوكَانَتْ َح َال اال قَبْل َخ ْي َبر،اْل َبا َحة كَانَا َم َّرتَي ِْن
ِ ْ ص َواب ْال ُم ْختَار أ َ َّن التَّحْ ِريم َوَّ َوال
ْ َ َ َ َ ُ َ ِّ ِال ِت،َي ْوم أ َ ْوطاس
َوا ْستَ َم َّر التَّحْ ِريم، ث َّم ُح ِ ِّر َمتْ َي ْوم ِئ ٍذ َب ْعد ث َالثة أيَّام تَحْ ِري اما ُم َؤ َّبداا إِلى َي ْوم ال ِق َيا َمة،صا ِل ِه َما َ
“yang benar dalam masalah nikah mut’ah ini adalah bahwa pernah
dibolehkan dan kemudian diharamkan sebanyak dua kali; yakni dibolehkan sebelum
perang Khaibar, tapi kemudian diharamkan ketika perang Khaibar. Kemudian dibolehkan
selama tiga hari ketika fathu Makkah, atau hari perang Authas, kemudian setelah itu
diharamkan untuk selamanya sampai hari kiamat”.
Dasar Hukum
Al-Qur’an
َ فَ َم ِن ا ْبتَغَى َو َرا َء ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُ ُم ْالعَادُون. َغي ُْر َملُومِ ين
َ اج ِه ْم أ َ ْو َما َملَكَتْ أ َ ْي َمانُ ُه ْم فَإِ َّن ُه ْم
ِ علَى أ َ ْز َو ِ َوالَّذِينَ هُ ْم ِلفُ ُر
ُ ِوج ِه ْم َحاف
َ إِال. َظون
“Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri
mereka atau budak yang mereka miliki; Maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada
tercela. Barang siapa mencari yang di balik itu, maka mereka Itulah orang-orang yang
melampaui batas. (QS. Al-Ma’arij: 29-31)
Ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa Allah SWT telah mengharamkan
atas orang-orang mu’min segala macam kemaluan kecuali kemaluan yang telah Allah SWT
halalkan melalui akad pernikahan yang syar’i atau budak yang dimiliki. Sedangkan apabila
seseorang berada diatas seorang wanita secara mut’ah maka wanita tersebut bukanlah
istrinya yang sah karena tidak dinikahi.
Hadist
Pendapat Mazhab
Dari Madzhab Hanafi, Imam Syamsuddin Al-Sarkhasi (wafat 490 H) dalam kitabnya Al-
Mabsuth (V/152) mengatakan: “Nikah mut’ah ini bathil menurut madzhab kami. Demikian
pula Imam Ala Al Din Al-Kasani (wafat 587 H) dalam kitabnya Bada’i Al-Sana’i fi Tartib
Al-Syara’i (II/272) mengatakan, “Tidak boleh nikah yang bersifat sementara, yaitu nikah
mut’ah”
Dari Madzhab Maliki, Imam Ibnu Rusyd (wafat 595 H) dalam kitabnya Bidayatul Mujtahid
wa Nihayah Al-Muqtashid (IV/325 s.d 334) mengatakan, “hadits-hadits yang
mengharamkan nikah mut’ah mencapai peringkat mutawatir” Sementara itu Imam Malik
bin Anas (wafat 179 H) dalam kitabnya Al-Mudawanah Al-Kubra (II/130) mengatakan,
“Apabila seorang lelaki menikahi wanita dengan dibatasi waktu, maka nikahnya batil.”
Dari Madzhab Syafi’, Imam Syafi’i (wafat 204 H) dalam kitabnya Al-Umm (V/85)
mengatakan, “Nikah mut’ah yang dilarang itu adalah semua nikah yang dibatasi dengan
waktu, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, seperti ucapan seorang lelaki
kepada seorang perempuan, aku nikahi kamu selama satu hari, sepuluh hari atau satu
bulan.” Sementara itu Imam Nawawi (wafat 676 H) dalam kitabnya Al-Majmu’
(XVII/356) mengatakan, “Nikah mut’ah tidak diperbolehkan, karena pernikahan itu pada
dasarnya adalah suatu aqad yang bersifat mutlaq, maka tidak sah apabila dibatasi dengan
waktu.”
Dari Madzhab Hambali, Imam Ibnu Qudamah (wafat 620 H) dalam kitabnya Al-Mughni
(X/46) mengatakan, “Nikah Mut’ah ini adalah nikah yang bathil.” Ibnu Qudamah juga
menukil pendapat Imam Ahmad bin Hambal (wafat 242 H) yang menegaskan bahwa nikah
mut’ah adalah haram.
Adanya perbedaan dalam kawin kontrak yang sekarang di Indonesia dan nikah mut’ah
karena:
Adanya nikah mut’ah karena dahulu masih zaman jahiliah sehingga orang masih awam
dalam masalah agama, sedangkan sekarang masyarakat sudah pintar dan beragama
Dahulu adanya nikah mut’ah karena perang fisabilillah. Sekarang hanya untuk bersenang-
senang
Dan sekarang seharusnya kawin kontrak ini dihapuskan karena sudah ada dalil yang
menasakh adanya hukum nikah mut’ah tersebut. Sedangkan dahulu belum ada dalil yang
menasakhnya.
Persamaan dengan kawin kontrak
Persamaanya nikah mut’ah dengan kawin kontrak yaitu mengawini perempuan untuk
beberapa waktu saja.
Dasar Hukum
1. Al-Qur’an
Al-Baqarah 221
ت َحتَّى يُؤْ مِ َّن َوأل َمةٌ ُمؤْ مِ َنةٌ َخي ٌْر مِ ْن ُم ْش ِر َك ٍة َولَ ْو أ َ ْع َج َب ْت ُك ْم َوال ت ُ ْن ِك ُحوا ْال ُم ْش ِركِينَ َحتَّى يُؤْ مِ نُوا َولَعَ ْبدٌ ُمؤْ مِ ٌن ِ َوال تَ ْن ِك ُحوا ْال ُم ْش ِركَا
ِ َّللاُ َيدْعُو ِإلَى ْال َج َّن ِة َو ْال َم ْغف َِرةِ ِبإِذْ ِن ِه َويُ َب ِِّي ُن آ َيا ِت ِه لِل َّن
َاس لَ َعلَّ ُه ْم َيتَذَ َّك ُرون ِ َخي ٌْر مِ ْن ُم ْش ِركٍ َولَ ْو أ َ ْع َج َب ُك ْم أُولَئِكَ َيدْعُونَ ِإلَى ال َّن
َّ ار َو
Artinya: Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum
mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita
musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang
musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak
yang mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka
mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya
mereka mengambil pelajaran.
• Al-Maidah 5
َ ْت َو ْال ُمح
َصنَاتُ مِ نَ الَّذِين ِ صنَاتُ مِ نَ ْال ُمؤْ مِ نَا
َ ْط َعا ُم ُك ْم حِ ل َل ُه ْم َو ْال ُمح َ ط َعا ُم ا َّلذِينَ أُوتُوا ْال ِكت
َ َاب حِ ل لَ ُك ْم َو َ الط ِِّي َباتُ َوَّ ْال َي ْو َم أُحِ َّل لَ ُك ُم
ُ
ع َملهُ َوه َُو َ ُ ْ
ِ َان َو َم ْن َيكف ْر ِباْلي َم
َ ان فَقَدْ َح ِبط َ َّ
ٍ سافِحِ ينَ َوال ُمتخِ ذِي أ ْخد َ غي َْر ُم
َ َصنِين ِ ْوره َُّن ُمح ُ ُ َ أُوتُوا ْال ِكت
َ َاب مِ ْن قَ ْب ِلك ْم إِذَا آتَ ْيت ُ ُموه َُّن أ ُج
َفِي اآلخِ َرةِ مِ نَ ْالخَاس ِِرين
Artinya: Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan
(sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal
pula bagi mereka. (Dan dihalalkan mengawini) wanita-wanita yang menjaga kehormatan
di antara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di
antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar
maskawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak
(pula) menjadikannya gundik-gundik. Barang siapa yang kafir sesudah beriman (tidak
menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari akhirat termasuk
orang-orang merugi.
2.KHI
Dinyatakan dalam Bab IV pasal 44 tentang larangan perkawinan beda agama. Pasal
tersebut berbunyi “ Seorang wanita islam dilarang melangsungkan perkawinan dengan
seoarang pria yang tidak beragama islam”.
Pasal 40 dilarang melangsungkan perkawinan dikarenakan wanita tidak beragama
islam
3.UUP
Dalam UUP pasal 2 ayat 1 ini terdapat larangan perkawinan antara dua orang yang oleh
agamanya pun terdapat larangan, karena pernikahan itu dikatakan sah apabila
dilakukan menurut agama masing-masing.
2. bangsa Arab yang tidak memiliki kitab suci dan menyembah berhala.
3. semua perempuan yang menganut politheisme dalam segala bentuknya, baik Yahudi,
Kristen maupun Majusi.
2. Golongan yang memiliki kitab suci, mereka adalah orang-orang yang beragama
Yahudi dan Nasrani yang percaya kepada Kitab Taurat dan Injil.
Pernikahan Antara Pria Muslim Dengan Wanita Non-Muslim Dibolehkan dengan syarat :
2. Wanita Ahli Kitab tersebut nantinya mampu menjaga anak-anaknya kelak dari bahaya
fitnah
Diharamkan, baik menikah dengan pria Ahli Kitab maupun dengan seorang pria musyrik.
Mazhab Hanafi
Mazhab Syafi’i
Boleh menikahi wanita ahlul kitab (wanita-wanita Yahudi dan Nasrani keturunan
orang-orang bangsa Israel dan tidak termasuk bangsa lainnya, sekalipun termasuk penganut
Yahudi dan Nasrani).
Mazhab Hambali
Haram menikahi wanita-wanita musyrik, dan boleh menikahi wanita Yahudi dan
Narani.
Tidak membatasi yang termasuk ahlul kitab adalah Yahudi dan Nasrani dari Bangsa
Israel saja, tapi menyatakan bahwa wanita-wanita yang menganut Yahudi dan Nasrani
sejak saat Nabi Muhammad belum diutus menjadi Rasul.
Mazhab Maliki
Ada 2 pendapat :
2. Tidak makruh mutlak karena ayat tersebut tidak melarang secara mutlak.