QS. Al-A’raf: 96
۟ ت ِّمنَ ٱل َّسمٓا ِء َوٱأْل َرْ ض َو ٰلَ ِكن َك َّذب
۟ ُُوا فَأَخ َْذ ٰنَهُم بما كَان ٍ وا َوٱتَّقَوْ ۟ا لَفَتَحْ نَا َعلَ ْي ِهم بَ َر ٰ َك
۟ ُى َءامن
َوا يَ ْك ِسبُون َِ ِ َ َ ٓ ٰ َولَوْ أَ َّن أَ ْه َل ْٱلقُ َر
Artinya
Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan
kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-
ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan. (QS.
Al-A’raf : 96)
Tafsir Ayat
Al-Qurtubi dalam tafsirnya mengatakan, yang dimaksud keberkahan dari langit dan bumi
adalah hujan dan tumbuh-tumbuhan.
Sementara itu, al-Baghawi dalam kitab Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil
menjelaskan, keberkahan dalam ayat tersebut adalah diluaskan dan dimudahkannya
berbagai macam kebaikan di seluruh penjuru.
Nilai-Nilai Pendidikan
1. Mendidik agar senantiasa beriman dan bertakwa.
2. Mengajarkan berbuat kebaikan kepada siapa saja.
3. Mengajarkan nilai ketuhanan dan solidaritas yang tinggi.
4. Senantiasa bersyukur dan tidak mengingkari nikmat yang Allah berikan.
Makna Berkah
1. Imam Nawawi
berkah adalah tumbuh, berkembang, atau bertambah kebaikan yang berkesinambungan.
2. Al-Asfahani dan Ibnu Faris
berkah asalnya adalah “dada atau punggung unta yang menonjol”. Ini ada kaitannya dengan
arti “tumbuh dan bertambah”. Sebab, salah satu dari anggota tubuh unta itu menonjol dari
tubuhnya yang lain, sehingga berkah juga bisa dimaknai, “Tetapnya kebaikan yang bersifat
ilahiyah”.
Kata Berkah dalam Al-Qur’an
Kata barakat adalah bentuk jamak dari kata barakah. Disebutkan dalam al-Qur’an kata barakat
dan kata yang seakar dengannya terulang sebanyak 31 kali dan terbagi ke 9 (sembilan) bagian,
yaitu:
1. Bāraka (( )باركQS. Fussilat:10)
2. Būrika (( )بوركQS. an-Naml: 8)
3. Tabāraka (( )تباركQS. al-A’raf: 54, QS. al-Mu’minuun:14, QS. al-Furqan:1,10,61, al-
Mu’min:64, al-Zukhruf: 85, al-Rahman: 7, dan QS. al-Mulk: 1)
4. Barakātin (( )بركاتQS. al-A'raf: 96 dan Hud: 48)
5. Mubārak (( )مباركQS. Al-An’am: 92, 155, QS. al-Anbiya:50, dan QS. Shad: 29)
6. Mubārakah (( )مباركةQS. an-Nur: 35, 61, QS. al- Qashash:30, dan QS. ad-Dukhan: 3)
7. Bāraknā (( )باركناQS. al-A’raf: 137, QS. al-Isra:1, QS. al-Anbiya:71,81, QS. Saba:18)
8. Mubāraka (( )مباركاQS. ali`Imran:96, QS. Maryam:31, QS. al-Mu’minun:29, dan QS. Qaaf:9)
9. Barakātuh (( )بركاتهQS. Hud:73)
Makna Takwa
Ibnu Mas’ud menjelaskan, “Takwa adalah menaati Allah dan tidak bermaksiat kepada-Nya.
Senantiasa mengingat Allah serta bersyukur kepada-Nya tanpa ada pengingkaran (kufr) di
dalamnya.” (Tafsir Ibnu Katsir: Dar at-Thayyibah, 1999).
1. Syarat dan kunci utama untuk mendapatkan keberkahan yang dimaksud QS. Al-A’raf ayat
96 adalah iman dan takwa kepada Allah SWT.
2. Iman secara bahasa at-tashdiq atau percaya. Secara istilah membenarkan dengan hati,
mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan anggota badan.
3. Sementara itu, takwa dapat dimaknai, mengerjakan ketaatan dan perintah-perintah Allah
serta meninggalkan kemaksiatan dan segala larangan Allah dengan tujuan mendapatkan
rahmat dan keridaan Allah SWT serta terhindar dari siksa Allah SWT.
Janji Allah
Ini adalah janji Allah kepada penduduk negeri mana saja yang jika mereka beriman, Allah pasti
akan membukakan keberkahan dari langit dan dari bumi, dan jika mereka kufur maka Allah akan
mengazab mereka dengan kesengsaraan di dunia dan di akhirat.
Demikian yang dikisahkan Allah dalam QS. Yunus ayat 98:
Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat
kepadanya selain kaum Yunus? tatkala mereka (kaum Yunus itu), beriman, Kami hilangkan dari
mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada
mereka sampai kepada waktu yang tertentu. (QS. Yunus: 98)
Janji Allah ini, pernah terwujud secara penuh pada penduduk negeri Ninawa, Mosul, yaitu pada
masa kenabian Yunus as., ketika pada mulanya penduduk negeri itu menolak ajakan Nabi
mereka (Yunus as.) meskipun sudah diajak dan diseru kepada keimanan dengan berbagai cara
dalam waktu yang cukup panjang, siang dan malam hingga terasa oleh Nabi mereka bahwa tidak
ada harapan lagi bagi kaumnya untuk beriman, sementara di sisi lain, seruan Nabi Yunus seolah
tidak ada artinya lagi bagi mereka.
Bertahun-tahun tiada yang hendak beriman hingga Nabi Yunus pun merasa tidak berarti lagi di
tengah kaumnya, beliau kemudian pergi menaiki perahu ke tengah samudera yang luas,
meninggalkan kaumnya dalam “keputusasaan”.
Sepeninggal Nabi mereka, langit berubah menjadi gelap, pertanda azab segera akan turun.
Mereka melihat kebinasaan sudah di depan mata mereka, tinggal beberapa saat lagi mereka akan
binasa seluruhnya. Ketika itu, keimanan masuk ke dalam hati mereka, dalam keadaan penuh
harap dan cemas.
Mereka berkumpul semuanya sembari mengucap taubat dengan air mata penyesalan hingga
Allah melihat kesungguh-sungguhan terpancar dari wajah mereka. Ketika itu, Allah menerima
taubat mereka, menerima iman mereka, serta menyingkirkan azab yang hampir saja
membinasakan mereka.
Demikian sebagaimana kisah umat Nabi Yunus yang kembali beriman dan merubah keadaan dari
mencekam akan azab Allah menjadi negeri yang aman dan makmur karena ketulusan taubat yang
mereka lakukan. Sebagaimana Allah sampaikan dalam firman-Nya:
اِ َّن هّٰللا َ اَل يُ َغيِّ ُر َما بِقَوْ ٍم َح ٰتّى يُ َغيِّرُوْ ا َما بِا َ ْنفُ ِس ِه ۗ ْم
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah
keadaan diri mereka sendiri.” (QS. ar-Ra’d: 11)
Keberkahan juga bisa diperoleh jika seseorang berlaku jujur dalam jual beli. Dari Hakim bin
Hizam, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ت َب َر َكةُ بَ ْي ِع ِه َما
ْ َُوركَ لَهُ َما فِى بَي ِْع ِه َما َوإِ ْن َك َذبَا َو َكتَ َما ُم ِحق ِ َان بِ ْال ِخي
َ ار َما لَ ْم يَتَفَ َّرقَا فَإِ ْن
ِ ص َدقَا َوبَيَّنَا ب ِ ْالبَيِّ َع
“Orang yang bertransaksi jual beli masing-masing memiliki hak khiyar (membatalkan atau
melanjutkan transaksi) selama keduanya belum berpisah. Jika keduanya jujur dan terbuka, maka
keduanya akan mendapatkan keberkahan dalam jual beli, tapi jika keduanya berdusta dan tidak
terbuka, maka keberkahan jual beli antara keduanya akan hilang”. (HR. Bukhari no. 2079 dan
Muslim no. 1532)
Dan Al-Quran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan
bertakwalah agar kamu diberi rahmat.(QS. Al-An’am: 155)
Dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu; dia berkata, “Dosa besar yang paling besar adalah
menyekutukan Allah, merasa aman dari makar Allah, putus asa terhadap rahmat Allah, dan
putus harapan terhadap kelapangan dari Allah.”
(Hadis hasan sahih; diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir; lihat
Majma’ Az-Zawaid, juz 1, hlm. 104)
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar, dan
memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal
kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3)
Allah SWT berfirman, “Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang
beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh, akan menjadikan mereka
berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan
sungguh, Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridai”. (QS. An-
Nuur: 55)
َيَقُولُونَ لَئِ ْن َر َج ْعنَا إِلَى ْال َم ِدينَ ِة لَي ُْخ ِر َج َّن اأْل َع َُّز ِم ْنهَا اأْل َ َذ َّل ۚ َوهَّلِل ِ ْال ِع َّزةُ َولِ َرسُولِ ِه َولِ ْل ُم ْؤ ِمنِينَ َو ٰلَ ِك َّن ْال ُمنَافِقِينَ اَل َي ْعلَ ُمون
Mereka berkata: "Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang
kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya". Padahal kekuatan itu hanyalah
bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada
mengetahui.(QS. Al-Munafiqun: 8).
ك َوارْ ُز ْقنِي بِ َّرهُ ْم ُ َار ْك لِي فِي أَوْ اَل ِدي َواَل ت
َ ِض َّرهُ ْم َو َوفِّ ْقهُ ْم لِطَا َعت ِ َاَللَّهُ َّم ب
"Ya Allah berilah barokah untuk hamba pada anak-anak hamba, janganlah Engkau timpakan
mara bahaya kepada mereka, berilah mereka taufik untuk taat kepadaMu dan karuniakanlah
hamba rejeki berupa bakti mereka."