Anda di halaman 1dari 88

BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasional
Kurikulum merupakan salah satu komponen pokok input pendidikan. Kualitas
Kurikulum menentukan kualitas proses pendidikan. Kurikulum adalah keseluruhan
program aktivitas pembelajaran baik terstruktur maupun hidden yang terdokumentasi
dengan rapi, digunakan sebagai acuan pelaksanaan pembelajaran untuk memberikan
berbagai pengalaman belajar bermakna dan berdampak bagi peserta didik dan diatur
oleh sekolah. Pengalaman belajar harus terprogram dan berpusat pada peserta didik
“student is the central focus of the curriculum”. Keluasan dan kedalaman level
kompetensi sebagai pengalaman dan aktivitas pembelajaran terstruktur dan terukur
dengan baik.
Kurikulum Pendidikan Menengah Kejuruan (PMK) berisi seperangkat program
pencapaian tujuan PMK yaitu terwujudnya Standar Kompetensi Lulusan (SKL),
kompetensi dasar dalam setiap Mata Pelajaran, dan bahan pelajaran serta cara-cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Definisi ini
menunjukkan bahwa setiap satuan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
membutuhkan kurikulum implementatif yang relevan dan cocok dengan kebutuhan
peserta didik dan seluruh stakeholders serta siap diimplementasikan oleh SMK guna
memberi pengalaman belajar bermakna dan berdampak besar bagi peserta didik.
Kurikulum dikembangkan untuk memberi solusi tantangan internal dan eksternal
satuan pendidikan, sehingga hasil pembelajaran memiliki nilai adaptasi yang tinggi
sesuai dengan perubahan ilmu pengetahuan teknologi serta kebutuhan Dunia Usaha dan
Dunia Industri. Berdasarkan hal tersebut penyusunan kurikulum harus dilaksanakan
sesuai prosedur dengan melaksanakan analisis lingkungan strategis satuan pendidikan
dan penyelarasan dengan Dunia Usaha dan atau Dunia Industri.
Kurikulum implementatif dikembangkan dan dilaksanakan oleh SMK diwujudkan
dalam bentuk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang disebut dengan
KTSP SMK. KTSP SMK dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) paling rendah setara dengan jenjang 2 KKNI untuk setiap Kompetensi Keahlian
Program Pendidikan 3 tahun dan paling rendah setara dengan jenjang 3 KKNI untuk
setiap Kompetensi Keahlian Program Pendidikan 4 tahun, Standar Isi (SI), Standar
Proses (SPr), Standar Penilaian (SPn) setiap satuan pendidikan SMK. Semua SMK

1
diharapkan dapat menyiapkan kurikulum implementatif KTSP SMK yang digunakan
sebagai pedoman atau landasan program-program pembelajaran di SMK.
Berdasar uraian di atas, SMKIT Al-Musthafawiyah , melalui berbagai strategi
dan pendekatan yang sesuai dengan peraturan dan pedoman teknis, telah berupaya
mengembangkan Kurikulum SMKIT Al-Musthafawiyah Tahun Pelajaran 2019/2020
untuk Bidang Keahlian Kesehatan dan Pekerjaan Sosial , Program Keahlian Farmasi ,
Kompetensi Keahlian Farmasi Klinis dan Komunitas melalui pembentukan tim
pengembang yang mengkordinasikan kegiatan sesuai prosedur yang telah ditetapkan.

B. Tujuan KTSP SMK


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMK bertujuan menyediakan
program pembelajaran untuk mempersiapkan peserta didik agar memiliki kemampuan
mulia, produktif, kreatif, inovatif, dan efektif dalam menyelesaikan permasalahan
kehidupan serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, dan peradaban dunia. KTSP SMK diharapkan membangun dampak
pendidikan berupa kompetensi untuk dapat melakukan seperangkat tindakan cerdas,
penuh tanggungjawab sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam
melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu. Luaran hasil pendidikan pada
SMK dinilai oleh sekolah dan masyarakat pemangku kepentingan, sehingga KTSP
SMK ditetapkan bersama dengan pemangku kepentingan dan kalangan profesi,
ditetapkan oleh Kepala SMK, dan disahkan oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi.

C. Karakteristik KTSP SMK


KTSP SMK dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:
1. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial,
rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan
psikomotorik;
2. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar
terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke
masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar;
3. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya
dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;
4. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap,
pengetahuan, dan keterampilan;
2
5. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti mata pelajaran yang dirinci
lebih lanjut dalam kompetensi dasar;
6. Kompetensi intimenjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi
dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan
untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti;
7. Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling
memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmata pelajaran dan
jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).

D. Ruang Lingkup Penyusunan KTSP


Penyusunan KTSP SMKIT Al-Musthafawiyah mencakup pengembangan
program pembelajaran program pendidikan 3 (tiga) tahun sesuai spektrum pendidikan
menengah kejuruan, dengan memperhatikan jenjang Kualifikasi Kerja Nasional
Indonesia (KKNI) minimal kualifikasi 2 (kompetensi keahlian 3 tahun) dengan
Deskripsi Jenjang Kualifikasi 2 KKNI sebagai berikut:
1. Mampu melaksanakan satu tugas spesifik, dengan menggunakan alat, dan
informasi, dan prosedur kerja yang lazim dilakukan, serta menunjukkan kinerja
dengan mutu yang terukur, di bawah pengawasan langsung atasannya;
2. Memiliki pengetahuan operasional dasar dan pengetahuan faktual bidang kerja
yang spesifik, sehingga mampu memilih pemecahan yang tersedia terhadap
masalah yang lazim timbul;
3. Bertanggungjawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab
membimbing orang lain.

E. Prinsip Pengembangan dan Pengelolaan KTSP SMK


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMK dikembangkan sesuai
kebutuhan peserta didik dan kapasitas sekolah sebagai bentuk akuntabilitas SMK dalam
memberi layanan pendidikan kejuruan kepada masyarakat dan pemerintah. KTSP SMK
dibawah koordinasi Dinas Pendidikan Provinsi dikembangkan oleh SMK secara cermat
memperhatikan: visi-misi-tujuan sekolah, Profil Lulusan, SKL, SI, SPr, SPn, KKNI dan
ketersediaan sarana prasarana pendidikan di SMK. KTSP SMK dikembangkan
berdasarkan prinsip-prinsip berikut.
1. Peningkatan Iman, Takwa, dan Akhlak Mulia

3
Iman, takwa, dan akhlak mulia menjadi dasar pembentukan kepribadian peserta
didik secara utuh. KTSP SMK disusun agar semua mata pelajaran dapat
menunjang peningkatan iman, takwa, dan akhlak mulia.
2. Pengembangan Kompetensi secara Komprehensif
Kompetensi peserta didik dikembangkan secara seimbang. Keseimbangan antara
pengembangan sikap spiritual, sosial, kerja, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja
sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik. Sekolah merupakan
bagian dari masyarakat dan dunia kerja yang memberikan pengalaman belajar
terencana, dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke
masyarakat dan dunia kerja, serta memanfaatkan masyarakat dan dunia kerja
sebagai sumber belajar. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan
serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan di masyarakat.
Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi
inti mata pelajaran yang dirinci lebih lanjut menjadikompetensi dasar.
Kompetensi inti mata pelajaran menjadi unsur pengorganisasi (organizing
elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses
pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam
kompetensi inti.
3. Kebutuhan Kompetensi Masa Depan
Kemampuan peserta didik yang diperlukan yaitu antara lain kemampuan
berkomunikasi, berpikir kritis, berkolaborasi dan kreatif dengan
mempertimbangkan nilai dan moral Pancasila agar menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung-jawab, toleran dalam keberagaman, mampu hidup
dalam masyarakat global, memiliki minat luas dalam kehidupan dan kesiapan
untuk bekerja, kecerdasan sesuai dengan bakatdan minatnya, serta peduli
terhadap lingkungan. Kurikulum harus mampu menjawab tantangan ini sehingga
perlu mengembangkan kemampuan-kemampuan ini dalam proses pembelajaran.
4. Peningkatan Potensi, Kecerdasan, dan Minat sesuai dengan Tingkat
Perkembangan dan Kemampuan Peserta Didik
Pendidikan merupakan proses sistematik untuk meningkatkan martabat manusia
secara holistik yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif, psikomotor)
berkembang secara optimal. Sejalan dengan itu, KTSP SMK disusun dengan

4
memperhatikan potensi, tingkat perkembangan, minat, kecerdasan intelektual,
emosional, sosial, spritual, dan kinestetik peserta didik.
5. Keragaman Potensi dan Karakteristik Daerah dan Lingkungan
Daerah memiliki keragaman potensi, kebutuhan, tantangan, dan karakteristik
lingkungan. Masing-masing daerah memerlukan pendidikan kejuruan yang sesuai
dengan potensi, karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari. Oleh
karena itu, KTSP SMK perlu memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan
lulusan yang relevan dengan kebutuhan pengembangan daerah.
6. Tuntutan Pembangunan Daerah dan Nasional
Dalam era otonomi dan desentralisasi, kurikulum adalah salah satu media
pengikat dan pengembang keutuhan bangsa yang dapat mendorong partisipasi
masyarakat dengan tetap mengedepankan wawasan nasional. Untuk itu,
kurikulum perlu memperhatikan keseimbangan antara kepentingan daerah dan
nasional.
7. Tuntutan Dunia Kerja
Tuntutan dunia kerja merupakan variabel pokok pengembangan pendidikan
kejuruan. Pengembangan KTSP SMK berbasis tuntutan kompetensi dunia kerja.
Kegiatan pembelajaran di SMK harus dapat mendukung tumbuh-kembangnya:(1)
keterampilan kebekerjaan(employability skills)yakni kemampuan individu untuk
menyesuaikan diri dengan iklim kerja di dunia kerja; (2) keterampilan teknis
(technical skills) adalah kemampuan melakukan pekerjaan sesuai dengan
mekanisme, prosedur, cara, serta penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) sesuai bidang kerjanya; (3) bertindak produktif, mandiri, kolaboratif, dan
komunikatif dalam melaksanakan tugas dengan menggunakan alat, informasi, dan
prosedur kerja yang lazim dilakukan serta menyelesaikan masalah kompleks
sesuai dengan bidang kerja; (4) menampilkan kinerja mandiri dengan pengawasan
tidak langsung atasan dan atau secara mandiri berdasarkan kuantitas dan kualitas
terukur sesuai standar kompetensi kerja, serta bertanggung jawab atas hasil kerja
orang lain; (5) berjiwa wirausahaan dan mempunyai kecakapan hidup. Oleh sebab
itu, KTSP SMK perlu memuat kecakapan hidup untuk membekali peserta didik
memasuki dunia kerja.
8. Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni
Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang membawa masyarakat
berbasis pengetahuan di mana IPTEKS sangat berperan sebagai penggerak utama
5
perubahan. Pendidikan harus terus menerus melakukan adaptasi dan penyesuaian
perkembangan IPTEKS sehingga tetap relevan dan kontekstual dengan
perubahan. Pendekatan sains dan rekayasa penting dijadikan model pendekatan
pembelajaran kejuruan di SMK. Oleh karena itu, KTSP SMK harus
dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
9. Dinamika Perkembangan Global
KTSP SMK dikembangkan untuk menciptakan kemandirian, baik pada individu
maupun bangsa, yang sangat penting ketika dunia digerakkan oleh pasar bebas.
Pergaulan antarbangsa yang semakin dekat memerlukan individu yang mandiri
dan mampu bersaing serta mempunyai kemampuan untuk hidup berdampingan
dengan suku dan bangsa lain.
10. Persatuan Nasional dan Nilai-Nilai Kebangsaan
Kurikulum diarahkan untuk membangun karakter dan wawasan kebangsaan
peserta didik yang menjadi landasan penting bagi upaya memelihara persatuan
dan kesatuan bangsa dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Oleh karena itu, KTSP SMK K-13 harus menumbuhkembangkan
wawasan dan sikap kebangsaan serta persatuan nasional untuk memperkuat
keutuhan bangsa dalam wilayah NKRI.
11. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Setempat
KTSP SMK K-13 dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial
budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya.
Penghayatan dan apresiasi pada budaya setempat ditumbuhkan terlebih dahulu
sebelum mempelajari budaya dari daerah dan bangsa lain.
12. Kesetaraan Gender
KTSP SMK K-13 diarahkan kepada pengembangan sikap dan perilaku yang
berkeadilan dengan memperhatikan kesetaraan gender.
13. Karakteristik Satuan Pendidikan
KTSP SMK K-13 dikembangkan sesuai dengan kondisi dan ciri khas satuan
pendidikan.

6
F. Landasan Pengembangan KTSP
1. Landasan Filosofi
Landasan filosofis penting kedudukannya dalam pengembangan kurikulum.
Landasan filosofis memberi arah ideal dan pemikiran yang mendasar tentang isi suatu
kurikulum, konsep pembelajaran yang tepat, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar,
hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan kerja serta lingkungan alam
di sekitarnya. KTSP SMK dikembangkan dengan landasan filosofis sebagai berikut:
1. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa
masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan KTSP SMK
dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan
untuk membangun kehidupan masa kini dan untuk membangun dasar-dasar
kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan. Mempersiapkan peserta didik
untuk kehidupan masa depan selalu menjadi tujuan dasar KTSP SMK . Hal ini
mengandung makna bahwa KTSP SMK adalah rancangan program pembelajaran
PMK untuk mempersiapkan kehidupan generasi muda sebagai human capital
bangsa. Dengan demikian, tugas mempersiapkan generasi muda bangsa menjadi
tenaga kerja menengah yang handal merupakan tugas utama SMK. Untuk
mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan peserta didik, KTSP SMK
mengembangkan pengalaman belajar yang memberikan kesempatan luas bagi
peserta didik untuk menguasai berbagai kompetensi. Kompetensi yang diajarkan
dan dilatihkan pada SMK diprogramkan untuk memenuhi kebutuhan pasar tenaga
kerja (labour market), hal ini sejalan dengan pandangan filsafat esensialisme. Di
sisi lain dalam pandangan filosofi pragmatisme PMK diselenggarakan untuk
maksud memenuhi seluruh kebutuhan individu peserta didik dalam
mempersiapkan diri menjalani dan memecahkan permasalahan-permasalahan
kehidupan sehari-hari di masyarakat dan keluarga.
2. KTSP SMK disusun untuk membangun budaya tekno-sain-sosio-kultural yaitu
suatu budaya masyarakat yang secara sosial baik di sekolah, dunia kerja,
keluarga, maupun di masyarakat secara sinergi tumbuh budaya pemecahan
masalah secara terencana, terprogram, produktif, terdesain dan dijelaskan atau
diberi eksplanasi melalui proses inkuiri dan diskoveri. Budaya teknologi
melakukan rekayasa pemecahan masalah kehidupan dan masalah pekerjaan
melalui pengembangan disain dan temuan-temuan baru. KTSP SMK
mengembangkan kemampuan peserta didik sebagai pewaris budaya bangsa dan
7
peduli terhadap permasalahan dunia kerja, masyarakat dan bangsa masa kini dan
masa depan.
3. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Peserta didik SMK
belajar membangun pengalaman diri dalam memecahkan permasalahan-
permasalahan secara kreatif. Untukitu peserta didik SMK perlu memiliki
pengalaman belajar berpikir kreatif, bekerja kreatif sendiri-sendiri maupun
dengan orang lain, dan menerapkan inovasi-inovasi dalam setiap pemecahan
masalah kerja dan kehidupan. Menurut pandangan filosofi ini, proses pendidikan
kejuruan adalah suatu proses pemberian dan fasilitasipengalaman dan kesempatan
kepada peserta didik untuk melakukan proses mind on, hands on, dan heart on
secara seimbang melalui penguatan kemampuan milihat, mendengar, membaca,
bertindak secara matang dan cermat. KTSP SMK mengunggulkan budaya tekno-
sain-sosio-kultural dalam memecahkan masalah-masalah kerja dan sosial dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
4. Pendidikan menengah kejuruan membutuhkan penumbuhan atitude pokok (core
attitudes) yaitu disiplin diri (self-discipline), keterbukaan terhadap pengalaman
diri dan orang lain (openness to experience), kemampuan pengambilan resiko
(risk-taking), toleran terhadap dualisme (tolerance for ambiguity), dan
kepercayaan kelompok (group trust).
5. Pendidikan menengah kejuruan mengembangkan kecerdasan emosional-spiritual,
sosial-ekologis, intelektual, kinestetis, ekonomika, teknologi, seni-budaya, dan
kecerdasan belajar sebagai pusat pengembangan kecerdasan (Sudira, 2015).
Filosofi ini menentukan bahwa isi KTSP SMK mencakup kecerdasan ganda dan
bersifat kontekstual. Filosofi ini mensyaratkan KTSP SMK memberi pengalaman
belajar yang utuh dan menyeluruh dalam mengembangkan kecerdasan peserta
didik.
6. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih
baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan belajar yang cerdas dalam
menumbuhkan kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial,
kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan
bangsa yang lebih baik (experimentalism and social reconstructivism).
Merujuk enam filosofi tersebut, maka KTSP SMKIT Al-Musthafawiyah dikembangkan
dengan maksud untuk mengembangkan seluruh potensi kecerdasan peserta didik agar
kompeten dalam memecahkan masalah-masalah kerja, masalah-masalah sosial di
8
masyarakat secara kreatif, memiliki kemampuan berpikir kreatif, bekerja kreatif dengan
orang lain dan mampu menerapkan inovasi serta dilandasi disiplin diri yang tinggi,
keterbukaan terhadap pengalaman diri dan orang lain (openness to experience),
kemampuan pengambilan resiko (risk-taking), dan toleran terhadap dualisme untuk
membangun kehidupan masyarakat demokratis yang lebih baik.

2. Landasan Teoritis
Dua tokoh pendidikan kejuruan berbeda aliran sangat kuat mewarnai teori-teori
pendidikan kejuruan dunia. Tokoh tersebut adalah Charles Prosser dan John Dewey.
Teori Prosser menyatakan bahwa Pendidikan Kejuruan membutuhkan lingkungan
pembelajaran menyerupai dunia kerja dan peralatan yang memadai sesuai kebutuhan
pelaksanaan pekerjaan di dunia kerja. Agar efektif Pendidikan Kejuruan harus melatih
dan membentuk kebiasaan kerja sebagai suatu kebutuhan yang harus dimiliki bagi
setiap individu yang mau bekerja. Penguatan kemampuan dan skill kerja dapat
ditingkatkan melalui pengulangan cara berpikir dan cara bekerja yang efisien.
Pendidikan Kejuruan harus melakukan seleksi bakat dan minat. Guru Pendidikan
Kejuruan akan berhasil jika telah memiliki pengalaman sukses dalam menerapkan skill
dan pengetahuan sesuai bidang yang diajarkan. Kemampuan produktif sebagai standar
performance dikembangkan berdasarkankebutuhan industri sesuai actual jobs.
Pendidikan Kejuruan membutuhkan biaya pendidikan dan pelatihan yang harus
terpenuhi dan jika tidak sebaiknya tidak diselenggarakan.
Pendidikan Kejuruan dalam pandangan teori John Dewey menegaskan bahwa
Pendidikan Kejuruan menyiapkan peserta didik memiliki kemampuann memecahkan
permasalahan sesuai perubahan-perubahan dalam cara-cara berlogika dan membangun
rasional melalui proses pemikiran yang semakin terbuka dalam menemukan berbagai
kemungkinan solusi dari berbagai pengalaman. Dampak pokok dari TVET yang
diharapkan oleh Dewey adalah masyarakat berpengetahuan yang mampu beradaptasi
dan menemukan kevokasionalan dirinya sendiri dalam berpartisipasi di masyarakat,
memiliki wawasan belajar dan bertindak dan melakukan berbagai perubahan sebagai
proses belajar sepanjang hayat. Belajar berlangsung selama jiwa masih dikandung
badan. Dewey juga mengusulkan agar Pendidikan Kejuruan dapat mengatasi
permasalahan diskriminasi pekerjaan, diskriminasi kaum perempuan, dan minoritas.
Dewey memberi advokasi modernisasikurikulum Pendidikan Kejuruan menjadi

9
"scientific-technical". Studi ini mengkaitkan cara-cara bekerja yang didukung
pengetahuan yang jelas dan memadai.
Dewey berargumen bahwa sekolah tradisional yang tumpul dan mekanistis harus
dikembangkan menjadi pendidikan yang demokratis dimanapeserta didik
mengeksplorasi kapasitas dirinya sendiri untuk berpartisipasi dalam segala aspek
kehidupan masyarakat. Dewey memberi wawasan bahwa sekolah harus mampu
melakukan proses transmisi dan transformasi budaya dengan peningkatan dan
kesetaraan posisi dalam ras, etnik, posisi sosial ekonomi di masyarakat.Setiap individu
memiliki pandangan positif terhadap satu sama lain. Pendidikan Kejuruan tidak hanya
fokus pada bagaimana memasuki lapangan pekerjaan, tetapi juga fokus pada peluang-
peluang pengembangan karir, adaptif terhadap perubahan lapangan kerja dan berbasis
pengetahuan atau ide-ide kreatif.
Kurikulum Pendidikan Kejuruan menurut Dewey memuat kemampuan akademik
yang luas dan kompetensi generik, skill teknis, skillinterpersonal, dan karakter kerja.
Kurikulum Pendidikan Kejuruan mengintegrasikanpendidikan akademik, karir, dan
teknik. Ada artikulasi di antara pendidikan dasar, menengah, pendidikan tinggi,
dandekat dengan dunia kerja. Sekolah yang baik adalah sekolah yang mampu
membangun komunitas masyarakatsecara bersama-sama menjadi anggota masyarakat
yang aktifmengembangkan budaya. Menurut Dewey hanya pengalaman yang benar dan
nyatayang dapat membuat peserta didik dapat menghubungkanpengetahuan yang
dipelajari. Teori pendidikan demokratis Dewey cocok dengan tuntutan Pendidikan
Kejuruan Abad XXI.
Selain dua teori induk Pendidikan Kejuruan yaitu Teori Efisiensi Sosial dari
Charles Prosser dan Pendidikan Vokasional Demokratis dari John Dewey, adaTeori Tri
Budaya sebagai pemikiran awal yang dapat digunakan untuk pengembangan
kompetensi kevokasionalan. Teori Tri Budaya menyatakan Pendidikan Kejuruan akan
berhasil jika mampu mengembangkan budaya berkarya, budaya belajar, dan budaya
melayani secara simultan. Pendidikan Kejuruan dalam melakukan proses pendidikan
dan pelatihan harus membangun budaya berkarya, belajar, dan menerapkan hasil-hasil
karya inovatif sebagai bentuk-bentuk layanan kemanusiaan. Karya sebagai hasil inovasi
belajar harus digunakan untuk kesejahteraan bersama melayani orang lain.
Pendekatan pembelajaran yang diterapkan di SMKIT Al-Musthafawiyah adalah
pembelajaran berbasis kompetensi. Pembelajaran yang membangun performa peserta
didik “individual ability to perform” mencakup penguasaan pengetahuan, keterampilan,
10
dan sikap secara terpadu. Pendekatan pembelajaran ini harus menganut pembelajaran
tuntas (mastery learning) untuk dapat menguasai sikap (attitude), pengetahuan
(knowledge) dan keterampilan (skills) agar dapat bekerja sesuai profesinya. Agar
peserta didik dapat belajar secara tuntas, dikembangkan prinsip pembelajaran sebagai
berikut.
1) Learning by doing (belajar melalui aktivitas/kegiatan nyata, otentik, kontekstual
yang memberikan pengalaman belajar bermakna), dikembangkan menjadi
pembelajaran berbasis produksi, pembelajaran berbasis pemecahan masalah,
pembelajaran berbasis kerja, pembelajaran berbasis inkuiri, pembelajaran
berbasis diskoveri;
2) Individualized learning yakni pembelajaran dengan memperhatikan keunikan
setiap individu dan dilaksanakandengan sistem modular.
3) Team work learning adalah pembelajaran yang mengembangkan kemampuan
bekerja secara tim dengan penguatan kompetensi diri bertanggung-jawab
dengan tugas-tugas dan memahami posisi dan fungsinya dalam tim.
Pembelajaran kejuruan tidak cukup belajar menguasai kompetensi secara
individu tetapi perlu belajar dalam kelompok.
Pendidikan Kejuruan sebagai pendidikan untuk dunia kerja sangat penting
fungsi dan posisinya dalam memenuhi tujuan kebijakan ketenagakerjaan. Kebijakan
ketenagakerjaan suatu negara diharapkan mencakup lima hal pokokyaitu: (1) memberi
peluang kerja untuk semua angkatan kerja yang membutuhkan; (2) pekerjaan tersedia
seimbang dan merata di setiap daerah dan wilayah; (3) memberi penghasilan yang
mencukupi sesuai dengan kelayakan hidup dalam bermasyarakat; (4) pendidikan dan
pelatihan mampu secara penuh mengembangkan semua potensi dan masa depan setiap
individu; (5) matching man and jobs dengan kerugian-kerugian minimum, pendapatan
tinggi dan produktif. Kebijakan ketenagakerjaan tidak boleh memihak hanya pada
sekelompok atau sebagian dari masyarakatnya. Jumlah dan jenis-jenis lapangan
pekerjaan tersedia, tersebar merata, seimbang, dan layak untuk kehidupan seluruh
masyarakat. Pendidikan kejuruan menjadi tidak efisien jika lapangan pekerjaan tidak
tersedia merata dan seimbang bagi lulusannya.
KTSP SMKIT Al-Musthafawiyah dikembangkan atas teori Efisiensi Sosial dan
Pendidikan Demokratis, “pendidikan berdasarkan standar” (standard-based education),
dan teori kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum), pembelajaran
berbasis kerja, pembelajaran berbasis produksi, danpembelajaran berbasis pemecahan
11
masalah. Pendidikan berdasarkan standar menetapkan adanya standar nasional sebagai
standar minimal warga negara yang dirinci menjadi standar kompetensi lulusan, standar
isi, standar proses, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan
prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar
seluas-luasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap,
berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak.
KTSP SMKIT Al-Musthafawiyah menganut: (1) pembelajaran yang dilakukan
guru dalam bentuk proses belajar mengajar yang dikembangkan berupa kegiatan
pembelajaran teori di kelas, pembelajaran pembuktian teori di laboratorium,
pembelajaran skill di bengkel/studio/workshop/kebun dsb, pembelajaran ketrampilan
kerja di tempat kerja (DU-DI, Teaching factory, Business centre); dan (2) pengalaman
belajar langsung di dunia kerja untuk membangun kebiasan kerja. Demikian juga
dengan pembelajaran langsung di masyarakat sesuai dengan latar belakang,
karakteristik, kompetensi keahlian dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman
belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan
hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.

3. Landasan Yuridis
Landasan yuridis Kurikulum 2013 adalah:
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
3) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
4) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
5) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
sebagaimana telah diubah untuk kedua kalinya dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
6) Peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 74 Tahum 2008 tentang Guru
7) Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 16
tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru
8) Permendikbud Nomor 80 tahun 2013 tentang Pendidikan Universal
9) Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 60
tahun 2014 tentang Kurikulum SMK
12
10) Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 61
tahun 2014 tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada Pendidikan dasar
dan Menengah
11) Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 06/D.D5/KK/2018 tentang Spektrum Keahlian
Pendidikan Menengah Kejuruan;
12) Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 07/D.D5/KK/2018 tentang Struktur
Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah.
13) Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 62
tahun 2014 tentang Ekstra Kurikuler
14) Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 63
tahun 2014 tentang Kepramukaan
15) Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 64
tahun 2014 tentang Peminatan
16) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 103 Tahun 2014 Tentang
Pembelajaran pada Pendidikan Dasar Menengah
17) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 111 Tahun 2014 Tentang
Bimbingan dan Konsellng pada Pendidikan Dasar dan Menengah
18) Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2016 Tentang Komite Sekolah
19) Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 64
Tahun 2015 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Lingkungan Sekolah
20) Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 082
Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di
Lingkungan Satuan Pendidikan
21) Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia No 23 tahun
2015 Tentang penumbuhan budi pekerti
22) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 28 Tahun 2016 tentang Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah
23) Pergub Jabar No. 69 Tahun 2013 tentang mulok bahasa sunda
24) Surat Kepala Dinas Pendidikan Provin Jawa Barat Nomor: 422/9965 Set-Disdik
Tanggal 16 Mei 2019 Tentang Pedoman penyusunan kalender akademik tahun
pelajaran 2019/2020
13
G. Tata Kelola KTSP SMK
Penyempurnaan tata kelola KTSP SMK diarahkan pada peningkatan hal-hal
sebagai berikut.
1. Tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang bersifat
kolaboratif;
2. Penguatan manajemen sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen
kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan (educational leader);
3. Penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses
pembelajaran;
4. Penguatan kerjasama dengan dunia kerja melalui sharing sumberdaya;
5. Pengelolaan pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus
memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki
kompetensi yang sama;
6. Pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan
alam, sumber/media lainnya);
7. Pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja
dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet);
8. Pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin
diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains);
9. Belajar kelompok berbasis tim;
10. Pembelajaran berbasis alat nyata dan multimedia;
11. Pembelajaran memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap
peserta didik, dan
12. Pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidiscipline).

H. Tim Pengembang KTSP SMK


KTSP SMK dikembangkan secara tim di bawah koordinasi dan supervisi dinas
pendidikan provinsi. Tim pengembang KTSP SMK terdiri atas: ketua kompetensi
keahlian, kelompok guru kompetensi keahlian, wakil kepala sekolah bidang kurikulum,
wakil kepala sekolah/madrasah bidang humas, dan kepala sekolah sebagai ketua
merangkap anggota. Dalam kegiatan pengembangan KTSP SMK, tim pengembang
melibatkan komite sekolah/madrasah, pengawas SMK, nara sumber ahli pendidikan
teknologi dan kejuruan, ahli materi kompetensi keahlian, praktisi dunia kerja terkait,dan

14
pihak lain yang terkait. Koordinasi dan supervisi dilakukan oleh Dinas Pendidikan
Provinsi.
Pada Pengembangan Kurikulum SMKIT Al-Musthafawiyah Bidang Keahlian
Kesehatan dan Pekerjaan Sosial, Program Keahlian Farmasi, Kompetensi Keahlian
Farmasi Klinis dan Komunitas Tahun pelajaran 2019-2020, disusun oleh tim
sebagaimana SK Terlampir. Untuk meningkatkan kesesuaian dengan perkembangan
iptek dan kondisi perkembangan di dunia usaha/industri dilaksanakan penyelarasan
(Validasi –Sinkronisasi) dengan melibatkan unsur DU/DI berikut:

No Nama Industri Bidang Usaha Alamat


Jl Raya Wangun No 240 Tajur,
1 Kimia Farma Apotek Bogor, Jawa Barat 16141

Jl Raya Tajur No 75 Kec. Bogor


2 RS Juliana Rumah Sakit Timur, Kota Bogor 16134

I. Tahapan Penyusunan KTSP SMK


Tahapan penyusunan KTSP SMK digambarkan seperti gambar dibawah ini.

Penyelarasan
(Validasi –
Sinkronisasi)
dengan DU/DI

15
Tahapan pengembangan KTSP SMK berdasarkan flowchart di atas dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1. Analisis SWOT potensi SMK dan wilayah tempat sekolah didirikan dilakukan
untuk menemukan kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan SMK terkait
potensi sekolahnya dan potensi wilayah. SMK membuat analisis sehingga
menemukan strategi bagaimana: (1) menggunakan kekuatan (S) yang dimiliki
untuk memanfaatkan peluang (O) yang ada di lingkungannya; (2) menggunakan
kekuatan (S) yang dimiliki untuk menghindari ancaman (T); (3) menghilangkan
kelemahan (W) dengan memanfaatkan peluang (O); (4) meminimalkan kelemahan
(W) dengan menghindari ancaman (T).
2. Need Assessment dilakukan sebagai studi analisis kebutuhan kompetensi kerja
tenaga kerja tingkat menengah yang dibutuhkan di suatu daerah dengan
mempertimbangkan Standar Kompetensi Kerja yang berlaku baik tingkat nasional,
regional dan internasional. Studi ini diperkuat dengan studi pelacakan (tracer
study) lulusan yang sudah bekerja dan analisis kebutuhan daerah.
3. Memperhatikan hasil-hasil analisis SWOT, need analysis, tracer study lulusan, dan
analisis kebutuhan wilayah maka dapat selanjutkan dirumuskan profil lulusan.
Profil lulusan menggambarkan peran dan fungsi yang diharapkan dapat dijalankan
oleh lulusan nantinya setelah memasuki dunia kerja dan berpartisipasi dalam
pembangunan di masyarakat selanjutnya disusun deskripsi kompetensi dasar
seseuai profil lulusan;
4. Tim pengembang KTSP SMK pada masing-masing Kompetensi Keahlian, harus
mencermati Struktur Kurikulum sesuai Keputusan Dirjen Dikdasmen, deskripsi
KI/KD setiap mata pelajaran C2 dan C3. Selanjutnya deskripsi KD padan mata
pelajaran C2 dan C3 diselaraskan dengan KD profil lulusan.
5. Kompetensi Dasar pada setiap mata pelajaran divalidasi dan di sinkronisasi dengan
industri pasangan
6. Silabus masing-masing Mata Pelajaran dikembangkan sesuai Standar Proses.
Masing-masing KD dideskripsikan indikator-indikatornya, cakupan materi, sumber
belajar, waktu yang diperkirakan dibutuhkan.
7. Pengembangan RPP Mata Pelajaran mengacu pada Silabus Mata Pelajaran. RPP
dikembangkan untuk setiap pasang KD.
8. RPP dirancang dan dilaksanakan dalam Pembelajaran Teori, Pembelajaran Praktik,
dan atau PKL sesuai karakteristik KD pada masing-masing Mata Pelajaran. PKL
16
dilaksnakan secara blok waktu diupayakan sepenuhnya untuk pengembangan
kompetensi pada silabus sesuai kebutuhan pengembangan SKL.

J. Alur penyusunan KTSP SMK


Alur penyusunan digambarkan seperti gambar berikut ini.

Penyiapan dan Review dan


Pembentukan
Penyusunan Draf Validasi KTSP Revisi (4)
Tim Penyusun
KTSP SMK/MAK SMK/MAKK-
(1)
K-13(2) 13 (3)

Naskah KTSP
Penetapan dan Pengesahan KTSP
SMK/MAK K-13(5)
SMK/MAK K-13(6)

Ditetapkan oleh Kepala Sekolah


Disyahkan oleh Kepala Dinas Pendidikan
Provinsi

K. Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI)


Sistem penjaminan mutu pendidikan merupakan kesatuan unsur yang terdiri atas
organisasi, kebijakan, dan proses terpadu yang mengatur segala kegiatan untuk
meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah yang saling berinteraksi secara
sistematis, terencana dan berkelanjutan. SPMP meliputi Sistem Penjaminan Mutu
Internal (SPMI) dan Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME). Sistem Penjaminan
Mutu Internal Pendidikan Dasar dan Menengah, adalah suatu kesatuan unsur yang
terdiri atas kebijakan dan proses yang terkait untuk melakukan penjaminan mutu
pendidikan yang dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan dasar dan satuan
pendidikan menengah untuk menjamin terwujudnya pendidikan bermutu yang
memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan. Sistem Penjaminan Mutu
Eksternal adalah suatu kesatuan unsur yang terdiri atas organisasi, kebijakan, dan
proses yang terkait untuk melakukan fasilitasi dan penilaian melalui akreditasi untuk
menentukan kelayakan dan tingkat pencapaian mutu satuan pendidikan dasar dan
pendidikan menengah.
Sistem Penjaminan Mutu Internal merupakan suatu siklus yang kontinu yang
dilaksanakan oleh Satuan Pendidikan dalam menjamin peningkatan mutu pendidikan
berkelanjutan serta terbangunnya budaya mutu pendidikan di sekolah. Dalam
menjalankan penjaminan mutu pendidikan di setiap satuan pendidikan merupakan

17
upaya terpadu dan sistematis antara seluruh pemangku kepentingan di sekolah yang
meliputi Kepala Sekolah, Guru, dan Tenaga Kependidikan/Tata Usaha, dan bekerja
sama dengan komite sekolah.
Sistem penjaminan mutu pendidikan di sekolah dibagi menjadi lima tahapan yaitu:
1. Pemetaan mutu; penyusunan rencana peningkatan mutu
2. Implementasi rencana peningkatan mutu
3. Evaluasi/audit internal
4. Penetapan standar mutu pendidikan
Tugas Sekolah dalam kaitannya implementasi SPMI ini adalah:
1. Merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, dan mengembangkan SPMI
2. Menyusun dokumen SPMI
3. Membuat perencanaan peningkatan mutu yang dituangkan dalam Rencana Kerja
Sekolah
4. Melaksanakan pemenuhan mutu baik dalam pengelolaan satuan pendidikan
maupun proses pembelajaran
5. Menetapkan standar baru dan menyusun strategi peningkatan mutu berdasarkan
hasil monitoring dan evaluasi
6. Membentuk unit penjaminan mutu pada satuan
Hasil dari Sistem Penjaminan Mutu Internal adalah terjadinya peningkatan mutu
pendidikan pada level sekolah dari waktu ke waktu untuk setiap standar dari 8 SNP
yang telah ditetapkan. Keberhasilan SPMI di setiap satuan pendidikan ditunjukkan oleh
peningkatan skor dari setiap standar setiap kali dilakukan penilaian.

L. OutLine Penulisan KTSP SMK


Penulisan KTSP SMKIT Al-Musthafawiyah disusun dengan Outline sebagai
berikut:
SAMPUL MUKA
LEMBAR VERIFIKASI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISTLAH (GLOSARIUM)
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Rasional
B. Tujuan KTSP SMK
C. Karakteristik KTSP SMK
D. Ruang Lingkup Penyusunan KTSP SMK

18
E. Prinsip Pengembangan dan Pengelolaan KTSP SMK
F. Landasan Pengembangan KTSP
1. Landasan Filosofi
2. Landasan Teoritis
3. Landasan Yuridis
G. Tata Kelola KTSP SMK
H. Tim Pengembang KTSP SMK
I. Tahapan Penyusunan KTSP SMK
J. Alur Penyusunan KTSP SMK
K. Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI)
L. Outline Penulisan KTSP SMK

BAB II ANALISIS KONTEKS LINGKUNGAN STRATEGIS


Lingkungan Strategis
A.Identifikasi Lingkungan Internal
B. Identifikasi Lingkungan Eksternal
C. Analisis Lingkungan Potensial
D. Kuadran SWOT
BAB III VISI, MISI DAN TUJUAN PENDIDIKAN
A. Tujuan Pendidikan
B. Tujuan Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
C. Visi, Misi dan Tujuan SMKIT Al Musthafawiyah
D. Tujuan Kompetensi Keahlian Farmasi Klinis dan Komunitas

BAB IV KURIKULUM SMKIT AL MUSTHAFAWIYAH TAHUN PELAJARAN


2019/2020 BIDANG KEAHLIAN KESEHATAN DAN PEKERJAAN SOSIAL,
PROGRAM KEAHLIAN FARMASI, KOMPETENSI KEAHLIAN FARMASI
KLINIS DAN KOMUNITAS
A. Profil Lulusan SMK
B. Standar Kompetensi Lulusan SMK
1. Dimensi Sikap
2. Dimensi Pengetahuan
3. Dimensi Keterampilan
C. Kompetensi Inti
D. Struktur dan Muatan KTSP
E. Beban Belajar di SMK
F. Alat Praktikum Utama
G. Muatan Lokal
H. Pendalaman Minat dan PKL
1. Pendalaman Minat
2. PKL
3. Kunjungan Industri
4. Guru Tamu
I. Bimbingan dan Konseling
J. Kegiatan Ekstrakurikuler
K. Kepramukaan
L. Program Penguatan Karakter
M. Program Literasi

19
N. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global
O. Karakteristik Pembelajaran
P. Desain Pembelajaran
Q. Pengembangan Silabus
R. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
S. Pelaksanaan Pembelajaran
T. Supervisi Pembelajaran
U. Pengawasan Proses Pembelajaran
V. Penilaian Hasil dan Proses Pembelajaran
W. Pelaksanaan dan Pelaporan Penilaian
X. Pelaksanaan dan Pelaporan Penilaian oleh Satuan Pendidikan
Y. Pelaksanaan dan Pelaporan Penilaian oleh Pemerintah
Z. Kenaikan Kelas, Kelulusan dan Ketuntasan Belajar
1. Kenaikan Kelas
2. Kelulusan
3. Ketuntasan Belajar Minimal (KBM)

BAB V KALENDER PENDIDIKAN


A. Alokasi Waktu
B. Kalender Pendidikan

BAB VI PENUTUP

LAMPIRAN

20
BAB II
ANALISIS KONTEKS LINGKUNGAN STRATEGIS

Analisis Lingkungan Strategis


Analisis lingkungan strategis dilakukan melalui kajian internal yang meliputi
Strength (Kekuatan) dan Weakness (Kelemahan), serta kajian eksternal yang terdiri dari
Opportunity (Peluang) dan Threath (Ancaman).
1. Strength (Kekuatan) merupakan setiap faktor/kondisi positif yang berasal dari
dalam organisasi yang memungkinkan organisasi tersebut dapat terus tumbuh,
berkembang, atau mencapai kondisi yang lebih baik. Kekuatan yang
mendukung pemasaran produk (jasa pendidikan)
2. Weakness (Kelemahan) meruapakan setiap faktor/kondisi negatif yang berasal
dari dalam organisasi yang memungkinkan organisasi tersebut mengalami
kehancuran, kekalahan, degradasi atau penurunan keadaan.
3. Opportunity (Peluang) merupakan setiap faktor/kondisi positif yang berasal dari
luar organisasi yang memungkinkan organisasi tersebut mengalami kemajuan,
perkembangan, atau pencapaian kondisi yang lebih baik, sehingga bisa digunakan
untuk meningkatkan pemasaran produk / jasa pendidikan, serta meningkatkan
kualitas pendidikan di sekolah.
4. Threath (Ancaman) merupakan setiap faktor/kondisi negatif yang berasal dari luar
organisasi yang dapat mengakibatkan organisasi tersebut mengalami kehancuran,
kemunduran, atau jatuh ke kondisi yang lebih buruk. Ancaman atau tantangan
dari pihak luar yang mempengaruhi kondisi dan pengembangan sekolah serta
menjadi faktor tuntutan sehingga SMKIT Al-Musthafawiyah melakukan
tindakan / perubahan / peningkatan kualitas
Langkah-langkah Penerapan analisis SWOT dilaksanakan sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi STRENGTHS (Kekuatan), WEAKNESSES (Kelemahan),
OPPORTUNITIES (Peluang) dan THREATS (Ancaman) dari aspek-aspek
yang akan dinilai dalam organisasi sekolah, dengan sekup analisis, menyeluruh
atau parsial. Dalam melaksanakan analisis ini dilakukan analisis secara
menyeluruh sesuai dengan delapan standar nasional pendidikan.
2. Menyusun instrumen untuk melakukan assessment / pembobotan, yaitu
menganalisis secara kuwantitatif kekuatan dan kelemahan serta Peluang dan
Ancaman dengan menghitung bobot (skala 1 s.d 10) berdasar ada kepentinghan /
urgensi, mendesaknya serta pengaruhnya. Dari pembobotan ini muncul
21
STRENGTHS (Kekuatan), WEAKNESSES (Kelemahan), OPPORTUNITIES
(Peluang) dan THREATS (Ancaman) potensial.
3. Kwadran SWOT
Kwadran SWOT dilakukan untuk mencari posisi organisasi yang ditunjukkan
oleh titik (x,y) pada kuadran SWOT. Dengan memperhatikan skor bobot pada
langkah ke dua di atas, titik kwadran dieroleh dengan melakukan pengurangan
antara jumlah total faktor S dengan W (titik x) dan faktor O dengan T (titik y).
Jika ditarik garis panah dari titik O ke (X,Y) diperoleh sebuah posisi yang
memiliki makna :
a. Kuadran I (positif, positif):
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang,
Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi
dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus
melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara
maksimal.
b. Kuadran II (positif, negatif):
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi
tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah
Diversifikasi Strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun
menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda organisasi
akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada
strategi sebelumnya. Oleh karenya, organisasi disarankan untuk segera
memperbanyak ragam strategi taktisnya.
c. Kuadran III (negatif, positif):
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat
berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi,
artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab,
strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang
ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.
d. Kuadran IV (negatif, negatif):
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi
tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi
Bertahan, artinya kondisi internal organisasi berada pada pilihan dilematis.
Oleh karenanya organisasi disarankan untuk meenggunakan strategi bertahan,
22
mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini
dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri.
4. Tarik kesimpulan dan susun strategi, kebijakan, program dan kegiatan
berdasarkan hasil analisis.
A. Identifikasi Lingkungan Internal

Strengths Weaknesses
Kode Kode
(Kekuatan) (Kelemahan)
Kemampuan guru dalam
Kurikulum sesuai dengan Keputusan
S.1 W.1 pengadministrasian pembelajaran
Dirjen
produktif masih kurang
Sudah terpenuhinya sarana praktikum
Kerjasama dengan industri belum
S.2 siswa untuk pencapaian kompetensi W.2
optimal
kejuruan
Sudah mulai mengembangkan
S.3 W.3 Kurangnya tenaga laboran
Teaching Factory
Pembelajaran melibatkan industri di Masih adanya siswa yang belum
S.4 W.4
sekolah dan di DU/DI belum terencana disiplin dalam belajar
Sudah mengembangkan pembelajaran Pemanfaatan IT dalam
S.5 W.5
kewirausahaan pembelajaran masih belum optimal
S.6 Sudah Memiliki TUK W.6 Belum mengembangkan BKK

B. Identifikasi Lingkungan Eksternal

Kode Opportunities (Peluang) Kode Threats (Ancaman)


Kerjasama dengan PT Penyerapa lulusan di Dunia
Asnakes Indonesia untuk Kerja (Berdasarkan UUK
O1 T1
Ujian Kenaikan Kompetensi mengharuskan tenanga
(UKK) dengan level P3 kesehatan Minimal D3)
Kurang peminat pada
T2
pelaksanaan PPDB

C. Analisis Lingkungan Potensial


Untuk mendapatkan analisis lingkungan strategis potensial, dilakukan
pembobotan terhadap aspek internal dan eksternal sebagaimana tabel berikut ini:
OPPORTUNITIES (Peluang) Skor
Jumlah
No / Skor
Uraian Urgensi Mendesak Pengaruh
Kode
Kerjasama dengan PT
Asnakes Indonesia untuk
O1 Ujian Kenaikan 9 9 10 28
Kompetensi (UKK)
dengan level P3
Jumlah 9 9 10 28
SCOR PELUANG (O) (28/30 )*100 = 93,33

23
THREATS (Ancaman) Skor Jumlah Skor

Kode Uraian Urgensi Mendesak Pengaruh


Penyerapa lulusan di
Dunia Kerja
(Berdasarkan UUK
T1 6 6 7 19
mengharuskan
tenanga kesehatan
Minimal D3)
Kurang peminat pada
T2 8 8 8 24
pelaksanaan PPDB
Jumlah 14 14 15 43
SCOR ANCAMAN (T) (43/60)*100 = 71,67
Peluang - Ancaman 93,33-71,67 = 21,66

STRENGTHS (Kekuatan) Skor ( 1 s.d 10) Jumlah Skor


No /
Kod Uraian Urgensi Mendesak Pengaruh
e
Kurikulum sesuai dengan
S.1 8 8 8 24
Keputusan Dirjen
Sudah terpenuhinya
sarana praktikum siswa
S.2
untuk pencapaian
8 8 9 25
kompetensi kejuruan
Sudah mulai
S.3 mengembangkan Teaching 8 8 8 24
Factory
Pembelajaran melibatkan
S.4 industri di sekolah dan di 8 8 8 24
DU/DI belum terencana
Sudah mengembangkan
S.5 pembelajaran 8 8 8 24
kewirausahaan
S.6 Sudah Memiliki TUK 8 8 9 25
Jumlah 48 48 50 146
SCOR KEKUATAN (S) (146/180)*100= 81,11

WEAKNESSES (Kelemahan) Skor


No / 8
Uraian Urgensi Mendesak Pengaruh
Kode
Kemampuan guru dalam
pengadministrasian
W.1
pembelajaran produktif
8 8 8 24
masih kurang
Kerjasama dengan industri
W.2 8 8 8 24
belum optimal
W.3 Kurangnya tenaga laboran 7 7 8 22
W.4 Masih adanya siswa yang 8 8 8 24

24
belum disiplin dalam belajar
Pemanfaatan IT dalam
W.5 pembelajaran masih belum 7 7 8 22
optimal
Belum mengembangkan
W.6
BKK
7 7 7 21
Jumlah 45 45 47 137
SCOR KELEMAHAN (W) (137/180)=76,11
Kekuatan - Kelemahan 81,11-76,11=5

D. Kuadran SWOT
Berdasar pada pemberian skor di atas diperoleh jumlah sebagai berikut
Titik x = S - W = 81,11- 76,11= 5
Titik y= O - T = 93,33 - 71,67 = 21,66

Dengan demikian dapat digambarkan diagram kwadran SWOT sebagai berikut:

Berdasar analisis di atas, upaya mengkaji peningkatan peran SMKIT Al-


Musthafawiyah pada Tahun pelajaran 2019/2020 berada pada posisi naik,
yaitu berada di Kuadran I( Satu ) yang memiliki makna / menandakan
bahwa SMKIT memiliki Kekuatan dan Peluang yang besar.

25
BAB III
VISI, MISI DAN TUJUAN PENDIDIKAN

A. Tujuan Pendidikan
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watakserta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupanbangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusiayang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat,berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
sertabertanggung jawab.

B. Tujuan Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)


1. Mempersiapkan siswa menjadi manusia produktif, kompetitif dan mampu
bekerja mandiri, dan dapat diserap oleh DU/DI sebagai tenaga kerja tingkat
menengah pada Paket Keahlian yang dimilikinya.
2. Memberikan bekal kepada siswa agar mampu berkarir, ulet dan giat dalam
berkompetisi, mampu beradaptasi di lingkungan kerja dan dapat
mengembangkan sikap profesional sesuai Paket Keahlian yang dimilikinya
3. Membekali siswa dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan wawasan
enterpreneur agar mampu mengembangkan diri dikemudian hari baik secara
mandiri maupun melanjutkan pada jenjang pendidikan lebih tinggi.

C. Visi Misi dan Tujuan SMKIT Al-Musthafawiyah


VISI
Menjadi SMKIT Berbasis Produksi Herbal Syariah
MISI
1. Melakukan kegiatan belajar mengajar dengan berlandaskan nilai-nilai ajaran
Islam secara kaffah berdasarkan pemahaman Ahlus Sunnah Wal Jamaah
2. Menyelenggarakan sistem pendidikan yang mengembangkan kemampuan
kompetensi religius dan kompetensi sosial, serta membekali jiwa
kewirausahaan, kepemimpinan
3. Membentuk pribadi para santri menjadi muslim yang bermanfaat, kuat dalam
aqidah, taat beribadah, teguh pada syariah dan memiliki akhlaqul karimah

26
4. Melaksanakan proses pendidikan pengetahuan, keterampilan dan pembentukan
karakter secara terpadu melalui pola pembelajaran saintifik, analitik dan
komprehensif
Tujuan
1. Melahirkan santri yang memiliki pribadi muslim dan kompetensi yang sanggup
bersaing di dunia kerja dan mampu berwirausaha
2. Mencetak generasi masa depan yang memilliki karakter produktif, komunikatif,
kreatif, dan inovatif
3. Menyiapkan lulusan-lulusan yang berkualitas siap kerja, unggul dan mampu
bersaing untuk memasuki perguruan tinggi baik negeri maupun swasta
4. Menciptakan lulusan yang mampu meningkatkan derajat, harkat dan martabat
sebagai muslim yang berakhlaqul karimah

D. Tujuan Kompetensi Keahlian Farmasi Klinis dan Komunitas


a. Mempersiapkan siswa menjadi manusia produktif, kompetitif dan mampu
bekerja mandiri, dan dapat diserap oleh DU/DI sebagai tenaga kerja tingkat
menengah pada Kompetensi Keahlian Farmasi Klinis dan Komunitas
b. Memberikan bekal kepada siswa agar mampu berkarir, ulet dan giat dalam
berkompetisi, mampu beradaptasi di lingkungan kerja dan dapat
mengembangkan sikap profesional pada Kompetensi Keahlian Farmasi Klinis
dan Komunitas
c. Membekali siswa dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan wawasan
enterpreneur pada Kompetensi Keahlian Farmasi Klinis dan Komunitas agar
mampu mengembangkan diri dikemudian hari baik secara mandiri maupun
melanjutkan pada jenjang pendidikan lebih tinggi.

27
BAB IV
KURIKULUM SMKIT Al-MUSTHAFAWIYAH
TAHUN PELAJARAN 2019-2020
BIDANG KEAHLIAN KESEHATAN DAN PEKERJAAN SOSIAL
PROGRAM KEAHLIAN FARMASI
KOMPETENSI KEAHLIAN FARMASI KLINIS DAN KOMUNITAS

A. Profil Lulusan SMK


Profil lulusan Pendidikan Menengah Kejuruan, adalah sebagai berikut:
1. Beriman, bertakwa, dan berbudi-pekerti luhur;
2. Memiliki sikap mental yang kuat untuk mengembangkan diri secara
berkelanjutan;
3. Menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni serta memiliki keterampilan
sesuai dengan kebutuhan pembangunan;
4. Memiliki kemampuan produktif sesuai dengan bidang keahliannya baik untuk
bekerja pada pihak lain atau berwirausaha, dan
5. Berkontribusi dalam pengembangan industri Indonesia yang kompetitif
menghadapi pasar global.

B. Standar Kompetensi Lulusan SMK


Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Menengah Kejuruan dijabarkan ke
dalam tiga dimensi, yaitu dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Lulusan
SMK program pendidikan 3 tahun adalah sebagai berikut:
1. Dimensi Sikap
Berperilaku yang mencerminkan sikap:
1) beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME;
2) jujur, disiplin, empati, dan pembelajar sejati sepanjang hayat;
3) bangga dan cinta tanah air, bangga pada profesinya, dan berbudaya
nasional;
4) memelihara kesehatan jasmani, rohani, dan lingkungan;
5) berpikir kritis, kreatif, beretika-kerja, bekerja sama, berkomunikasi, dan
bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab
membimbing orang lainsesuai bidang dan lingkup kerja dalam konteks diri
sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa, negara, dan industri lingkup
lokal, nasional, regional, dan internasional.

28
2. Dimensi Pengetahuan
Berfikir secara faktual, konseptual, operasional dasar, prinsip, dan metakognitif
sesuai denganbidang dan lingkup kerjapada tingkat teknis, spesifik, detil, dan
kompleks, berkenaan dengan:
1) ilmu pengetahuan,
2) teknologi,
3) seni,
4) budaya, dan
5) humaniora
dalam konteks pengembangan potensi diri sebagai bagian dari keluarga, sekolah,
dunia kerja, warga masyarakat lokal, nasional, regional, dan internasional.
3. Dimensi Keterampilan
Bertindak produktif, mandiri, kolaboratif, dan komunikatif dalam:
1) melaksanakan tugas dengan menggunakan alat, informasi, dan prosedur
kerja yang lazim dilakukan serta menyelesaikan masalah sederhana
sesuai dengan bidang kerja, dan
2) menampilkan kinerja mandiri dengan pengawasan langsung atasan
berdasarkan kuantitas dan kualitas terukur sesuai standar kompetensi
kerja, dan dapat diberi tugas membimbing orang lain.

C. Kompetensi Inti
Sebagaimana tertuang pada rumusan SKL, kompetensi yang bersifat generik
mencakup 3 (tiga) ranah yakni sikap, pengetahuan dan keterampilan. Ranah sikap
dipilah menjadi sikap spiritual dan sikap sosial. Pemilahan ini diperlukan untuk
menekankan pentingnya keseimbangan fungsi sebagai manusia seutuhnya yang
mencakup aspek spiritual dan aspek sosial sebagaimana diamanatkan dalam tujuan
pendidikan nasional. Dengan demikian kompetensi yang bersifat generik tersebut
diuraikan menjadi empat yaitu kompetensi inti sikap spiritual disebut KI-1,
kompetensi inti sikap sosial disebut KI-2, kompetensi inti pengetahuan disebut KI-
3, dan kompetensi inti keterampilan disebut KI-4. Uraian Kompetensi Inti untuk
program pendidikan 3 tahun dan 4 tahun pada SMK disajikan dalam Tabel berikut:

29
KOMPETENSI
DESKRIPSI KOMPETENSI
INTI
Sikap Spritual
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
(KI-1)
Sikap Sosial Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli
(KI-2) (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), bertanggung-jawab,
responsif, dan proaktif melalui keteladanan, pemberian nasehat,
penguatan, pembiasaan, dan pengkondisian secara berkesinambungan
serta menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
Pengetahuan Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang
(KI-3) pengetahuan faktual, konseptual, operasional dasar, dan metakognitif
sesuai dengan bidang dan lingkup kerja pada tingkat teknis, spesifik,
detil, dan kompleks, berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dalam konteks pengembangan potensi diri
sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia kerja, warga masyarakat
nasional, regional, dan internasional.
Keterampilan Melaksanakan tugas spesifik, dengan menggunakan alat, informasi, dan
(KI-4) prosedur kerja yang lazim dilakukan serta menyelesaikan masalah
sederhana sesuai dengan bidangkerja.
Menampilkan kinerja di bawah bimbingan dengan mutu dan kuantitas yang
terukur sesuai dengan standar kompetensi kerja.
Menunjukkanketerampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara efektif,
kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif
dalam ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya
di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah
pengawasan langsung.
Menunjukkan keterampilan mempersepsi, kesiapan, meniru, membiasakan,
gerak mahir, menjadikan gerak alami, dalam ranah konkret terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu
melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.

D. Struktur dan Muatan KTSP SMK


Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah Kejuruan berisi Muatan Umum yang
terdiri atas: (A) Muatan Nasional dan (B) Muatan Kewilayahan yang dikembangkan
sesuai kebutuhan wilayah dan (C) Muatan Peminatan Kejuruan yang terdiri atas Dasar
Bidang Keahlian, Dasar Program Keahlian, dan Kompetensi Keahlian.
Muatan Nasional terdiri atas enam Mata Pelajaran yaitu: (1) Pendidikan Agama
dan Budi Pekerti; (2) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan; (3) Bahasa
Indonesia; (4) Matematika; (5) Sejarah Indonesia; (6) Bahasa Inggris dan Bahasa Asing
Lainnya. Muatan Kewilayahan berisi dua Mata Pelajaran yaitu: (1) Seni Budaya dan (2)
Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. Muatan Peminatan Kejuruan yang
terdiri atas tiga subkelompok, yaitu: (1) Dasar Bidang Keahlian; (2) Dasar Program

30
Keahlian; (3) Kompetensi Keahlian. Struktur Mata Pelajaran SMKIT Al-
Musthafawiyah dapat dilihat dalam Tabel berikut ini.

STRUKTUR KURIKULUM
SMKIT Al-MUSTHAFAWIYAH

Bidang Keahian : Kesehatan dan Pekerjaan Sosial


Program Keahlian : Farmasi
Kompetensi Keahlian : Farmasi Klinis dan Komunitas
Program Pendidikan : 3 Tahun

Jumlah KELAS
MATA PELAJARAN Jam Per X XI XII
Tahun 1 2 1 2 1 2
A.Muatan Nasional              
1 Pendidikan Agama dan BudiPekerti 318 3 3 3 3 3 3
Pendidikan Pancasila dan
2 212 2 2 2 2 2 2
Kewarganegaraan
3 Bahasa Indonesia 354 4 4 3 3 2 2
4 Matematika 424 4 4 4 4 4 4
Bahasa Inggris dan Bahasa Asing
Lainnya*            
5 5.1 Bahasa Inggris 352 3 3 3 3 4 4
5.2 Bahasa Asing Lainnya: Bahasa Arab 3 3 3 3 3 3
6 Sejarah Indonesia 108  3  3  
Jumlah A   22 22 18 18 18 18
B.Muatan Kewilayahan              
1 Seni Budaya 108  3  3    
Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan
2 144 2 2 2 2   
Kesehatan
3 Bahasa Sunda 54 2 2 1 1
4 PLH 18 1 1
Jumlah B  7 7 3 3
C.Muatan Peminatan Kejuruan              
C1.Dasar Bidang Keahlian              
1 Simulasi dan Komunikasi Digital 108 3 3      
2 Fisika 72 2 2      
3 Kimia 72 2 2      
4 Biologi 72 2 2
C2.Dasar Program Keahlian    9 9         
1 Dasar-dasar Kefarmasian 252 7 7        
2 Perundang-undangan Kesehatan 72 2 2        
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
3 72 2 2
Lingkungan Hidup
4 Farmakognosi Dasar 72 2 2
C3.Kompetensi Keahlian    13 13         
1 Pelayanan Farmasi 840 11 11 12 12
2 Farmakognosi 280 4 4 4 4

31
3 Farmakologi 280 4 4 4 4
4 Kimia Farmasi 314 4 4 5 5
5 Produk Kreatif dan Kewirausahaan 524 7 7 8 8
Jumlah C  30 30 33 33
Jumlah Total Jam Per Minggu  51 51 51 51 51 51

E. Beban Belajar di SMK


Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti peserta didik
dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pelajaran.

1. Beban belajar di Sekolah Menengah Kejuruan dinyatakan dalam jam pelajaran


per minggu. Beban belajar satu minggu Kelas X, XI, XII, dan XIII adalah 51
jam pelajaran. Durasi setiap satu jam pelajaran adalah 45 menit.
2. Beban belajar di Kelas X dan XIdalam satu semester 18 minggu.
3. Beban belajar di kelas XII dan XIII pada semester ganjil 18 minggu.
4. Beban belajar di kelas XII dan XIII pada semester genap paling sedikit 14
minggu dan paling banyak 16 minggu.
Setiap satuan pendidikan SMK boleh menambah jam belajar per minggu berdasarkan
pertimbangan kebutuhan belajar peserta didik dan/atau kebutuhan akademik, sosial,
budaya, dan faktor lain yang dianggap penting.

F. Alat Praktikum Utama


Pada kompetensi keahlian Farmasi Klinis dan Komunitas alat praktikum utama
yang harus dimiliki oleh siswa sebagai media pembelajaran di sekolah adalah kotak
perlengkapan farmasi untuk praktik di Laboatorium Farmasi.
Dengan adanya sarana tersebut, pencapaian kompetensi serta kreativitas siswa
dapat didorong lebih optimal

G. Muatan Lokal
Muatan lokal, sebagaimana dimaksud dalam Penjelasan Atas Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, merupakan bahan kajian
yang dimaksudkan untuk membentuk pemahaman peserta didik terhadap potensi di
daerah tempat tinggalnya. Dalam Pasal 77 N Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional dinyatakan bahwa : (1) Muatan lokal untuk setiap satuan pendidikan
berisi muatan dan proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal; (2) Muatan
lokal dikembangkan dan dilaksanakan pada setiap satuan pendidikan.

32
Selanjutnya, dalam Pasal 77 antara lain dinyatakan bahwa : (1) Pemerintah daerah
provinsi melakukan koordinasi dan supervisi pengelolaan muatan lokal pada pendidikan
menengah; (2) Pemerintah daerah kabupaten/kota melakukan koordinasi dan supervisi
pengelolaan muatan lokal pada pendidikan dasar; (3) Pengelolaan muatan lokal meliputi
penyiapan, penyusunan, dan evaluasi terhadap dokumen muatan lokal, buku teks
pelajaran, dan buku panduan guru; dan (4) Dalam hal seluruh kabupaten/kota pada 1
(satu) provinsi sepakat menetapkan 1 (satu) muatan lokal yang sama, koordinasi dan
supervisi pengelolaan kurikulum pada pendidikan dasar dilakukan oleh pemerintah
daerah provinsi.
Muatan lokal sebagai bahan kajian yang membentuk pemahaman terhadap potensi
di daerah tempat tinggalnya bermanfaat untuk memberikan bekal sikap, pengetahuan,
dan keterampilan kepada peserta didik agar:
1. mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan
budayanya;
2. memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai
daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada
umumnya; dan
3. memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/aturan-aturan yang
berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur
budaya setempat dalam rangka menunjang pembangunan nasional.
Pelaksanaan muatan lokal diimplementasikan melalui pedoman yang disusun oleh
sekolah.Pedoman muatan lokal merupakan acuan bagi satuan pendidikan (guru, kepala
sekolah, dan komite sekolah) dalam pengembangan muatan lokal oleh masing- masing
satuan pendidikan.Ruang lingkup muatan lokal adalah sebagai berikut:
1. Lingkup keadaan dan kebutuhan daerah.
Keadaan daerah adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tertentu yang
pada dasarnya berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial ekonomi,
dan lingkungan sosial budaya.Kebutuhan daerah adalah segala sesuatu yang
diperlukan oleh masyarakat di suatu daerah, khususnya untuk kelangsungan
hidup dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat tersebut, yang disesuaikan
dengan arah perkembangan daerah serta potensi daerah yang bersangkutan.
Kebutuhan daerah tersebut adalah seperti kebutuhan untuk:
a. melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah;

33
b. meningkatkan kemampuan dan keterampilan di bidang tertentu sesuai
dengan keadaan perekonomian daerah;
c. meningkatkan penguasaan Bahasa Inggris untuk keperluan peserta didik dan
untuk mendukung pengembangan potensi daerah, seperti potensi pariwisata;
dan
d. meningkatkan kemampuan berwirausaha.
2. Lingkup isi/jenis muatan lokal.
Lingkup isi/jenis muatan lokal dapat berupa: bahasa daerah, bahasa Inggris,
kesenian daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat istiadat, dan
pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar, serta hal-hal
yang dianggap perlu untuk pengembangan potensi daerah yang bersangkutan.
Pengembangan muatan lokal memperhatikan beberapa prinsip pengembangan
sebagai berikut.
1) Utuh
Pengembangan pendidikan muatan lokal dilakukan berdasarkan pendidikan
berbasis kompetensi, kinerja, dan kecakapan hidup.
2) Kontekstual
Pengembangan pendidikan muatan lokal dilakukan berdasarkan budaya,
potensi, dan masalah daerah.
3) Terpadu
Pendidikan muatan lokal dipadukan dengan lingkungan satuan pendidikan,
termasuk terpadu dengan dunia usaha dan industri.
4) Apresiatif
Hasil-hasil pendidikan muatan lokal dirayakan (dalam bentuk pertunjukkan,
lomba-lomba, pemberian penghargaan) di level satuan pendidikan dan
daerah.
5) Fleksibel
Jenis muatan lokal yang dipilih oleh satuan pendidikan dan pengaturan
waktunya bersifat fleksibel sesuai dengan kondisi dan karakteristik satuan
pendidikan.
6) Pendidikan Sepanjang Hayat
Pendidikan muatan lokal tidak hanya berorientasi pada hasil belajar, tetapi
juga mengupayakan peserta didik untuk belajar secara terus- menerus.
7) Manfaat
34
Pendidikan muatan lokal berorientasi pada upaya melestarikan dan
mengembangkan budaya lokal dalam menghadapi tantangan global.
Strategi Pengembangan Muatan Lokal, dilaksanakan melalui dua strategi dalam
pengembangan muatan lokal, yaitu:
1. Dari bawah ke atas (bottom up)
Penyelenggaraan pendidikan muatan lokal dapat dibangun secara bertahap
tumbuh di dan dari satuan-satuan pendidikan.Hal ini berarti bahwa satuan
pendidikan diberi kewenangan untuk menentukan jenis muatan lokal sesuai
dengan hasil analisis konteks.Penentuan jenis muatan lokal kemudian diikuti
dengan penyusunan kurikulum yang sesuai dengan identifikasi kebutuhan
dan/atau ketersediaan sumber daya pendukung.Jenis muatan lokal yang sudah
diselenggarakan satuan pendidikan kemudian dianalisis untuk mencari dan
menentukan bahan kajian umum/ besarannya.
2. Dari atas ke bawah (top down)
Pada tahap ini pemerintah daerah) sudah memiliki bahan kajian muatan lokal
yang diidentifikasi dari jenis muatan lokal yang diselenggarakan satuan
pendidikan di daerahnya. Tim pengembang muatan lokal dapat menganalisis
core and content dari jenis muatan lokal secara keseluruhan. Setelah core and
content umum ditemukan, maka tim pengembang kurikulum daerah dapat
merumuskan rekomendasi kepada pemerintah daerah untuk membuat kebijakan
tentang jenis muatan lokal yang akan diselenggarakan di daerahnya.
Muatan Lokal dikembangkan melalui tahapan sebagai berikut:
1. Melakukan identifikasi dan analisis konteks kurikulum.
Identifikasi konteks kurikulum meliputi analisis ciri khas, potensi, keunggulan,
kearifan lokal, dan kebutuhan/tuntutan daerah. Metode identifikasi dan analisis
disesuaikan dengan kemampuan tim.
2. Menentukan jenis muatan lokal yang akan dikembangkan.
Jenis muatan lokal meliputi empat rumpun muatan lokal yang merupakan
persinggungan antara budaya lokal (dimensi sosio-budaya-politik),
kewirausahaan, pra-vokasional (dimensi ekonomi), pendidikan lingkungan, dan
kekhususan lokal lainnya (dimensi fisik).
a. Budaya lokal mencakup pandangan-pandangan yang mendasar, nilai-nilai
sosial, dan artifak-artifak (material dan perilaku) yang luhur yang bersifat
lokal.
35
b. Kewirausahaan dan pra-vokasional adalah muatan lokal yang mencakup
pendidikan yang tertuju pada pengembangan potensi jiwa usaha dan
kecakapannya.
c. Pendidikan lingkungan & kekhususan lokal lainnya adalah mata pelajaran
muatan lokal yang bertujuan untuk mengenal lingkungan lebih baik,
mengembangkan kepedulian terhadap lingkungan, dan mengembangkan
potensi lingkungan.
d. Perpaduan antara budaya lokal, kewirausahaan, pra-vokasional, lingkungan
hidup, dan kekhususan lokal lainnya yang dapat menumbuhkan suatu
kecakapan hidup.
3. Menentukan bahan kajian muatan lokal
Kegiatan ini pada dasarnya untuk mendata dan mengkaji berbagai kemungkinan
muatan lokal yang dapat diangkat sebagai bahan kajian sesuai dengan dengan
keadaan dan kebutuhan satuan pendidikan. Penentuan bahan kajian muatan lokal
didasarkan pada kriteria berikut:
a. kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik;
b. kemampuan guru dan ketersediaan tenaga pendidik yang diperlukan;
c. tersedianya sarana dan prasarana;
d. tidak bertentangan dengan agama dan nilai luhur bangsa;
e. tidak menimbulkan kerawanan sosial dan keamanan;
f. kelayakan yang berkaitan dengan pelaksanaan di satuan pendidikan;
g. karakteristik yang sesuai dengan kondisi dan situasi daerah;
h. komponen analisis kebutuhan muatan lokal (ciri khas, potensi, keunggulan,
dan kebutuhan/tuntutan);
i. mengembangkan kompetensi dasar yang mengacu pada kompetensi inti;
j. menyusun silabus muatan lokal.
Rambu-rambu yang perlu diperhatikan dalam pengembangan muatan lokal:
1. Satuan pendidikan yang mampu mengembangkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar beserta silabusnya dapat melaksanakan mata pelajaran muatan
lokal. Apabila satuan pendidikan belum mampu mengembangkan standar
kompetensi dan kompetensi dasar beserta silabusnya, maka satuan pendidikan
dapat melaksanakan muatan lokal berdasarkan kegiatan-kegiatan yang
direncanakan oleh satuan pendidikan, atau dapat meminta bantuan kepada
satuan pendidikan terdekat yang masih dalam satu daerahnya. Beberapa satuan
36
pendidikan dalam satu daerah yang belum mampu mengembangkannya dapat
meminta bantuan tim pengembang kurikulum daerah atau meminta bantuan dari
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) di propinsinya.
2. Bahan kajian disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik yang
mencakup perkembangan pengetahuan dan cara berpikir, emosional, dan sosial
peserta didik. Pembelajaran diatur agar tidak memberatkan peserta didik dan
tidak mengganggu penguasaan kurikulum nasional.Oleh karena itu, pelaksanaan
muatan lokal dihindarkan dari penugasan pekerjaan rumah (PR).
3. Program pengajaran dikembangkan dengan melihat kedekatannya dengan peserta
didik yang meliputi kedekatan secara fisik dan secara psikis. Dekat secara fisik
berarti bahwa terdapat dalam lingkungan tempat tinggal dan sekolah peserta
didik, sedangkan dekat secara psikis berarti bahwa bahan kajian tersebut mudah
dipahami oleh kemampuan berpikir dan mencerna informasi sesuai dengan usia
peserta didik. Untuk itu, bahan pengajaran perlu disusun berdasarkan prinsip
belajar yaitu: (1) bertitik tolak dari hal-hal konkret ke abstrak; (2) dikembangkan
dari yang diketahui ke yang belum diketahui; (3) dari pengalaman lama ke
pengalaman baru; (4) dari yang mudah/sederhana ke yang lebih sukar/rumit.
Selain itu, bahan kajian/pelajaran diharapkan bermakna bagi peserta didik yaitu
bermanfaat karena dapat membantu peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
4. Bahan kajian/pelajaran diharapkan dapat memberikan keluwesan bagi guru dalam
memilih metode mengajar dan sumber belajar seperti buku dan nara sumber.
Dalam kaitan dengan sumber belajar, guru diharapkan dapat mengembangkan
sumber belajar yang sesuai dengan memanfaatkan potensi di lingkungan satuan
pendidikan, misalnya dengan memanfaatkan tanah/kebun satuan pendidikan,
meminta bantuan dari instansi terkait atau dunia usaha/industri (lapangan kerja)
atau tokoh-tokoh masyarakat. Selain itu, guru diharapkan dapat memilih dan
menggunakan strategi yang melibatkan peserta didik aktif dalam proses belajar
mengajar, baik secara mental, fisik, maupun sosial.
5. Bahan kajian muatan lokal yang diajarkan harus bersifat utuh dalam arti
mengacu kepada suatu tujuan pengajaran yang jelas dan memberi makna kepada
peserta didik. Namun demikian bahan kajian muatan lokal tertentu tidak harus
secara terus-menerus diajarkan mulai dari kelas I sampai dengan kelas VI, atau
dari kelas VII sampai dengan kelas IX, atau dari kelas X sampai dengan kelas

37
XII.Bahan kajian muatan lokal juga dapat disusun dan diajarkan hanya dalam
jangka waktu satu semester, dua semester, atau satu tahun ajaran.
6. Alokasi waktu untuk bahan kajian/pelajaran muatan lokal perlu memperhatikan
jumlah hari/minggu dan minggu efektif untuk mata pelajaran muatan lokal pada
setiap semester.
Langkah pelaksanaan muatan lokal mengikuti rambu-rambu pelaksanaan
pendidikan muatan lokal di satuan pendidikan:
1. Muatan lokal diajarkan pada setiap jenjang kelas mulai dari tingkat pra satuan
pendidikan hingga satuan pendidikan menengah. Khusus pada jenjang pra
satuan pendidikan, muatan lokal tidak berbentuk sebagai mata pelajaran.
2. Muatan lokl dilaksanakan sebagai mata pelajaran tersendiri dan/atau bahan
kajian yang dipadukan ke dalam mata pelajaran lain dan/atau pengembangan
diri.
3. Alokasi waktu adalah 2 jam/minggu jika muatan lokal berupa mata pelajaran
khusus muatan lokal.
4. Muatan lokal dilaksanakan selama satu semester atau satu tahun atau bahkan
selama tiga tahun.
5. Proses pembelajaran muatan lokal mencakup empat aspek (kognitif, afektif,
psikomotor, dan action).
6. Penilaian pembelajaran muatan lokal mengutamakan unjuk kerja, produk, dan
portofolio.
7. Satuan pendidikan dapat menentukan satu atau lebih jenis bahan kajian mata
pelajaran muatan lokal.
8. Penyelenggaraan muatan lokal disesuaikan dengan potensi dan karakteristik
satuan pendidikan.
9. Satuan pendidikan yang tidak memiliki tenaga khusus untuk muatan lokal dapat
bekerja sama atau menggunakan tenaga dengan pihak lain.
Daya dukung pelaksanaan muatan lokal meliputi segala hal yang dianggap perlu dan
penting untuk mendukung keterlaksanaan muatan lokal di satuan pendidikan. Beberapa
hal penting yang perlu diperhatikan adalah kebijakan mengenai muatan lokal, guru,
sarana dan prasarana, dan manajemen sekolah.
1. Kebijakan Muatan Lokal

38
Pelaksanaan muatan lokal harus didukung kebijakan, baik pada level pusat,
provinsi, kabupaten/kota, dan satuan pendidikan. Kebijakan diperlukan dalam
hal:
a. kerja sama dengan lembaga lain, baik pemerintah maupun swasta;
b. pemenuhan kebutuhan sumber daya (ahli, peralatan, dana, sarana dan lain-
lain);
c. penentuan jenis muatan lokal pada level kabupaten/kota/provinsi sebagai
muatan lokal wajib pada daerah tertentu. Yang dimaksud daerah tertentu
adalah daerah yang memiliki kondisi khusus seperti: rawan konflik, rawan
sosial, rawan bencana, dan lain-lain.
2. Guru
Guru yang ditugaskan sebagai pengampu muatan lokal adalah yang memiliki:
a. kemampuan atau keahlian dan/atau lulusan pada bidang yang relevan;
b. pengalaman melakukan bidang yang diampu; dan
c. minat tinggi terhadap bidang yang diampu.
Guru muatan lokal dapat berasal dari luar satuan pendidikan, seperti: satuan
pendidikan terdekat, tokoh masyarakat, pelaku sosial-budaya, dan lain-lain.
3. Sarana dan Prasarana Sekolah
Kebutuhan sarana dan prasarana muatan lokal harus dipenuhi oleh satuan
pendidikan. Jika satuan pendidikan belum mampu memenuhi kebutuhan sarana
dan prasarana, maka pemenuhannya dapat dibantu melalui kerja sama dengan
pihak tertentu atau bantuan dari pihak lain.
4. Manajemen Sekolah
Untuk memfasilitasi implementasi muatan lokal, kepala sekolah:
a. menugaskan guru, menjadwalkan, dan menyediakan sumber daya secara
khusus untuk muatan local;
b. menjaga konsistensi pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran
umum dan muatan lokal khususnya; dan
c. mencantumkan kegiatan pameran atau sejenisnya dalam kalender akademik
satuan pendidikan.
Muatan lokal di dalam kurikulum SMKIT Al-Musthafawiyah merupakan bagian
dari struktur dan muatan kurikulum, merupakan kegiatan kurikuler untuk
mengembangkan kompetensi peserta didik yang disesuaikan dengan ciri khas dan

39
sumber daya sekolah di Jawa Barat Khususnya Kabupaten Bogor. Muatan lokal tersebut
meliputi:
1. Bahasa Sunda
Mengacu kepada Surat Edaran Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa barat
nomor: 423/2372-set.Disdik tanggal 26 Maret 2013 Perihal Pembelajaran Muatan
lokal Bahasa Daerah pada Jenjang SD/MI, SMP/M.Ts, SMA/SMK/MA dan Surat
Edaran Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa barat nomor: 423/15281-set.
Disdik tanggal 5 Juli 2013 Perihal Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KI-
KD) Mata Pelajaran Bahasa Daerah.
2. Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH)
Ini sejalan dengan Peraturan Gubernur no 25 tahun 2007 tentang Pedoman

Pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup.

H. Pendalaman Minat dan PKL


1. Pendalaman Minat
Pendalaman Minat adalah program kurikuler yang disediakan untuk
mengakomodasi pendalaman pilihan minat akademik peserta didik dengan orientasi
pendalaman kelompok mata pelajaran keilmuan dalam lingkup pilihan minat. Pilihan
pendalaman minat dapat dilakukan dengan memperdalam mata pelajaran pada Paket
Kejuruan yang sudah dipilih. Pendalaman minat sebagaimana dimaksud
diselenggarakan oleh satuan pendidikan melalui kerjasama dengan dunia usaha dan
dunia industri atau perguruan tinggi, dalam bentuk Magang, Praktik Kerja Lapangan.
Kerja sama praktikum, Guru Tamu, Kunjungan Industri, Seminar, Workshop dan
bentuk pembelajaran lain yang relefan dan sesuai dengan kebutuhan.

2. PKL
Praktik Kerja Lapangan (PKL) yaitu kegiatan pembelajaran praktik untuk menerapan,
memantapan, dan meningkatan kompetensi peserta didik. Pelaksanaan PKL
melibatkan praktisi ahli yang berpengalaman di bidangnya untuk memperkuat
pembelajaran praktik dengan cara pembimbingan.
Tujuan PKL adalah:

40
1) Memberikan pengalaman kerja langsung (real) kepada peserta didik dalam
rangka menanamkan (internalize) iklim kerja positif yang berorientasi pada
peduli mutu proses dan hasil kerja.
2) Menanamkan etos kerja yang tinggi bagi peserta didik untuk memasuki
dunia kerja dalam menghadapi tuntutan pasar kerja global.
3) Memenuhi hal-hal yang belum dipenuhi di sekolah agar mencapai
keutuhan standar kompetensi lulusan.
4) mengaktualisasikan salah satu bentuk aktivitas dalam penyelenggaraan
Model Pendidikan Sistem Ganda (PSG) antara SMK dan Institusi Pasangan
Du/Di yang memadukan secara sistematis dan sistemik.
Manfaat PKL bagi peserta didik
a. Mengaplikasikan dan meningkatkan ilmu yang telah diperoleh di
sekolah.
b. Menambah wawasan mengenai dunia kerja khususnya berupa
pengalaman kerja langsung (real) dalam rangka menanamkan iklim
kerja positif yang berorientasi pada peduli mutu proses dan hasil kerja.
c. Menambah dan meningkatkan kompetensi serta dapat menamkan etos
kerja yang tinggi.
d. Memiliki kemampuan produktif sesuai dengan kompetensi keahlian
yang dipelajari.
e. Mengembangkan kemampuannya sesuai dengan bimbingan/ arahan
pembimbing industri dan dapat berkontribusi kepada dunia kerja.
Manfaat PKL bagi sekolah
a. Terjalinnya hubungan kerjasama yang saling menguntungkan antara
sekolah dengan Du/Di
b. Meningkatkan kualitas lulusannya melalui pengalaman kerja selama
PKL.
c. Mengembangkan program sekolah melalui sinkronisasi kurikulum,
proses pembelajaran, teaching factory, dan pengembangan sarana dan
prasarana praktik berdasarkan hasil pengamatan di tempat PKL.
d. Meningkatkan kualitas lulusan.
Manfaat PKL bagi dunia kerja
a. Du/Di lebih dikenal oleh masyarakat khususnya masyarakat sekolah
sehingga dapat membantu promosi produk.
41
b. Adanya masukan yang positif dan konstruktif dari SMK untuk
perkembangan Du/Di.
c. Du/Didapat mengembangkan proses dan atau produk melalui
optimalisasi peserta PKL.
d. Mendapatkan calon tenaga kerja yang berkualitas sesuai dengan
kebutuhannya.
e. Meningkatkan citra positif Du/Dikarena dapat berkontribusi terhadap
dunia pendidikan sekaligus sebagai implementasi dari Inpres No 9 Tahun
2016.
Pelaksanaan PKL mencakup serangkaian fase yang membantu
mengartikulasikan peran peserta didik, guru dan pembimbing industri. Ruang
Lingkup PKL meliputi:
1. Tahap I: Pengamatan. Peserta didik mengamati kinerja dari suatu
kegiatan di tempat PKL kemudian merencanakan mengartikulasikannya
dalam suatu kegiatan nyata/riil.
2. Tahap II: Meniru tindakan (approximating). Peserta didik meniru
tindakan yang dilakukan oleh staf Du/Di/ pembimbing industri. Peserta
didik mencoba melakukan kegiatan seperti yang dilakukan oleh ahli dan
membandingkannya
3. Tahap III: Kerja dalam bantuan dan pengawasan. Peserta didik mulai
bekerja secara lebih rinci dibawah pengawasan dan bantuan pembimbing
industri. Mereka bekerja sesuai dengan standar tempat kerja.
Kemampuan peserta didik meningkat melalui bantuan ahli atau
pembimbing industri.
4. Tahap IV: Bekerja Mandiri (Self-directed Learning). Peserta didik
hanya minta bantuan jika diperlukan. Peserta didik mencoba tindakan
nyata di dunia kerja Du/Di, namun tetap membatasi dirinya untuk
lingkup tindakan di lapangan yang dipahami. Peserta didik melakukan
tugas yang sebenarnya dan hanya mencari bantuan bila diperlukan dari
ahli.
5. Tahap V: Aktualisasi dan eksplorasi. Peserta didik melakukan
aktualisasi dan eksplorasi dalam penerapan pengetahuan dan
keterampilan yang sudah dimiliki. Dalam tahap ini peserta didik

42
memberikan tanggapan terhadap pengembangan metode kerja, prosedur
kerja, formula dan hal lain yang digunakan di DU/DI.
Berdasar pada analisis Kompetensi Dasar dan kondisi internal sekolah dalam
analisis proses pembelajaran, pelaksanaan PKL di SMKIT Al-Musthafawiyah
dilaksanakan sebagai berikut:
1. Waktu Pelaksanaan : Kelas XI / Semester 1
2. Durasi Pelaksanaan : 2 Bulan
3. Kompetensi PKL :

Materi PKL
Sikap:
1. Kedisiplinan kerja
2. Etos kerja Industri
3. Jujur
4. Percaya Diri
Pengetahuan:
1. Melaksanakan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pada pelayanan
farmasi baik dalam hal pelayanan resep, pelayanan non resep,
pengelolaan sediaan farmasi dan pengelolaan dokumen.
2. Membuat laporan hasil PKL secara sistematis dan terarah sebagai suatu
karya ilmiah.
Keterampilan:
Mempresentasikan hasil PKL di forum diskusi atau seminar.
4. Industri Pasangan :

No Nama Industri Bidang Usaha Alamat


1 Kimia Farma Apotek Jl Raya Tajur Kota Bogor
2 Kimia Farma Apotek Jl Raya Wangun, Bogor
3 RS Juliana Rumah Sakit Sukasari, Kota Bogor

3. Kunjungan Industri
Kunjungan industri adalah salah satu bentuk dari implementasi pendidikan Sistem
ganda yang dilaksanakan di sekolah menengah kejuruan. Kunjungan industri
merupakan suatu bentuk pembelajaran yang dilaksanakan diluar sekolah guna
menambah wawasan dan pengetahuan peserta didik dalam mengenal dunia industri.
Kunjungan industri memberikan mabfaat bagi siswa dalam aspek sikap profesional,
pengetahuan dan keteramplan sebagai berikut:
1)  Memperluas pengatahuan siswa dalam lingkungan dunia kerja.
2) Mendorong siswa agar mempunyai minat bekerja di perusahaan.
3) Memberi informasi tentang cara kerja dan tenaga kerja perusahaan.

43
4) Mendorong siswa agar mempunyai rasa kedisiplinan dan tanggung jawab.
5) Membantu siswa memahami materi pembelajaran yang disekolah tidak
memungkinkan diberikan gambaran secara nyata.
Kunjungan industri berdasar pada analisis pembelajaran tahun 2019/2020
dilaksanakan sebagai berikut:
Industri Tujuan Kunjungan
Kelas Waktu Pelaksanaan
Industri
X, XI,XII Kunjungan ke LPPOM MUI Agustus 2019
PT Darya Varia Laboratoria Desember 2019
PT Biofarma Januari 2020
PT Gizi Indonesia April 2020

4. Guru Tamu
Secara khusus, materi pembelajaran yang belum atau kurang dikuasai guru
yang ada dapat dilakukan melalui program guru tamu, yaitu menghadirkan
tenaga ahli yang mampu memberikan penjelasan kepada siswa bahkan kepada
guru terkait materi tersebut. Selain itu, guru tamu dapat dihadirkan di kelas
untuk memberi motifasi kepada siswa dalam mendalami dan mempelajari
kompetensinya.
Berdasar pada analisis pembelajaran tahun 2019/2020 dilaksanakan sebagai
berikut:
Kela Industri Pengisi Waktu
Mata Pelajaran
s Materi Pelaksanaan
Dasar-dasar
X Apotek Cipayung Oktober 2019
Kefarmasian
September
XI Pelayanan Farmasi Apotek Kimia Farma
2019
November
XII Pelayanan Farmasi RS Juliana
2019

I. Bimbingan dan Konseling


Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam
rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa
depan, dan konseling merupakan Bantuan yang diberikan kepada peserta didik yang
mempunyai masalah (konselie) baik perorangan maupun kelompok dari seorang
konselor (guru pembimbing) dalam rangka upaya menemukan pilihan solusi
permasalahan yang dihadapi peserta didik sesuai dengan pilihannya berdasarkan
44
situasi dan kondisi peserta peserta didik tersebut. Dengan demikian Bimbingan
Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perseorangan
maupun kelompok agar mampu mandiri dan berkembang secara mandiri dan
berkembang secara optimal dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan
belajar, bimbingan karir melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung,
berdasarkan norma-norma yang berlaku.
a. Bimbingan Pribadi
Bimbingan yang membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi
yang beriman dan bertakwa kepada Allah, mantap, mandiri, serta sehat jasmani
dan ruhani.
b. Bimbingan Belajar
Bimbingan yang membantu siswa mengembangkan diri, sikap, dan kebiasaan
belajar yang baik, untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan serta
menyiapkannya melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi.
c. Bimbingan Sosial
Bimbingan yang membantu siswa mengenal dan berhubungan dengan
lingkungan social yang dilandasi akhlaq karimah, tanggung jawab
kemasyarakatan dan kenegaraan.
d. Bimbingan karier
Bimbingan yang membantu dalam mempersiapkan diri dalam menghadapi dunia
pekerjaan, memilih lapangan pekerjaan, serta membekali diri supaya supaya siap
membantu jabatan
Bimbingan dan Konseling adalah upaya sistematis, objektif, logis, dan
berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh konselor atau guru Bimbingan
dan Konseling untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik/Konseli untuk
mencapai kemandirian dalam kehidupannya. Konseli adalah penerima layanan
Bimbingan dan Konseling pada satuan pendidikan. Konselor adalah pendidik
profesional yang berkualifikasi akademik minimal Sarjana Pendidikan (S-1) dalam
bidang Bimbingan dan Konseling dan telah lulus pendidikan profesi guru
Bimbingan dan Konseling/konselor. Guru Bimbingan dan Konseling adalah
pendidik yang berkualifikasi akademik minimal Sarjana Pendidikan (S-1) dalam
bidang Bimbingan dan Konseling dan memiliki kompetensi di bidang Bimbingan
dan Konseling.

45
Layanan Bimbingan dan Konseling bagi Konseli pada satuan pendidikan
memiliki fungsi:
a. pemahaman diri dan lingkungan;
b. fasilitasi pertumbuhan dan perkembangan;
c. penyesuaian diri dengan diri sendiri dan lingkungan;
d. penyaluran pilihan pendidikan, pekerjaan, dan karir;
e. pencegahan timbulnya masalah;
f. perbaikan dan penyembuhan;
g. pemeliharaan kondisi pribadi dan situasi yang kondusif untuk perkembangan diri
Konseli;
h. pengembangan potensi optimal;
i. advokasi diri terhadap perlakuan diskriminatif; dan
j. membangun adaptasi pendidik dan tenaga kependidikan terhadap program dan
aktivitas pendidikan sesuai dengan latar belakang pendidikan, bakat, minat,
kemampuan, kecepatan belajar, dan kebutuhan Konseli.
Layanan Bimbingan dan Konseling memiliki tujuan membantu Konseli mencapai
perkembangan optimal dan kemandirian secara utuh dalam aspek pribadi, belajar,
sosial, dan karir. Layanan Bimbingan dan Konseling dilaksanakan dengan asas:
a. kerahasiaan sebagaimana diatur dalam kode etik Bimbingan dan Konseling;
b. kesukarelaan dalam mengikuti layanan yang diperlukan;
c. keterbukaan dalam memberikan dan menerima informasi;
d. keaktifan dalam penyelesaian masalah;
e. kemandirian dalam pengambilan keputusan;
f. kekinian dalam penyelesaian masalah yang berpengaruh pada kehidupan Konseli;
g. kedinamisan dalam memandang Konseli dan menggunakan teknik layanan sejalan
dengan perkembangan ilmu Bimbingan dan Konseling;
h. keterpaduan kerja antarpemangku kepentingan pendidikan dalam membantu
Konseli;
i. keharmonisan layanan dengan visi dan misi satuan pendidikan, serta nilai dan
norma kehidupan yang berlaku di masyarakat;
j. keahlian dalam pelayanan yang didasarkan pada kaidah-kaidah akademik dan
profesional di bidang Bimbingan dan Konseling;
k. Tut Wuri Handayani dalam memfasilitasi setiap peserta didik untuk mencapai
tingkat perkembangan yang optimal.
46
Layanan Bimbingan dan Konseling dilaksanakan berdasarkan prinsip:
a. diperuntukkan bagi semua dan tidak diskriminatif;
b. merupakan proses individuasi;
c. menekankan pada nilai yang positif;
d. merupakan tanggung jawab bersama antara kepala satuan pendidikan, Konselor
atau guru Bimbingan dan Konseling, dan pendidik lainnya dalam satuan
pendidikan;
e. mendorong Konseli untuk mengambil dan merealisasikan keputusan secara
bertanggungjawab;
f. berlangsung dalam berbagai latar kehidupan;
g. merupakan bagian integral dari proses pendidikan;
h. dilaksanakan dalam bingkai budaya Indonesia;
i. bersifat fleksibel dan adaptif serta berkelanjutan;
j. dilaksanakan sesuai standar dan prosedur profesional Bimbingan dan Konseling;
k. disusun berdasarkan kebutuhan Konseli.
Komponen layanan Bimbingan dan Konseling memiliki 4 (empat) program yang
mencakup:
a. layanan dasar;
b. layanan peminatan dan perencanaan individual;
c. layanan responsif; dan
d. layanan dukungan sistem.
Bidang layanan Bimbingan dan Konseling mencakup:
a. bidang layanan pribadi;
b. bidang layanan belajar;
c. bidang layanan sosial;
d. bidang layanan karir.
Komponen layanan Bimbingan dan Konseling dituangkan ke dalam program
tahunan dan semester dengan mempertimbangkan komposisi dan proporsi serta
alokasi waktu layanan baik di dalam maupun di luar kelas. Layanan Bimbingan dan
Konseling yang diselenggarakan di dalam kelas dengan beban belajar 2 (dua) jam
perminggu. Layanan Bimbingan dan Konseling yang diselenggarakan di luar
kelas, setiap kegiatan layanan disetarakan dengan beban belajar 2 (dua) jam
perminggu.
Strategi layanan Bimbingan dan Konseling dibedakan atas:
47
a. jumlah individu yang dilayani;
b. permasalahan; dan
c. cara komunikasi layanan.
Strategi layanan Bimbingan dan Konseling berdasarkan jumlah individu yang
dilayani dilaksanakan melalui layanan individual, layanan kelompok, layanan
klasikal, atau kelas besar. Strategi layanan Bimbingan dan Konseling berdasarkan
permasalahan dilaksanakan melalui pembimbingan, konseling, atau advokasi.
Strategi layanan Bimbingan dan Konseling berdasarkan cara komunikasi layanan
dilaksanakan melalui tatap muka atau media.
Mekanisme layanan Bimbingan dan Konseling meliputi:
a. Mekanisme Pengelolaan;
Mekanisme pengelolaan merupakan langkah-langkah dalam pengelolaan
program Bimbingan dan Konseling pada satuan pendidikan yang meliputi
langkah: analisis kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pelaporan, dan
tindak lanjut pengembangan program.
b. Mekanisme Penyelesaian Masalah.
Mekanisme penyelesaian masalah merupakan langkah-langkah yang dilakukan
oleh Konselor dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling kepada Konseli atau
peserta didik yang meliputi langkah: identifikasi, pengumpulan data, analisis,
diagnosis, prognosis, perlakuan, evaluasi, dan tindak lanjut pelayanan.
Program Bimbingan dan Konseling dievaluasi untuk mengetahui keberhasilan
layanan dan pengembangan program lebih lanjut.
Layanan Bimbingan dan Konseling pada satuan pendidikan dilakukan oleh
Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling. Tanggung jawab pelaksanaan
layanan Bimbingan dan Konseling pada satuan pendidikan dilakukan oleh
Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling. Pada satuan pendidikan yang
mempunyai lebih dari satu Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling kepala
satuan pendidikan menugaskan seorang koordinator. Tanggung jawab pengelolaan
program layanan Bimbingan dan Konseling pada satuan pendidikan dilakukan oleh
kepala satuan pendidikan. Dalam melaksanakan layanan, Konselor atau Guru
Bimbingan dan Konseling dapat bekerja sama dengan berbagai pemangku
kepentingan di dalam dan di luar satuan pendidikan. Pemangku kepentingan
mendukung pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling yang dilakukan dalam
bentuk antara lain: mitra layanan, sumber data/informasi, konsultan, dan
48
narasumber melalui strategi layanan kolaborasi, konsultasi, kunjungan, ataupun
alih-tangan kasus.
Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling SMK dilakukan oleh Konselor
atau Guru Bimbingan dan Konseling dengan rasio satu Konselor atau Guru
Bimbingan dan Konseling melayani 150 orang Konseli atau peserta didik. Guru
Bimbingan dan Konseling dalam jabatan yang belum memiliki kualifikasi
akademik Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang bimbingan dan konseling dan
kompetensi Konselor, secara bertahap ditingkatkan kompetensinya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Calon Konselor atau Guru Bimbingan dan
Konseling harus memiliki kualifikasi akademik Sarjana Pendidikan (S-1) dalam
bidang bimbingan dan konseling dan telah lulus pendidikan profesi Guru
Bimbingan dan Konseling/Konselor. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling
menggunakan Pedoman Bimbingan dan Konseling dan Panduan operasional.

J. Kegiatan Ekstrakurikuler

Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pengembangan potensi peserta didik sebagaimana dimaksud dalam tujuan
pendidikan nasional tersebut dapat diwujudkan melalui kegiatan ekstrakurikuler
yang merupakan salah satu kegiatan dalam program kurikuler.Kegiatan
ekstrakurikuler adalah program kurikuler yang alokasi waktunya tidak ditetapkan
dalam kurikulum. Jelasnya bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan perangkat
operasional (supplement dan complements) kurikulum, yang perlu disusun dan
dituangkan dalam rencana kerja tahunan/kalender pendidikan satuan pendidikan.
Kegiatan ekstrakurikuler menjembatani kebutuhan perkembangan peserta didik
yang berbeda; seperti perbedaan sense akan nilai moral dan sikap, kemampuan, dan
kreativitas. Melalui partisipasinya dalam kegiatan ekstrakurikuler peserta didik
dapat belajar dan mengembangkan kemampuan berkomunikasi, bekerja sama
dengan orang lain, serta menemukan dan mengembangkan potensinya. Kegiatan
ekstrakurikuler juga memberikan manfaat sosial yang besar.

49
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu perangkat operasional
(supplement dan complements) kurikulum, yang perlu disusun dan dituangkan
dalam rencana kerja tahunan/kalender pendidikan satuan pendidikan (seperti
disebutkan pada Pasal 53 ayat (2) butir a Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan) serta
dievaluasi pelaksanaannya setiap semester oleh satuan pendidikan (seperti
disebutkan pada Pasal 79 ayat (2) butir b Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan).
Ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh peserta didik di
luar jam belajar kurikulum standar sebagai perluasan dari kegiatan kurikulum dan
dilakukan di bawah bimbingan sekolah dengan tujuan untuk mengembangkan
kepribadian, bakat, minat, dan kemampuan peserta didik yang lebih luas atau di luar
minat yang dikembangkan oleh kurikulum. Berdasarkan definisi tersebut, maka
kegiatan di sekolah atau pun di luar sekolah yang terkait dengan tugas belajar suatu
mata pelajaran bukanlah kegiatan ekstrakurikuler.
Ekstrakurikuler wajib merupakan program ekstrakurikuler yang harus diikuti
oleh seluruh peserta didik, terkecuali bagi peserta didik dengan kondisi tertentu
yang tidak memungkinkannya untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tersebut.
Ekstrakurikuler pilihan merupakan program ekstrakurikuler yang dapat diikuti oleh
peserta didik sesuai dengan bakat dan minatnya masing-masing.
Tujuan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler pada satuan pendidikan adalah
meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik dan untuk
mengembangkan bakat dan minat peserta didik dalam upaya pembinaan pribadi
menuju pembinaan manusia seutuhnya. Kegiatan ekstrakurikuler pada satuan
pendidikan memiliki fungsi pengembangan, sosial, rekreatif, dan persiapan karir.
a. Fungsi pengembangan, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk
mendukung perkembangan personal peserta didik melalui perluasan minat,
pengembangan potensi, dan pemberian kesempatan untuk pembentukan karakter
dan pelatihan kepemimpinan.

50
b. Fungsi sosial, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik.
Kompetensi sosial dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk memperluas pengalaman sosial, praktek keterampilan sosial,
dan internalisasi nilai moral dan nilai sosial.
c. Fungsi rekreatif, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dilakukan dalam suasana
rileks, menggembirakan, dan menyenangkan sehingga menunjang proses
perkembangan peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat menjadikan
kehidupan atau atmosfer sekolah lebih menantang dan lebih menarik bagi
peserta didik.
d. Fungsi persiapan karir, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk
mengembangkan kesiapan karir peserta didik melalui pengembangan kapasitas.
Kegiatan ekstrakurikuler pada satuan pendidikan dikembangkan dengan prinsip
sebagai berikut.
1. Bersifat individual, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan sesuai
dengan potensi, bakat, dan minat peserta didik masing-masing.
2. Bersifat pilihan, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan sesuai
dengan minat dan diikuti oleh peserta didik secara sukarela.
3. Keterlibatan aktif, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler menuntut keikutsertaan
peserta didik secara penuh sesuai dengan minat dan pilihan masing-masing.
4. Menyenangkan, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan dalam
suasana yang menggembirakan bagi peserta didik.
5. Membangun etos kerja, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan dan
dilaksanakan dengan prinsip membangun semangat peserta didik untuk berusaha
dan bekerja dengan baik dan giat.
6. Kemanfaatan sosial, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan dan
dilaksanakan dengan tidak melupakan kepentingan masyarakat.
Kegiatan ekstrakurikuler dapat berbentuk.
1. Krida; meliputi Kepramukaan, Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS),
Palang Merah Remaja (PMR), Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka),
dan lainnya;
2. Karya ilmiah; meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan penguasaan
keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian, dan lainnya;

51
3. Latihan/olah bakat/prestasi; meliputi pengembangan bakat olahraga, seni dan
budaya, cinta alam, jurnalistik, teater, keagamaan, dan lainnya; atau
4. Jenis lainnya.
Kegiatan ekstrakurikuler dapat diselenggarakan dalam berbagai bentuk.
1. Individual; yakni kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan dalam format yang
diikuti oleh peserta didik secara perorangan.
2. Kelompok; yakni kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan dalam format yang
diikuti oleh kelompok-kelompok peserta didik.
3. Klasikal; yakni kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan dalam format yang
diikuti oleh peserta didik dalam satu kelas.
4. Gabungan; yakni kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan dalam format yang
diikuti oleh peserta didik antarkelas.
5. Lapangan; yakni kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan dalam format yang
diikuti oleh seorang atau sejumlah peserta didik melalui kegiatan di luar sekolah
atau kegiatan lapangan.
Kegiatan ekstrakurikuler dalam Kurikulum 2013 dikelompokkan berdasarkan
kaitan kegiatan tersebut dengan kurikulum, yakni ekstrakurikuler wajib dan
ekstrakurikuler pilihan.Ekstrakurikuler wajib merupakan program ekstrakurikuler
yang harus diikuti oleh seluruh peserta didik, terkecuali peserta didik dengan
kondisi tertentu yang tidak memungkinkannya untuk mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler tersebut. Dalam Kurikulum 2013, Kepramukaan ditetapkan sebagai
kegiatan ekstrakurikuler wajib, dalam pendidikan dari sekolah dasar hingga
sekolah menengah atas. Pelaksananannya dapat bekerja sama dengan organisasi
Kepramukaan setempat/terdekat. Ekstrakurikuler pilihan merupakan kegiatan yang
antara lain OSIS, UKS, dan PMR. Selain itu, kegiatan ini dapat juga dalam bentuk
antara lain kelompok atau klub yang kegiatan ekstrakurikulernya dikembangkan
atau berkenaan dengan konten suatu mata pelajaran, misalnya klub olahraga seperti
klub sepak bola atau klub bola voli.
Berkenaan dengan hal tersebut, satuan pendidikan (kepala sekolah, guru, dan
tenaga kependidikan) perlu secara aktif mengidentifikasi kebutuhan dan minat
peserta didik yang selanjutnya dikembangkan ke dalam kegiatan ekstrakurikuler
yang bermanfaat positif bagi peserta didik.Ide pengembangan suatu kegiatan
ekstrakurikuler dapat pula berasal dari peserta didik atau sekelompok peserta didik.

52
Program ekstrakurikuler berikut adalah contoh yang dapat dikembangkan di
satuan pendidikan sesuai dengan kondisi dan kemampuan yang dimilikinya.
Peserta didik harus mengikuti program ekstrakurikuler wajib (kecuali bagi
yang terkendala), dan dapat mengikuti suatu program ekstrakurikuler pilihan baik
yang terkait maupun yang tidak terkait dengan suatu mata pelajaran di satuan
pendidikan tempatnya belajar. Penjadwalan waktu kegiatan ekstrakurikuler sudah
harus dirancang pada awal tahun atau semester dan di bawah bimbingan kepala
sekolah atau wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan peserta didik.Jadwal
waktu kegiatan ekstrakurikuler diatur sedemikian rupa sehingga tidak menghambat
pelaksanaan kegiatan kurikuler atau dapat menyebabkan gangguan bagi peserta
didik dalam mengikuti kegiatan kurikuler.
Kegiatan ekstrakurikuler dilakukan di luar jam pelajaran kurikuler yang
terencana setiap hari. Kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan setiap hari atau
waktu tertentu (blok waktu). Kegiatan ekstrakurikuler seperti OSIS, klub olahraga,
atau seni mungkin saja dilakukan setiap hari setelah jam pelajaran usai. Sementara
itu kegiatan lain seperti Klub Pencinta Alam, Panjat Gunung, dan kegiatan lain
yang memerlukan waktu panjang dapat direncanakan sebagai kegiatan dengan
waktu tertentu (blok waktu). Khusus untuk Kepramukaan, kegiatan yang dilakukan
di luar sekolah atau terkait dengan berbagai satuan pendidikan lainnya, seperti
Jambore Pramuka, ditentukan oleh pengelola/pembina Kepramukaan dan diatur
agar tidak bersamaan dengan waktu belajar kurikuler rutin.
Penilaian perlu diberikan terhadap kinerja peserta didik dalam kegiatan
ekstrakurikuler. Kriteria keberhasilan lebih ditentukan oleh proses dan
keikutsertaan peserta didik dalam kegiatan ekstrakurikuler yang dipilihnya.
Penilaian dilakukan secara kualitatif.Peserta didik diwajibkan untuk mendapatkan
nilai memuaskan pada kegiatan ekstrakurikuler wajib pada setiap semester.Nilai
yang diperoleh pada kegiatan ekstrakurikuler wajib Kepramukaan berpengaruh
terhadap kenaikan kelas peserta didik.Nilai di bawah memuaskan dalam dua
semester atau satu tahun memberikan sanksi bahwa peserta didik tersebut harus
mengikuti program khusus yang diselenggarakan bagi mereka. Persyaratan
demikian tidak dikenakan bagi peserta didik yang mengikuti program
ekstrakurikuler pilihan.Meskipun demikian, penilaian tetap diberikan dan
dinyatakan dalam buku rapor.Penilaian didasarkan atas keikutsertaan dan prestasi

53
peserta didik dalam suatu kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti.Hanya nilai
memuaskan atau di atasnya yang dicantumkan dalam buku rapor.
Satuan pendidikan dapat dan perlu memberikan penghargaan kepada peserta
didik yang memiliki prestasi sangat memuaskan atau cemerlang dalam satu
kegiatan ekstrakurikuler wajib atau pilihan.Penghargaan tersebut diberikan untuk
pelaksanaan kegiatan dalam satu kurun waktu akademik tertentu; misalnya pada
setiap akhir semester, akhir tahun, atau pada waktu peserta didik telah
menyelesaikan seluruh program pembelajarannya.Penghargaan tersebut memiliki
arti sebagai suatu sikap menghargai prestasi seseorang. Kebiasaan satuan
pendidikan memberikan penghargaan terhadap prestasi baik akan menjadi bagian
dari diri peserta didik setelah mereka menyelesaikan pendidikannya.
Program ekstrakurikuler merupakan program yang dinamis.Satuan pendidikan
dapat menambah atau mengurangi ragam kegiatan ekstrakurikuler berdasarkan
hasil evaluasi yang dilakukan pada setiap semester.Satuan pendidikan melakukan
revisi “Panduan Kegiatan Ekstrakurikuler” yang berlaku di satuan pendidikan
untuk tahun ajaran berikutnya berdasarkan hasil evaluasi tersebut dan
mendiseminasikannya kepada peserta didik dan pemangku kepentingan lainnya.
Pihak-pihak yang terkait dengan pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian
kegiatan ekstrakurikuler antara lain :
a. Satuan Pendidikan
Kepala sekolah, dewan guru, guru pembina ekstrakurikuler, dan tenaga
kependidikan bersama-sama mengembangkan ragam kegiatan ekstrakurikuler;
sesuai dengan penugasannya melaksanakan supervisi dan pembinaan dalam
pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler, serta melaksanakan evaluasi terhadap
program ekstrakurikuler.
b. Komite Sekolah/Madrasah
Sebagai mitra sekolah yang mewakili orang tua peserta didik memberikan
usulan dalam pengembangan ragam kegiatan ekstrakurikuler dan dukungan
dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler.
c. Orang tua
Memberikan kepedulian dan komitmen penuh terhadap suksesnya kegiatan
ekstrakurikuler pada satuan pendidikan karena pendidikan holistik bergantung
pada pendekatan kooperatif antara satuan pendidikan/sekolah dan orang tua

54
Berdasar pertimbangan kebutuhn peserta didik dan program keahlian,
Pengembangan diri di SMKIT Al-Musthafawiyah sebagaimana dijelaskan tabel
berikut:

Pelaksanaan
No Jenis Pengembangan Diri Wajib Pilihan
di Kelas
1 Kepramukaan V X, XI, XII
Pasukan Pengibar Bendera Pusaka
2 V X, XI
(Paskibraka)
3 Panahan V X,XI, XII
4 Bela Diri V X, XI
5 Bola Basket V X, XI
6 Futsal V X,XI, XII

K. Kepramukaan
Pendidikan Kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan
hidup, dan akhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan pengamalan nilai nilai
kepramukaan. Dilaksanakan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler wajib pada
pendidikan dasar dan menengah, yaitu kegiatan ekstrakurikuler yang harus diikuti
oleh seluruh peserta didik.
Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan dalam 3 (tiga) Model meliputi Model
Blok, Model Aktualisasi, dan Model Reguler.
(1) Model Blok sebagaimana dimaksud merupakan kegiatan wajib dalam bentuk
perkemahan yang dilaksanakan setahun sekali dan diberikan penilaian umum.
(2) Model Aktualisasi sebagaimana merupakan kegiatan wajib dalam bentuk
penerapan sikap dan keterampilan yang dipelajari didalam kelas yang
dilaksanakan dalam kegiatan Kepramukaan secara rutin, terjadwal, dan
diberikan penilaian formal.
(3) Model Reguler merupakan kegiatan sukarela berbasis minat peserta didik yang
dilaksanakan di Gugus depan.
Pendidikan Kepramukaan berisi perpaduan proses pengembangan nilai sikap dan
keterampilan. Pola Kegiatan Pendidikan Kepramukaan diwujudkan dalam bentuk
upacara dan keterampilan Kepramukaan dengan menggunakan berbagai metode
dan teknik.
(1) Upacara meliputi upacara pembukaan dan penutupan.

55
(2) Keterampilan Kepramukaan dilaksanakan sebagai perwujudan komitmen
Kepramukaan dalam bentuk pembiasan dan penguatan sikap dan keterampilan
sesuai dengan kebutuhan pembelajaran.
Metode dan teknik dituangkan dalam bentuk belajar interaktif dan progresif
disesuaikan dengan kemampuan fisik dan mental peserta didik.
Penilaian dalam Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan dengan menggunaka
penilaian yang bersifat otentik mencakup penilaian sikap dan keterampilan.
(1) Penilaian sikap dilakukan dengan menggunakan penilaian berdasarkan
pengamatan, penilaian diri, dan penilaian teman sebaya.
(2) Penilaian keterampilan dilakukan dengan menggunakan penilaian unjuk kerja.
(3) Penilaian sikap dan keterampilan menggunakan jurnal pendidik dan
portofolio.
Pengelolaan Pendidikan Kepramukaan sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib
pada satuan pendidikan dasar dan menengah merupakan tanggung jawab kepala
sekolah dengan pelaksana pembina pramuka. Pembina adalah Guru kelas/Guru
mata pelajaran yang telah memperoleh sertifikat paling rendah kursus mahir dasar
atau Pembina Pramuka yang bukan guru kelas/guru mata pelajaran.
Guru kelas/guru mata pelajaran yang melaksanakan tugas tambahan sebagai
Pembina Pramuka dihitung sebagai bagian dari pemenuhan beban kerja guru dengan
beban kerja paling banyak 2 jam pelajaran per minggu.
Pendidikan Kepramukaan sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib merujuk pada
Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan
Ekstrakurikuler Wajib dan Prosedur Operasi Standar (POS) Penyelenggaraan
Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib. Pedoman
Penyelenggaraan Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib
serta Prosedur Operasi Standar (POS) Penyelenggaraan Pendidikan Kepramukaan
sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib dijelaskan dalam ketentuan terpisah.

L. Program Penguatan Karakter


Program penguatan karakter (PPK) adalah kegiatan pembiasaan sikap dan
perilaku positif di sekolah yang dimulai sejak dari hari pertama sekolah, masa
orientasi peserta didik baru sampai dengan kelulusan sekolah. PPK dilaksanakan
terintegrasi dalam pembelajaran dan melalui pembiasaan

56
Pada proses pembelajaran PPK terintegrasi dalam pembelajaran dimulai dari
penyusunan silabus dan RPP, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian sikap.
Sedangkan melalui pembiasaan dilaksanakan melalui:
1. Menumbuhkembangkan Nilai-nilai Moral dan Spiritual
Mewujudkan nilai-nilai moral dalam perilaku sehari-hari. Nilai moral diajarkan
pada siswa, lalu guru dan siswa mempraktekkannya secara rutin hingga menjadi
kebiasaan dan akhirnya bisa membudaya.  Guru dan peserta didik berdoa bersama
sesuai dengan keyakinan masing-masing, sebelum dan sesudah hari pembelajaran,
dipimpin oleh seorang peserta didik secara bergantian dibawah bimbingan guru.
Membiasakan untuk menunaikan ibadah bersama sesuai agama dan
kepercayaannya baik dilakukan di sekolah maupun bersama masyarakat;
Membiasakan perayaan Hari Besar Keagamaan dengan kegiatan yang sederhana
dan hikmat.
2. Menumbuhkembangkan nilai-nilai Kebangsaan dan
Kebhinnekaan
Menumbuhkan rasa cinta tanah air dan menerima keberagaman sebagai
anugerah untuk bangsa Indonesia. Anugerah yang harus dirasakan dan disyukuri
sehingga manfaatnya bisa terasa dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan wajib:
1) Melaksanakan upacara bendera setiap hari Senin dengan mengenakan
seragam atau pakaian yang sesuai dengan ketetapan sekolah.
2)  Melaksanakan upacara bendera pada pembukaan MOPDB dengan
peserta didik bertugas sebagai komandan dan petugas upacara serta kepala
sekolah/wakil bertindak sebagai inspektur upacara; 
3)  Sesudah berdoa setiap memulai hari pembelajaran, guru dan peserta didik
menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan/atau satu lagu wajib
nasional atau satu lagu terkini yang menggambarkan semangat patriotisme dan
cinta tanah air. 
4) Sebelum berdoa saat mengakhiri hari pembelajaran, guru dan peserta didik
menyanyikansatu lagu daerah (lagu-lagu daerah seluruh Nusantara).
5) Contoh-contoh pembiasaan baik yang dapat dilakukan oleh sekolah:
Mengenalkan beragam keunikan potensi daerah asal siswa melalui berbagai
media dan kegiatan.

57
6) Membiasakan perayaan Hari Besar Nasional dengan mengkaji atau
mengenalkan pemikiran dan semangat yang melandasinya melalui berbagai
media dan kegiatan.
3. Mengembangkan Interaksi Positif Antara Peserta Didik
dengan Guru dan Orangtua
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara sekolah, peserta didik dan
orangtua. Interaksi positif antara tiga pihak tersebut dibutuhkan untuk
membangun persepsi positif, saling pengertian dan saling dukung demi
terwujudnya pendidikan yang efektif. 
Kegiatan wajib:
Sekolah mengadakan pertemuan dengan orangtua siswa pada setiap tahun ajaran
baru untuk mensosialisasikan: (a) visi; (b) aturan; (c) materi; dan (d) rencana
capaian belajar siswa agar orangtua turut mendukung keempat poin tersebut. 
Contoh-contoh pembiasaan baik yang dapat dilakukan oleh sekolah:
1) Memberi salam, senyum dan sapaan kepada setiap orang di komunitas
sekolah.
2) Guru dan tenaga kependidikan datang lebih awal untuk menyambut
kedatangan peserta didik sesuai dengan tata nilai yang berlaku.
3) Membiasakan peserta didik (dan keluarga) untuk berpamitan dengan
orangtua/wali/penghuni rumah saat pergi dan lapor saat pulang, sesuai
kebiasaan/adat yang dibangun masing-masing keluarga; 
4) Secara bersama peserta didik mengucapkan salam hormat kepada guru
sebelum pembelajaran dimulai, dipimpin oleh seorang peserta didik secara
bergantian. 
4. Mengembangkan Interaksi Positif Antar Peserta Didik.
Peserta didik hadir di sekolah bukan hanya belajar akademik semata, tapi juga
belajar bersosialisasi. Interaksi positif antar peserta didik akan mewujudkan
pembelajaran dari rekan (peer learning) sekaligus membantu siswa untuk belajar
bersosialisasi.
Kegiatan wajib:   Membiasakan pertemuan di lingkungan sekolah dan/atau rumah
untuk belajar kelompok yang diketahui oleh guru dan/atau orangtua.  Contoh-
contoh pembiasaan baik yang dapat dilakukan oleh sekolah: 
1) Gerakan kepedulian kepada sesama warga sekolah dengan menjenguk warga
sekolah yang sedang mengalami musibah, seperti sakit, kematian, dan lainnya.
58
2) Membiasakan siswa saling membantu bila ada siswa yang sedang mengalami
musibah atau kesusahan.
5. Merawat Diri dan Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah akan mempengaruhi warga sekolah baik dari aspek fisik,
emosi, maupun kesehatannya. Karena itu penting bagi warga sekolah untuk
menjaga keamanan, kenyamanan, ketertiban, kebersihan dan kesehatan
lingkungan sekolah serta diri. 

M. Program Literasi
Literasi mencakup keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber
pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan auditori, komponen literasi
informasi smeliputi komponen:
1) Literasi Dasar (Basic Literacy), yaitu kemampuan untuk mendengarkan,
berbicara, membaca, menulis, dan menghitung. Dalam literasi dasar,
kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan
menghitung (counting) berkaitan dengan kemampuan analisis untuk
memperhitungkan (calculating), mempersepsikan informasi (perceiving),
mengomunikasikan, serta menggambarkan informasi (drawing) berdasar
pemahaman dan pengambilan kesimpulan pribadi.
2) Literasi Perpustakaan (Library Literacy), yaitu kemampuan lanjutan untuk bisa
mengoptimalkan Literasi Perpustakaan yang ada. Maksudnya, pemahaman
tentang keberadaan perpustakaan sebagai salah satu akses mendapatkan
informasi. Pada dasarnya literasi perpustakaan, antara lain, memberikan
pemahaman cara membedakan bacaan fiksi dan nonfiksi, memanfaatkan
koleksi referensi dan periodikal, memahami Dewey Decimal System sebagai
klasifikasi pengetahuan yang memudahkan dalam menggunakan perpustakaan,
memahami penggunaan katalog dan pengindeksan, hingga memiliki
pengetahuan dalam memahami informasi ketika sedang menyelesaikan sebuah
tulisan, penelitian, pekerjaan, atau mengatasi masalah.
3) Literasi Media (Media Literacy), yaitu kemampuan untuk mengetahui berbagai
bentuk media yang berbeda, seperti media cetak, media elektronik (media
radio, media televisi), media digital (media internet), dan memahami tujuan
penggunaannya. Secara gamblang saat ini bisa dilihat di masyarakat kita bahwa

59
media lebih sebagai hiburan semata. Kita belum terlalu jauh memanfaatkan
media sebagai alat untuk pemenuhan informasi tentang pengetahuan dan
memberikan persepsi positif dalam menambah pengetahuan.
4) Literasi Teknologi (Technology Literacy), yaitu kemampuan memahami
kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti peranti keras (hardware), peranti
lunak (software), serta etika dan etiket dalam memanfaatkan teknologi.
Berikutnya, dapat memahami teknologi untuk mencetak, mempresentasikan,
dan mengakses internet. Dalam praktiknya, juga pemahaman menggunakan
komputer (Computer Literacy) yang di dalamnya mencakup menghidupkan dan
mematikan komputer, menyimpan dan mengelola data, serta menjalankan
program perangkat lunak. Sejalan dengan membanjirnya informasi karena
perkembangan teknologi saat ini, diperlukan pemahaman yang baik dalam
mengelola informasi yang dibutuhkan masyarakat.
5) Literasi Visual (Visual Literacy), adalah pemahaman tingkat lanjut antara
literasi media dan literasi teknologi, yang mengembangkan kemampuan dan
kebutuhan belajar dengan memanfaatkan materi visual dan audio-visual secara
kritis dan bermartabat. Tafsir terhadap materi visual yang setiap hari
membanjiri kita, baik dalam bentuk tercetak, di televisi maupun internet,
haruslah terkelola dengan baik. Bagaimanapun di dalamnya banyak manipulasi
dan hiburan yang benar-benar perlu disaring berdasarkan etika dan kepatutan.
Bentuk kegiatan
1.      Diskusi Hasil Resensi Buku
Peserta didik membaca buku, buku tersebut diresensi kemudian didiskusikan
dalam acara diskusi bulanan atau mingguan
2.      Membaca senyap
Peserta didik wajib membaca buku non teks pelajaran selama 15 menit
3.      Perpustakaan Kelas
Setiap kelas membuat perpustakaan diisi sendiri oleh peserta didik sendiri
4.      Pengadaan Buku-Buku berkualitas
Pengadaan buku buku baru yang berkualitas yang dapat menginspirasi peserta
didik
5.      Kunjungan  ke Pameran Buku
Sekolah membuat program kunjungan ke Pameran Buku

60
6.      Kunjungan ke Perpustakaan Daerah
Sekolah mengadakan kegiatan kunjungan ke perpustakaan
7.      Kunjungan ke penerbit buku terdekat
Sekolah mengadakan kunjungan ke salah satu penerbit buku
8.      Tantangan membaca
Sekolah membuat tantangan kepada  peserta didik yang berhasil membaca 10
buku dalam satu bulan.
9.      Kontes Menulis
Sekolah mengadakan lomba menulis untuk peserta didik.
10.  Reading Award
Sekolah memberi reward
a.       Peserta didik yang paling banyak mengujungi perpustakaan
b.      Perpustakaan kelas terbaik
11. Pojok Buku
Sekolah menyediakan tempat tempat untuk buku bacaan yang dapat terjangkau
oleh seluruh siswa dengan mudah.
13. Kegiatan lain yang relevan untuk meningkatkan kompetensi literasi siswa dan
guru di sekolah

N. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal Dan Global


Kurikulum untuk semua tingkat satuan pendidikan dapat memasukkan pendidikan
berbasis keunggulan lokal dan global. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan
global adalah pendidikan yang memanfaatkan keunggulan lokal dan kebutuhan daya
saing global dalam aspek ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan
komunikasi, ekologi, dan lain-lain, yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan
kompetensi peserta didik. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global
merupakan bagian dari semua mata pelajaran yang diajarkan. Pendidikan berbasis
keunggulan lokal dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan formal lain
dan/atau nonformal yang sudah memperoleh akreditasi.
Sebagai upaya pelaksanaan pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global di
SMKIT Al-Musthafawiyah di semua Program Keahlian, dilaksanakan proses
pembelajaran dan peningkatan pelayanan penunjang pendidikan melalui pengadaan
fasilitas internet yang dapat diakses oleh peserta didik di lingkungan sekolah dengan

61
menggunakan jaringan LAN dan hotspot, sebagai sarana eningkatan wawasan global
siswa yang dimanfaatkan pada semua proses pembelajaran di semua mata pelajaran.

O. Karakteristik Pembelajaran
Karakteristik pembelajaran pada setiap satuan pendidikan terkait erat padaStandar
Kompetensi Lulusan dan Standar Isi.Standar Kompetensi Lulusanmemberikan
kerangka konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harusdicapai.Standar Isi
memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan belajardan pembelajaran yang
diturunkan dari tingkat kompetensi dan ruang lingkupmateri.
Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup
pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk
setiap satuan pendidikan.Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan
perolehan (prosespsikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas“
menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”.
Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas“ mengingat, memahami,
menerapkan,menganalisis, mengevaluasi, mencipta. Keterampilan diperoleh melalui
aktivitas“ mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji,
danmencipta”.Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehanturut
serta mempengaruhi karakteristik standar proses. Untuk memperkuat pendekatan
ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antarmata pelajaran), dan tematik
(dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/
penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik
untuk menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka
sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan
karya berbasis pemecahan masalah (project based learning). Rincian gradasi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut
Gradasi Sikap, Pengetahuan, Dan Keterampilan

62
Karakteristik proses pembelajaran di SMKIT Al-Musthafawiyah secara
keseluruhan berbasis mata pelajaran,.Secara umum pendekatan belajar yang dipilih
berbasis pada teori tentang taksonomi tujuan pendidikan yang dalam lima dasawarsa
terakhir yang secara umum sudah dikenal luas. Berdasarkan teori taksonomi
tersebut capaian pembelajaran dapat dikelompokkan dalam tiga ranah yakni: ranah
kognitif, affektif dan psikomotor. Penerapan teori taksonomi dalam tujuan
pendidikan di berbagai negara dilakukan secara adaptif sesuai dengan kebutuhannya
masing-masing.Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional telah mengadopsi taksonomi dalam bentuk rumusan sikap, pengetahuan,
dan keterampilan.
Proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada pengembangan ketiga ranah
tersebut secara utuh/holistik, artinya pengembangan ranah yang satu tidakbisa
dipisahkan dengan ranah lainnya. Dengan demikian proses pembelajaran secara
utuh melahirkan kualitas pribadi yang mencerminkan keutuhan penguasaan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.

P. Desain Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan
pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan
penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan
skenario pembelajaran. Penyusunan Silabus dan RPP disesuaikan pendekatan
pembelajaran yang digunakan.

Q. Pengembangan Silabus
Silabus Mencakup seluruh mata pelajaran yang terdapat pada Struktur
Kurikulum Kompetensi Keahlian masing-masing. Silabus disusun oleh satuan
pendidikan. Silabus adalah bagian dari perencanaan pembelajaran pada suatu
kelompok kompetensi atau mata pelajaran sebagai acuan penyusunan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan pelaksanaan pembelajaran. Silabus memuat
rumusan kompetensi Bidang Keahlian masing-masing mata pelajaran yang
mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar, Indikator Pencapaian Kompetensi
(IPK), materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan

63
sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka
pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran.
Pengembangan silabus dilaksanakan dengan prinsip-prinsip:
1) Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan pebelajaran yang menjadi muatan dalam
silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
2) Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam
silabus masing-masing mata pelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan
fisik, intelektual, sosial, emosional, spiritual peserta didik, dan level 2 dan 3
KKNI.
3) Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam
pencapaian kompetensi inti sikap spiritual (KI-1), sikap sosial (KI-2),
pengetahuan (KI-3), dan ketrampilan (KI-4).
4) Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar,
indikator, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan
sistem penilaian.
5) Memadai
Cakupan IPK, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan
sistem penilaian memadai untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar dan
KI.
6) Aktual dan kontekstual
Cakupan IPK, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan
sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni
mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi di dunia kerja.
7) Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi variasi peserta didik,
pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan
masyarakat.
8) Menyeluruh

64
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi dimensi sikap
spiritual, sosial, pengetahuan, dan ketrampilan (kognitif, afektif, dan
psikomotor).

Langkah-langkah pengembangan silabus disajikan pada diagram alir berikut.

Diagram Alir Pengembangan Silabus Mata Pelajaran

Pengembangan Silabus dilakukan melalui dua langkah yaitu: (1) pengkajian profil
lulusan, SKL, KKNI, dan Kompetensi Inti; (2) penyusunan silabus.
Penyusunan silabus dilakukan melalui tahapan-tahapan:
1) Mengkaji kompetensi inti dan kompetensi dasar

2) Merumuskan indikator pencapai kompetensi


3) Penentuan jenis penilaian
4) Mengidentifikasi materi pembelajaran
5) Mengembangkan kegiatan pembelajaran
65
6) Menentukan alokasi waktu
7) Menentukan sumber belajar
Dalam implementasinya, silabus dijabarkan menjadi rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing-
masing guru. Silabus harus dikaji dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan
memperhatikan data evaluasi hasil belajar, evaluasi proses (pelaksanaan
pembelajaran), dan evaluasi rencana pembelajaran.
Silabus pada Kurikulum 2013 yang disempurnakan dan dikembangkan pada tingkat
nasional merupakan silabus minimal. Satuan pendidikan SMK dapat
mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan dunia kerja yang menjadi institusi
pasangan dan nilai-nilai lokal dimana SMK tersebut berada.
R. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran
tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk
mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai
Kompetensi Dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban
menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung
secarainteraktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis pesertadidik.RPP disusun berdasarkan KD atau subtema yang
dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Komponen RPP terdiri atas:
a. identitas sekolahyaitunamasatuanpendidikan
b. identitasmatapelajaranatautema/subtema;
c. kelas/semester;
d. materipokok;
e. alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan
beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia
dalam silabus dan KD yangharus dicapai;
f. tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan
kata kerja operasional yang dapat diamati dandiukur, yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan;
g. kompetensi dasar dan indicator pencapaian kompetensi;

66
h. materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang
relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator
ketercapaian kompetensi;
i. metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang
disesuaikan dengan karakteristik peserta didikdan KD yang akan dicapai;
j. media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk
menyampaikan materi pelajaran;
k. sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar,
atau sumber belajar lain yang relevan;
l. langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti,
dan penutup; dan
m. penilaian hasil pembelajaran.
Dalam menyusun RPP memperhatikan prinsip-prinsipsebagai berikut.
a. Perbedaan individual peserta didikantara lain kemampuan awal,tingkat
intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar,kemampuan sosial, emosi,
gaya belajar, kebutuhan khusus,kecepatan belajar, latar belakang budaya,
norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
b. Partisipasi aktif peserta didik.
c. Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar,motivasi,
minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dankemandirian.
d. Pengembangan budaya membaca dan menulisyang dirancang untuk
mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan
berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
e. Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program
pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.
f. Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi,
penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar.
g. Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata
pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.
h. Penerapan teknologi informasi dan komunikasisecara terintegrasi, sistematis,
dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

67
S. Pelaksanaan Pembelajaran
Alokasi Waktu Jam Tatap Muka Pembelajaran SMKIT Al-Musthafawiyah
adalah 45 menit dimana dalam pelaksanaan pembelajaran Buku Teks pelajaran
digunakan untuk meningkatan efisiensi danefektivitas yang jumlahnya disesuaikan
dengan kebutuhan peserta didik. Pengelolaan Kelas dilaksanakan melalui:
a. Guru menyesuaikan pengaturan tempat duduk peserta didik seduaidengan tujuan
dan karakteristik proses pembelajaran.
b. Volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harusdapat didengar
dengan baik oleh peserta didik.
c. Guru wajib menggunakan kata-kata santun, lugas dan mudah dimengerti oleh
peserta didik.
d. Guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar
peserta didik.
e. Guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, dan keselamatan
dalam menyelenggarakan proses pembelajaran.
f. Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan hasil
belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.
g. Guru mendorong dan menghargai peserta didik untuk bertanya dan
mengemukakan pendapat.
h. Guru berpakaian sopan, bersih, dan rapi.
i. Pada tiap awal semester, guru menjelaskan kepada peserta didik silabus mata
pelajaran; dan
j. Guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang
dijadwalkan.
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, meliputi kegiatan
pendahuluan, inti dan penutup.
Dalam kegiatan pendahuluan, guru melaksanakan kegiatan:
a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran;
b. memberi motivasi belajar siswa secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi
materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan contoh dan
perbandingan lokal, nasional dan internasional;
c. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya
dengan materi yang akan dipelajari;
68
d. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akandi capai;
e. menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.
Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran,media
pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta
didik dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan tematik dan/atau tematik terpadu
dan/atau saintifik dan/atau inkuiridan penyingkapan (discovery) dan/atau
pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project
basedlearning) disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan.
a. Sikap
Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternatif yang dipilih adalah
proses afeksi mulai dari menerima, menjalankan, menghargai, menghayati,
hingga mengamalkan. Seluruh aktivitas pembelajaran berorientasi pada tahapan
kompetensi yang mendorong siswa untuk melakuan aktivitas tersebut.
b. Pengetahuan
Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas mengetahui, memahami, menerapkan,
menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta. Karakteritik aktivititas belajar
dalam domain pengetahuan ini memiliki perbedaan dan kesamaan dengan
aktivitas belajar dalam domain keterampilan. Untuk memperkuat pendekatan
saintifik, tematik terpadu, dan tematik sangat disarankan untukmenerapkan
belajar berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk
mendorong peserta didik menghasilkan karya kreatif dan kontekstual, baik
individual maupun kelompok, disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran
yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).
c. Keterampilan
Keterampilan diperoleh melaluikegiatan mengamati, menanya, mencoba,
menalar, menyaji, dan mencipta. Seluruh isi materi (topik dan subtopik) mata
pelajaran yang diturunkan dari keterampilanharus mendorong siswa untuk
melakukan proses pengamatan hingga penciptaan. Untuk mewujudkan
keterampilan tersebut perlumelakukan pembelajaran yang menerapkan modus
belajar berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquirylearning) dan
pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project
based learning).
Dalam kegiatan penutup, guru bersama siswa baik secara individual maupun
kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi:
69
a. seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh untuk
selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung
dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung;
b. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
c. melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik tugas
individual maupun kelompok;
d. menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.

4. Supervisi Pembelajaran
Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu pendidik
mengembangkan kemampuannya dalam mengelola proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Supervisi akademik bukan penilaian unjuk kerja
pendidik melainkan membantu pendidik mengembangkan kemampuan
profesionalismenya. tujuan yang paling pokok dalam supervisi adalah untuk
pengembangan profesionalisme guru.
Pelaksanaan supervisi dilaksanakan minimal satu kali dalam satu tahun
pelajaran atau satu kali dalam satu semester. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan
terhadap seluruh guru mata pelajaran melalui tahapan:
1. Perencanaan
2. Sosialisasi
3. Pertemuan awal
4. Kunjungan kelas
5. Pertemuan akhir

U. Pengawasan Proses Pembelajaran


Pengawasan proses pembelajaran dilakukan melalui kegiatan pemantauan,
supervisi, evaluasi, pelaporan, serta tindak lanjut secara berkala danberkelanjutan.
Pengawasan proses pembelajaran dilakukan oleh kepala satuanpendidikan dan
pengawas. Pengawasan dilakukan dengan prinsip objektif dan transparan guna
peningkatan mutu secara berkelanjutan dan menetapkan peringkat akreditasi. Sistem
pengawasan internal dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas,dinas pendidikan dan
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan.
a. Kepala Sekolah, Pengawas dan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
melakukan pengawasan dalam rangka peningkatan mutu.

70
b. Kepala Sekolah dan Pengawas melakukan pengawasan dalam bentuk supervisi
akademik dan supervisi manajerial. Pengawasan yang dilakukan Lembaga
Penjaminan Mutu Pendidikan diwujudkan dalam bentuk Evaluasi Diri Sekolah.
Proses Pengawasan dilaksanakan melalui pemantauan, supervisi, pelaporan dan
tindak lanjut. Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran. Pemantauan dilakukan melalui antara
lain, diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan, perekaman, wawancara,
dan dokumentasi.Supervisi proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran yang dilakukan melalui antara lain,
pemberian contoh, diskusi, konsultasi, atau pelatihan. Hasil kegiatan pemantauan,
supervisi, dan evaluasi proses pembelajaran disusun dalam bentuk laporan untuk
kepentingan tindak lanjut pengembangan keprofesionalan pendidik secara
berkelanjutan. Tindak lanjut hasil pengawasan dilakukan dalam bentuk:
a. penguatan dan penghargaan kepada guru yang menunjukkan kinerja yang
memenuhi atau melampaui standar; dan
b. pemberian kesempatan kepada guru untuk mengikuti program pengembangan
keprofesionalan berkelanjutan.

V. Penilaian Hasil Dan Proses Pembelajaran


Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian
otentik(authentic assesment)yang menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil
belajarsecara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen tersebut akan
menggambarkan kapasitas, gaya, dan perolehan belajar siswa atau bahkan mampu
menghasilkan dampak instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring
(nurturant effect) dari pembelajaran.
Hasil penilaian otentik dapat digunakan oleh guru untuk merencanakan program
perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling. Selain itu,
hasil penilaian otentik dapat digunakansebagai bahanuntuk memperbaiki proses
pembelajaran sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan. Evaluasi proses
pembelajaran dilakukan saat proses pembelajaran dengan menggunakan alat: angket,
observasi, catatan anekdot, dan refleksi.
Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur,
dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan sebagai
proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil
71
belajar peserta didikmencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis
portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhirsemester,
ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujiannasional, dan ujian
sekolah , yang diuraikan sebagai berikut:
a. Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif
untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output)
pembelajaran.
b. Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh pesertadidik
secara reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang
telah ditetapkan.
c. Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan untuk
menilai keseluruhan entitas proses belajar peserta didiktermasuk penugasan
perseorangan dan/atau kelompok didalam dan/atau di luar kelas khususnya pada
sikap/perilaku dan keterampilan.
d. Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalamproses pembelajaran, untuk
memantau kemajuan dan perbaikan hasilbelajar peserta didik.
e. Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk
menilai kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar
(KD) atau lebih.
f. Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik
untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelahmelaksanakan 8 –
9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan tengah semester meliputi
seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut.
g. Ulangan akhir semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik
untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik diakhir semester.
Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua KD
pada semester tersebut.
h. Ujian Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UTK merupakankegiatan
pengukuran yang dilakukan oleh satuan pendidikan untukmengetahui
pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UTK meliputisejumlah Kompetensi
Dasar yang merepresentasikan Kompetensi Intipada tingkat kompetensi
tersebut.

72
i. Ujian Mutu Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UMTK merupakan
kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh pemerintahuntuk mengetahui
pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UMTK meliputi sejumlah Kompetensi
Dasar yang merepresentasikanKompetensi Inti pada tingkat kompetensi
tersebut.
j. Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN merupakan kegiatanpengukuran
kompetensi tertentu yang dicapai peserta didik dalam rangka menilai pencapaian
Standar Nasional Pendidikan, yang dilaksanakan secara nasional.
k. Ujian Sekolah/Madrasah merupakan kegiatan pengukuran pencapaian
kompetensi di luar kompetensi yang diujikan pada UN, dilakukan oleh satuan
pendidikan.
Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut.
a. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standardan tidak dipengaruhi
b. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana,menyatu
dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.
c. Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporannya.
d. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasarpengambilan
keputusan dapat diakses oleh semua pihak.
b. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal
sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik,prosedur, dan hasilnya.
c. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.
d. Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan criteria (PAK).
PAK merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria
ketuntasan minimal (KKM). KKM merupakan kriteria ketuntasan belajar
minimal yang ditentukan oleh satuan pendidikan dengan mempertimbangkan
karakteristik Kompetensi Dasar yang akan dicapai, daya dukung, dan
karakteristik peserta didik.
Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk
menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah
ditetapkan. Cakupan penilaian merujuk pada ruang lingkup materi, kompetensi
matapelajaran/kompetensi muatan/kompetensi program, dan proses. Teknik dan
73
instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensisikap, pengetahuan, dan
keterampilan sebagai berikut.
a. Penilaian kompetensi sikap
Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi,penilaian diri,
penilaian “teman sejawat”(peer evaluation) olehpeserta didik dan jurnal.
Instrumen yang digunakan untukobservasi, penilaian diri, dan penilaian
antarpeserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang
disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.
1) Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara
berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secaralangsung
maupun tidak langsung dengan menggunakanpedoman observasi yang berisi
sejumlah indikator perilaku yang diamati.
2) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik
untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangandirinya dalam konteks
pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian
diri.
3) Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara
meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian
kompetensi. Instrumen yang digunakan berupalembar penilaian antar peserta
didik.
4) Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi
informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik
yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.
b. Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan
penugasan.
1) Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat,
benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi
pedoman penskoran.
2) Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan.
3) Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang
dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.
c. Penilaian Kompetensi Keterampilan
Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu
penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikansuatu kompetensi
74
tertentu dengan menggunakan tes praktik,projek, dan penilaian portofolio.
Instrumen yang digunakan berupadaftar cek atau skala penilaian (rating scale)
yang dilengkapi rubrik.
1) Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupaketerampilan
melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuaidengan tuntutan kompetensi.
2) Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputikegiatan
perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secaratertulis maupun lisan dalam
waktu tertentu.
3) Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai
kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat
reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau
kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Karya tersebut dapat
berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan kepedulian peserta didik
terhadap lingkungannya.Instrumen penilaian harus memenuhi persyaratan:
a) substansi yang merepresentasikan kompetensi yang dinilai;
b) konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk
instrumen yang digunakan; dan
c) penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan
tingkat perkembangan peserta didik.
Mekanisme dan prosedur penilaian dilaksanakn dengan;
1) Penilaian hasil belajar pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
dilaksanakan oleh pendidik, satuan pendidikan, Pemerintah dan/atau lembaga
mandiri.
2) Penilaian hasil belajar dilakukan dalam bentuk penilaian otentik, penilaian
diri, penilaian projek, ulangan harian, ulangan tengahsemester, ulangan akhir
semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian
sekolah, dan ujian nasional.
3) Perencanaan ulangan harian dan pemberian projek oleh pendidik sesuai dengan
silabus dan dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
4) Kegiatan ujian sekolah/madrasah dilakukan dengan langkah-langkah:
a. menyusun kisi-kisi ujian;
b. mengembangkan (menulis, menelaah, dan merevisi) instrumen;
c. melaksanakan ujian;

75
d. mengolah (menyekor dan menilai) dan menentukan kelulusan peserta
didik;
e. melaporkan dan memanfaatkan hasil penilaian.
5).Ujian nasional dilaksanakan sesuai langkah-langkah yang diatur dalam
Prosedur Operasi Standar (POS).
6).Hasil ulangan harian diinformasikan kepada peserta didik sebelum diadakan
ulangan harian berikutnya. Peserta didik yang belum mencapai KKM harus
mengikuti pembelajaran remedial.
7). Hasil penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan dilaporkan dalam bentuk
nilai dan deskripsi pencapaian kompetensi kepada orangtua dan pemerintah.

W. Pelaksanaan dan Pelaporan Penilaian


Penilaian hasil belajar oleh pendidik yang dilakukan secara berkesinambungan
bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk
meningkatkan efektivitas pembelajaran. Penilaian hasil belajar oleh pendidik
memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
a. Proses penilaian diawali dengan mengkaji silabus sebagai acuan dalam membuat
rancangan dan kriteria penilaian pada awal semester. Setelah menetapkan
kriteria penilaian, pendidik memilih teknik penilaian sesuai dengan indikator
dan mengembangkan instrumen serta pedoman penyekoran sesuai dengan teknik
penilaian yang dipilih.
b. Pelaksanaan penilaian dalam proses pembelajaran diawali dengan penelusuran
dan diakhiri dengan tes dan/atau nontes. Penelusuran dilakukan dengan
menggunakan teknik bertanya untuk mengeksplorasi pengalaman belajar sesuai
dengan kondisi dan tingkat kemampuan peserta didik.
c. Penilaian pada pembelajaran tematik-terpadu dilakukan dengan mengacu pada
indikator dari Kompetensi Dasar setiap mata pelajaran yang diintegrasikan
dalam tema tersebut.
d. Hasil penilaian oleh pendidik dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui kemajuan
dan kesulitan belajar, dikembalikan kepadapeserta didik disertai balikan
(feedback) berupa komentar yang mendidik (penguatan) yang dilaporkan kepada
pihak terkait dan dimanfaatkan untuk perbaikan pembelajaran.
76
e. Laporan hasil penilaian oleh pendidik berbentuk:
1) nilai dan/atau deskripsi pencapaian kompetensi, untuk hasil penilaian
kompetensi pengetahuan dan keterampilan termasuk penilaian hasil
pembelajaran tematik-terpadu.
2) deskripsi sikap, untuk hasil penilaian kompetensi sikap piritual dan sikap
sosial.
f. Laporan hasil penilaian oleh pendidik disampaikan kepada kepala
sekolah/madrasah dan pihak lain yang terkait (misal: wali kelas, guru
Bimbingan dan Konseling, dan orang tua/wali) pada periode yang ditentukan.
g. Penilaian kompetensi sikap spiritual dan sosial dilakukan oleh semua pendidik
selama satu semester, hasilnya diakumulasi dan dinyatakan dalam bentuk
deskripsi kompetensi oleh wali kelas/guru kelas.

X. Pelaksanaan dan Pelaporan Penilaian oleh Satuan Pendidikan


Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan untuk menilai pencapaian
kompetensi lulusan peserta didik yang meliputi kegiatan sebagai berikut:
a. menentukan kriteria minimal pencapaian Tingkat Kompetensi dengan mengacu
pada indikator Kompetensi Dasar tiap mata pelajaran;
b. mengoordinasikan ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir
semester, ulangan kenaikan kelas, ujian tingkatkompetensi, dan ujian akhir
sekolah/madrasah;
c. menyelenggarakan ujian sekolah/madrasah dan menentukan kelulusan peserta
didik dari ujian sekolah/madrasah sesuai dengan POS Ujian Sekolah ;
d. menentukan kriteria kenaikan kelas;
1) melaporkan hasil pencapaian kompetensi dan/atau tingkat kompetensi
kepada orang tua/wali menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
2) mencapai tingkat Kompetensi yang dipersyaratkan, denganketentuan
kompetensi sikap (spiritual dan sosial) termasuk kategori baik dan
kompetensi pengetahuan dan keterampilan minimal sama dengan
Ketuntasan Belajar (KB) yang telah ditetapkan;
3) lulus ujian sekolah
e. peserta didik dalam bentuk buku rapor;
f. melaporkan pencapaian hasil;

77
g. melaporkan hasil ujian Tingkat Kompetensi kepada belajar tingkat satuan
pendidikan kepada dinas pendidikan kabupaten/kota dan instansi lain
yangterkait orangtua/wali peserta didik dan dinas pendidikan.
h. menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan melalui rapat dewan
guru sesuai dengan kriteria:
i. menerbitkan Surat Hasil Ujian Nasional (SHUN) setiap peserta didik bagi satuan
pendidikan penyelenggara Ujian Nasional;
k. menerbitkan ijazah setiap peserta didik yang lulus dari satuan pendidikan bagi
satuan pendidikan yang telah terakreditasi.

Y. Pelaksanaan dan Penilaian oleh Pemerintah


Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dilakukan melalui Ujian Nasional
Penilaian hasil belajar dalam bentuk UN didukung oleh suatusistem yang menjamin
mutu dan kerahasiaan soal sertapelaksanaan yang aman, jujur, dan adil. Hasil UN
digunakan untuk:
a) pemetaan mutu program dan/atau Satuan Pendidikan;
b) pertimbangan seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya; dan
c) pertimbangan dalam pembinaan dan pemberian bantuan kepada Satuan
Pendidikan dalam upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Dalam rangka standarisasi UN diperlukan acuan berupa kisi-kisi bersifat nasional
yang dikembangkan oleh Pemerintah, sedangkan soalnya disusun oleh Pemerintah
Pusat dan/atau Pemerintah Daerah dengan komposisi tertentu yang ditentukanoleh
Pemerintah.
Sebagai salah satu penentu kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan, kriteria
kelulusan UN ditetapkan setiap tahun oleh pemerintah. Dalam rangka penggunaan
hasil UN untuk pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan, Pemerintah
menganalisis dan membuat peta daya serap UN dan menyampaikan hasilnya kepada
pihak yang berkepentingan.

Z. Kenaikan Kelas, Kelulusan dan Ketuntasan Belajar


1. Kenaikan Kelas
Pesyaratan kenaikan kelas ditetapkn sebagai berikut;
1) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran dalam dua semester pada
tahun pelajaran yang diikuti.

78
2) Nilai (deskripsi) sikap sekurang-kurangnya BAIK sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan satuan pendidikan.
3) Nilai ekstrakurikuler pendidikan kepramukaan sekurang-kurangnya BAIK.
4) Tidak memiliki lebih dari dua mata pelajaran yang masing-masing nilai
kompetensi pengetahuan dan/atau kompetensi keterampilannya di bawah
Ketuntasan Belajar (KB). Apabila ada mata pelajaran yang tidak mencapai
ketuntasan belajar pada semester ganjil, nilai akhir diambil dari rerata
semester ganjil dan genap pada semester tersebut.
5) Kenaikan kelas peserta didik SMKIT Al-Musthafawiyah ditentukan
berdasarkan rapat Dewan Guru

2. Kelulusan
Peserta didik dinyatakan lulus dari SMKIT Al-Musthafawiyah setelah memenuhi
kriteria:
a. menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
Peserta didik dinyatakan menyelesaikan seluruh program pembelajaran
sebagaimana dimaksud adalah apabila telah menyelesaikan pembelajaran dari
kelas X sampai dengan kelas XII;
b. memperoleh nilai sikap/perilaku minimal baik
Nilai sikap/perilaku peserta didik sebagaimana dimaksud adalah nilai prilaku
siswa selama mengikuti kegiatan belajar di SMKIT Al-Musthafawiyah
sebagaimana tercantum dalam buku rapot semester I sampai dengan VI
c. mengikuti Ujian Nasional
d. lulus Ujian Sekolah
Peserta didik dinyatakan lulus dari SMKIT Al-Musthafawiyah apabila telah
memenuhi kriteria kelulusan Ujian Sekolah yang ditetapkan oleh SMKIT Al-
Musthafawiyah berdasarkan perolehan Nilai Ujian Sekolah.
Nilai Ujian Sekolah dimaksud di atas diperoleh dari Nilai ujian Sekolah
pada semua mata pelajaran adalah Nilai Ujian Sekolah pada semua mata
pelajaran yang diujikan minmal 70 (Tujuh Puluh)

79
Kelulusan peserta didik dari SMKIT Al-Musthafawiyah ditentukan berdasarkan
rapat Dewan Guru, dan ditetapkan setelah satuan pendidikan menerima hasil UN
peserta didik yang bersangkutan

3.Ketuntasan Belajar Minimal (KBM)


KBM digunakan untuk mengetahui kompetensi yang harus dikuasai
secara tuntas oleh peserta didik, sehingga pencapaian kompetensi yang kurang
optimal dapat segera diperbaiki. KBM ditetapkan pada awal tahun pelajaran
melalui musyawarah oeh sekolah dengan memperhatikan:
1. Intake yaitu kemampuan rata rata peserta didik. Untuk kelas X kemampuan
rata-rata digunakan berdasar tes awal yang dilaksanakan oleh guru,
sedangkan untuk kelas XI dan XI didasari oleh nilai rata-rata pada semester
sebelumnya.
2. Kompleksitas diperoleh dengan mengidentifiasi indikator sebagai penanda
tercapainya kompetensi dasar
3. Kemampuan daya dukung, yang berorientasi pada sumber belajar.
KBM minimal yang ditetapkan minimal 75 untuk pengetahuan dan 75 untuk
keterampilan, sedangkan sikap minimal baik. Nilai perolehan siswa untuk
pengetahuan menggunakan rerata, keterampilan menggunakan rata-rata optimum
dengan skala 1 – 100. Untuk Tahun pelajaran 2019-2020 KBM setiap mata
pelajaran adalah sebagai berikut:
KETUNTASAN BELAJAR MINIMAL
(KBM)

Jumlah KELAS DAN KBM


MATA PELAJARAN Jam Per X XI XII
Tahun 1 2 1 2 1 2
A.Muatan Nasional              
1 Pendidikan Agama dan BudiPekerti 318 75 75 78 78 80 80
Pendidikan Pancasila dan
2 212 75 75 76 76 77 77
Kewarganegaraan
3 Bahasa Indonesia 354 75 75 76 76 77 77
4 Matematika 424 75 75 75 75 75 75
Bahasa Inggris dan Bahasa Asing
Lainnya*
5 5.1 Bahasa Inggris 352 75 75 75 75 76 76
5.2 Bahasa Asing Lainnya: Bahasa Arab 76 76 78 78 80 80
6 Sejarah Indonesia 108 76 76 76 76 77 77
B.Muatan Kewilayahan              

80
1 Seni Budaya 108 76 76 77 77 78 78
Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan
2 144 75 75 78 78 80 80
Kesehatan
3 Bahasa Sunda 36 75 75 75 75
4 PLH 18 75 75
C.Muatan Peminatan Kejuruan  
C1.Dasar Bidang Keahlian  
1 Simulasi dan Komunikasi Digital 108 78 78
2 Fisika 72 75 75
3 Kimia 72 75 75
4 Biologi 72 75 75
C2.Dasar Program Keahlian  
1 Dasar-dasar Kefarmasian 252 78 78
2 Perundang-undangan Kesehatan 72 78 78
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
3 72 78 78
Lingkungan Hidup
4 Farmakognosi Dasar 72 78 78
C3.Kompetensi Keahlian  
1 Pelayanan Farmasi 840 78 78 80 80
2 Farmakognosi 280 78 78 79 79
3 Farmakologi 280 78 78 79 79
4 Kimia Farmasi 314 78 78 78 78
5 Produk Kreatif dan Kewirausahaan 524 78 78 80 80

81
BAB V
KALENDER PENDIDIKAN

Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran


peserta didik selama satu tahun pelajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran,
minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur. Permulaan tahun
pelajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada awal tahun pelajaran
pada setiap satuan pendidikan. Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan
pembelajaran untuk setiap tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan. Waktu
pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap minggu, meliputi jumlah
jam pembelajaran untuk seluruh mata pelajaran termasuk muatan lokal, ditambah
jumlah jam untuk kegiatan ekstrakurikuler. Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan
untuk tidak diadakan kegiatan pembelajaran terjadwal pada satuan pendidikan yang
dimaksud. Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah semester, jeda antar semester, libur
akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk hari-hari besar
nasional, dan hari libur khusus. Kalender pendidikan ditetapkan oleh sekolah, apabila
ada perubahan sekolah melaporkan kepada dinas pendidikan.

A. Alokasi Waktu
82
Alokasi waktu minggu efektif belajar, waktu libur dan kegiatan lainnya tertera
pada tabel berikut.

No Kegiatan Alokasi Waktu Keterangan


1. Minggu efektif Minimum 34 Digunakan untuk kegiatan
belajar minggu dan pembelajaran efektif pada setiap
maksimum 36 satuan pendidikan.
minggu
2. Jeda tengah Maksimum 2 Satu minggu setiap semester.
semester minggu

3. Jeda Maksimum 2 Antara semester I dan II.


antarsemester minggu

4. Libur akhir Maksimum 3 Digunakan untuk penyiapan kegiatan


tahun pelajaran minggu dan administrasi akhir dan awal tahun
pelajaran.
5. Hari libur 2 – 4 minggu Daerah khusus yang memerlukan
keagamaan libur keagamaan lebih panjang dapat
mengaturnya sendiri tanpa
mengurangi jumlah minggu efektif
belajar dan waktu pembelajaran
efektif.
6. Hari libur Maksimum 2 Disesuaikan dengan Peraturan
umum/nasional minggu Pemerintah.
7. Hari libur Maksimum 1 Untuk satuan pendidikan sesuai
khusus minggu dengan ciri kekhususan masing-
masing.
8. Kegiatan Maksimum 3 Digunakan untuk kegiatan yang
khusus minggu diprogramkan secara khusus oleh
sekolah/madras sekolah/madrasah tanpa mengurangi
ah jumlah minggu efektif belajar dan
waktu pembelajaran efektif.

Ketentuan dalam Kalender pendidikan tahun pelajaran 2019/2020 adalah sebagai


berikut :

83
84
85
86
KALENDER PENDIDIKAN
SMKIT AL-MUSTHAFAWIYAH ISLAMIC BOARDING SCHOOL
TAHUN PELAJARAN 2019-2020
SEMESTER I
BULAN BULAN BULAN
JUL I 2019 A GUSTUS 2019 SEP TEMBE R 2019
HARI HARI HARI
MINGGU 7 14 21 28 MINGGU 4 11 18 25 MINGGU 1 8 15 22 29
SENIN 1 8 15 22 29 SENIN 5 12 19 26 SENIN 2 9 16 23 30
SELASA 2 9 16 23 30 SELASA 6 13 20 27 SELASA 3 10 17 24
RABU 3 10 17 24 31 RABU 7 14 21 28 RABU 4 11 18 25
KAMIS 4 11 18 25 KAMIS 1 8 15 22 29 KAMIS 5 12 19 26
JUM'AT 5 12 19 26 JUM'AT 2 9 16 23 30 JUM'AT 6 13 20 27
SABTU 6 13 20 27 SABTU 3 10 17 24 31 SABTU 7 14 21 28
23-Jun : Masuk santri lama 1- 3 Agustus : Super Camp 03-Sep : English Day For out Door Activity
24-Jun : Pembagain kamar santri lama 08-Aug : Outing Class Masjid Istiqlal (SMKIT) Program PAI 04-Sep : Praktek Industri Ke Apotek
25 - 29 Juni : Program Kepesantrenan santri lama 10-Aug : Pemilihan OSIS Baru 5 - 7 Sep : Mubes OSMA
26 - 28 Juni : IHT Ustad / Ustadzah 10-Aug : Pawai Lampion (M alam Hari) 8 - 9 Sep : LDK OSM A
: Kunjungan Monumen Pancasila & museum IPTEK
30-Jun : Program Studi Banding OSMA 11-Aug : IDUL ADHA 11-Sep
TMII
1-6 Juli : Program Sekolah santri lama 17-Aug : Peringatan Kemerdekaan HUT RI & Perlombaan 16 - 21 Sep : PTS Semester Ganjil
07-Jul : Masuk santri Baru 21-Aug : Kunjungan LPOM MUI (SM K) 23 - 28 Sep : Pembekalan Prakerin
08-Jul : Pembagian Kamar Santri Baru 28-Aug : Business Center (SMK) 30-Sep : Persiapan pemberangkatan Prakerin
8 - 13 Juli : Kegiatan Formal santri lama 30 Agt - 2 Sept : Peray aan M usabaqoh Kubro Jilid II
9 - 14 Juli : MPLS Formal & Kepesantrenan Agustus : Pembentukan Panitia PSB 2020/2021
15 Juli 2019 : Hari pertama masuk sekolah
21 Juli 2019 : Rapat Awal Tahun Orang Tua
22 Juli 2019 : Sosialisasi Program supervisi
29 Juli 2019 : Sosialisasi Pelaksanaan BIMBEL

BULAN BULAN BULAN


OKTOBER 2019 NOV EMBER 2019 DESE MBER 2019
HARI HARI HARI
MINGGU 6 13 20 27 MINGGU 3 10 17 24 MINGGU 1 8 15 22 29
SENIN 7 14 21 28 SENIN 4 11 18 25 SENIN 2 9 16 23 30
SELASA 1 8 15 22 29 SELASA 5 12 19 26 SELASA 3 10 17 24 31
RABU 2 9 16 23 30 RABU 6 13 20 27 RABU 4 11 18 25
KAMIS 3 10 17 24 31 KAMIS 7 14 21 28 KAMIS 5 12 19 26
JUM'AT 4 11 18 25 JUM'AT 1 8 15 22 29 JUM'AT 6 13 20 27
SABTU 5 12 19 26 SABTU 2 9 16 23 30 SABTU 7 14 21 28
01-Oct : Mulai Prakerin (XI) 09 November : Libur Maulid Nabi Muhammad SAW 2 - 14 Des : Perkiraan PAS
02-Oct : Simulasi Uji LSP ( Kelas XII) 12 - 13 Nov : Mengikuti lomba LKS 16 - 19 Des : Pelatihan Hidroponik & Open Try Out untuk SMP Luar
08-Oct : Seminar Cara Cepat Membaca Al-Quran 18 - 21 Nov : PAS Kepesantrenan 16 - 19 Des : Class Meeting (OSMA)
13-Oct : Pembagian KHS , BC (SMK) 25 - 30 Nov : Ujian Akhir Pondok 18-Dec : Kunjungan Industri PT Dary a Varia Laboratoria (SMK)
19 - 21 Okt : Upacara HSN dan PORSENI santri, guru & Karyaw an Nov ember : Seminar kesiswaan, Open House 22 - 28 Des : Muqoyam Kelas XII
30-Oct : Kota Tua & Monumen Nasional Nov ember : Seminar NAFZA 29 Desember : Jiarah kelas XII
Oktober : Seminar kesiswaan, Open House Nov ember : Sosialisasi PSB 25 Desember : Libur hari Natal
25 Desember s.d. 05
Oktober : Sosialisasi PSB : Libur Semester Ganjil
Januari 2020
Desember : Perkiraan Tes Gelombang I PSB

SEMESTER II
BULAN BULAN BULAN
JANUARI 2020 FEBRUARI 2020 MARET 2020
HARI HARI HARI
MINGGU 5 12 19 26 MINGGU 2 9 16 23 MINGGU 1 8 15 22 29
SENIN 6 13 20 27 SENIN 3 10 17 24 SENIN 2 9 16 23 30
SELASA 7 14 21 28 SELASA 4 11 18 25 SELASA 3 10 17 24
RABU 1 8 15 22 29 RABU 5 12 19 26 RABU 4 11 18 25
KAMIS 2 9 16 23 30 KAMIS 6 13 20 27 KAMIS 5 12 19 26
JUM'AT 3 10 17 24 31 JUM'AT 7 14 21 28 JUM'AT 6 13 20 27
SABTU 4 11 18 25 SABTU 1 8 15 22 29 SABTU 7 14 21 28
1-5 Januari : Libur Awal tahun santri 3 - 4 Februari : Sidang Prakerin 2 - 7 Maret : Pembekalan USBN SMK
2-3 Januari : Family Gathering (Guru dan Karyawan) 05-Feb : Kunjungan Kota Tua 9-14 Maret : PTS Genap
05-Jan : Kedatangan Santri 12-Feb : Kunjungan RS (SMK) 16 - 20 M aret : USBN SMK
20 - 23 Januari : Pelaksanaan Try Out Internal (Bebasis Komputer) SMK 19-Feb : Lomba Kompetensi dari Univ (SM K) 24 - 28 M aret : UNBK SMK
26-Feb : Kunjungan Balitro (X, XI SMK) 22 Maret : Libur Isro Mi'raj / Muhadoroh Kubro
26-Feb : Seminar Motivasi 25 Maret : Libur hari raya Nyepi
Februari : TOEIC / TOEFL 29-Mar : Pembagian KHS, Business Center
Februari : Perkiraan Tes Gelombang II PSB 2020

BULAN BULAN BULAN


A PRIL 2020 MEI 2020 J UNI 2020
HARI HARI HARI
MINGGU 5 12 19 26 MINGGU 3 10 17 24 31 MINGGU 7 14 21 28
SENIN 6 13 20 27 SENIN 4 11 18 25 SENIN 1 8 15 22 29
SELASA 7 14 21 28 SELASA 5 12 19 26 SELASA 2 9 16 23 30
RABU 1 8 15 22 29 RABU 6 13 20 27 RABU 3 10 17 24
KAMIS 2 9 16 23 30 KAMIS 7 14 21 28 KAMIS 4 11 18 25
JUM'AT 3 10 17 24 JUM'AT 1 8 15 22 29 JUM'AT 5 12 19 26
SABTU 4 11 18 25 SABTU 2 9 16 23 30 SABTU 6 13 20 27
1 - 2 April : Simulasi Ujian LSP 01 M ei : Libur hari Buruh 01 Juni : Libur hari lahir Pancasila / Kedatangan santri
3 - 18 April : Pembekalan LSP XII 4 - 7 Mei : PAT Kepesantrenan 3 - 13 Juni : Perkiraan PAT
10 April : Libur wafat Yesus Kristus 07 M ei : Libur hari raya Waisak 14-Jun : Makrab
15-Apr : Kunjungan PT Gizi Indonesia 09-M ay : Rapat Kelulusan 16-Jun : Perkiraan Wisuda dan Sumpah Profesi SMK
20 - 21 April : Ujian LSP 10-M ay : Malam Nuzulul Quran 18-Jun : Rapat kenaikan kelas
23-Apr : Perkiraan Awal Puasa 18 s.d. 30 Mei : Perkiraan Libur Hari Raya Idul Fitri 1441 H 20-Jun : Pembagian Rapot
April : Perkiraan Tes Gelombang III PSB 2020 21 M ei : Libur kenaikan Yesus Kristus 22 Juni - 4 Juli : Perkiraan Raker 2020
22 Juni - 12 Juli : Perkiraan Libur Akhir Tahun Pelajaran

BULAN
JUL I 2020
HARI Megamendung, Juli 2019
MINGGU 5 12 Mengetahui,
SENIN 6 Kepala Sekolah, Wakasek Kurikulum,
SELASA 7
RABU 1 8
KAMIS 2 9
JUM'AT 3 10 M. Abdurochman, M. Pd. I Karrinda Barlita, S. Pd
SABTU 4 11 NIK. 150801018 NIK.
Mei - Juli : Masa PPDB TP 2020 - 2021

87
BAB VI
PENUTUP

Kurikulum merupakan acuan dan pedoman dalam pelaksanaan pendidikan di


sekolah, seluruh keberhasilan pembelajaran yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi dan pelaporan hasil belajar akan tergantung kepada pelaksana kegiatan
pembelajaran, yaitu pengelola sekolah, guru dan siswa. Peran guru dalam
merealisasikan kurikulum sangatlah besar sekali, Guru yang kreatif, inovatif dan
pantang menyerah dalam mendorong siswa untuk menjadi manusia pembelajar. Dengan
demikan Kurikulum ini dapat menjadi acuan bagi tim manajemen sekolah dan guru
secara bersama-sama untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Pada penyusunan Kurikulum ini, Kami menyadari masih adanya kekurangan
dan masih banyak yang harus disempurnakan. Karenanya kepada rekan pengguna
Kurikulum ini, hendaknya dibaca dan dikaji baik secara isi maupun implementasinya
dalam proses pembelajaran, sehingga pada tahun pelajaran yang akan datang
Kurikulum SMKIT Al-Musthafawiyah dapat disempurnakan.
Hasil akhir dari kurikulum ini adalah perubahan yang terjadi pada peserta
didik sebagai hasil proses pembelajaran, yaitu menjadi siswa yang memiliki ciri mampu
hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan
afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, dan peradaban dunia. Kita berharap dengan kerja keras hal tersebut dapat
tercapai.

88

Anda mungkin juga menyukai