Di Susun Oleh:
Najwah Dahlan 40300119081
Yuni Safitri 40300119055
Khaerun Nisa 40300119078
Fitriani 40300119093
Rezky Ananda 40300119076
Asmiati Tola 40300119091
Puji beserta syukur penulis mengucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan dan rahmat-nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada
Nabi besar yakni Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada teman-teman yang telah
membantu dalam menyusun makalah ini secara umum. Penulis menyadari dalam
penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan karena penulis masih dalam tahapp
pembelajaran. Namun, penulis tetap berharap agar makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca.
Kritik dan saran dari penulisan makalah ini sangat diharapkan untuk perbaikan
san penyempurnaan pada makalah penulis berikutnya.
Untuk itu penulis ucapakan terima kasih.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah mahluk sosial yang selalu berinteraksi secara terus menerus
terhadap diri sendiri, keluarga dan lingkungan masyarakat. Dalam berinteraksi dengan
manusia lain ada peraturan, norma-norma dan kaidah yang telah dibuat oleh diri sendiri
maupun norma yang telah disepakati bersama, baik itu peraturan tertulis mau pun
peraturan yang tidak tertulis. Salah satu bentuk peraturan adalah etika. Ada etika
bagaimana seorang anak berperilaku kepada orang tuanya, Ada etika yang mengatur
bagaimana,seorang dosen mengajar dengan baik dan benar kepada mahasiswanya,
begitu pula mahasiswa berperilaku kepada dosennya, dan ada etika bagaimana polisi
harus memperlakukan seorang pelaku kriminal kejahatan. Ketidaktahuan seorang akan
etika inilah yang sering lalai membuat benturan-benturan. Atau, mereka tahu, namun
masing-masing memakai etika yang berbeda.Manusia adalah mahluk ciptaan tuhan
yang paling agung dan sempurna, yang dilengkapi dengan peralatan jasmaniah dan
rohaniah. Salah satu yang membedakan manusia dengan mahluk yang lainnya adalah
manusia diberikan akal, budi, dan hati nurani, selain seperangkat naluri. Bila suatu
ketika seorang peneliti dihadapkan pada suatu situasi dan ia harus memutuskan sesuatu
apa yang harus ia lakukan, seorang peneliti akan berpikir mengenai baik dan buruknya,
untung dan ruginya, serta boleh atau tidaknya tindakan itu ia lakukan.Seorang peneliti
harus berfikir secara ilmiah, berpikir ilmiah menurut Poedjawijatna sebagaimana yang
dikutip oleh Vardiansyah (2005) ada empat cara berfikir ilmiah diantaranya adalah
objektif, metodis, sistematis dan universal. Sementara itu menurut Jacob (2004),
peneliti dalam melaksanakan seluruh kegiatan penelitian harus memegang teguh sikap
ilmiah (scientific attitude) serta menggunakan prinsipprinsip etika penelitian. Meskipun
intervensi yang dilakukan dalam penelitian
tidak memiliki risiko yang dapat merugikan atau membahayakan subjek penelitian,
namun peneliti perlu mempertimbangkan aspek sosioetika dan menjunjung tinggi
harkat dan martabat kemanusiaan.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Hampir semua aspek dalam bisnis, disiplin ilmu, serta penelitian mengharapkan
pelakunya berperilaku etis dalam melaksanakan aktivitasnya atau beretika dalam
bekerja. Istilah etika pada dasarnya berasal dari bahasa yunani ethos (tunggal) atau etha
(jamak) yang mengandung arti antara lain: kebiasaan, perasaan, watak, adat dan cara
berfikir. Istilah etika bila ditinjau dari aspek etimologis memiliki makna kebiasaan dan
peraturan perilaku yang berlaku dalam masyarakat. Menurut pandangan Sastrapratedja
(2004), etika dalam konteks filsafat merupakan refleksi filsafat atas moralitas publik
sehingga etika disebut pula sebagai filsafat moral. Dalam kamus bahasa Indonesia
karangan Poerwadarminta (1953) menyatakan etika atau akhlak adalah ilmu tentang
apa yang baik dan apa yang buruk, tentang hak dan kewajiban orang dalam kelompok
sosial. Etika membantu manusia untuk melihat secara kritis moralitas yang dihayati
dalam suatu masyarakat, etika juga membantu kita dalam merumuskan pedoman etis
yang kuat dan norma norma baru yang dibutuhkan karena adanya perubahan yang
dinamis dalam tata kehidupan dalam suatu masyarakat. Sedangkan etika dalam ranah
penelitian lebih merujuk pada prinsip-prinsip etis yang diterapkan dalam kegiatan
penelitian. Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa etika adalah
ilmu atau pengetahuan yang membahas manusia, terkait dengan perilakunya terhadap
manusia lain atau sesama manusia.
Kode etik peneliti adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap
kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti ( subjek
penelitian ) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil penelitian tersebut.
Etika peneliti ini mencakup juga perilaku peneliti atau perilakuan peneliti terhadap
subjek penelitian serta sesuatu yang dihasilkan oleh peneliti bagi masyarakat.
Pengertian peneliti di sini adalah seseorang yang karena pendidikan dan
kewenangannya memiliki kemampuan untuk melakukan investigasi ilmiah dalam suatu
bidang keilmuan tertentu, dan atau keilmuan yang bersifat lintas disiplin. Sedangkan
3
subjek yang diteliti adalah orang yang menjadi sumber informasi, baik masyarakat
awam atau professional berbagai bidang, utamanya professional bidang kesehatan.
Di dalam penelitian, etika adalah jaminan agar tidak ada seorang pun yang
dirugikan atau memperoleh dampak negatif kegiatan penelitian, misalnya pelanggaran
terhadap persetujuan publikasi hasil penelitian, kerahasiaan, salah penyajian hasil
temuan, besarnya biaya penelitian, dan sebagainya. Pada penelitian survei, peneliti
tidak boleh melupakan hak-hak responden yang harus dilindungi saat pengumpulan
data. Peneliti perlu mempersiapkan instrumen penelitian yag dapat menghindarkan
responden dari rasa takut, gelisah, malu, menderita fisik, dan kehilangan kebebasan
pribadi. Peneliti perlu pula mendapatkan peretujuan resmi dari responden mengenai
rancangan penelitian, tujuan, dan alasan penelitian. Bagi penelitian bidang bisnis,
persetujuan cukup secara lisan, tetapi tidak demikian halnya dengan jenis penelitian
medis, psikologi, atau penelitian dengan responden anak-anak. Responden pun harus
diberi kebebasan pribadi dalam menjawab kuesioner untuk menjaga validitas dalam
penelitian, serta menjaga dan melindungi responden.
4
2. Prinsip kedua, setiap manusia memiliki hak-hak dasar individu termasuk privasi
dan kebebasan individu. Pada dasarnya penelitian akan memberikan akibat
terbukanya informasi individu termasuk informasi yang bersifat pribadi.
Sedangkan, tidak semua orang menginginkan informasinya diketahui oleh orang
lain, sehingga peneliti perlu memperhatikan hak-hak dasar individu tersebut.
3. Prinsip ketiga, yaitu prinsip keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan keadilan.
Untuk memenuhi prinsip keterbukaan, penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati,
profesional, berperikemanusiaan, dan psikologis serta perasaan yang religius
subyek penelitian. Keadilan memiliki bermacam-macam teori, namun yang
terpenting adalah bagaimana keuntungan dan beban harus didistribusikan
diantara anggota kelompok public.
Fungsi Penelitian dan Etika Seperti telah diuraikan dalam bagian lain dalam
buku ini, bahwa penelitian di samping sebagai proses pengembangan ilmu, tetapi juga
sebagai produk ilmu itu sendiri: oleh karena itu, sebuah penelitian mempunyai fungsi
ganda, yakni:
1. Fungsi Akademik (Teoretis) Sebuah penelitian seberapa kecil apapun harus
mempunyai fungsi akademik atau teoretis. Artinya, hasil atau temuan sebuah
penelitian jenis apapun dengan metode apapun pada hakikatnya adalah
merupakan temuan akdemik, yang beararti merupakan sumbangan teoretis bagi
pengembangan ilmu yang bersangkutan.
2. Fungsi Terapan (Aplikatif) sebenarnya mempunyai aspek teori dan aspek
aplikatif atau penerapannya bagi kesejahteraan masyarakat. Demikian pula
kesehatan atau kesehatan masyarakat adalah ilmu (science) dan seni (art). Oleh
sebab itu, penelitian di bidang apapun bukan sekadar membuktikan teori atau
memperoleh teori baru, Hal ini dimaksudkan bahwa hasil atau temuan sebuah
penelitian, di samping menambah khasanah ilmu pengetahuan ,juga dapat
merupakan masukan bagi pengembangan program-program. Inilah yang
dimaksud bahwa penelitian itu juga mempunyai fungsi terapan atau aplikatif, di
samping fungsi teoretis.Hasil sebuah penelitian,meskipun menemukan teori
5
yang muluk-muluk, tetapi tidak dapat digunakan untuk perbaikan program,
maka dapat dikatakan bahwa penelitian merupakan sarana atau cara untuk
memperoleh masukan atau input bagi perencanaan atau pengembangan program
atau alternatif pemecahan masalah, termasuk masalah kesehatan. Dari uraian
tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian harus dapat memenuhi dua fungsi
atau peranan ini: pengembangan ilmu dan pengembangan kesejahteraan
masyarakat.Apabila penelitian tidak memenuhi salah satu fungsi tersebut,
apalagi kedua-duanya maka penelitian tersebut dapat dikatakan penelitian yang
tidak etis karena mengingkari hakikat penelitian itu sendiri.
6
3. Berfikir atau Berusaha Sebaik Mungkin untuk Menjawab
Pertanyaan atau Memberikan informasi Dalam menjawab pertanyaan
atau memberikan informasi, kadang-kadang responden tidak secara spontan
atau terlontar apa adanya. Responden memerlukan waktu untuk berfikir,
mengingat, dan sebagainya. Lebih-lebih kalau pertanyaan atau informasi yang
harus diberikan berupa pengetahuan atau pendapatnya terhadap suatu fenomena
kehidupan, misalnya penyakit, gizi atau makanan, pelayanan kesehatan, dan
sebagainya.
7
melarang penipuan seperti ini. Pelanggaran ilmiah yang bisa terjadi pada seorang
peneliti adalah:
a. Fabrikasi (fabrication)
Fabrikasi didefinisikan sebagai rekaman atau presentasi (dalam format
apapun) yang menggunakan data fiksi (Sastrapratedja, 2009). Fabrikasi
merupakan bentuk pelanggaran yang paling mencolok dari pelanggaran yang
akan mempengaruhi kebenaran (Martono, 2015). Fabrikasi ini bisa berupa
pemalsuan data dan metode penelitian. Fabrikasi sering terjadi dikarenakan
adanya keinginan untuk memenuhi target, keterbatasan waktu, keterbatasan
biaya, atau adanya persaingan antar peneliti
b. Pemalsuan/Manipulasi data (falsification)
Ada beberapa penulis yang menyebut falsification sebagai research
fraud. Seorang peneliti dilarang memalsukan/memanipulasi data atau
prosedur untuk menghasilkan hasil sesuai dengan keinginan peneliti.
c. Plagiat (plagiarism)
Menurut Martono (2015) dan Sastrapratedja (2009), plagiarisme adalah
mengklaim karya lain untuk menjadi milik sendiri. Plagiarisme bisa
dilakukan secara keseluruhan (berupa salinan atau terjemahan dari makalah
orang lain yang telah diterbitkan), atau lebih terbatas (mengambil dan
memasukkan bagian tulisan orang lain ke dalam tulisan tanpa referensi).
d. Kepenulisan (authorship)
Kepenulisan perlu diperhatikan dengan baik dengan memperhatikan tata
penulisan ilmiah.
e. Kemubaziran (redundant)
Kemubaziran di sini terjadi karena adanya publikasi yang berulang-
ulang. Seorang peneliti kembali mempublikasikan suatu bagian dari tulisan
yang sudah pernah dipublikasikan.
f. Publikasi duplikat (duplicate publication)
Publikasi duplikat diartikan sebagai publikasi sebuah artikel yang
identik atau tumpang tindih substansial dengan sebuah artikel yang sudah
diterbitkan. Publikasi duplikat ini dapat diklasifikasikan sebagai plagiarisme
diri.
8
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada prinsipnya sebab-sebab orang melakukan kegiatan penelitian selain untuk
memenuhi rasa ingin tahu terhadap sebuah gejala atau peristiwa juga untuk
memecahkan masalah secara ilmiah dan dapat diterima dengan logika kemanusiaan.
Etika penelitian adalah suatu ukuran dari tingkah laku dan perbuatan yang harus
dilakukan oleh seorang peneliti dalam memperoleh data-data penelitiannya yang
disesuaikan dengan adat istiadat serta kebiasaan masyarakat ditempat ia meneliti.Dalam
penelitian kualitatif, salah satu ciri utamanya adalah orang sebagai alat/instrument
untuk mengumpulkan data. Ini dapat dilakukan dalam pengamatan berperan serta,
wawancara mendalam, pengumpulan dokumen, foto, dan sebagainya.
Persoalan etika akan timbul apabila peneliti tidak menghormati, tidak
mematuhi,dan tidak mengindahkan nilai-nilai masyarakat dan pribadi tersebut.
Sementara si peneliti tetap berpegang teguh pada latar belakang, norma, adat, kebiasaan,
dan kebudayaannya sendiri dalam menghadapi sebuah situasi dan konteks latar
penelitiannya tersebut. Penting untuk menjaga hubungan antara peneliti dan pihak yang
diteliti yang merupakan kunci penting keberhasilan penelitian, dan diperlukan
kepekaan,keterampilan, dan juga seni untuk dapat memasuki lingkungan budaya yang
akan diteliti. Kemampuan untuk berempati dan bergaul dengan orang lain jelas
merupakan modal penting.
10
DAFTAR PUSTAKA
https://research-methodology.net/research-methodology/ethical-
considerations/#:~:text=Ethical%20Considerations%20can%20be%20specified,impor
tant%20parts%20of%20the%20research.&text=Research%20participants%20should
%20not%20be,participants%20prior%20to%20the%20study.
https://www.enago.com/academy/what-are-the-ethical-considerations-in-research-
design/
https://sosiologis.com/etika-penelitian
11