Anda di halaman 1dari 11

Nama : Fifi Maghfiroh

NIM : 33010180036

Kelas : HKI D

Resume Masa’il Fiqhiyyah

KELUARGA BERENCANA

Pengertian Keluarga Berencana

Keluarga berencana menurut Undang-Undang no 10 tahun 1992 (tentang perkembangan


kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian dan
peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.

Tujuan Keluarga Berencana

a. Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan menekan laju
pertumbuhan penduduk (LPP).

b. Mengatur kehamilan, menunda kehamilan anak pertama dan menjarangkan kehamilan


setelah kelahiran anak pertama serta menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah
cukup.

c. Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Normal Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas.

Macam-macam Alat Kontrasepsi

➢ Pil, berupa tablet yang berisi progrestin yang bekerja dalam tubuh wanita untuk mencegah
terjadinya ovulasi dan melakukan perubahan pada endometrium.

➢ Suntikan, yaitu menginjeksikan cairan kedalam tubuh. Cara kerjanya yaitu menghalangi
ovulasi, menipiskan endometrin sehingga nidasi tidak mungkin terjadi dan memekatkan
lendir serlak sehingga memperlambat perjalanan sperma melalui canalis servikalis.

➢ Susuk KB, levermergostrel. Terdiri dari enam kapsul yang diinsersikan dibawah kulit
lengan bagian dalam kira-kira sampai 10 cm dari lipatan siku. Cara kerjanya sama dengan
suntik.
➢ AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) terdiri atas lippiss loop (spiral) multi load terbuat
dari plastik harus dililit dengan tembaga tipis cara kerjanya ialah membuat lemahnya daya
sperma untuk membuahi sel telur wanita.

➢ Alat-alat kontrasepsi lainnya adalah kondom, diafragma, tablet vagmat, dan tisu yang
dimasukkan kedalam vagina. Disamping itu ada cara kontrasepsi yang bersifat tradisional
seperti jamuan, urut dsb.

Pandangan Al-Qur’an Tentang Keluarga Berencana Surat

An-Nisa’ ayat 9:

 ‫وليخششش الرين لى تسكىا هن خلفهن ذزية ضعافا خافىا عليهن فليتقىاهللا واليقىلىا سدي‬

“Dan hendaklah takut pada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan


dibelakang mereka anak-anak yang lemah. Mereka khawatir terhadap kesejahteraan
mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar”.

Dari ayat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa petunjuk yang perlu dilaksanakan
dalam KB antara lain, menjaga kesehatan istri, mempertimbangkan kepentingan anak,
memperhitungkan biaya hidup rumah tangga. Cara KB yang Diperbolehkan dan yang
Dilarang oleh Islam

Cara yang diperbolehkan

Ada beberapa macam cara pencegahan kehamilan yang diperbolehkan oleh syara’ antara
lain:

a. Pil,

b. Suntikan,

c. Spiral,

d. Kondom,

e. Diafragma,

f. Tablet vaginal ,

g. Tisue.
Cara ini diperbolehkan asal tidak membahayakan nyawa sang ibu. Dan cara ini dapat
dikategorikan kepada azl (mengeluarkan sperma diluar alat kelamin isteri) yang tidak
dipermasalahkan hukumnya. Sebagaimana hadits Nabi :

)‫ فلن ينهها (زواه هسلن‬.‫ م‬.‫كنا نعزل على عهد وسىل هللا ص‬

Kami dahulu dizaman Nabi SAW melakukan azl, tetapi beliau tidak
melarangnya.

Keluarga Berencana diperbolehkan dengan alasan-alasan tertentu, misalnya untuk


menjaga kesehatan ibu, mengatur jarak di antara dua kelahiran, untuk menjaga keselamatan
jiwa dan kesehatan.

Para ulama yang membolehkan KB sepakat bahwa Keluarga Berencana (KB) yang
dibolehkan syari`at adalah suatu usaha pengaturan/penjarangan kelahiran atau usaha
pencegahan kehamilan sementara atas kesepakatan suami-isteri karena situasi dan kondisi
tertentu untuk kepentingan (maslahat) keluarga.

Hukum KB secara prinsipil dapat diterima oleh Islam, bahkan KB dengan maksud
menciptakan keluarga sejahtera yang berkualitas dan melahirkan keturunan yang tangguh
sangat sejalan dengan tujuan syari`at Islam yaitu mewujudkan kemashlahatan bagi
umatnya. Selain itu, Kb juga memiliki sejumlah manfaat yang dapat mencegah timbulnya
kemudlaratan. Bila dilihat dari fungsi dan manfaat KB yang dapat melahirkan
kemaslahatan dan mencegah kemudlaratan maka tidak diragukan lagi kebolehan KB dalam
Islam

NIKAH KONTRAK/MUT’AH
Sejarah Nikah Mut’ah
Diawal era islam nikah mut’ah telah ada, adanya nikah mut’ah karena banyak
orang-orang tidak berada dinegerinya atau ditempat tinggalnya karena sedang dalam
peperangan ditempat yang jauh dan dalam perjalanan yang panjang.
Alasan kenapa ketika itu dibolehkan melaksanakan nikah mut’ah, karena ketika itu
dalam keadaan perang yang jauh dari istri, sehingga para sahabat yang ikut perang merasa
sangat berat. Dan lagi pada masa itu masih dalam masa peralihan dari kebiasaan zaman
jahiliyah. Jadi wajar jika Allah memberikan keringanan (rukhshah) bagi para sahabat
ketika itu.
Sedang perzinaan pada masa jahiliyah suatu hal yang biasa. Maka setelah islam
datang dan menyeru pada pengikutnya untuk pergi berperang. Karena jauhnya mereka dari
istri mereka adalah suatu penderitaan yang berat. Sebagian mereka ada yang kuat imannya
dan adapula yang sebagian tidak kuat imannya. Bagi yang lemah imannya akan mudah
untuk berbuat zina yang merupakan sebagai berbuatan yang keji dan terlarang. Dan bagi
yang kuat imannya berkeinginan untuk mengkebiri dan mengipotenkan kemaluannya.
Seperti apa yang dikatakan oleh Ibn Mas'ud :
‫ أال نستخصى؟ فنهانا رسول هللا صام عن ذالك‬: ‫ كنا نغزوا مع رسول هللا صام وليس معنا نساء فقلنا‬: ‫عن بن مسعود قال‬.
‫ورخص لنا ان ننكح المرأة الثوب إلى أجل‬.
Artinya :“Dari mas'ud berkata : waktu itu kami sedang perang bersama Rasulullah
SAW dan tidak bersama kami wanita, maka kami berkata : bolehkah kami mengkebiri
(kemaluan kami). Maka Raulullah SAW melarang kami melakukan itu. Dan Rasulullah
memberikan keringanan kepada kami untuk menikahi perempuan dengan mahar baju
sampai satu waktu”
Tetapi rukhshah yang diberikan Nabi kepada para sahabat hanya selama tiga hari
setelah itu Beliau melarangnya, seperti sabdanya :
‫ ثم نهى عنها (رواه مسلم‬,‫ ثالثة أيام‬,‫ رخص رسول هللا صلى هللا عليه وسلم عام أوطاس فى المطعة‬: ‫وعن سلمة بن األكوع قال‬
Artinya :“Dari Salamah bin Akwa' berkata : Rasulullah SAW memberikan
keringanan nikah muth'ah pada tahun authas (penaklukan kota Makah) selama 3 hari
kemudian beliau melarangnya” (HR Muslim).
Memang benar bahwa nikah mut’ah ini pernah dibolehkan ketika awal Islam, tapi
kemudian diharamkan, sebagaimana dinyatakan oleh al-Imam an-Nawawi dalam kitabnya
Syarh Shahih Muslim:
‫ ث ُ َّم أ ُ ِبي َحتْ َي ْوم فَ ْتح َم َّكة َوه َُو‬،‫ ث ُ َّم ُح ِ ِّر َمتْ َي ْوم َخ ْي َبر‬، ‫ َوكَانَتْ َح َال اال قَبْل َخ ْي َبر‬،‫اْل َبا َحة كَانَا َم َّرتَي ِْن‬ ِ ْ ‫ص َواب ْال ُم ْختَار أ َ َّن التَّحْ ِريم َو‬ َّ ‫َوال‬
‫ َوا ْستَ َم َّر التَّحْ ِريم‬،‫ ث ُ َّم ُح ِ ِّر َمتْ َي ْوم ِئ ٍذ َب ْعد ثَ َالثَة أَيَّام تَحْ ِري اما ُم َؤ َّبداا ِإلَى َي ْوم ْال ِق َيا َمة‬،‫صا ِل ِه َما‬
َ ِّ ‫ت‬
ِ ‫ال‬
ِ ،‫اس‬‫ط‬َ ‫و‬
ْ َ ‫َي ْوم أ‬
“yang benar dalam masalah nikah mut’ah ini adalah bahwa pernah dibolehkan dan
kemudian diharamkan sebanyak dua kali; yakni dibolehkan sebelum perang Khaibar, tapi
kemudian diharamkan ketika perang Khaibar. Kemudian dibolehkan selama tiga hari
ketika fathu Makkah, atau hari perang Authas, kemudian setelah itu diharamkan untuk
selamanya sampai hari kiamat”.
Memang benar bahwa nikah mut’ah ini pernah dibolehkan ketika awal
Islam, tapi kemudian diharamkan, sebagaimana dinyatakan oleh al-Imam an-Nawawi
dalam kitabnya Syarh Shahih Muslim:
‫ ث ُ َّم أ ُ ِبي َحتْ َي ْوم فَ ْتح َم َّكة َوه َُو‬،‫ ث ُ َّم ُح ِ ِّر َمتْ َي ْوم َخ ْي َبر‬، ‫ َوكَانَتْ َح َال اال قَبْل َخ ْي َبر‬،‫اْل َبا َحة كَانَا َم َّرتَي ِْن‬
ِ ْ ‫ص َواب ْال ُم ْختَار أ َ َّن التَّحْ ِريم َو‬َّ ‫َوال‬
ْ َ َ َ َ ُ َ ِّ‫ ِال ِت‬،‫َي ْوم أ َ ْوطاس‬
‫ َوا ْستَ َم َّر التَّحْ ِريم‬،‫ ث َّم ُح ِ ِّر َمتْ َي ْوم ِئ ٍذ َب ْعد ث َالثة أيَّام تَحْ ِري اما ُم َؤ َّبداا إِلى َي ْوم ال ِق َيا َمة‬،‫صا ِل ِه َما‬ َ
“yang benar dalam masalah nikah mut’ah ini adalah bahwa pernah
dibolehkan dan kemudian diharamkan sebanyak dua kali; yakni dibolehkan sebelum
perang Khaibar, tapi kemudian diharamkan ketika perang Khaibar. Kemudian dibolehkan
selama tiga hari ketika fathu Makkah, atau hari perang Authas, kemudian setelah itu
diharamkan untuk selamanya sampai hari kiamat”.

Pengertian Kawin Kontrak


Istilah nikah mut`ãh berasal dari bahasa Arab, perkataan
nikah mut`ãh dalam kajian fiqh Islam merupakan penggabungan dua buah kata, yakni
kata "nikah" dan kata " mut`ãh". Sedangkan kata mut’ah berasal dari kata " "َ‫ ُم ْتعَة‬,‫ يُ َم ِت ُع‬,‫َم َمتَ َع‬
yang memiliki makna kenikmatan. Dalam fiqih Sunnah Kawin Mut’ah yaitu kawin
sementara, atau kawin terputus, oleh karena laki-laki yang mengawini perempuannya itu
untuk sehari atau seminggu atau sebulan. Dinamakan kawin Mut’ah karena laki-lakinya
bermaksud untuk bersenang-senang sementara waktu saja.
Menurut istilah fikih, nikah mut’ah atau kawin kontrak adalah seorang laki-
laki menikahi seorang perempuan, dengan memberikan sejumlah harta tertentu, dalam
waktu tertentu, pernikahan ini akan berakhir sesuai dengan batas waktu yang telah
ditetapkan, tanpa talak, tanpa kewajiban memberi nafkah maupun tempat tinggal dan tanpa
adanya saling mewarisi antara keduanya, jika salah satu dari keduanya mati sebelum
berakhirnya nikah mut’ah itu.
Kawin kontrak atau nikah mut’ah adalah nikah kontrak dalam jangka waktu
tertentu, sehingga apabila waktunya telah habis maka dengan sendirinya nikah tersebut
bubar tanpa adanya talak.

Dasar Hukum

Al-Qur’an
َ‫ فَ َم ِن ا ْبتَغَى َو َرا َء ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُ ُم ْالعَادُون‬. َ‫غي ُْر َملُومِ ين‬
َ ‫اج ِه ْم أ َ ْو َما َملَكَتْ أ َ ْي َمانُ ُه ْم فَإِ َّن ُه ْم‬
ِ ‫علَى أ َ ْز َو‬ ِ ‫َوالَّذِينَ هُ ْم ِلفُ ُر‬
ُ ِ‫وج ِه ْم َحاف‬
َ ‫ إِال‬. َ‫ظون‬
“Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri
mereka atau budak yang mereka miliki; Maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada
tercela. Barang siapa mencari yang di balik itu, maka mereka Itulah orang-orang yang
melampaui batas. (QS. Al-Ma’arij: 29-31)
Ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa Allah SWT telah mengharamkan
atas orang-orang mu’min segala macam kemaluan kecuali kemaluan yang telah Allah SWT
halalkan melalui akad pernikahan yang syar’i atau budak yang dimiliki. Sedangkan apabila
seseorang berada diatas seorang wanita secara mut’ah maka wanita tersebut bukanlah
istrinya yang sah karena tidak dinikahi.

Hadist

 al-Imam an-Nawawi dalam kitabnya Syarh Shahih Muslim:


‫ ث ُ َّم أ ُ ِبي َحتْ َي ْوم فَ ْتح َم َّكة َوه َُو‬،‫ ث ُ َّم ُح ِ ِّر َمتْ َي ْوم َخ ْي َبر‬، ‫ َوكَانَتْ َح َال اال قَبْل َخ ْي َبر‬،‫اْل َبا َحة كَانَا َم َّرتَي ِْن‬ِ ْ ‫ص َواب ْال ُم ْختَار أ َ َّن التَّحْ ِريم َو‬ َّ ‫َوال‬
ْ َ ُ
‫ َوا ْستَ َم َّر التَّحْ ِريم‬،‫ ث َّم ُح ِ ِّر َمتْ َي ْوم ِئ ٍذ َب ْعد ثَ َالثَة أيَّام تَحْ ِري اما ُم َؤ َّبداا إِلَى َي ْوم ال ِق َيا َمة‬،‫صا ِل ِه َما‬ َ ‫َي ْوم أ َ ْو‬
َ ِّ‫ ِال ِت‬،‫طاس‬
 Artinya: “Yang benar dalam masalah nikah mut’ah ini adalah bahwa pernah dibolehkan
dan kemudian diharamkan sebanyak dua kali; yakni dibolehkan sebelum perang Khaibar,
tapi kemudian diharamkan ketika perang Khaibar. Kemudian dibolehkan selama tiga hari
ketika fathu Makkah, atau hari perang Authas, kemudian setelah itu diharamkan untuk
selamanya sampai hari kiamat”.
َ ‫اس فِي ْال ُم ْتعَ ِة ثَ َالثاا ث ُ َّم َن َهى‬
‫ع ْن َها‬ ٍ ‫ط‬َ ‫ام أ َ ْو‬
َ ‫ع‬َ ‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ ِ َّ ‫سو ُل‬
َ ‫َّللا‬ َ ‫ َر َّخ‬:َ‫سلَ َمةَ بن األكوع رضي هللا عنه قَال‬
ُ ‫ص َر‬ َ ‫ع ْن‬
َ
 “Diriwayatkan bahwa sahabat Salamah bin al-Akwa’ r.a. berkata: Rasulullah s.a.w.
memperbolehkan nikah mut’ah selama tiga hari pada tahun Authas (ketika ditundukkannya
Makkah, fathu Makkah) kemudian (setelah itu) melarangnya” HR. Muslim.
‫اس ِإ ِِّني قَدْ ُك ْنتُ أ َ ِذ ْنتُ لَ ُك ْم فِي‬ُ ‫سلَّ َم فَقَا َل َيا أ َ ُّي َها ال َّن‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ ِ َّ ‫سو ِل‬
َ ‫َّللا‬ ُّ ‫سب َْرة َ ْال ُج َه ِن‬
ُ ‫ي أ َ َّن أ َ َباهُ َحدَّثَهُ أ َ َّنهُ كَانَ َم َع َر‬ َ ‫عن َّر ِبي ُع ْب ُن‬
َ ‫س ِبيلَهُ َو َال تَأ ْ ُخذُوا مِ َّما آتَ ْيت ُ ُموه َُّن‬
‫ش ْيئاا‬ ِّ
‫ل‬
َ ِ ُ ٌ ْ ‫خ‬
َ ‫ي‬ ْ
‫ل‬ َ ‫ف‬ ‫ء‬ ‫ي‬ ‫ش‬
َ َّ
‫ن‬ ‫ه‬ ‫ن‬ْ ‫ه‬ ‫د‬‫ن‬ْ ‫ع‬ ‫ك‬ ‫ن‬ ْ ‫م‬َ ‫ف‬ ‫ة‬ ‫م‬ ‫ا‬‫ي‬ ‫ق‬ ْ
‫ال‬
ُ ِ‫َ َّ َ ِكَ ِ َ ْ ِ ِ َ َ ِ َ َانَ ِ َ ُ م‬ ‫م‬‫و‬ ‫ي‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬‫إ‬ ‫ل‬َ ‫ذ‬ ‫م‬ ‫ر‬‫ح‬ ْ ‫د‬َ ‫ق‬ َّ
‫َّللا‬
َ َّ
‫ن‬ ‫إ‬ ‫و‬ ‫س‬‫ن‬ِّ
ِ َ ِ‫َاع مِ ْن ِ َاء‬
‫ال‬ ِ ‫ِاال ْس ِت ْمت‬
‫)(أخرجه مسلم وأبو داوود والنسائي وابن ماجة وأحمد وابن حبان‬
 “Diriwayatkan dari Rabi’ bin Sabrah r.a. sesungguhnya rasulullah s.a.w. bersabda: “wahai
sekalian manusia, sesungguhnya aku pernah mengizinkan nikah mut’ah, dan sesungguhnya
Allah telah mengharamkannya sampai hari kiamat, oleh karenanya barangsiapa yang masih
mempunyai ikatan mut’ah maka segera lepaskanlah, dan jangan kalian ambil apa yang
telah kalian berikan kepada wanita yang kalian mut’ah” HR. Muslim, Abu Dawud, an-
Nasai, Ibnu Majah, Ahmad, dan Ibnu Hibban.
Dalil pelarangan mut’ah yang lain adalah riwayat dari Ibnu Umar ra. bahwa
Sayyidina Umar bin Khattab ra. dalam pidatonya mengatakan: “…Demi Allah, saya tidak
melihat seseorang melakukan mut’ah sedang ia adalah muhshan, kecuali aku akan
merajamnya...” (HR. Imam Ibn Majah).

Pernikahan dalam Undang-Undang


 Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pengertian pernikahan adalah ikatan lahir
batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa.
 Pernikahan dianggap sah apabila dilakukan menurut hukum perkawinan masing-masing
agama dan kepercayaan serta tercatat oleh lembaga yang berwenang menurut perundang-
undangan yang berlaku
 Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam (KHI), menyebutkan, ”Perkawinan menurut Hukum Islam
adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqan galizan untuk mentaati
perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah”. Juga Pasal 3 yang menegaskan,
”Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah,
mawaddah, dan rahmah”.

Pendapat Mazhab
 Dari Madzhab Hanafi, Imam Syamsuddin Al-Sarkhasi (wafat 490 H) dalam kitabnya Al-
Mabsuth (V/152) mengatakan: “Nikah mut’ah ini bathil menurut madzhab kami. Demikian
pula Imam Ala Al Din Al-Kasani (wafat 587 H) dalam kitabnya Bada’i Al-Sana’i fi Tartib
Al-Syara’i (II/272) mengatakan, “Tidak boleh nikah yang bersifat sementara, yaitu nikah
mut’ah”
 Dari Madzhab Maliki, Imam Ibnu Rusyd (wafat 595 H) dalam kitabnya Bidayatul Mujtahid
wa Nihayah Al-Muqtashid (IV/325 s.d 334) mengatakan, “hadits-hadits yang
mengharamkan nikah mut’ah mencapai peringkat mutawatir” Sementara itu Imam Malik
bin Anas (wafat 179 H) dalam kitabnya Al-Mudawanah Al-Kubra (II/130) mengatakan,
“Apabila seorang lelaki menikahi wanita dengan dibatasi waktu, maka nikahnya batil.”
 Dari Madzhab Syafi’, Imam Syafi’i (wafat 204 H) dalam kitabnya Al-Umm (V/85)
mengatakan, “Nikah mut’ah yang dilarang itu adalah semua nikah yang dibatasi dengan
waktu, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, seperti ucapan seorang lelaki
kepada seorang perempuan, aku nikahi kamu selama satu hari, sepuluh hari atau satu
bulan.” Sementara itu Imam Nawawi (wafat 676 H) dalam kitabnya Al-Majmu’
(XVII/356) mengatakan, “Nikah mut’ah tidak diperbolehkan, karena pernikahan itu pada
dasarnya adalah suatu aqad yang bersifat mutlaq, maka tidak sah apabila dibatasi dengan
waktu.”
 Dari Madzhab Hambali, Imam Ibnu Qudamah (wafat 620 H) dalam kitabnya Al-Mughni
(X/46) mengatakan, “Nikah Mut’ah ini adalah nikah yang bathil.” Ibnu Qudamah juga
menukil pendapat Imam Ahmad bin Hambal (wafat 242 H) yang menegaskan bahwa nikah
mut’ah adalah haram.

Adanya perbedaan dalam kawin kontrak yang sekarang di Indonesia dan nikah mut’ah
karena:
 Adanya nikah mut’ah karena dahulu masih zaman jahiliah sehingga orang masih awam
dalam masalah agama, sedangkan sekarang masyarakat sudah pintar dan beragama
 Dahulu adanya nikah mut’ah karena perang fisabilillah. Sekarang hanya untuk bersenang-
senang
 Dan sekarang seharusnya kawin kontrak ini dihapuskan karena sudah ada dalil yang
menasakh adanya hukum nikah mut’ah tersebut. Sedangkan dahulu belum ada dalil yang
menasakhnya.
Persamaan dengan kawin kontrak
 Persamaanya nikah mut’ah dengan kawin kontrak yaitu mengawini perempuan untuk
beberapa waktu saja.

Larangan Kawin kontrak


Kawin kontrak ini oleh seluruh Imam Madzhab disepakati haramnya. Alasan mereka yaitu:
1. Kawin seperti ini tidak sesuai dengan perkawinan yang dimaksud oleh Al-Quran, juga
tidak sesuai dengan talak, iddah dan pusaka.
2. Banyak hadis-hadis yang dengan tegas menyebutkan haramnya.
3. Umar ketika menjadi khalifah dengan berpidato diatas mimbar mengharamkannya dan
para sahabat pun menyetujuinya.
4. Al-Khattabi berkata: haramnya kawin mut’ah itu sudah ijma’, kecuali oleh beberapa
golongan syiah.
5. Kawin mut’ah sekedar bertujuan untuk melampiaskan syahwat dan bukan untuk
mendapatkan anak dan memelihara anak, yang keduanya merupakan maksud pokok
dari perkawinan.
Kawin kontrak adalah suatu bentuk perkawinan yang dibatasi oleh waktu tertentu sesuai
yang diperjanjikan kedua pihak dan merupakan suatu bentuk perkawinan yang tidak sah
menurut UU No.1 Th. 1974 tentang perkawinan. Kawin kontrak telah melanggar ketentuan
pasal 2 ayat (2) UU No. 1 Th. 1974 karena dalam perkawinan ini tidak dilakukan pencatatan
pada pejabat yang berwenang (KUA atau Catatan Sipil) dalam rangka memperoleh kepastian
hukumnya melalui surat nikah.
Pada dasarnya Kawin Kontrak itu sendiri telah melanggar arti dan tujuan suci dari sebuah
perkawinan sesuai dengan UU No. 1 Th. 1974 dan Kompilasi Hukum Islam, jadi tidak ada
alasan untuk membenarkan dan mengesahkan keberadaannya. Menurut Hukum Islam, kawin
kontrak ini adalah haram hukumnya, yaitu dengan mendasarkan pada dalil-dalil baik berasal
dan Al Qur'an maupun Hadist. Jadi tidak ada alasan untuk membenarkan bahkan mengesahkan
keberadaan kawin kontrak atau kawin mut'ah ini.
Sebagaimana terdapat dalam hadits yang dibuat-buat oleh orang Syi’ah yang menyebutkan
bahwa Rasulullah shallaallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
 “Barangsiapa yang melakukan nikah mut’ah sekali maka dia memiliki derajat yang sama
dengan al-Husain ‘alaihissalaam, barangsiapa yang melakukan mut’ah sebanyak dua kali
maka dia memiliki derajat yang sama dengan al-Hasan ‘alaihissalaam, barangsiapa yang
melakukan mut’ah sebanyak tiga kali maka dia akan memilki derajat seperti ‘Ali bin Abi
Thalib ‘alaihissalaam, dan barangsiapa yang melakukan mut’ah sebanyak empat kali
maka dia akan memiliki derajat seperti derajatku” (Tafsiir Manhajus Shaadiqiin,
Fathullaah Kaasyaanii).
 Dari ash-Shaadiq dia berkata, “Tidaklah seorang laki-laki melakukan nikah mut’ah
kemudian dia mandi kecuali Allah akan menciptakan untuknya 70 malaikat dari setiap
tetesan air yang menetes dari tubuhnya sehingga (malaikat tersebut) akan memintakan
ampun untuk dirinya sampai hari kiamat dan melaknat orang yang menjauhinya hingga
tibanya hari kiamat” (Muntahaa al-Aamaal).

NIKAH BEDA AGAMA


Pengertian Pernikahan
Kata nikah berasal dari bahasa Arab, nikaahun ‫ النكاح‬yang merupakan masdar dari
kata kerja nakaha ‫ نكح‬yang berarti nikah.
Sedangkan menurut istilah, ada beberapa definisi tentang pernikahan antara lain :
a). Menurut Al-Syafi’i
Pernikahan ialah suatu akad yang mengandung pemilikan wathi’ dengan lafadz
nikah atau tazwij atau yang searti dengan kedua lafadz tersebut.
b). Sedang dalam UU No. I tahun 1974
Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
kekal berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa.
Pernikahan beda agama adalah pernikahan yang dilakukan antar agama, antara
orang yang berlainan agama, yang salah satu beragama islam dan salah satu lainnya
beragama selain dari agama islam.

Dasar Hukum
1. Al-Qur’an
 Al-Baqarah 221
‫ت َحتَّى يُؤْ مِ َّن َوأل َمةٌ ُمؤْ مِ َنةٌ َخي ٌْر مِ ْن ُم ْش ِر َك ٍة َولَ ْو أ َ ْع َج َب ْت ُك ْم َوال ت ُ ْن ِك ُحوا ْال ُم ْش ِركِينَ َحتَّى يُؤْ مِ نُوا َولَعَ ْبدٌ ُمؤْ مِ ٌن‬ ِ ‫َوال تَ ْن ِك ُحوا ْال ُم ْش ِركَا‬
ِ ‫َّللاُ َيدْعُو ِإلَى ْال َج َّن ِة َو ْال َم ْغف َِرةِ ِبإِذْ ِن ِه َويُ َب ِِّي ُن آ َيا ِت ِه لِل َّن‬
َ‫اس لَ َعلَّ ُه ْم َيتَذَ َّك ُرون‬ ِ ‫َخي ٌْر مِ ْن ُم ْش ِركٍ َولَ ْو أ َ ْع َج َب ُك ْم أُولَئِكَ َيدْعُونَ ِإلَى ال َّن‬
َّ ‫ار َو‬
Artinya: Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum
mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita
musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang
musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak
yang mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka
mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya
mereka mengambil pelajaran.
• Al-Maidah 5
َ ْ‫ت َو ْال ُمح‬
َ‫صنَاتُ مِ نَ الَّذِين‬ ِ ‫صنَاتُ مِ نَ ْال ُمؤْ مِ نَا‬
َ ْ‫ط َعا ُم ُك ْم حِ ل َل ُه ْم َو ْال ُمح‬ َ ‫ط َعا ُم ا َّلذِينَ أُوتُوا ْال ِكت‬
َ ‫َاب حِ ل لَ ُك ْم َو‬ َ ‫الط ِِّي َباتُ َو‬َّ ‫ْال َي ْو َم أُحِ َّل لَ ُك ُم‬
ُ
‫ع َملهُ َوه َُو‬ َ ُ ْ
ِ ‫َان َو َم ْن َيكف ْر ِباْلي َم‬
َ ‫ان فَقَدْ َح ِبط‬ َ َّ
ٍ ‫سافِحِ ينَ َوال ُمتخِ ذِي أ ْخد‬ َ ‫غي َْر ُم‬
َ َ‫صنِين‬ ِ ْ‫وره َُّن ُمح‬ ُ ُ َ ‫أُوتُوا ْال ِكت‬
َ ‫َاب مِ ْن قَ ْب ِلك ْم إِذَا آتَ ْيت ُ ُموه َُّن أ ُج‬
َ‫فِي اآلخِ َرةِ مِ نَ ْالخَاس ِِرين‬
Artinya: Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan
(sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal
pula bagi mereka. (Dan dihalalkan mengawini) wanita-wanita yang menjaga kehormatan
di antara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di
antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar
maskawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak
(pula) menjadikannya gundik-gundik. Barang siapa yang kafir sesudah beriman (tidak
menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari akhirat termasuk
orang-orang merugi.

2.KHI
 Dinyatakan dalam Bab IV pasal 44 tentang larangan perkawinan beda agama. Pasal
tersebut berbunyi “ Seorang wanita islam dilarang melangsungkan perkawinan dengan
seoarang pria yang tidak beragama islam”.
 Pasal 40 dilarang melangsungkan perkawinan dikarenakan wanita tidak beragama
islam

3.UUP
 Dalam UUP pasal 2 ayat 1 ini terdapat larangan perkawinan antara dua orang yang oleh
agamanya pun terdapat larangan, karena pernikahan itu dikatakan sah apabila
dilakukan menurut agama masing-masing.

Al-Tabari (wanita musyrik dibagi 3):

1. mencakup wanita-wanita musyrik dari bangsa Arab dan bangsa lainnya.

2. bangsa Arab yang tidak memiliki kitab suci dan menyembah berhala.
3. semua perempuan yang menganut politheisme dalam segala bentuknya, baik Yahudi,
Kristen maupun Majusi.

Batasan Ahlul Kitab (Al ajiri)

1. Golongan yang mempunyai semacam kitab Samawi. Disini di contohkan seperti


halnya mereka orang-orang Majusi.

2. Golongan yang memiliki kitab suci, mereka adalah orang-orang yang beragama
Yahudi dan Nasrani yang percaya kepada Kitab Taurat dan Injil.

Pembagian Pernikahan Beda Agama

Pernikahan Antara Pria Muslim Dengan Wanita Non-Muslim Dibolehkan dengan syarat :

1. Benar-benar Berpegang Teguh Pada Kitab Taurat dan Kitab Injil

2. Wanita Ahli Kitab tersebut nantinya mampu menjaga anak-anaknya kelak dari bahaya
fitnah

Pernikahan Antara Pria Non-Muslim Dengan Wanita Muslimah

Diharamkan, baik menikah dengan pria Ahli Kitab maupun dengan seorang pria musyrik.

Pernikahan Beda Agama Menurut Mazhab Empat

Mazhab Hanafi

 Diharamkan , kecuali wanita ahlul kitab (Yahudi dan Nasrani),

 Boleh mengawini wanita ahlul kitab zimmi (Makruh Tanzih)

 wanita kitabiyah yang ada di Darul Harbi adalah (Makruh Tahrim)

Mazhab Syafi’i

Boleh menikahi wanita ahlul kitab (wanita-wanita Yahudi dan Nasrani keturunan
orang-orang bangsa Israel dan tidak termasuk bangsa lainnya, sekalipun termasuk penganut
Yahudi dan Nasrani).

Mazhab Hambali

 Haram menikahi wanita-wanita musyrik, dan boleh menikahi wanita Yahudi dan
Narani.
 Tidak membatasi yang termasuk ahlul kitab adalah Yahudi dan Nasrani dari Bangsa
Israel saja, tapi menyatakan bahwa wanita-wanita yang menganut Yahudi dan Nasrani
sejak saat Nabi Muhammad belum diutus menjadi Rasul.

Mazhab Maliki

Ada 2 pendapat :

1. Nikah dengan kitabiyah hukumnya makruh mutlak

2. Tidak makruh mutlak karena ayat tersebut tidak melarang secara mutlak.

Anda mungkin juga menyukai