Anda di halaman 1dari 24

PERTEMUAN 5

PENGEMBANGAN METODA ILMIAH

A. Perkembangan Metoda Ilmiah


Perkembangan metode ilmiah ditandai dengan berkembangnya pemikiran ‘isme’.
Pemikiran ini, merupakan cara manusia mendapatkan pengetahuan dan kebenaran dalam
memahami dunia dan gejala-gejalanya. Oleh karenanya, sebelum melakukan penelitian ilmiah
sangat penting diketahui beberapa ‘way of knowing’ tersebut. Tentu saja tidak akan
dikemukakan semua aliran-aliran pemikiran yang pernah ada. Akan tetapi, beberapa aliran
penting yang mewakili setidaknya cukup untuk dijadikan starting point dalam mendalami
perbedaan-perbedaan mendasar aliran pemikiran dalam memandang sebuah gejala alam maupun
gejala sosial yang pernah ada. Adanya perbedaan ini salah satunya diakibatkan perbedaan
persepsi dan interaksi manusia dengan budaya, lingkungan, keluarga, sistem pendidikan dan lain
sebagainya. Pada intinya, manusia memiliki perbedaan asumsi mengenai realitas dan
pengetahuan. Berikut akan disajikan tahapan basic philosophical yang dijadikan landasan
mengetahui sesuatu yang dibagi menjadi tiga tahap, yaitu traditional, modernisme dan
postmodernisme.
*Traditional*, pada tahap ini terdapat dua aliran pemikiran besar, yakni idealisme dan
empirisme. Idealisme memandang bahwa realitas yang ada pada hakikatnya merupakan hasil dari
idea-idea, seperti gejala psikis, pikiran mutlak, nilai-nilai kebudayaan dan lain-lainya yang
sifatnya non fisik (Hegel, Fichte, Kant, Plato, 1700). Sedangkan, Empirisme memandang bahwa
pengetahuan didasarkan pada pengalaman (penginderaan) secara langsung terhadap objek fisik
dan gejala alam (Lock, 1974).
*Modernisme*, Pada tahap pemikiran modernisme ini, hanya akan disampaikan dua aliran
filosofi besar yaitu, rasionalisme dan positivisme. Rasionalisme memandang bahwa kebenaran
dari sebuah pengetahuan diperoleh melalui pemikiran intelektual dan deduktif yang sistematis
(Kant, 1966). Sedangkan, positivisme memandang bahwa kebenaran dan pengetahuan hanya
dapat diperoleh melalui metode ilmiah (Comte, 1974). Tahap pemikiran modern ini sekaligus
membantah cara-cara memperoleh kebenaran dan pengetahuan yang lebih cenderung
berorientasi pada materi. Modernisme mengemukakan bahwa penjelasan sebuah teori harus
rasional dan analisis sebuah realitas harus objektif (Schreiber & Asner, 2011).
*Postmodernisme*, Tidak semua orang menyetujui pandangan positivisme dan rasionalisme
yang menyimpulkan objektifitas kebenaran. Hal itu dikarenakan ditemukannya bias pada objek
natural, sosial (termasuk pendidikan). Di samping itu, ada juga elemen-elemen yang belum dapat
dijelaskan dan ditemukan secara keseluruhan dengan ‘pisau’ pemikiran modernisme.
Postmodernisme lebih memandang kebenaran dan pengetahuan merupakan bagaimana cara
pandang manusia terhadap suatu gejala alam yang ada dan dapat diamati atau diselidiki dengan
keterbatasan tertentu. Oleh karenanya, tidak seperti modernisme, postmodernisme menganggap
*kebenaran itu relatif*, tergantung pemaknaan seseorang dan usaha seseorang dalam mencarinya
(Schreiber & Asner, 2011). Contoh dari aliran filsafat ini adalah constructivism yang
memandang bahwa realitas dibentuk secara sosial diantara individu-individu. Oleh karenanya,
banyak kemungkinan yang diperoleh dikarenakan banyaknya realitas yang dibentuk oleh
individu-individu tersebut (Guba, 1990; Schwandt, 2000).
Tahapan pemikiran di atas juga berdampak pada berubahnya kebenaran dan pengetahuan dari
masa ke masa. Misalnya saja kebenaran tentang bumi yang kita diami. Pada zaman dahulu
diyakini semua orang bahwa bumi itu datar dan pusat kehidupan. Akan tetapi setelah diteliti,
salah satunya oleh filsuf Galileo Galilei, didapati bahwa bentuk bumi seperti bola dan bukan
merupakan pusat kehidupan. Sekarang ini, terdapat teori baru, yang dikemukakan oleh
Shenton*(1956) yakni earth flat theory yang mengatakan bahwa bumi itu datar disertai dengan
banyak bukti tentangnya (Lihat http://www.youtube.com atau http://www.wikipedia.org tentang
hal ini). Tentu saja teori tersebut harus diuji lagi kebenarannya, sebab sebuah tesis seringkali
dibantah dengan antitesis yang memunculkan hipotesis, padahal hipotesis tersebut merupakan
tesis baru yang kelak akan dimunculkan lagi antitesisnya.
Pada intinya adalah, bahwa pengetahuan senantiasa berkembang. Berangkat dari hal itu, sudah
selayaknya seorang ilmuan dan akademisi (termasuk mahasiswa dan dosen) juga ikut
berpartisipasi mengembangkan ilmu pengetahuan. Baik dengan cara menguji kembali sebuah
kebenaran, teori atau pengetahuan atau pun menemukan kebenaran, teori dan pengetahuan baru.
Cara memperolehnya hanya diakui dengan menggunakan sebuah metode ilmiah (salah satunya
dalam bentuk penelitian), oleh karenanya pemahaman mengenai hakikat metode ilmiah dan
penelitian merupakan conditio sine qua non bagi para peneliti, akademisi dan para ilmuan (dalam
tataran praktis adalah mahasiswa dan dosen)

B. Ilmu Pengetahuan, Metode Ilmiah dan Penelitian Ilmiah

Pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang diketahui langsung dari pengalaman,


berdasarkan panca indra, dan diolah oleh akal budi secara spontan. Pada intinya, pengetahuan
bersifat spontan, subjektif dan intuitif. Pengetahuan berkaitan erat dengan kebenaran, yaitu
kesesuaian antara pengetahuan yang dimiliki manusia dengan realitas yang ada pada objek. 
Pengetahuan dapat dibedakan menjadi pengetahuan non-ilmiah dan pengetahuan pra-
ilmiah. Pengetahuan non-ilmiah adalah hasil serapan indra terhadap pengalaman hidup sehari-
hari yang tidak perlu dan tidak mungkin diuji kebenarannya. Pengetahuan non-ilmiah tidak dapat
dikembangkan menjadi pengetahuan ilmiah. Misalnya pengetahuan orang tertentu tentang jin
atau makhluk halus di tempat tertentu, keampuhan pusaka, dan lain-lain. Pengetahuan prailmiah
adalah hasil serapan indra dan pemikiran rasional yang terbuka terhadap pengujian lebih lanjut
menggunakan metode-metode ilmiah. Misalnya pengetahuan orang tentang manfaat rebusan
daun jambu biji untuk mengurangi gejala diare.
Ilmu (sains) berasal dari Bahasa Latin scientia yang berarti knowledge. Ilmu dipahami
sebagai proses penyelidikan yang berdisiplin. Ilmu bertujuan untuk meramalkan dan memahami
gejala-gejala alam. Ilmu pengetahuan ialah pengetahuan yang telah diolah kembali dan disusun
secara metodis, sistematis, konsisten dan koheren. Agar pengetahuan menjadi ilmu, maka
pengetahuan tadi harus dipilah (menjadi suatu bidang tertentu dari kenyataan) dan disusun secara
metodis, sistematis serta konsisten. Tujuannya agar pengalaman tadi bisa diungkapkan kembali
secara lebih jelas, rinci dan setepat-tepatnya.
Metodis berarti dalam proses menemukan dan mengolah pengetahuan menggunakan
metode tertentu, tidak serampangan. Sistematis berarti dalam usaha menemukan kebenaran dan
menjabarkan pengetahuan yang diperoleh, menggunakan langkah-langkah tertentu yang teratur
dan terarah sehingga menjadi suatu keseluruhan yang terpadu. Koheren berarti setiap bagian dari
jabaran ilmu pengetahuan itu merupakan rangkaian yang saling terkait dan berkesesuaian
(konsisten). Sedangkan suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran
suatu pengetahuan disebut penelitian (research). Usaha-usaha itu dilakukan dengan
menggunakan metode ilmiah. 
Ilmu pengetahuan atau pengetahuan ilmiah dapat dibedakan atas:

1. Ilmu Pengetahuan Fisis-Kuantitatif, sering disebut pengetahuan empiris. Pengetahuan ini


diperoleh melalui proses observasi serta analisis atas data dan fenomena empiris.
Termasuk dalam kelompok ilmu ini adalah geologi, biologi, antropologi, sosiologi, dan
lain-lain.
2.  Ilmu Pengetahuan Formal-Kualitatif, sering disebut pengetahuan matematis. Ilmu ini
diperoleh dengan cara analisis refleksi dengan mencari hubungan antara konsep-konsep.
Termasuk dalam kelompok ilmu ini adalah logika formal, matematika, fisika, kimia, dan
lain-lain.
3. Ilmu Pengetahuan Metafisis-Substansial, sering disebut pengetahuan filsafat.
Pengetahuan filsafat diperoleh dengan cara analisis refleksi (pemahaman, penafsiran,
spekulasi, penilaian kritis, logis rasional) dengan mencari hakikat prinsip yang melandasi
keberadaan seluruh kenyataan.

C. Pengertian Metode Ilmiah


Metode Ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang digunakan oleh para ilmuwan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi. Metode ini menggunakan langkah-langkah yang sistematis,
teratur dan terkontrol. Pelaksanaan metode ilmiah ini melalui tahap-tahap berikut:
1.  Merumuskan masalah. Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan, yang dapat
muncul karena adanya pengamatan dari suatu gejala-gejala yang ada di lingkungan.
2. Mengumpulkan keterangan, yaitu segala informasi yang mengarah dan dekat pada
pemecahan masalah. Sering disebut juga mengkaji teori atau kajian pustaka.
3. Merumuskan hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara yang disusun
berdasarkan data atau keterangan yang diperoleh selama observasi atau telaah pustaka.
4. Menguji hipotesis dengan melakukan percobaan atau penelitian.
5. Menganalisis data (hasil) percobaan untuk menghasilkan kesimpulan.
6. Penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan ini berdasarkan pada analisis data-data
penelitian. Hasil penelitian dengan metode ini adalah data yang objektif, tidak
dipengaruhi subyektifitas ilmuwan peneliti dan universal (dilakukan dimana saja dan oleh
siapa saja akan memberikan hasil yang sama).
7. Menguji kesimpulan. Untuk meyakinkan kebenaran hipotesis melalui hasil percobaan
perlu dilakukan uji ulang. Apabila hasil uji senantiasa mendukung hipotesis maka
hipotesis itu bisa menjadi kaidah (hukum) dan bahkan menjadi teori.

Metode ilmiah didasari oleh sikap ilmiah. Sikap ilmiah semestinya dimiliki oleh setiap
penelitian dan ilmuwan. Adapun sikap ilmiah yang dimaksud adalah :

1.  Rasa ingin tahu


2. Jujur (menerima kenyataan hasil penelitian dan tidak mengada-ada)
3. Objektif (sesuai fakta yang ada, dan tidak dipengaruhi oleh perasaan pribadi)
4. Tekun (tidak putus asa)
5. Teliti (tidak ceroboh dan tidak melakukan kesalahan)
6. Terbuka (mau menerima pendapat yang benar dari orang lain)

D. Penelitian Ilmiah

Salah satu hal yang penting dalam ilmu pengetahuan adalah penelitian (research).
Research berasal dari kata re yang berarti kembali dan search yang berarti mencari,
sehingga research atau penelitian dapat didefinisikan sebagai suatu usaha untuk
mengembangkan dan mengkaji kebenaran suatu pengetahuan. Penelitian ilmiah didefinisikan
sebagai rangkaian pengamatan yang sambung menyambung, berakumulasi dan melahirkan teori-
teori yang mampu menjelaskan dan meramalkan fenomena-fenomena.

Penelitian ilmiah sering diasosiasikan dengan metode ilmiah sebagai tata cara sistimatis
yang digunakan untuk melakukan penelitian. Penelitian ilmiah juga menjadi salah satu cara
untuk menjelaskan gejala-gejala alam. Adanya penelitian ilmiah membuat ilmu berkembang,
karena hipotesis-hipotesis yang dihasilkan oleh penelitian ilmiah seringkali mengalami
retroduksi.

Suatu penelitian harus memenuhi beberapa karakteristik untuk dapat dikatakan sebagai
penelitian ilmiah. Umumnya ada empat karakteristik penelitian ilmiah, yaitu :
1. Sistematik, yang berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan
sesuai pola dan kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana sampai yang
kompleks.
2. Logis. Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan fakta
empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah
bekerjanya akal, yaitu logika. Prosedur penalaran yang dipakai bisa prosedur induktif
yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari berbagai kasus individual
(khusus) atau prosedur deduktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang
bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum.
3. Empirik, artinya suatu penelitian biasanya didasarkan pada pengalaman sehari-hari (fakta
aposteriori, yaitu fakta dari kesan indra) yang ditemukan atau melalui hasil coba-coba
yang kemudian diangkat sebagai hasil penelitian. Landasan penelitian empirik ada tiga
yaitu :a). Hal-hal empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada penggolongan
atau perbandingan satu sama lain). b). Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai
dengan waktu. c). Hal-hal empirik tidak bisa secara kebetulan, melainkan ada
penyebabnya (ada hubungan sebab akibat).
4. Replikatif. Artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus diuji kembali oleh
peneliti lain dan harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan metode,
kriteria, dan kondisi yang sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan definisi operasional
variabel menjadi langkah penting bagi seorang peneliti.

Sains, suatu proses yang bekerja dengan metode ilmiah, telah banyak memperbaiki
pandangan-pandangan manusia. Salah satu keberhasilan itu adalah koreksi atas teori generasi
spontan yang telah ada sejak jaman pertengahan. Teori ini menganggap bahwa makhluk hidup
berasal dari makhluk tak hidup. Contohnya, katak muncul dari lumpur, serangga dari sisa
makanan, kain kotor yang ditaburi gandum dapat memunculkan tikus, dan belatung berasal dari
daging. Setelah bekerja keras melalui penelitian yang panjang, Louis Pasteur, seorang ilmuwan
kenamaan Prancis, mengumumkan kesimpulannya yang menggugurkan teori generasi spontan
maupun teori evolusi Charles Robert Darwin.

Pasteur mengungkapkan hal berikut: ”Dapatkah materi melakukan pembentukan dirinya


sendiri? Tidak! Sampai saat ini tidak ada faktor-faktor yang dengannya orang dapat
membuktikan adanya makhluk hidup-makhluk hidup mikroskopis yang dapat hidup di bumi
tanpa adanya induk yang menyerupai sebelumnya.”Penemuan-penemuan dibidang sains
memperbaiki teknologi. Sementara itu, kemajuan teknologi menunjang pencapaian penelitian.

E.     Definisi Ilmu Pengetahuan dan Penelitian Ilmiah

1. Definisi ilmu pengetahuan

Pengetahuan merupakan persepsi subyek (manusia) atas obyek (riil dan gaib) atau fakta. Ilmu
Pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan yang benar disusun dengan sistem dan metode untuk
mencapai tujuan yang berlaku universal dan dapat diuji/diverifikasi kebenarannya

Berikut beberapa definisi ilmu pengetahuan menurut beberapa ahli:

Mohammad Hatta Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum
kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya
tampak dari luar, maupun menurut hubungannya dari dalam.

Harsojo, ilmu pengetahuan merupakan akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan. Suatu


pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh
factor ruang dan waktu yang pada prinsipnya dapat diamati panca indera manusia. Suatu cara
menganlisis yang mengizinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam
bentuk: “jika,….maka…”

2.   Definisi penelitian ilmiah

Ada beberapa definisi penelitian yang telah dikemukan oleh beberapa ahli, antara lain:

Penelitian adalah investigasi yang sistematis, terkontrol, empiris dan kritis dari suatu proposisi
hipotesis mengenai hubungan tertentu antarfenomena (Kerlinger, 1986: 17-18).

Penelitian merupakan refleksi dari keinginan untuk mengetahui sesuatu berupa fakta-fakta atau
fenomena alam. Perhatian atau pengamatan awal terhadap fakta atau fenomena merupakan awal
dari kegiatan penelitian yang menimbulkan suatu pertanyaan atau masalah (Indriantoro &
Supomo, 1999: 16).

E.  Persoalan pada Penelitian Ilmiah

Persoalan (problem) yang biasa muncul pada penelitian ilmiah adalah pangkal penelitian. Tidak
akan ada penelitian kalau tidak ada persoalan. Persoalan ialah segala sesuatu yang dihadapi atau
dirasakan seseorang yang menimbulkan dalam diri orang bersngkutan suatu keinginan atau
kebutuhan untuk membahasnya, mencari jawabannya atau menetapkan cara menyelesaikannya.
Kejadian, kenyataan atau keadaan yang menjadi sumber persoalan berada diluar rohani
pengamat, berarti diluar alam fikir dan alam rasanya. Sumber persoalan berada didalam
lingkungan tempat pengamat berada, atau dapat berada dijasmani pengamat.

Persoalan adalah tafsiran sesuatu yang teramati lewat tanggap rasa, cerapan dan konsep, yang
ketiganya merupakan cetusan alam fikir dan alam rasa. Jadi sumber persoalan adalah sesuatu
yang objektif, akan tetapi persoalan selalu bersifat subjektif. Kejadian yang sama dapat
menimbulkan persoalan yang berbeda dalam diri pengamat yang berbeda.

F. Alternatif Solusi

Karena persoalan atau problem yang biasa muncul pada penelitian ilmiah adalah pangkal
penelitian maka solusi untuk masalah tersebut adalah peneliti harus mampu menguasai
permasalahan atau bahan yang akan diteliti. Sehingga untuk ke depannya, peneliti dapat
memecahkan permasalahan yang menjadi pokok penelitian dengan baik dan dapat menemukan
metode serta cara yang sesuai untuk memecahkan permasalahan tersebut.

G. Aspek-aspek Ilmu Pengetahuan

Pada ilmu pengetahuan ada beberapa aspek yang perlu ditekankan, seperti aspek ontologi, aspek
epistemologi (teori pengetahuan atau kajian tentang justifikasi kebenaran pengetahuan atau
kepercayaan) dan aspek aksiologi yang bertujuan untuk menemukan kebenaran atas fakta “yang
ada” atau sedapat mungkin ada kepastian kebenaran ilmiah.

H. Ilmu Pengetahuan dan Pikiran Sehat

Whitehead (Kerlinger, 1998) pernah mengemukakan bahwa dalam pemikiran kreatif, pikiran
sehat bukanlah panutan yang baik. “Satu-satunya kriterium penilainya ialah, bahwa gagasan-
gagasan baru harus mirip dengan gagasan lama”. Pernyataan tersebut sudah tepat, karena pikiran
sehat itu sering pula tidak baik dijadikan panutan dalam menilai pengetahuan.Menurut
pandangan ini, ilmu merupakan perpanjangan pikiran sehat yang sistematis dan terkendali, sebab
seperti dikatakan oleh Conant (Kerlinger, 1998), pikiran sehat adalah serangkaian konsep dan
pola konseptual (conceptual scheme) yang memenuhi kebutuhan praktis umat manusia.

Ilmu dan “comon sence” berbeda tajam dalam lima hal. Perbedaan itu berkisar pada kata
“sistematik” dan “terkendali”. Perbedaan :

1. Penggunaan pola konseptual dan struktur teoritis nyata-nyata lain.


2. Ilmuan secara sistematis dan empiris menguji teori-teori dan hepotesis-hepotesisnya.
3. terletak pada pengertian tentang kendali atau control
4. Antara ilmu dan common sense mungkin tidak begitu tajam
5. Antara common sense dengan ilmu terletak dalam penjelasan yang berlainan mengenai
fenomen yang teramati.

Ilmu membicarakan hal-hal yang dapat diamati dan diuji secara terbuka. Jika proposisi atau
pernyataan tidak memuat implikasi untuk pengamatan dan pengujian terbuka, ia bukanlah
proposisi atau pernyataan ilmiah.

I. Empat Metode Pengetahuan

Charles Peirce (kerlinger, 1998) berkata, ada empat jalan untuk memperoleh pengetahuan, atau
menurut pengungkapannya untuk menetapkan keyakinan.

1. Dengan cara kegigihan/keuletan (tenacity). Melalui cara ini kita dapat memegang teguh
kebenaran, yakni kebenaran yang kita kenal sebagai hal yang bener karena kita
memegangnya teguh-teguh, karena kita senantiasa mengetahuinya sebagai sesuatu yang
benar.
2. Ke arah pengetahuan atau keyakinan kukuh adalah cara otoritas/kewenangan. Inilah cara
yang ditempuh dalam hal keyakinan yang telah mapan. Seperti yang dikatakan oleh
Peirce (kerlinger, 1998) cara ini lebih unggul dibandingkan dengan kegigihan, sebab
umat manusia bisa menggunakannya sebagai pangkal tolak kemajuan meskipun
kemajuan itu lamban.
3. Untuk mendapatkan pengetahuan atau keyakinan kukuh ialah a priori. Cara ini
diunggulkan karena adanya anggapan bahwa proposisi yang diterima oleh seorang
penganut cara a priori (a priorist) tidak lagi membutuhkan pembuktian apa pun.
4. Metode pengetahuan. Pendekatan ilmiah ini memiliki cirri yang tidak ada pada ketiga
metode tersebut dalam memperoleh pengetahuan : kesanggupan mengoreksi diri.

Alat-alat periksa dalam penelitian ilmiah sedapat mungkin dipautkan pada realitas yang tidak
terkungkung dalam keyakinan, persepsi, bias, nilai, sikap, dan emosi pribadi ilmuwan. Satu-
satunya kata yang sanggup mengungkapkan hal ini dengan sebaik-baiknya mungkin adalah “
obyektifitas”. Obyektivitas adalah kesesuaian antara penilian “ahli” mengenai amatan (hal yang
di amati) di satu pihak, dengan hal yang harus atau telah dilakukan dalam penelitian.  

J. Ilmu dan Fungsi-fungsinya

Secara garis besar ada dua pandangan tentang ilmu, yaitu pandangan statis dan pandangan
dinamis. Pandangan statis, yang tampak mempengaruhi kebanyakan orang awam, adalah bahwa
ilmu pengetahuan merupakan suatu kegiatan yang memberikan sumbangan berupa informasi
sistematis kepada dunia. Tugas ilmuan adalah menyiapkan fakta baru dan menambahkannya
pada tubuh informasi yang telah ada sebelumnya. Ilmu bahkan dipandang sebagai himpun fakta.

Dalam pandangan ini, ilmu pengetahuan juga merupakan suatu cara untuk menjelaskan
fenomena yang teramati. Dengan demikian, tekanannya adalah pada taraf dan keadaan ilmu
pengetahuan yang sekarang dan peningkatannya, dan pada perangkat hukum, teori, hipotesis, dan
kaidah-kaidah yang sekarang.
Dipihak lain, pandangan dinamis melihat ilmu sebagai suatu kegiatan, yakni hal-hal yang
dilakukan oleh para ilmuan. Taraf pengetahuan yang tercapai itu sangat penting, akan tetapi hal
itu penting terutama karena merupakan landasan bagi teori dan penelitian lebih lanjut. Gagasan
ini disebut pandangan heuristik. Kata heuristik yang berarti berfungsi mengungkapkan, kini
memiliki konotasi yang berkaitan dengan penemuan diri (self discovey) . Contohnya, metode
pengajaran heuristik menekankan bahwa peserta didik melakukan penemuan sendiri untuk
dirinya sendiri.

Pandangan heuristik dalam ilmu pengetahuan menekankan teori dan skemata  konseptual yang
saling berkait dan banyak manfaatnya bagi penelitian lebih lanjut. Tekanan heuristik adalah
tekanan pada penemuan atau mengungkapkan.

Segi heuristik inilah yang banyak membedakan ilmu pengetahuan dengan teknik dan teknologi.
Heuristik dapat pula disebut sebagai pemecahan masalah, namun dengan penekanan pada
pemecahan masalah secara imajinatif bukan secara rutin. Pandangan heuristik dalam ilmu
pengetahuan mementingkan pemecahan masalah dan bukannya fakta serta himpunan informasi.

Fungsi ilmu pengetahuan adalah menetapkan hukum-hukum umum yang meliputi perilaku
kejadian dan objek yang dikaji oleh ilmu yang bersangkutan dan dengan demikian
memungkinkan kita saling mengaitkan pengetahuan kita tentang kejadian-kejadian yang kita
ketahui secara terpisah-pisah dan membuat ramalan tentang kejadian yang belum dikenal.

Adekuasi suatu teori terletak pada kekuatan prediksinya. Jika dengan menggunakan suatu teori
kita mampu membuat suatu prediksi yang sukses, maka teori itu terkukuhlah dan ini sudah cukup
dan tidak usah mencari penjelasan-penjelasan yang lebih lanjut. Karena dengan membuat
prediksi yang andal, kita dapat melakukan kontrol , sebab kontrol dapat dijabarkan dari prediksi.

Titik pandang yang melihat ilmu pengetahuan dari sudut prediksi ini memuat validitas. Prediksi
adalah suatu segi atau aspek saja dari teori. Dalam teori itu memuat prediksi. Artinya, dari
proposisi-proposisi primitif suatu teori menurunkan atau mendeduksikan proposisi-proposisi lain
yang lebih kompleks.
Gagasan tentang generalitas merupakan hal terpenting. Suatu hubungan spesifik tentu saja
kurang luas wilayah berlakunya. Misalnya, kalau orang menemukan bahwa kecemasan dalam
menghadapi ujian berkaitan dengan hasil ujian, meskipun penemuan ini menarik dan penting
kurang luas wilayah berlakunya dan kurang mudah dipahami daripada seandainya orang lebih
dulu menemukan hubungan ini dalam suatu kerangkayang terdiri atas variabel-variabel yang
saling berkait dan merupakan bagian suatu teori. Dengan demikian, tujuan-tujuan penelitian yang
sederhana, terbatas dan spesifik pun baik pula. Akan tetapi tujuan penelitian teoritis adalah lebih
baik, karena bersifat lebih umum dan lebih luas berlakunya.

K. Penelitian Ilmiah Suatu Definisi

Penelitian ilmiah adalah suatu penyelidikan yang sistematis, terkontrol, empiris dan kritis tentang
fenomena-fenomena alami dengan dipandu oleh teori dan hipotesis-hipotesis tentang hubungan
yang dikira terdapat antara fenomena-fenomena.

Ada 2 hal yang perlu ditekankan dalam penelitian suatu definisi:

1. Jika penelitian ilmiah bersifat sistematis dan terkontrol, berarti peenyelidikan ilmiah
tertata dengan cara tertentu sehingga penyelidik dapat memiliki keyakinan kritis
mengenai hasil penelitian
2. Penyelidikan ilmiah bersifat empiris. Pendapat atau keyakinan subjektif harus diperiksa
dengan menghadapkannya pada realitas objektif. Ilmuwan bersifat hiperkritis terhadap
hasil penelitiannya sendiri maupun orang lain.

L.  Pendekatan IlmiahPendekatan ilmiah merupakan bentuk sistematis yang khusus dari seluruh
pemikiran dan telaah reflektif. Pendekatan ilmiah adalah mekanisme atau cara mendapatkan
pengetahuan dengan prosedur yang didasarkan pada suatu struktur logis yang terdiri atas tahapan
kerja:

1. Adanya kebutuhan objektif


2. Perumusan maslah
3. Pengumpulan teori
4. Perumusan hipotesis
5. Pengumpulan data/ informasi/ fakta
6. Analisis data
7. Penarikan kesimpulan

Sifat pendekatan ilmiah:

1. Efisien dalam penggunaan sumber daya (tenaga, biaya, dan waktu)


2. Terbuka (dapat dipakai oleh siapa saja)
3. Teruji (prosedurnya logis dalam memperoleh keputusan)

Pola pikir pendekatan ilmiah:

1. Induktif, pengambilan kesimpulan dari kasus yang bersifat khusus menjadi kesimpulan
yang bersifat umum
2. Deduktif, penngambilan kesimpulan dari yang bersifat umum enjadi kasus yang bersifat
khusus

Pendekatan ilmiah menjadi kerangka dasar penelitian dimana didalam penelitian akan beisi
penerapan metode ilmiah.

Keterkaitan ilmu pengetahuan, metode ilmiah dan penelitian

1. Masalah hambatan gagasan

Ilmuwan biasanya mengalami hambatan dalam upayanya memehami yang disebabkan adanya
keresahan akan fenomena yang teramati dan ang tidak teramati. Untuk mengatasinya adalah
dengan mengungkapkan gagasan itu secara terbuka.

2. Hipotesis

Setelah mengkaji maslah, setelah menengok kebelakang pada pengalaman guna mencari solusi
yang mungkin dan setela mencermati fenomena yang relevan, ilmuwan boleh merumuskan
hipotesis. Hipotesis adalah pernyataan dugaan, suatu proposisi tentatif (sementara) mengenai
hubungan atau relasi antara dua fenoena/ variabel atau lebih.
3. Penalaran deduksi

Langkah ini sering lolos dari perhatian atau kurang ditekankan . Ilmuwan mendeduksi
konsekuensi-konsekuensi dari hiotesis yang telah dirumuskannya. Dalam penalaran macam
inilah pengalaan, pengetahuan dan kejelian menjadi penting.

Ketika merunut konsekuensi dari suatu hipotesis yang telah dirumuskannya, ilmuwan sering
pada suatu hipotesis yang telah berbeda dengan maslah yang dikajikan pangkal tolaknya.
Dipihak lain, ilmuwan mungkin menemukan bahwa runutan-runutannya membuatnya yakin
bahwa maslah tersebut tidak dapat dipecahkan dengan alat-alat teknis yang terdapat sekarang

4. Observasi, tes, eksperimen

Tahap observasi-tes-eksperimen hanyalah bagian dari upaya ilmiah. Jika masalanya dinyatakan
dengan baik, hipotesis-hipotesisnya dirumuskan secara memadai, dan implikasi hipotesis itu
dirunut secara cermat.

Pengujian hipotesis ialah menguji hubungan/relasi yang diungkapkan oleh hipotesis. Dengan
demikian yang kita uji bukanlah variabel melainkan hubungan antara variabel-variabel itu.
Pengamatan, pengujian dan percobaan diabdikan pada satu tujuan besar, yaitu menghadapkan
hubungan itu pada tes empiric

Langkah-langkah atau jenjang-jenjang ancaman ilmiah tidaklah tertetapkan secara rapi. Langkah
pertama tidaklah selesai secara rapi lebih dulu sebelum langkah kedua diambil. Lebih lanjut, kita
dapat melakukan pengujian sebelum membuat runutan yang memadai mengenai implikasi-
implikasi dan hipotesis itu. Hipotesisnya sendiri mungkin tampak memerlukan penyempurnaan
atau elaborasi maupun penghalusan sebagai akibat perunutan implikasi dari hipotesis tersebut.

Hal yang paling penting adalah umpan balik terhadap masalahnya, hipotesis-hipotesnya, dan
akhirnya teori tentang hasil-hasil penelitian. Para teoritis dan peneliti proses belajar, telah sering
mengubah teori-teori dan penelitian mereka sebagai akibat dari temuan-temuan dalam
eksperimen yang dilaksanakan.
Para teoritis dan peneliti telah mengkaji akibat-akibat lingkungan dan pendidikan dini terhadap
perkembangan lebih lanjut. Bagian dari hal yang esensial dalam penelitian ilmiah adalah upaya
yang mantap dan terus menerus untuk mereplikasikan dan mengecek  temuan-temuan ,
membetulkan teori berdasarkan bukti empirik dan menemukan penjelasan yang lebih baik
tentang fenomena alami. Misalnya, seorang peneliti menemukan bahwa A berkaitan dengan B
dengan suatu cara tertentu. Kemudian melakukan penelitian lagi untuk menetapkan kondisi-
kondisi yang lain yang di dalamnya A juga berkait dengan B dalam cara serupa.

M. HAKIKAT METODE ILMIAH

Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu. Pada dasarnya penelitian diadakan untuk membuktikan suatu kebenaran dengan cara
tertenetu dan sesuai dengan aturan yang ada sehingga dapat diterima. Dan pada dasarnya
manusia mempunyai sifat ingin tahu akan suatu hal yang ada. Dan cara pembuktiannya  dengan
menggunakan metode penelitian.
Dalam pelaksanaan suatu metode penelitian dibutuhkan cara atau pelaksanaan kegiatan yang
tepat sesuai aturan yang ada. Dan yang paling penting harus paham betul mengenai metode
penelitian yang baik dan benar. Bukan hanya sekedar melaksanakan kegiatan dalam pengujian
kebenaran akan tetapi tidak paham mengenai penelitian itu sendiri.

Oleh sebab itu dalam makalah ini banyak membahas mengenai  metode penelitian yang benar
yang bertujuan agar setiap orang yang melakukan penelitian harus sesuai dengan aturan yang
berlaku dan dapat diterima oleh  semua kalangan.

Metode penelitian terdiri dari dua kata yaitu “ metode” dan “penelitian”. berikut ini penjelasan
arti kata tersebut.

1. Metode
Kata metode berasal dari bahasa yunani yaitu methodos  yang artinya   cara  atau jalan yang
ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja
untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Ada beberapa
pendapat para ahli mengenai pengertian metode,  antara lain :

–          Sulistyo, Basuki (2010 : 92)

Metode adalah setiap prosedur yang digunakan untuk mencapi tujuan akhir.

–          Cholid Narbuko dan Abu Achmadi (2007 : 1)

Metode adalah cara yang tepat untuk melakukan sesuatu.

–          Titus

Metode adalah rangkaian cara dan langkah yang tertib dan terpola untuk menegaskan bidang
keilmuan.

–          Drs. Agus M. Hardjana

Metode adalah cara yang sudah dipikirkan masak – masak dan dilakukan dengan
mengikutilangkah – langkah tertentu guna mencapai tujuan  yang hendak dicapai.

–          Rosdy Ruslan

Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja ( sistematis ) untuk
memahami suatu subyek atau objek penelitian sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahanya.

1. Penelitian
Penelitian atau juga bisa disebut research yang berasal dari kata re dan to search adalah mencari
kembali karena sebelumnya sudah ada ( meneliti kembali atau menyimpulkan kembali) yang
sebelumnya ada prosenya yang tujuan untuk mendapatkan data dengan tujuan serta kegunaan
tertentu.
Pendapat beberapa ahli mengenai arti kata penelitian :

–          Suharsimi Arikunto (2010 : 1)

Penelitian adalah suatu kegiatan monopoli para ahli.

–          Sulistyo dan Basuki ( 2010 : 20 )

Penelitian adalah penyidikan khusus berencana, dan berstruktur terhadap pengetahuan.

–          Drs. Cholid Narbuko dan Drs. H. Abu Achmad ( 2007 : 1 )

Penelitian merupakan suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis
sampai menyusun laporannya.

–          Dr. Saifuddin Azwar, MA ( 2009 : 1 )

Peneliian merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu permasalahan.

–          Prof. Dr Nana Syaodih Sukmadinata ( 2010 : 5 )

Penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumlan dan analisis data yang dilakukan secara
sistematis dan logis untuk mencapai tujuan tertentu.

1. Metode penelitian
Pendapat beberapa ahli mengenai pengertian metode ilmiah diantaranya :

–          Nasir ( 1988 : 51)

Metode penelitian merupakan cara utama yang digunakan peneliti untuk mencapai tujuan dan
menentukan jawaban atasmasalah yang diajukan.

–          Sugiyono ( 2004 : 1 )


Metodepenelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu.

–          Winarno  (1994)

Metode penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan dengan teknik yang teliti dan
sistematik.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa metode penelitian adalah cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu atau cara dalam mendapatkan suatu
tujuan atau dalam membuktikan suatu kebenaran yang lebih mengarah pada cara ilmiah.

N. HAKIKAT PENELITIAN ILMIAH

Penelitian ilmiah adalah suatu kegiatan yang sistematik dan obyektif untuk mengkaji suatu
masalah dalam usaha untuk mencapai suatu pengertian mengenai prinsip – prinsipnya yang
mendasar dan berlaku umum (teori) mengenai masalah tersebut. Penelitian yang dilakukan,
berpedoman pada berbagai informasi (yang terwujud sebagai teori – teori) yang telah dihasilkan
dalam penelitian – penelitian terdahulu, dan tujuanya adalah untuk menambah atau
menyempurnakan teori yang telah ada mengenai masalah yang menjadi sasaran kajian. Penelitian
ilmiah dilakukan dengan berlandaskan pada metode ilmiah dan mengikuti cara – cara ilmiah
yang telah ditentukan serta dilaksanakan dengan adanya unsur kesengajaan bukan secara
kebetulan dan lebih menggunakan penalaran atau aplikasi berfikir deduktif dan induktif. Cara
ilmiah sendiri menurut Sulistyo Basuki (2010) meliputi :

–       Bebas dari sentimen pribadi, obyektif

–       Terbuka, dapat diulang oleh ilmuan lain dengan metode yang sama

–       Rasa ingin tahu

–       Menghargai karya orang lain


–       Mempertahankan kebenaran

–       Kritis

–       Menjangkau ke masa depan

Selain itu penelitian ilmiah dikatakan ilmiah jika dalam kegiataanya didasarkan pada karateristik
keilmuan yaitu :

–          Rasional :

Penyelidikan ilmiah adalah sesuatu yang masuk akal dan terjangkau oleh penlaran manusia.

–          Empiris :

Menggunakan cara- cara tertentu yang dapat diamati orang lain dengan menggunakan panca
indera manusia.

–          Sistematis :

Menggunakan proses dengan langkah – langkah tertentu yang bersifat logis.

Ciri penelitian ilmiah menurut Sulistyo Basuki adalah :

–          Penelitian ilmiah berdasarkan keyakinan bahwa setiap fenomena yang kasat mata dapat
dijelaskan secara ilmiah.

Maksudnya bahwaalam semesta merupakan kosmos yang teratur, di dalamnya selalu ada sebab
akibat. Jika manusia primitif menjelaskan sesuatu yang mereka lihat atau dengar selalu dikaitkan
dengan campur tangan dewa atau kekuatan lain, sedangkan manusia modern menekankan pada
sebab- sebab ilmiah. Walaupun masih banyak hal yang belum dijelaskan secar ilmiah, manusia
berhasil menerapkan asumsi metode ilmiah

–          Penelitian ilmiah menolak kebenaran berdasarkan kewibawaan, mengantinya dengan


pendapat bahwa sesuatu itu sahih bilamana ada bukti yang mendukungnya. Penelitian tidak
mengandalkan pendapat orang tua kecuali bila telah dibuktikan dengan fakta.

Tujuan penelitian ilmiah dapat dibedakan menjadi dua tujuan antar lain :

1. Tujuan penelitian ilmiah secara umum


–          Untuk memperoleh informasi

Penelitian ilmiah biasanya akan berhubungan dengan informasi atau data yang masih baru dilihat
dari aspek sipeneliti. Yaitu fakta baru diungkap dan disusun secar sisteatis.

–          Untuk mengembangkan dan menjelaskan

Dengan melakukan pengembangan dan usaha menjelasakn melalui teori yang didukung fakta –
fakta penunjang.

–          Untuk menerangkan, memprediksi dan mengontrol suatu perubahan

Dengan meneliti akan dapat menerangkan keterkaiatan variabel yang ada.

1. Tujuan penelitian ilmiah secara khusus


–          Mendeskripsikan fenomena

Mempeorleh pengetahuan yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan suatu fenomena.

–          Menjelaskan hubungan

Berusaha untuk menjelaskan hubungan antara fenomena terutama hubungan sebab akibat
–          Meramalkan fenomena yang akan terjadi

Penjelasan hubungan sebab akibat sangat bergunamembuat generalisasi yang berlaku dan bisa
juga menguji kebenaran.

Fungsi penelitian ilmiah

–           Sebagai cara untuk mengembangkan ilmu pengetahuan baik berupa temuan baru,
pengembangan ilmu atau teori yang ada maupun koreksi terhadap ilmu atau teori yang telah
usang.

–          Sebagai cara untuk pengembangan teknologi

–          Sebagai penyumbang informasi bagi pengambilan kebijakan dan perencaanaan program
pembangunan

–          Sebagai alat pemecahan masalah praktis di lapangan

–          Menemukan sesuatu yang baru

–          Walaupun banyak cara untuk menemukan informasi atau karya baru dalam dunia
pengetahuan penemuan yang dilakukan melalui sesuatu kegiatan penelitian adalah hasil yang
andal dan mendapat pengakuan dari kalangan ilmuan

–          Menemukan permasalahan penelitian.

–          Untuk mengenal dan memilih penelitian permasalahan diperlukan kejelian dan
penggunaan kriteria yang baik dari para peneliti.

O. PERAN METODE ILMIAH DALAM PENGEMBANGAN ILMU

Suatu ilmu pengetahuan tidak dapat berkembang dengan sendirinya akan tetapi dapat
berkembang jika adanya suatu metode ilmiah. Pada dasarnya metode ilmiah merupakan upaya
untuk merumuskan permasalahan, mengajukan pertanyaan – pertanyaan dan mencoba menjawab
pertanyaan tersebut dengan jalan menemukan fakta-fakta secara ilmiah tana adanya rekayasa di
dalamnya dan memberikan penafsirannya yang benar, serta dengan adanya metode ilmiah yang
dilakukan bertujuan untuk memperbarui ilmu pengetahuan yang sudah ada. Metode ilmiah
sendiri dalam memperoleh kebenaran dala ilmu pengetahuan dibangun diatas teori tertentu.

Pendapat Cholid Narbuko dan Abu Achmadi (2007) berpendapat bahwa ilmu pengetahuan
sendiri memiliki tiga sifat utama yaitu :

1. Sikap ilmiah
2. Metode ilmiah
3. Tersusun secara sistematis dan runtut
Sikap ilmiah menuntut orang untuk berfikir dengan sikap tertentu. Dari sikap tersebut orang
dituntut dengan cara tertentu untuk menghasilkan ilmu pengetahuan. selanjutnya cara tertentu itu
disebut metode ilmiah. Jadi dengan sikap ilmiah dan metode ilmiah diharapkan dapat menyusun
ilmu pengetahuan secara sistematik dan runtun.

Secara garis besar keduanya mempunyai peran atau tugas yang identik, tugas – tugastersebut
antara lain :

–          Menyandra ( diskripsi )

Menggambarkan secara jelas daan cermat, hal – hal yang dipersoalkan.

–          Menerangkan ( ekspansi )

Menerangkan secara detil kondisi – kondisi yang mendasari terjadinya peristiwa.

–          Menyusun teori

Mencari dan merumuskan hukum – hukum, tata hubungan antara peristiwa yang satu dengan
yang lain.
–          Ramalan ( prediksi )

Membuat prediksi ( ramalan ), estimasi ( taksiran ) dan proyeksi mengenai peristiwa yang bakal
muncul bila keadaan itu didiamkan.

–          Pengendalian ( kontrol )

Melakukan tindakan – tindakan guna mengatasi keadaan atau gejala yang bakal muncul.

Hasil dari suatu metode ilmiah dalam pengembangan ilmu sendiri mempunyai manfaat
diantaranya :

–          Dapat dijadikan peta yang menggambarkan tentang keadaan suatu obyek yang sekaligus 
melukiskan tentang kemampuan sumber daya, kemungkinan–kemungkinan yang ditemukan di
dalam melaksanakan sesuatu.

–          Dapat dijadikan sebagai sarana diagnosisdalam mencari sebab musabah kegagalan,
sehingga dapat dengan mudah dicari upaya untuk menanggulanginya.

–          Dapat dijadikan sarana untuk menyusun kebijaksanaan atau policy dalam menyusun
strategi pengembangan selanjutnya.

KESIMPULAN

1. Metode penelitian berasal dari dua kata yaitu metode yang artinya adalah cara kerja
dalam memahami suatu masalah sedangkan penelitian adalah mencari kembali karena
sebelumnya sudah ada ( meneliti kembali atau menyimpulkan kembali) yang sebelumnya ada
prosenya yang tujuan untuk mendapatkan data dengan tujuan serta kegunaan tertentu. Dari
hala tersebut dapat disimpulakna bahwa metode penelitian adalah cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.Sehingga dapat disimpulkan bahwa
metodepenelitian adalah cara dalam mendapatkan suatu tujuan atau dalam membuktikan
suatu kebenaran yang lebih mengarah pada cara ilmiah.
2. Hakekat dari penilitian ilmiah adalah penelitian yang menggunakan metode ilmiah, yang
berdasarkan fakta yang ada. Dan sesuai dengan karateristik keilmuan yaitu rasional, empiris
dan sistematis.
3. Peran metode ilmiah terhadap pengembangan ilmu sangat penting, karena dengan adanya
metode ilmiah maka ilmu akan lebih berkembang sesuai dengan fakta yang diperoleh dari
hasil metode ilmiah.
 

DAFTAR PUSTAKA

1. Narbuko Cholid, H. Abu Achmadi. 2007. Metodeologi Penelitian. Cet 8. Jakarta: Bumi
Aksara.
2. Sulistiyono Basuki. 2010. Metode Penelitian. Cet 2. Jakarta: Penaku.
3. Sukmadinata,Nana Syaodih.2010.Metode Penelitian Pendidikan.Bandung:Pt Remaja
Rosdakarya.
4. Sugiyono.2012.Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D.Bandung:Alfabeta.
5. Arikunto,Suharsimi.2010.Prosedur Penelitian.Jakarta:Rineka Cipat.
6. (http://artikata.com/arti-340805-Metode.html).

Anda mungkin juga menyukai