Anda di halaman 1dari 7

RANGKUMAN GEOGRAFI HAL.

164- 180
C. TENAGA PENGUBAH BENTUK PERMUKAAN BUMI.
1. TENAGA ENDOGEN.
Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi. Tenaga
endogen bersifat membangun atau memberi bentuk relief di permukaan bumi.
Tenaga endogen meliputi Tektonisme, vulkanisme, dan seismik (gempa bumi).
a. TEKTONISME
Tektonisme merupakan tenaga dari dalam bumi yang dapat menyebabkan
terjadinya perubahan letak (dislokasi) lapisan permukaan bumi, baik secara
mendatar maupun vertikal.
Gerakan tektonisme dibedakan menjadi dua, yaitu tektonis epirogenesa
dan tektonis orogenesa.
1. TEKTONIS EPIROGENESA.
Tektonis epirogenesa adalah gerak yang dapat menyebabkan permukaan
bumi seolah bergerak ke arah vertikal, baik naik maupun turun. Gerakan tektonis
ini sangat lambat dan meliputi wilayah luas. Tektonis epirogenesa dibagi menjadi
dua jenis yakni epirogenesa positif dan negatif.
a. Epirogenesa positif adalah gerakan turunnya permukaan bumi sehingga
seolah-olah permukaan air naik. Gerakan itu disebabkan adanya
tambahan beban, misalnya sedimen yang tebal di daerah geosinklinals,
Yaitu cekungan yang sangat luas.
b. Epirogenesis negatif adalah gerakan naiknya permukaan dataran
sehingga seolah-olah permukaan laut menjadi turun. Gerakan ini
biasanya pengangkatan akibat pengurangan beban lapisan kerak bumi,
misalnya lapisan es yang mencari
2. TEKTONIS OROGENESA.
Tektonis oregenesa adalah pergerakan lempeng tektonis yang sangat cepat
pada wilayah yang sempit/terbatas. Tektonis orogenesis merupakan gerakan yang
dapat dikatakan sebagai proses pembuatan pergunungan atau gunung.
Gerak-gerak kerak bumi karena tekanan horizontal dan vertikal tersebut
dapat mengakibatkan terjadinya deformasi batuan, yaitu perubahan kedudukan
lapisan batuan dalam bentuk pelengkungan (warping), lipatan (folding), retakan
(jointing), dan patahan (faulting). Semua gerak yang dapat mengakibatkan
terjadinya deformasi batuan tersebut dinamakan diastropismi.
a. Pelengkungan (warping).
Pelengkungan dapat terbentuk jika terjadi gerak vertikal yang tidak merata
pada suatu daerah, khususnya yang berbatuan sedimen, menghasilkan perubahan
struktur lapisan yang semula horizontal menjadi melengkung. Jika struktur lapisan
tersebut melengkung ke atas akan membentuk kubah (dome) dan jika
melengkung ke bawah akan membentuk cekungan (basin).
b. Lipatan (folding).
Pelipatan dapat terbentuk jika struktur batuan mendapatkan tekanan
secara terus menerus dalam waktu yang lama. Tekanan pada batuan tersebut
tidak terlalu kuat dan masih di bawah titik patah batuan sehingga dapat ditahan
oleh sifat plastis batuan. Bagian puncak lipatan disebut antiklinal, sedangkan
bagian lembah lipatan disebut sinklinal.
c. Ratakan (jointing).
Retakan dapat terjadi karena adanya kontraksi saat berlangsungnya
pendinginan massa cair pijar. Selain karena proses pendinginan, ratakan juga
dapat disebabkan oleh gerak yang berasal dari dalam kerak bumi. Umumnya
retakan terjadi di daerah puncak antiklinal dan dikenal dengan sebuah tectonic
jointic. Retakan yang terjadi di puncak antiklinal tersebut terjadi karena adanya
tekanan.
d. Patahan (faulting).
Patahan merupakan gejala yang sangat umum terjadi pada batuan
terutama pada batuan yang berlapisan seperti batuan sedimen. Patahan dapat
dengan mudah terlihat pada jenis batuan sedimen, tetapi sulit dilihat pada batuan
jenis masif.
Patahan dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Normal fault
Adalah patahan yang gerakan lempeng batuannya ke bawah menurut
bidang miring patahan mengikuti arah gaya beratnya.
2. Reserve fault.
Adalah patahan yang gerakan lempeng batuannya ke atas bidang
patahan dan berlawanan arah dengan gaya berat
3. Strike strip fault.
Adalah patahan yang gerakan lempeng batuannya bergerak horizontal
dalam arah yang berlawanan.
Dari ketiga jenis patahan tersebut dapat menghasilkan 3 bentuk permukaan bumi
yang khas, di antaranya:
1. Graben atau slenk
Adalah tanah turun, merupakan suatu depresi yang terletak di antara dua
bagian yang lebih tinggi.
2. Horst (tanah naik).
Adalah bagian di antara dua patahan yang mengalami pengangkatan
sehingga posisinya lebih tinggi dari daerah sekitarnya.
3. Fault scrap.
Adalah dinding terjal (cliff) Yang dihasilkan oleh patahan yang salah satu
sisinya bergeser ke atas sehingga posisinya lebih tinggi.

b. PLUTONISME DAN VULKANISME.


1. plutonisme (intrusi magma)

Plutonisme atau intrusi magma adalah pergerakan magma yang tidak


sampai keluar ke permukaan bumi. Namun, pergerakan magma juga ada yang
sampai keluar permukaan bumi yang disebut vulkanisme atau ekstrusi magma.
Intrusi magma dapat menghasilkan berbagai bentuk di dalam bumi antara
lain sebagai berikut.
a. Batolit, yaitu bekuan magma yang berada di dapur yang luasnya lebih
dari 100km.
b. Lakolit, yaitu magma yang menyusup di antara lapisan batuan yang
menyebabkan lapisan batuan di atasnya terangkat sehingga cembung, alasnya
rata.
c. Still, yaitu lapisan magma yang tipis yang menyusup di antara lapisan
batuan, bagian atasnya rata.
d. intrusi korok (gang), yaitu magma yang menyusup menerobos lapisan
batuan.
e. apolisa, yaitu semacam intrusi korok, namun lebih kecil..
f. diatrema (pipa kepundan), yaitu magma yang mengisi pipa letusan (pipa
kawah).

2. Vulkanisme (erupsi magma).


Proses keluarnya magma hingga ke permukaan bumi itulah yang disebut
letusan atau vulkanisme. Peristiwa tersebut juga dikenal dengan erupsi magma.
Erupsi magma dapat terjadi melalui 2 cara, yaitu erupsi efusif dan erupsi eksplosif.
a. Erupsi efusif adalah gerakan magma hingga ke permukaan bumi melalui
retakan-retakan yang ada pada badan gunung api.
b. erupsi eksplosif adalah gerakan magma hingga ke permukaan bumi
melalui pipa kawah gunung, tetapi kekuatannya sangat besar hingga merusak
dinding kawah.
Berdasarkan sifat erupsi dan jenis bahan yang dikeluarkan, bentuk gunung
api dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu gunung api perisai, maar, dan strato.
a. gunung api perisai atau tameng (shiel vulcanoes) terbentuk karena
magna yang keluar dari dapur magma bersifat sangat cair. Magma yang cair
tersebut keluar dari gunung berapi dengan meleleh ke segala arah sehingga
lerengnya menjadi landai menyerupai bentuk perisai. Sudut kemiringan lereng
antara 1-10 derajat.
b. Gunung api maar (maar vulcanoes) terbentuk karena adanya letusan
eksplosif dari dapur magma yang relatif kecil dan dangkal. Oleh karena itu, hanya
dengan satu kali erupsi saja aktivitas gunung tersebut langsung berhenti.
c. Gunung api strato (cone vulcanoes) berbentuk kerucut dengan
kemiringan lereng yang curam, yaitu antar 10-30 derajat. Kerucut itu terbentuk
karena material letusan gunung api merupakan campuran antara hasil erupsi
efusif dan erupsi eksplosif.

3. Bahan-bahan yang Dikeluarkan oleh Gunung Api.


Bahan yang dikeluarkan oleh gunung api di kelompokan menjadi tiga
golongan, yaitu:
a. bahan padat (efflata), terdiri dari bom (efflata yang berukuran besar) dan
lapili (efflata yang berukuran kecil seperti kerikil, pasir, dan abu vulkanik).
b. Wujud cair, terdiri dari lava dan lahar.
c. Ekshalasi (gas) terdiri dari gas belerang disebut solfatar, uap air disebut
fumarol, dan gas karbon dioksida disebut mofet.

4. gejala pasca vulkanisme.


a. Keluarnya sumber gas (ekshalasi).
b. Keluarnya sumber air panas.
c. Adanya sumber mineral (makdani) yang mengandung zat belerang.
Dipakai sebagai pengobatan.
d. Timbulnya geyser yaitu air panas yang keluar secara periodik (berkala).
Ada yang memancar setiap jam, satu hari, sampai satu minggu.

c. SEISMIK (GEMPA BUMI).


Gempa bumi adalah getaran yang terjadi di permukaan bumi akibat adanya
gerakan dari dalam bumi.
1. Jenis Gempa Bumi.
Berdasarkan penyebab terjadinya gempa bumi dibedakan menjadi tiga,
yaitu gempa tektonik, gempa vulkanik, dan gempa runtuhan.
a. Gempa tektonik.
Gempa tektonik terjadi karena adanya pelepasan tenaga yang disebabkan
oleh pergeseran lempeng tektonik (karena peristiwa tektonisme).
b. Gempa vulkanisme.
Gempa Bumi Vulkanisme adalah gempa yang terjadi karena adanya
aktivitas vulkanisme. Adanya gempa disebabkan oleh pergerakan magma didalam
gunung berapi. Pergerakan magma melalui pipa-pipa gunung berapi dapat
menimbulkan getaran yang dirambatkan melalui kerak bumi.
c. Gempa Runtuhan.
Gempa runtuhan, disebut juga gempa terban, terjadi antara lain karena
adanya runtuhan atau longsor didaerah lereng, atap gua runtuh (terutama
didaerah kapur), dan runtuhan di daerah pertambangan bawah tanah.
2. Pengukuran gempa bumi.
Cara yang paling sering digunakan untuk mengukur besarnya gempa adalah
dengan menggunakan skala richtar. Skala richtar didasarkan pada perhitungan
banyaknya getaran tanah yang dicatat melalui alat yang disebut seismograf.
Besarnya gempa pada skala richter dinyatakan dengan angka dengan skala
logaritma (basis 10), mulai dari 1-9. Oleh karenanya, pada skala ini jika terjadi
kenaikan satu angka berarti besarnya gempa naik 10 kali lipat.

skala RATA-RATA/TAHUN INTENSITAS DEKAT EPISENTRUM


kekuatan
0-1,9 700.000 Tercatat, tapi tidak terasa
2-2,9 300.000 Tercatat, tapi tidak terasa
3-3,9 40.000 Dirasakan oleh sedikit orang
4-4,9 6.200 Dirasakan oleh sedikit orang
5-5,9 800 Agak merusak
6-6,9 120 Merusak
7-7,9 18 Sangat merusak
8-8,9 1 DALAM 10-20 TH Menghancurkan
Pada dasarnya seismograf adalah sebuah bandul (pendulum) yang cara
kerjanya didasarkan pada prinsip kelembaman dan ketahanan terhadap
perubahan gerakan.
Guna mengetahui dan mendapatkan hasil pencatatan getaran gempa yang
akurat diperlukan 2 jenis seismograf. Kedua jenis seismograf tersebut adalah
seismograf vertikal dan seismograf horizontal. Seismograf vertikal mencatat
getaran dalam arah vertikal. Dan seismograf horizontal mencatat getaran dalam
arah horizontal.
Berbagai istilah yang sering kita dengar berhubungan dengan terjadinya
gempa bumi antara lain.
a. Hiposentrum adalah pusat terjadinya gempa yang terletak di bawah
permukaan bumi, baik di darat maupun di laut.
b. Episentrum adalah pusat gempa yang terletak di permukaan bumi tegak
lurus dengan Hiposentrum.
c. Seismograf adalah alat pencatat gempa bumi.
d. Seismogram adalah grafik hasil pencatatan seismograf yang
menunjukkan besarnya getaran.
e. Isoseista adalah garis yang menghubungkan tempat-tempat yang
menerima kekuatan getaran yang sama.
f. Pleistoseista adalah garis yang membatasi daerah yang mengalami
kerusakan sangat parah di sekitar episentrum.
g. Homoseista adalah garis yang menghubungkan daerah-daerah yang
dilalui oleh gelombang gempa ang sama dan pada saat yang sama itu lah.

2. TENAGA EKSOGEN.
a. pelapukan.
Pelapukan adalah proses perusakan atau penghancuran massa batuan kulit
bumi, antara lain karena pengaruh cuaca, air, udara, dan organisme.
Berdasarkan proses terjadinya pelapukan dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu
diantaranya.
a. pelapukan mekanik/fisis.
Pelapukan mekanik/fisis merupakan proses penghancuran batuan menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil. Pada proses ini batuan mengalami perubahan
fisiknya, baik bentuk dan ukuran. Akan tetapi

Anda mungkin juga menyukai