Anda di halaman 1dari 12

ESAI

KEBIJAKAN FISKAL

D
I
S
U
S
U
N

OLEH

NAMA: Luthfiyyah Nurul Hakim


KELAS: XI IPA3
SMA NEGERI 22 PALEMBANG
Latar Belakang

Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter satu sama lain saling berpengaruh
dalam kegiatan perekonomian. Masing – masing variabel kebijakan
tersebut, kebijakan fiskal dipengaruhi oleh dua variabel utama, yaitu
pajak (tax) dan pengeluaran pemerintah (goverment expenditure).
Sedangkan variabel utama dalam kebijakan moneter, yaitu GDP, inflasi,
kurs, dan suku bunga. Berbicara tentang kebijakan fiskal dan kebijakan
moneter berkaitan erat dengan kegiatan perekonomian empat sektor,
dimana sektor – sektor tersebut diantaranya sektor rumah tangga, sektor
perusahaan, sektor pemerintah dan sektor dunia internasional/luar
negeri. Ke-empat sektor ini memiliki hubungan interaksi masing – masing
dalam menciptakan pendapatan dan pengeluaran.

Krisis global saat ini jauh lebih parah dari perkiraan semula dan suasana
ketidakpastiannya sangat tinggi. Kepercayaan masyarakat dunia terhadap
perekonomian menurun tajam. Akibatnya, gambaran ekonomi dunia
terlihat makin suram dari hari ke hari walaupun semua bank sentral
sudah menurunkan suku bunga sampai tingkat yang terendah. Tingkat
bunga yang sedemikian rendahnya itu justru menyebabkan ruang untuk
melakukan kebijakan moneter menjadi terbatas, sehingga pilihan yang
tersedia hanya pada kebijakan fiscal. Menurut Mohamad Ikhsan, negara-
negara yang tergabung dalam G-20 dalam komunike bersamanya baru ini-
ini sepakat mendorong lebih cepat ekspansi kebijakan fiskal minimal 2
persen dari produk domestik bruto untuk memulihkan perekonomian
dunia. Meskipun secara teoretis kebijakan fiskal dapat berfungsi sebagai
stimulus perekonomian, dalam pelaksanaannya sering kali terdapat
hambatan. Hambatan ini dirasakan terutama di negara berkembang

Tujuan Kebijakan Fiskal


Kebijakan fiskal memiliki tujuan utama yaitu untuk menentukan arah,
tujuan, sasaran serta prioritas dari pembangunan nasional dan
pertumbuhan ekonomi suatu negara dan bangsanya. Sesuai dengan
pengertiannya, kebijakan fiskal bertujuan agar dapat mengontrol
pemasukan dan pengeluaran suatu negara sehingga mencapai tujuan
ekonomi negara yang lebih baik.
1. Meningkatkan PDB (pdb negara dan pdb per kapita).
Tujuan utama dari pemerintah merilis berbagai kebijakan fiskal ialah
untuk mengintervensi perekonomian sehingga dapat terdongkrak.
Kebijakan fiskal akan mempengaruhi berbagai lini ekonomi, sehingga
setiap kali pemerintah melakukan perubahan atau pembaruan kebijakan
fiskal maka diharapkan mampu menjadi stimulus pertumbuhan berbagai
sektor.Sehingga semakin tumbuh pendapatan negara, semakin tumbuh
sektor industri juga sektor ekonomi lainnya maka perekonomian suatu
negara akan meningkat. Untuk mengukur tingkat perekonomian negara
biasanya menggunakan perhitungan Gross domestic Product (GDP) alias
produk domestik bruto (PDB). Indonesia saat ini menjadi salah satu
negara dengan PDB terbesar di Asia yaitu Rp 15.434 triliun tahun
2020.Sementara nilai PDB negara semakin besar, kebijakan fiskal yang
dikeluarkan pemerintah juga akan mempengaruhi tingkat PDB per kapita
atau pendapatan per kapita masyarakat yang juga semakin
meningkat.Bersamaan dengan perekonomian yang terus tumbuh, sektor
industri semakin besar dan pendapatan negara semakin besar maka akan
mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Pendapatan
masyarakat juga akan semakin tumbuh karena pasar tenaga kerja tumbuh
seiring meningkatnya tingkat pengupahan.
2.Meningkatkan serapan tenaga kerja.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kebijakan fiskal akan
mempengaruhi kondisi perekonomian suatu negara. Ketika kebijakan
fiskal yang dikeluarkan adalah langkah yang tepat, maka ini akan
membantu mendongkrak perekonomian.Seiring berkembang ekonomi,
sektor industri dan dunia usaha ikut berkembang maka pasar tenaga kerja
juga akan ikut terdongkrak. Semakin tumbuh ekonomi di dalam negeri
maka kebutuhan tenaga kerja dari sektor padat karya juga akan semakin
banyak karena itu kebijakan fiskal juga akan mempengaruhi kondisi
tenaga kerja.Misalnya, kebijakan pemerintah untuk mendorong aliran
investasi asing masuk ke Indonesia akan membantu pertumbuhan sektor
industri semakin tinggi. Sektor industri tumbuh pesat, pabrik-pabrik baru
dibangun sehingga perusahaan membutuhkan tenaga kerja yang lebih
banyak.Kebijakan fiskal yang tepat tentunya akan membantu penyerapan
tenaga kerja yang lebih banyak. Hal ini menjadi sangat penting di tengah
kekhawatiran terhadap meningkatnya angka kemiskinan dan
pengangguran akibat pandemi Covid-19.Badan Pusat Statistika (BPS)
mencatat jumlah penduduk yang menganggur di Indonesia pada periode
Februari 2021 sebanyak 8,75 juta orang. Jumlah tersebut terus
bertambah bahkan naik 26,26% dibandingkan periode yang sama tahun
lalu.Bersamaan dengan semakin banyaknya orang yang kehilangan
pekerjaan, ini akan mendorong pada semakin banyaknya jumlah
penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan. BPS juga merilis jumlah
penduduk miskin pada bulan Maret 2021 mencapai 27,54 juta orang,
jumlah tersebut juga mengalami penambahan dibandingkan Maret tahun
lalu yang jumlahnya 26,42 juta orang.
3. Menjaga stabilitas harga.
Pemerintah juga bisa melakukan intervensi terhadap perekonomian
khususnya pada kondisi harga barang-barang di pasaran. Dalam inflasi
terdapat tiga komponen, yaitu inflasi inti, inflasi harga bergejolak dan
inflasi harga diatur pemerintah.Perubahan pada harga-harga barang di
pasaran yang dipengaruhi oleh perubahan pada permintaan dan
penawaran disebut sebagai inflasi inti. Perubahan pada harga-harga
barang karena dipengaruhi oleh musim misalnya harga cabai yang mahal
pada bulan tertentu karena musim kemarau atau penghujan disebut
inflasi harga bergejolak.Sementara komponen ketiga ini yang sering
berkaitan dengan intervensi kebijakan fiskal pemerintah yaitu komponen
inflasi harga diatur pemerintah. Pada komponen inflasi ketiga ini
pemerintah berwenang untuk mengatur batas harga pada beberapa
produk tertentu sehingga harganya tidak akan berubah sekalipun
permintaan atau penawaran turun. Contohnya adalah penetapan harga
BBM dan tarif listrik oleh pemerintah. Kebijakan pemerintah dalam
mengatur inflasi tersebut yang kemudian akan mempengaruhi kondisi
ekonomi dan masyarakat. Saat pemerintah memutuskan menaikkan
harga BBM, maka akan banyak masyarakat yang terdampak secara
ekonomi sehingga permintaan juga berkurang. Respon tersebut akan
mempengaruhi kondisi industri migas yang selanjutnya akan memiliki
implikasi secara lebih luas terhadap berbagai sektor ekonomi
lainnya.Karena itu, kebijakan fiskal juga berkaitan erat dengan bagaimana
langkah pemerintah mengatur perekonomian melalui pengaturan harga.
Langkah pemerintah bisa saja mempengaruhi peningkatan harga atau
sebaliknya. Karena itu idealnya kebijakan fiskal dikeluarkan dengan tujuan
memperbaiki harga, misalnya menaikkan harga apabila nilainya sudah
terlalu kecil atau mengontrol harga dan menurunkannya apabila
harganya sudah terlampau tinggi.

Tujuan Lain Kebijakan Fiskal


Selain tujuan utama dari kebijakan fiskal, ada beberapa tujuan lain yang
Grameds ketahui. Apa sih tujuan-tujuan lain dari kebijakan fiskal itu?

1. Kebijakan fiskal bertujuan untuk mencapai kestabilan kondisi


ekonomi dari suatu negara secara nasional.
2. Kebijakan fiskal bertujuan untuk dapat memacu pertumbuhan
ekonomi suatu negara.
3. Kebijakan fiskal dapat membantu mendorong laju investasi.
4. Kebijakan fiskal memiliki tujuan untuk dapat membuka kesempatan
kerja yang luas.
5. Kebijakan fiskal bertujuan untuk dapat mewujudkan keadilan sosial
yang ingin diraih oleh setiap negara.
6. Kebijakan fiskal juga bentuk dari pemerataan serta pendistribusian
pendapatan.
7. Kebijakan fiskal dapat mengurangi pengangguran.
8. Kebijakan fiskal bertujuan untuk dapat menjaga stabilitas atau
kestabilan harga barang serta jasa, sehingga terhindar dari inflasi.
Itulah kedelapan tujuan dari kebijakan fiskal yang perlu Grameds ketahui.
Setelah mengetahui pengertian serta tujuan kebijakan fiskal, selanjutnya
Grameds perlu mengetahui fungsi dari kebijakan fiskal. Berikut penjelasan
fungsi dari kebijakan fiskal.

Fungsi Kebijakan Fiskal.


Fungsikebijakan fiskal diatur dalam Undang-Undang No.17 tahun 2003
Pasal ayat 4 tentang Keuangan Negara, undang-undang tersebut berisi
mengenai fungsi otoritas, perencanaan, pengawasan, alokasi, stabilitas
serta distribusi.
1. Fungsi Otoritas.
Fungsi pertama dari kebijakan fiskal adalah otoritas, artinya kebijakan
fiskal berfungsi ketika anggaran negara telah menjadi pedoman yang
digunakan untuk mencari pendapatan serta belanja pada tahun tertentu
dan bersangkutan.

2. Fungsi Perencanaan
Fungsi keduanya adalah sebagai perencanaan. Artinya, kebijakan fiskal
berfungsi ketika anggaran dari suatu negara telah menjadi dasar bagi
manajemen dalam merencanakan anggaran tahun yang bersangkutan
saat itu.

3. Fungsi Pengawasan
Kebijakan fiskal berfungsi ketika anggaran suatu negara telah menjadi
dasar manajemen untuk merencanakan anggaran tahun yang oesi serta
kebijakan disinvestasi. Tujuan komponen kebijakan ini adalah agar
pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat berada dalam keseimbangan,
sehingga optimalisasi investasi perlu dilakukan.

4. Kebijakan Pengelolaan Hutang


Komponen kebijakan pengelolaan hutang atau surplus ini dilakukan oleh
pemerintah dari suatu negara apabila pendapatan yang diterima oleh
pemerintah tersebut lebih besar dibandingkan dengan anggaran yang
telah dihabiskan oleh negara tersebut, sehingga negara tersebut
mengalami surplus.

Apabila terjadi kondisi sebaliknya pada negara tersebut, maka negara itu
akan mengalami defisit atau sebuah kerugian. Pembiayaan terhadap
defisit tersebut dapat dilakukan dengan cara melakukan peminjaman
dana kepada pihak asing atau dengan cara mencetak uang.

Agar Grameds memahami lebih jelas soal kebijakan fiskal ini, berikut
adalah contoh dari kebijakan fiskal yang dapat Grameds ketahui.

Jenis Kebijakan Fiskal


Jenis-jenis kebijakan fiskal dapat dikategorisasikan berdasarkan
peranannya dalam mengatur kondisi pendapatan dan pengeluaran,
antara lain sebagai berikut.

1. Kebijakan Fiskal Surplus


Jenis kebijakan fiskal ini berorientasi pada tujuan untuk menciptakan
surplus pada pendapatan, atau nilai pendapatan yang dibukukan
pemerintah lebih banyak ketimbang pengeluaran. Tujuan dari kebijakan
fiskal surplus ini untuk menghindari terjadinya lonjakan pada nilai inflasi.
Untuk mencapai nilai surplus pada anggaran negara biasanya dilakukan
dengan memperkecil anggaran untuk belanja, selain itu bisa dengan
melakukan akselerasi pada sejumlah komponen pendapatan misalnya
perpajakan maupun cukai. Intervensi pada kebijakan perpajakan dan
cukai maka akan mempengaruhi realisasi pendapatan pemerintah.

2. Kebijakan Fiskal Defisit


Kebijakan fiskal defisit merupakan kebalikan dari jenis kebijakan fiskal
surplus, jenis ini berorientasi pada tujuan untuk membuat nilai belanja
lebih besar dari nilai pendapatan.

Biasanya kebijakan ini diambil untuk menyuntik perekonomian agar lebih


bergeliat, dalam artian pemerintah negara biasanya bersedia mengalami
defisit dengan meningkatkan belanja anggaran agar perekonomian bisa
lebih terdongkrak.

Biasanya keputusan untuk defisit ini diambil saat kondisi perekonomian


suatu negara sedang lesu. Di sisi lain kondisi ini akan berefek buruk
karena pemerintah negara akan melakukan penarikan utang setiap tahun
untuk memenuhi kebutuhan belanja yang besar sementara pendapatan
kecil.

3. Kebijakan Fiskal Seimbang


Jenis kebijakan fiskal ini merupakan gabungan dari dua jenis sebelumnya,
yang mana nilai pendapatan dan pengeluaran diusahakan untuk bisa
seimbang sehingga tidak ada kelebihan ataupun kekurangan dana.

Nilai ini memiliki sisi positif dan negatif, dalam kondisi yang seimbang
berarti pemerintah tidak perlu untuk melakukan penarikan dana atau
utang, sehingga otomatis kondisi utang negara akan terjaga. Sebaliknya,
kondisi yang seimbang menunjukkan bahwa kondisi perekonomian tidak
menarik.

4. Kebijakan Fiskal Dinamis


Jenis kebijakan ini merupakan kebijakan fiskal yang sifatnya lebih longgar
atau mudah dilakukan pengaturan saat kondisi berubah signifikan.
Sederhananya, suatu negara tidak selalu dihadapkan pada kondisi yang
dapat ditebak. Seperti saat pandemi Covid-19 seperti sekarang, negara
dituntut untuk secara aktif melakukan perubahan pada komposisi
anggaran pendapatan dan belanja pemerintah.

Saat kondisi ekonomi mulai normal, maka pemerintah bisa mulai


mengetatkan belanja dan meningkatkan pendapatan, ini untuk menjaga
stabilitas ekonomi. Sebaliknya, dalam kondisi yang tidak pasti,
pemerintah bisa melonggarkan belanja sehingga terjadi defisit. Tujuannya
agar ekonomi bisa lebih likuid setelah diinjeksi sejumlah dana baru lewat
peningkatan nilai belanja.

Contoh Kebijakan Fiskal

1. Insentif Pajak Selama Pandemi Covid-19


Pemerintah memberikan keringanan berupa penghapusan sejumlah pajak
bagi korporasi selama pandemi Covid-19. Hal ini tentunya mempengaruhi
kinerja pendapatan pemerintah dari pajak yang secara persentase
porsinya dalam APBN negara cukup tinggi.

Saat insentif pajak diberlakukan berarti pemerintah akan merelakan


semakin sedikit nilai pendapatan pajak yang akan diterima. Namun di sisi
lain, langkah ini diambil sebagai upaya untuk menjaga perekonomian
tetap stabil.

Saat pajak korporasi dihapuskan, maka beban perusahaan akan semakin


kecil dan akan membantu agar aktivitas usaha tetap jalan. Dengan begini,
stimulus keringanan pajak diharapkan mampu mendorong perekonomian
sehingga efek pandemi terhadap ekonomi tidak terlalu parah.

2. Meningkatkan Anggaran untuk Penanganan Covid-19


Pemerintah juga kembali menaikkan nilai anggaran untuk penanganan
Covid-19 melalui program pemulihan ekonomi nasional (PEN) 2021
menjadi lebih dari Rp 700 triliun, ini naik dari kisaran Rp 690 triliun tahun
lalu.
Anggaran jumbo ini tentunya menyedot banyak anggaran pemerintah
yang semula dialokasikan untuk beberapa program tertentu kemudian
dialihkan untuk menangani pandemi. Selain itu, peningkatan nilai
anggaran ini membuat kebutuhan atas dana semakin tinggi yang dalam
kondisi bersamaan pemerintah mengalami penyusutan pendapatan.
Untuk membiayai defisit anggaran tersebut maka pemerintah akan makin
rajin menarik utang.

Kendati demikian, langkah memperlebar anggaran untuk penanganan


Covid-19 adalah langkah yang tepat dan sangat dibutuhkan saat ini.
Perekonomian tidak akan bisa pulih saat pandemi belum bisa terkendali,
karena itu membayar mahal untuk mengejar pemulihan lebih masuk akal
ketimbang membiarkan ekonomi berlarut-larut berefek pandemi dan
tidak mengambil tindakan untuk mengatasinya.

3. Contoh Lain Kebijakan Fiskan


Selain itu ada beberapa contoh lain kebijakan fiskal yang telah diterapkan
oleh suatu negara, contohnya adalah sebagai berikut.

1. Kebijakan pemerintah untuk dapat menaikan pajak dengan tujuan


untuk memperoleh tambahan pendapatan negara.
2. Kebijakan fiskal yang diterapkan oleh suatu pemerintahan di negara
tertentu untuk mengeluarkan obligasi gunanya adalah untuk dapat
meminjam uang dari negara asing, sehingga dapat menutupi
pembiayaan defisit negara itu.
3. Kebijakan fiskal yang diterapkan oleh pemerintah mengenai
kewajiban masyarakat untuk memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
atau NPWP sebagai salah satu cara untuk dapat menambahkan
wajib pajak pada masyarakat negara tersebut.
4. Kebijakan fiskal yang diterapkan oleh pemerintah untuk dapat
mengelola serta mengatur anggaran dengan cara mengurangi
pembelanjaan negara serta menaikan pajak, tujuannya adalah
untuk menstabilkan ekonomi negara tersebut.
I. Dampak Kebijakan Fiskal Pada Bisnis
Setelah mengetahui pengertian, tujuan hingga contoh dari kebijakan
fiskal, apakah Grameds mengetahui dampak dari kebijakan fiskal pada
bisnis masyarakat dari suatu negara yang menerapkan kebijakan fiskal
tersebut?

Kebijakan fiskal dapat berdampak pada operasional bisnis yang sedang


dibangung atau dijalankan oleh masyarakat di suatu negara yang
menerapkan kebijakan tersebut. Contohnya adalah dampak dari
komponen kebijakan fiskal yaitu peningkatan pajak.

Ketika pemerintah menerapkan kebijakan peningkatan pajak untuk


meraih suatu tujuan agar ekonomi negara menjadi lebih baik, tentu akan
berdampak pada bisnis yang sedang dibangun oleh masyarakat di
dalamnya. Pemilik bisnis perlu mempertimbangkan perencanaan harga
pada barang maupun jasa yang ia tawarkan pada konsumen.

Oleh karena itu, pemilik bisnis perlu melakukan perencanaan finansial


dengan ilmu akuntansi. Sehingga ketika pemerintah menerapkan
kebijakan fiskal tersebut memiliki bisnis tidak merasa kebingungan untuk
menyesuaikan kebijakan pemerintah dengan bisnisnya.

Instrumen dari Kebijakan Fiskal


Selain keempat komponen pada kebijakan fiskal yang sebelumnya telah
dibahas, Grameds perlu mengetahui pula instrument-instrumen yang ada
pada kebijakan fiskal.

Instrumen dari kebijakan fiskal ini dapat membantu pemerintah untuk


dapat memperoleh tujuan dari pemberlakukan kebijakan fiskal.

1. Anggaran Belanja Seimbang


Anggaran belanja seimbang merupakan anggaran yang telah disesuaikan
dengan keadaan serta kondisi ekonomi.

Anggaran ini bertujuan dalam jangka panjang, sehingga anggaran negara


tersebut menjadi imbang dan memunculkan kestabilan ekonomi.

2. Stabilitas Anggaran Otomatis


Instrumen yang kedua ini merupakan penekanan pengeluaran
pemerintah yang dilakukan oleh pemerintah harus bermanfaat serta
memiliki biaya yang relatif dari program kegiatan yang dilakukan.

3. Pengelolaan Anggaran
Instrument ketiga ini merupakan hubungan belanja yang dilakukan oleh
pemerintah dengan penerimaan pajak langsung yang digunakan untuk
dapat memperkecil ketidakstabilan ekonomi dengan cara menyesuaikan
anggaran.

4. Pembiayaan Fungsional
Instrumen kebijakan fiskal yang keempat dan terakhir ini merupakan
pembiayaan yang merujuk pada pengeluaran pemerintah yang telah
diatur guna mencapai tujuan untuk menghindari pengaruh langsung
terhadap pendapatan nasional negara tersebut.

Tujuan utama dari instrument pembiayaan fungsional adala untuk


meningkatkan kesempatan kerja masyarakat yang berada di dalamnya.

K. Peran dari Kebijakan Fiskal yang Diterapkan Oleh Kepemerintahan


Suatu Negara
Kebijakan fiskal yang diterapkan oleh suatu negara memiliki beberapa
peranan yang perlu dipenuhi atau dicapai ketika kebijakan tersebut
diberlakukan.

1. Dapat menurunkan tingkat inflasi, sesuai dengan tujuan dari


kebijakan fiskal maka kebijakan tersebut memiliki peran untuk
dapat menurunkan tingkat inflasi di suatu negara. Penurunan
tingkat inflasi dilakukan melalui penundaan atau pembatalan
proyek pemerintah.
2. Dapat meningkatkan produk domestik secara bruto, peranan kedua
ini dicapai dengan cara mendorong produksi masyarakat atas
barang serta jasa.
3. Dapat mengurangi tingkat pengangguran masyarakat negara
tersebut, peran satu ini dilakukan melalui cara melaksanakan suatu
proyek pembangunan negara.
4. Dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, peranan ini dilakukan
dengan cara menciptakan lowongan kerja baru.
5. Dapat meningkatkan stabilitas perekonomian suatu negara,
peranan ini dilakukan oleh pemerintah dengan cara mengurangi
dampak internasional fluktuasi siklis.

Anda mungkin juga menyukai