Anda di halaman 1dari 21

BAB II

KECERDASAN INTRAPERSONAL, KECERDASAN INTERPERSONAL,


DAN AKHLAK
A. Kecerdasan
Sebelum peneliti membahas apa itu kecerdasan intrapersonal dan
kecerdasan interpersonal, peneliti perlu membahas terlebih dahulu apa itu
kecerdasan. Manusia akan selalu melakukan kegiatan atau beraktifitas
dalam kehidupannya. Kegiatan tersebut didukung oleh seperangkat alat-alat
kejiwaan yang bekerja dalam diri manusia baik yang bersifat fifik maupun
psikis. Salah satu perangkat tersebut adalah kecerdasan atau disebut
inteligensi.
Kecerdasan/Inteligensi berasal dari bahasa latin “Intelligence” yang
berarti menghubungkan atau menyatukan satu sama lain (to organize, to
relate, to bind together).1 Azis di dalam jurnalnya mengutip dari Roger
Walsh mendefinisikan kecerdasan adalah kemampuan belajar, memahami,
dan berfikir dengan jelas dan logis2. Menurut Robert E. Slavin kecerdasan
dapat didefinisikan sebagai suatu bakat umum untuk belajar atau suatu
kemampuan untuk mempelajari dan menggunakan pengetahuan atau
ketrampilan. Menurut Snyerman Rothman kecerdasan adalah kemampuan
untuk mengahadapi abstraksi untuk memecahkan suatu masalah dan untuk
belajar.3 Kecerdasan menurut Howard Gardner adalah kemampuan
seseorang untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan
manusia, kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk
diselesaikan , kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan jasa
yang akan menimbulkan penghargaan dalam budaya seseorang.
Secara umum terdapat kelompok besar yang menjelaskan definisi
intelegensi/kecerdasan secara berbeda, yaitu sebagai berikut:
1. Intelegensi Sebagai Kemampuan Untuk Meneyesuaikan Diri
1
Uswah Wardiana, Psikologi Umum, (Jakarta: Bina Ilmu, 2004), hlm. 159
2
Azis, Perbandingan Kecerdasan Majemuk (Perspektif al-Qur’an dan Barat), Jurnal
Komunikasi dan Pendidikan Islam, Vol. 7, No. 2, Desember 2018, hal. 28
3
Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik, Marianto Samosir, (Jakarta:
Indeks, 2008), hlm. 163
Menurut Wechler intelegensi merupakam kumpulan
kemampuan seseorang untuk secara totalitas bertindak sesuai
dengan tujuan, berpikir secara rasional dan kemampuan untuk
menghadapi situasi lingkungan secara efektif.
Dengan demikian kelompok ini menerjemahkan konsep
intelegensi sebagai sebuah kemampuan seseorang untuk dapat
meneyesuaikan diri dan beradaptasi dengan lingkungan yang baru
dan pada situasi yang dihadapi.
2. Intelegensi Sebagai Kemampuan Untuk Belajar
Menurut Freeman, kelompok ini yang lebih memandang
intelegensi pada individu sebagai sebuah kemampuan seseorang
untuk belajar. Oleh sebab itu semakin tinggi tingkat intelegensi
yang dimiliki seseorang, maka oarng tersebut akan semakin mudah
untuk dilatih untuk belajar dari lingkungan dan pengalaman.
3. Intelegensi Sebagai Kemampuan Untuk Berpikir Abstrak
Menurut Mehrens, intelegensi merupakan sebuah
kemampuan seseorang untuk berpikir secara abstrak, hal abstrak
yang dimaksud di sini adalah berupa ide-ide, simbol-simbol verbal,
numerical, dan matematika.4
Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah diuaraikan di atas, dapat
disimpulkan bahwa kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk
berpikir, memecahkan masalah, dan bertindak serta mampu menyesuaikan
diri dengan berbagai macam kondisi di lingkungan sekitarnya.
B. Kecerdasan Intrapersonal
1. Pengertian Kecerdasan Intrapersonal
Menurut Armstrong kecerdasan intrapersonal dapat didefinisikan
sebagai kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan
pemahaman tersebut. Kecerdasan intrapersonal merupakan akses menuju

4
Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan : Teori dan Aplikasi
dalam Proses Pembelajaran, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 51
kehidupan emosional seseorang dan kemampuan membedakan emosi,
pengetahuan akan kekuatan dan kelemahannya sendiri.5
Howard Gardner menjelaskan bahwa kecerdasan intrapersonal
adalah pengetahuan aspek-aspek internal dari seseorang: akses pada
kehidupan perasaan seseorang sendiri, rentang emosi seseorang,
kapasitas untuk membedakan emosi-emosi ini dan akhirnya memberi
label dan menggunkannya sebagai sarana pemahaman dan pemandu
perilaku orang itu sendiri.6 Kadek Suarca dkk di dalam jurnalnya
menjelaskan bahwa kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan
seseorang untuk memahami diri sendiri, mengetahui siapa dirinya, apa
yang dapat dilakukan, apa yang ingin ia lakukan, bagaimana reaksi diri
terhadap suatu situasi dan memahami situasi seperti apa yang sebaiknya
ia hindari serta mengarahkan dan mengintrospeksi diri.7
Menurut Fadlillah bahwa kecerdasan intrapersonal ialah bentuk
kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan memahami perasaan
sendiri dan kemampuan membedakan emosi, serta pengetahuan tentang
kekuatan dan kelemahan diri. Pendapat lain menyebutkan bahwa
kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan mengendalikan
pemahaman terhadap aspek internal diri seseorang, seperti perasaan,
proses berpikir, refleksi diri, intuisi dan spritual. Dengan istilah lain,
seseorang mampu mengenali dirisendiri secara mendalam dan sensitif
terhadap nilai diri dan tujuan hidup.8
Munif Chatib mendefinisikan kecerdasan intrapersonal adalah
kemampuan membuat persepsi yang akurat tentang diri sendiri dan
menggunakan pengetahuan semacam itu dalam merencanakan dan

5
Tadkiroatun Musfiroh, Pengembangan Kecerdasan Majemuk, cet. 19, (Banten:
Universitas Terbuka, 2017), hlm. 9.3
6
Howard Gardner, Multiple Intelligences, Yelvi Andri Zaimur , (Jakarta: Daras Books,
2013), hlm. 31
7
Kadek Suarca, et.all., Kecerdasan Majemuk Pada Anak,
http://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/view/857, Vol 7, (2) 2005, hlm. 89-90
8
M. Fadlillah, Buku Ajar Bermain dan Permainan AUD, (Jakarta: Kencana, 2017), hlm.
141
mengarahkan kehidupan seseorang.9 Kemampuan ini kadang disebut
dengan pengetahuan diri. Ia melibatkan identitas, kesadaran diri dan
proses berpikir, terkadang melibatkan objektivitas dan kemampuan untuk
berdiam diri sejenak dan melihat berbagai sudut pandang yang berbeda.
Berkaitan dengan kemampuan mengenali diri sendiri secara mendalam
orang dengan kecerdasan intrapersonal ini cenderung penyendiri,
sensisitif terhadap nilai dan tujuan hidup. Mereka juga dikenal dengan
orang yang mandiri, tidak bergantung pada orang lain, dan yakin dengan
pendapat diri yang kuat tentang hal-hal yang kontriversial.10
Dapat disimpulkan bahwa kecerdasan intrapersonal adalah
kemampuan untuk memahami diri sendiri dan bertanggung jawab atas
kehidupannya sendiri. Kecerdasan intrapersonal menunjukkan
kemampuan untuk berhubungan dengan dirinya sendiri. Disamping itu,
kecerdasan ini juga mampu digunakan untuk memahami, mengenali, dan
memperlakukan diri sendiri dengan sempurna.
2. Karakteristik Kecerdasan Intrapersonal
Seseorang yang mempunyai kecerdasan intrapersonal yang tinggi
biasanya dapat menampilkan perasaan mandiri atau keinginan kuat,
memiliki perasaan realistis akan kemampuan dan kelemahannya,
mengerjakan dengan baik ketika dibiarkan sendiri untuk bermain atau
belajar, memiliki rasa pengarahan diri sendiri yang baik, lebih suka
bekerja sendiri daripada bekerja dengan orang lain, memiliki harga diri
yang baik.11
Menurut Linda Campbell, setidaknya ada dua belas indikator
apakah seseorang mempunyai intelegensi intrapersonal atau tidak,
indikator-indikator tersebut adalah12 :

9
Munif Chatib, Alamsyah Said, Sekolah Anak-anak Juara Berbasis Kecerdasan Jamak
dan Pendidikan Berkeadilan, (Bandung: Kaifa, 2012), hlm. 97
10
Julia Jasmine, Metode Mengajar Multiple Intelligences, (Bandung: Nuansa Cendekia,
2016), hlm. 27
11
Thomas Amstrong, Kecerdasan Multipel di Dalam Kelas, (Jakarta Barat: Indeks,
2013), hlm. 39
12
Linda,Campbell, Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, Amir
Kumadin, (Depok:Intuisi Pers, 2006), hlm. 281
a. Sadar akan wilayah emosinya
b. Menemukan cara-cara dan jalan keluar untuk mengekspresikan
perasaan dan pemikirannya.
c. Mengembangkan model diri yang akurat.
d. Termotivasi untuk mengidentifikasi dan memperjuangkan
tujuannya.
e. Membangun dan hidup dengan suatu sistem nilai etik (agama).
f. Bekerja mandiri
g. Penasaran akan “pertanyaan besar” tentang makna kehidupan,
relevansi dan tujuannya.
h. Mengatur secara kontinu pembelajaran dan perkembangan
tujuan personalnya.
i. Berusaha mencari dan memahami pengalaman “batinnya”
sendiri.
j. Mendapatkan wawasan dalam kompleksitas diri dan eksistensi
manusia.
k. Berusaha untuk mengaktualisasikan diri.
l. Memberdayakan orang lain (memiliki tanggung jawab
kemanusiaan).
Khadijah menjelaskan dalam bukunya bahwa kecerdasan
intrapersonal anak-anak dapat dilihat dari beberapa ciri, antara lain:13
a. Kecenderungan anak untuk diam (pendiam), tetapi mampu
melaksanakan tugas dengan baik dan cermat.
b. Sikap dan kemauan yang kuat, tidak mudah putus asa, kadang-
kadang terlihat keras.
c. Sikap percaya diri, ti dak takut tantangan, tidak pemalu.
d. Kecenderungan anak untuk bekerja sendiri, mandiri senang
melaksanakan kegiatan seorang diri, tidak suka diganggu.
e. Kemampuan mengekspresikan perasaan dan keinginan diri
dengan baik.

13
Khadijah, Pendidikan Prasekolah, (Medan: Perdana Publishing, 2016), hlm.132.
Menurut Alder yang dikutip oleh Theresia Ulyana Pasaribu dalam
artikel ilmiyahnya, bahwa ada tiga aspek yang terkandung dalam
kecerdasan intrapersonal, anatara lain yaitu:14
a. Mengenali diri sendiri
Ada beberapa cara untuk mengenali diri sendiri, di
anatarnya adalah:
1) Kesadaran diri emosional
Yaitu bagian bebas buta emosi dan sebuah tanda
keseimbangan dan kedewasaan. Ini berarti bersikap jujur
terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain, kecakapan
pribadi ini memberi kebebasan untuk menegnali diri sendiri,
kemampian berbagi dan mengungkapkan kesadarn tersebut.
2) Keasertifan
Keasertifan adalah ketrampilan emosional untuk secara bebas
dan tepat mengungkapkan pikiran, perasaan, pendapat, dan
keyakinan. Dengan kemampuan seperti itu kita bisa
mendapatkan apa yang kita inginkan dengan hasil yang lebih
efektif serta kita dapat melindungi dan mengembangkan
hubungan dengan sesame.
3) Harga diri
Harga diri atau citra diri adalah karakteristik inteligensi
emosi yang menunjukkan penilaian diri yang tinggi dan
merupakan sumber penting bagi rasa percaya diri.
4) Kemandirian
Kemandirian adalah sebuah sifat yang kita hubungkan
dengan oarng-orang yang suka memulai dan bebas (tidak
bergantung pada orang lain)
5) Aktualisasi diri

14
Theresia Ulyana Pasaribu, Hubungan Kecerdasan Intrapersonal Dan Interpersonal
Dengan Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas XI IPS Di SMAN 6 Kota Jambi, Artikel Ilmiah,
(Jambi: FKIP Universitas Jambi, 2018), hlm. 11-12
Menggambarkan manusia yang sudah mengaktualisasikan
diri sebagai oarng yang sudah terpenuhi semua kebutuhannya
dan melakukan apapun yang bisa mereka lakukan.15
b. Mengetahui yang diinginkan
Orang yang cerdas cenderung mengetahui apa yang
mereka inginkan dan kemana tujuan hidup mereka. Selain itu
untuk meningkatkan peluang keberhasilan dan menghindarkan
diri dari mengejar sasaran yang tidak begitu diinginkan perlu
ditambah keterampilan menetapkan tujuan yang jelas, sehingga
ada patokan-patokan yang jelas untuk mencapainya.
c. Mengetahui apa yang penting
Setelah melewati aspek kedua, mengetahui apa yang
diinginkan, tidak hanya tujuan-tujuan yang menjadi lebih jelas
dan kurang bermasalah, kita juga akan memiliki kecenderungan
untuk menilai kembali nilai-nilai yang sudah kita dapatkan.
Tujuan-tujuan yang kita pertimbangkan dan nilai-nilai yang
mendasarinya akan menemukan urutan kepentingannya sendiri.
Untuk mengetahui apa yang penting, pada bagian ini akan
memusatkan apada nilai-nilai yang dimiliki pribadi.16
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa indikator
kecerdasan intrapersonal yaitu; memahami diri sendiri, bertanggung
jawab atas kehidupannya sendiri, percaya diri, mengelola emosi, disiplin,
berempatik, sopan santun, pendiam tetapi melaksanakan tugas dengan
baik, memiliki harga diri dengan baik, lebih suka bekerja sendiri dari
pada bekerja dengan orang lain, keinginan yang kuat, mencari
pengalaman batinnya sendiri, pertanyaan besar tentang makna kehidupan,
bekerja mandiri, Mengatur secara kontinu pembelajaran,
mengekspresikan perasaan dan pemikirannya, Mengembangkan model
diri yang akurat, dapat proses berpikir, refleksi diri, spiritual.

15
Ibid, hlm. 12
16
Ibid, hlm. 12-13
C. Kecerdasan Interpersonal
1. Pengertian Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan ini didefinisikan oleh Armstrong sebagaimana dikutip
oleh Tadkirotun Musfiroh adalah sebagai kemampuan mempersepsi dan
membedakan suasana hati, maksud, motivasi, serta perasaan orang lain,
serta kemampuan memberikan respon secara tepat terhadap suasana hati,
tempramen, motivasi, dan keinginan orang lain. Dengan kemampuannya,
anak yang cerdas interpersonal dapat merasakan apa yang dirasakan
orang lain, menangkap maksud dan motivasi orang lain bertindak
sesuatu, serta mampu memberikan tanggapan yang tepat sehingga orang
lain merasa nyaman.17
Kadek Suarca juga menjelaskan bahwa kecerdasan interpersonal
adalah kemampuan untuk bisa memahami dan berkomunikasi dengan
orang lain. Serta mampu membentuk dan menjaga hubungan, dan
mengetahui berbagai peran yang terdapat lingkungan social. Memiliki
interaksi yang baik dengan orang lain, pintar menjalin hubungan social,
serta mampu mengetahui dan menggunakan beragam cara berinteraksi,
adalah ciri kecerdasan interpersonal yang menonjol.18
Yatim Riyanto mengemukakan bahwasanya kecerdasan
interpersonal merupakan kemampuan mempersepsi diri dan membedakan
suasana hati, maksud, motivasi, serta perasaan orang lain. Kecerdasan ini
meliputi kepekaan pada ekspresi wajah, kemampuan membedakan
berbagai macam tanda interpersonal, dan kemampuan menanggapi secara
efektif tanda tersebut dengan tindakan pragmatis tertentu. Dengan adanya
kecerdasan interpersonal yang tinggi tentunya akan berpengaruh terhadap
kesiapan belajar, motivasi belajar, minat belajar, dan lain sebagainya.19

17
Tadkiroatun Musfiroh, Pengembangan Kecerdasan Majemuk, cet. 19, (Banten:
Universitas Terbuka, 2017), hlm. 7.3
18
Ibid, Kadek Suarca, hlm. 89
19
Iswadi, Teori Belajar, (Palembang: Grafika Telindo Press, 2014), hlm. 99
Kecerdasan interpersonal atau biasa dikatakan sebagai kecerdasan
sosial diartikan sebagai kemapuan dan ketrampilan seseorang dalam
menciptakan relasi, membangun relasi dan mempertahankan relasi
sosialnya sehingga kedua belah pihak berada dalam situasi
menguntungkan. Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk
mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, niat/kemauan, motivasi,
watak orang lain dan kepekaan ekspresi wajah serta suara. Kecerdasan ini
merujuk pada kemampuan anak untuk bersosialisasi dan bekerjasama,
berhubungan baik dengan orang lain, kemampuan anak berempati dan
memahami perasaan dan kebutuhan orang lain selama berinteraksi dan
mampu memperhitungkan keberadaannya dan menempatkan diri sendiri
dengan kebiasaan yang berlaku.20
Seseorang yang memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi
biasanya mempunyai banyak teman, mudah bergaul, menghargai orang
lain. Inti dari kecerdasan interpersonal yaitu kerjasama, seperti halnya
yang dikemukakan oleh Gardner bahwasanya kecerdasan interpersonal
adalah kemampuan untuk memahami orang lain, apa yang memotivasi
mereka, serta bagaimana bekerja secara kooperatif dengan mereka.21
Dapat disimpulkan dari penjelasan-penjelasan di atas bahwa
kecerdasan interpersonal adalah kemampuan individu dalam memahami
orang lain, merespon orang lain dengan tepat dan benar agar tercipta
interaksi sosial yang baik.
2. Karakteristik Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal berhubungan dengan konsep interkasi
dengan orang lain di sekitarnya. Interkasi yang dimaksud bukan hanya
sekedar berhubungan biasa saja seperti berdiskusi dan membagi suka dan
duka, melainkan juga memahami pikiran, perasaan, dan kemampuan
untuk memberikan empati dan respon. Biasanya orang yang memiliki

20
Neni Hermita dkk, Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak, (Yogyakarta:
Deepublish, 2017), hlm. 13
21
Ahmad Susanto, Bimbingan dan Konseling di Taman Kanak-Kanak, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015), hlm. 236-237
kecerdasan interpersonal yang dominan cenderung ekstrovert dan sangat
sensisitif terhadap suasana hati dan perasan orang lain. Mereka memiliki
kemampuan untuk bekerja sama dalam tim dengan baik. Oleh karena itu,
mereka sangat fleksibel bekerja dalam suatu kelompok karena mampu
memahami watak dan karakter orang lain dengan mudah. Menurut Zainal
Rafli di dalam bukunya menyebutkan beberapa karakteristik kecerdasan
interpersonal antara lain yaitu:22
a. Belajar dengan sangat baik ketika berada dalam situasi yang
membangun interaksi antara satu dengan yang lainnya.
b. Semakin banyak berhubungan dengan orang lain, semakin
merasa bahagia.
c. Sangat produktif dan berkembang dengan pesat ketika belajar
kooperatif dan kolaboratif.
d. Ketika menggunakan interaksi jejaring sosial, sangat senang
malakukan chatting dan teleconference.
e. Merasa senang berpartisipasi dalam organisasi-organisasi sosial
keagamaan dan politik.
f. Sangat senang mengikuti acara Talk Show di tv dan radio.
g. Ketika bermain atau berolahraga sangat pandai bermain secara
tim (double atau kelompok) dari pada main sendirian (single).
h. Selalu merasa bosan dan tidak bergairah ketika bekerja sendiri.
i. Selalu melibatkan diri dalam club-club dan berbagai aktivitas
ekstrakurikuler.
j. Sangat peduli dan penuh perhatian pada masalah-masalah dan
isu-isu sosial.
Mork, seperti dikutip oleh Muhammad Yaumi dan Nurdin Ibrahim,
menekankan pada empat elem penting dari kecerdasan interpersonal yang
perlu digunakan dalam membangun komunikasi:23
22
Zainal Rafli dan Tim, Teori Pembelajaran Bahasa (Suatu Catatan Singkat),
(Yogyakarta: Garudhawaca, 2016), hlm. 264
23
Muhammad Yaumi dan Nurdin Ibrahim, Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak
(Multiple Intellegences), Mengidentifikasi dan Mengembangkan Multitalenta Anak, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2016), hlm. 130-131
a. Membaca Isyarat Sosial
Kalo diperhatikan, nampaknya banyak orang yang tidak mampu
membaca isyarat. Ada pesan yang tersurat (yang diutarakan
atau ditulis secara langsung) dan ada pesan yang tersirat (yang
tidak langsung tertulis). Membaca isyarat seseorang hamper
sama dengan membaca bahasa tubuh. Bahasa tubuh merupakan
salah satu jenis komunikasi non-verbal, bahasa tubuh dapat
berlawanan dengan apa yang diucapkan. Mislanya ketika harus
bersikap sopan dengan seseorang yang tidak disukai, mungkin
secara verbal seseorang dapat menggunakan kata-kata yang
benar, namun tubuh memberontak dengan berbagai cara.
Misalnya menjabat tangan sebentar saja, atau mencoba
menghindar dari tatapan matanya. Dalam hal ini bahasa tubuh
berlawanan dengan bahasa ucapan sehingga terbentuk dua
tanda yang berbeda.
b. Memberi Empati
Empati merupakan kemampuan meletakkan diri sendiri dalam
posisi orang lain dan mengahayati pengalam tersebut. Dengan
bahasa yang lainempati adalah kemampuan seseorang dalam
ikut merasakan atau menghayati perasaan dan pengalaman
orang lain dengan tidak hanyut dalam suasana orang lain
melainkan memahami apa yang dirasakan orang lain.
Disamping itu empati bias berarti kemampuan untuk
mendeteksi perbedaan-perbedaan dalam diri orang lain dan
memiliki kapasitas untuk menerima sudut pandang orang lain
dengan tujuan untuk memahami keadaan emosional orang
tersebut. Kemampuan empati akan mendorong kita mampu
melihat permasalahan dengan lebih jernih dan menempatkan
objketifitas dalam memecahkan masalah. Tanpa adanya empati
sulit rasanya kita tahu apa yang sedang dihadapi seseorang
karena kita tidak dapat memasuki perasaannya dan memahami
kondisi yang sedang dialami.24
c. Mengontrol Emosi
Pengendalian emosi atau mengontrol emosi merupakan
pengekangan atau penahanan terhadap perasaan atau batin yang
keras (yang timbul dari hati), karena apabila tidak dapat
mengendalikan, orang tersebut akan merasa rugi baik bagi diri
sendiri maupun orang lain.
d. Mengekspresikan emosi pada tempatanya
Mengetahui kapan saatnya mengungkapkan rasa iba dan kasih
saying, hubungan emosional atau mengungkapkan emosi yang
positif. Mempelajari bagaimana membagi senyum, memberi
pujian, mengungkapkan pembicaraan hangat, mencari hal-hal
yang disukai orang lain, dan mengungkapkan secara verbal
segala pikiran positif. Mempelajari model hubungan
interpersonal yang telah diperankan oelh orang-orang yang
berhasil, meniru spirit dan tindakan mereka ketika membangun
hubungan interpersonal dalam suatu tim atau kelompok.
Dalam lingkungan sekolah, model komunikasi interpersonal yang
menekankan pada elemen-elemen membaca isyarat sosial, memberi
empati, mengontrol emosi, dan mengekspresikan emosi pada tempatnya
sebagaimana telah dijelaskan di atas seharusnya menjadi bagian yang tak
terpisahkan dengan aktivitas pembelajaran yang dikembangkan. Dengan
menerapkan model komunikasi interpersonal tersebut, peserta didik
diarahkan untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal sehingga
berhasil dalam menjalankan tugas yang sesuai dengan bidang masing-
masing.25

24
Ibid
25
Ibid
Fitri Oviyanti dalam jurnalnya mengutip dari Anderson
menjelaskan karakteristik seseorang yang memiliki kecerdasan
interpersonal yang tingi yaitu:26
a. Mampu mengembangkan dan menciptakan relasi sosial baru
secara efektif.
b. Mampu berempati dengan orang lain atau memahami orang lain
secara total.
c. Mampu mempertahankan relasi sosialnya secara efektif
sehingga tidak musnah dimakan waktu dan senantiasa
berkembang semakin intim/mendalam/penuh makna.
d. Mampu menyadari komunikasi verbal maupun non verbal yang
dimunculkan orang lain, atau dengan kata lain sensitif terhadap
perubahan sosial dan tuntunan-tuntunannya.
e. Mampu memecahkan masalah yang terjadi dalam relasi
sosialnya dengan pendekatan win-win solution serta yang paling
penting adalah mencegah munculnya masalah dalam relasi
sosialnya.
f. Memiliki ketrampilan komunikasi yang mencakup ketrampilan
mendengarkan efektif, berbicara efektif, dan meulis secara
efektif. Termasuk di dalamnya mampu menampilkan
penampilam fisik yang sesuai dengan tuntutan lingkungan
sosialnya.
Pemahaman terhadap watak orang lain yang menjadi ciri utama
kecerdasan interpersonal merupakan faktor penting bagi komunikasi
yang efektif. Untuk membangun komunikasi yang efektif dibutuhkan
pamahaman mendalam tentang pandangan dan ide masing-masing.
Berkomunikasi dengan orang lain berarti berupaya untuk memahami dan
mendengar pendapatnya tentang suatu subjek, menempatkan diri untuk

26
Fitri Oviyanti, Urgensi Kecerdasan Interpersonal Bagi Guru, Jurnal Tadrib, Vol. 3,
No. 1, 2017, Hlm. 83-84
dalam perspektif orang tersebut, sehingga dapat memahami alas an di
balik pandangannya itu.

D. Akhlak
1. Pegertian Akhlak
Menurut bahasa (etimologi) akhlak/akhlȃq (Bahasa Arab) adalah
bentuk jamak dari kata khuluq yang berarti budi pekerti, perangai,
tingkah laku atau tabiat. Berakar dari kata khalaqa yang berarti
menciptakan. Seakar dengan kata Khȃliq (Pencipta), makhlȗq (yang
diciptakan), dan khalq (penciptaan). Dalam bahasa Yunani pengertian
khuluq ini disamakan dengan kata ethicos atau ethos, artinya adab
kebiasaan, perasaan batin, kecenderungan hati untuk melakukan
perbuatan. Etichos kemudian berubah menjadi etika.27
Kesamaan akar kata di atas mengisyaratkan bahwa dalam akhlak
tercakup pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak Khȃliq
(Tuhan) dengan perilaku makhlȗq (manusia). Atau dengan kata lain, tata
perilaku seseorang terhadap orang lain dan lingkungannya baru
mengandung nilai akhlak yang hakiki ketika tindakan atau perilaku
tersebut didasarkan kepada kehendak Khȃliq (Tuhan). Dari pengertian
secara etimologi di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa akhlak bukan saja
merupakan tata aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan
antar sesama manusia, tetapi juga norma yang mengatur hubungan antara
manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan alam semesta sekalipun.28
Dilihat dari sudut istilah (terminologi), para ahli berbeda pendapat
dalam mendefinisikan akhlak, namun intinya sama yaitu tentang perilaku
manusia. Pendapat-pendapat para ahli tersebut antara lain adalah sebagai
berikut:
a. Imam al-Ghazali menjelaskan akhlak sebagai berikut

27
Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif al-Quran, (Jakarta: AMZAH, 2007),
hlm. 3
28
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, Cet. 11, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2011),
hlm. 1
‫ عنها تصدر األفعال‬,‫فاخللق عبارة عن هيئة ىف النفس راسخة‬
.‫بسهولة ويسر من غري حاجة اىل فكر ورؤية‬
“akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan
mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbanngan”.
b. Ibrahim Anis menjelaskan

‫ تصدر عنها األعمال من خري أو شر‬,‫اخللق حال للنفس راسخة‬


.‫من غري حاجة اىل فكر ورؤية‬
“akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang
dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau
buruk tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan”.
c. Abdul Karim zaidan mendefinisikan

‫اخللق جمموعة من املعاىن والصفات املسقرة ىف النفس وىف ضوءها‬


‫ ومن مث يقدم عليه‬,‫وميزاهنا حيسن الفعل ىف نظر اإلنسان أويقبح‬
.‫أو خيجم عنه‬
“akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam
jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat
menilai perbuatannya baik atau buruk, untuk kemudian
memilih melakukan atau meninggalkannya”.29
Ketiga kutipan definisi di atas sepakat menyatakan bahwa akhlak
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehinga dia akan muncul
secara spontan ketika diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau
pertimbangan terlebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari
luar.
Dalam Islam ada dua jenis akhlak, yaitu akhlȃqul karȋmah
(akhlak terpuji) adalah akhlak yang baik dan benar menurut syariat Islam,
dan akhlȃqul madzmȗmah (akhlak tercela) adalah akhlak yang tidak baik
dan tidak benar menurut Islam. Sekalipun dari beberapa definisi yang
29
Ibid, hlm. 2
telah disebutkan di atas kata akhlak bersifat netral, belum menunjuk
kepada baik dan buruk, tapi pada umumnya apabila disebut sendirian,
tidak dirangkai dengan sifat tertentu, maka yang dimaksud adalah akhlak
yang terpuji.30
2. Sumber Akhlak
Maksud dari sumber akhlak adalah sesuatu yang menjadi ukuran
baik dan buruk atau mulia dan tercela. Sebagaimana keseluruhan ajaran
Islam, sumber akhlak adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah, bukan akal
pikiran atau pandangan masyarakat sebagaimana pada konsep etika dan
moral. Dan bukan pula karena baik atau buruk dengan sendirinya
sebagaimana pandangan Mu’tazilah.
Dalam konsep akhlak, segala segala sesuatu itu dinilai baik atau
buruk, terpuji atau tercela, semata-mata karena syara’ (Al-Qur’an As-
Sunnah) menilainya demikian. Sifat-sifat seperti sabar, syukur, pemaaf,
pemurah, dan jujur misalnya dinilai baik. Tidak lain karena syara’
menilai sifat-sifat tersebut baik. Begitu pula sebaliknya, sifat-sifat seperti
pemarah, tidak bersyukur, dendam, kikir dan dusta misalnya dinilai
buruk. Tidak lain karena syara’ menilainya demikian.31
a. Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan petunjuk yang lengkap bagi
manusia meliputi seluruh aspek kehidupan dan bersifat
universal. Al-Qur’an merupakan sumber pendidikan yang
lengkap baik dalam pendidikan akhlak, spiritual, alam semesta,
maupun sosial. Al-Qur’an sebagai sumber atau dasar akhlak
menjelaskan tentang kebaikan Rasulullah SAW sebagai
teladan bagi seluruh umat manusia khususnya umat islam,
sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S Al-Ahzab ayat 21

‫لقد كان لكم ىف رسول اهلل أسوة حسنة ملن كان يرجو اهلل واليوم‬
30
Ibid, hlm. 3
31
Ibid, hlm 4
‫األخر وذكراهلل كثريا‬
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu
suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari akhir, dan
banyak menyebut Allah”. (Q.S al-Ahzab: 21).32
Berdasarkan ayat tersebut di atas, dijelaskan
bahwasanya terdapat suri tauladan yang baik, yaitu dalam diri
Rasulullah SAW yang telah dibekali akhlak yang mulia dan
luhur. Selanjutnya juga dalam Q.S al-Qalam ayat 4 Allah SWT
berfirman:

‫وإنك لعلى خلق عظيم‬


Artinya: “ Dan sungguh engkau (Muhammad) benar-benar
berbudi pekerti yang agung”. (Q.S al-Qalam: 4).33
Firman Allah dalam ayat di atas menjelaskan
bahwasanya Rasulullah SAW sebagai seseorang yang
berakhlah agung (mulia).
b. As-Sunnah
As-Sunnah sebagai sumber atau dasar akhlak yang
kedua telah menjelaskan pentingnya akhlak di dalam
kehidupan manusia.34 Bahkan diutusnya Rasulullah SAW
adalah dalam rangka menyempurnakan akhlak yang baik,
sebagaimana sabda Rasulullah sebagai berikut:

‫إمنا بعثت ألمتم مكارم األخالق‬


Artinya: “Sesungguhnya aku hanya diutus untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia”. (HR. Al-Baihaqi).

32
Menag RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, 1974, hlm. 670
33
Ibid, hlm. 960
34
Ibid, Yunahar Ilyas, hlm. 6
Berdasarkan hadits di atas, memberikan pengertian
tentang pentingnya akhlak dalam kehidupan manausia, di mana
dengan akhlak akan berperan penting dalam mengetahui
perbedaan baik dan buruk, menghormati hak-hak manusia, dan
menghindari suatu perbuatan yang tercela.
3. Ruang Lingkup Akhlak
Telah dijelaskan di atas bahwa dalam Islam ada dua dua jenis
akhlak, yaitu akhlȃqul karȋmah (akhlak terpuji) dan akhlȃqul
madzmȗmah (akhlak tercela). Adapun ruang lingkup akhlak dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Akhlak kepada Allah
Akhlak terhadap Allah pada prinsipnya dapat diartikan
penghambaan diri kepada Tuhan atau sebagai sikap atau
perbuatan yang seharusnya dilakukan manusia sebagai
makhluk kepada sangKhalik. Sebagai makhluk yang
dianugerahi akal sehat, kita wajib menempatkan diri kita pada
posisi yang tepat, yakni sebagai penghamba dan menempatkan
Allah sebagai satu-satunya Dzat yang kita pertuhankan.
Quraish Shihab sebagaimana dikutip oleh Heny
Narendrany Hidayati mengatakan bahwa titik tolak akhlak
kepada Allah adalah dalam bentuk pengakuan dan kesadaran
bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Berkenaan dengan akhlak
kepada Allah dilakukan dengan cara banyak memuji-Nya,
yakni menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya yang menguasai
diri manusia.35

b. Akhlak kepada sesama manusia

35
Heny Narendrany Hidayati, Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa, (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2009), hlm. 12-13
Akhlak terhadap sesama manusia sebenarnya semata-
mata didasari akhlak yang kita persembahkan kepada Allah.
Akhlak terhadap manusia bukan hanya dalam bentuk larangan
dan hal-hal negative seperti membunuh, menyakiti fisik, dan
mengambil harta orang lain, melainkan juga sampai kepada
menyakiti hati dengan jalan menceritakan aib seseorang, tidak
peduli apakah hal itu benar atau salah.36
Al-Quran menekankan bahwa setiap orang hendaknya
didudukkan secara wajar. Sehingga akan terwujud
keharmonisan di antara sesama. Tidak masuk ke rumah orang
lain tanpa izin, jika bertemu mengucapkan salam, dan ucapan
yang dikeluarkan adalah ucapan yang baik. Menurut Wahbah
az-Zuhaili, disunnahkan mengucapkan salam baik kepada
orang yang sudah dikenal maupun tidak dikenal. Hukum
memulai mengucapkan salam adalah sunnah muakkadah bagi
satu orang, dan sunnah kifayah bagi jama’ah. Adapun
menjawab salam hukumnya fardhu kifayah bagi jamaah dan
fardhu ‘ain bagi satu orang. Adapun bentuk-bentuk akhlak
terhadap sesama manusia di antaranya adalah jujur, ikhlas,
amanah, tawadhu, sabar, kasih sayang, pemaaf, penolong, adil,
disiplin, sederhana, dermawan, toleransi, berbakti kepada
kedua orang tua, dan ‘iffah. Jika akhlak ini diamalkan oleh
setiap muslim dalam kehidupan maka akan terwujud
keharmonisan di antara sesama dan masyarakat.37
c. Akhlak terhadap lingkungan
Lingkungan yang dimaksud di sini adalah segala
sesuatu yang berada di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-
tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa. Akhlak yang
diajarkan al-Quran terhadap lingkungan bersumber dari fungsi

36
Ibid, hlm. 13
37
Ibid, hlm. 14
manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya
interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia
terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pemeliharaan
serta bimbingan agar setiap makhluk mencapai tujuan
penciptaannya.
Berarti manusia dituntut mampu menghormati proses-
proses yang sedang berjalan dan terhadap semua proses yang
sedang terjadi. Keadaan ini mengantarkan manusia
bertanggung jawab sehingga tidak melakukan kerusakan di
muka bumi. Adapun bentuk-bentuk perbuatan yang termasuk
akhlak terhadap lingkungan di antaranya adalah memelihara
tumbuh-tumbuhan, menyayangi hewan, menjaga kebersihan,
dan menjaga ketentraman.38
4. Tujuan Akhlak
Tujuan adalah sesuatu yang dikehendaki, baik indidvidu maupun
kelompok. Tujuan akhlak yang dimaksud adalah melakukan sesuatu atau
tidak melakukannya, yang dikenal dengan istilah al-Ghȃyah, dalam
bahasa Inggris disebut the high goal, dalam bahasa Indonesia lazim
disebut dengan ketinggian akhlak.
Imam al-Ghazali menyebutkan bahwa ketinggian akhlak
merupakan kebaikan tertinggi. Kebaikan-kebaikan dalam kehidupan
semuanya bersumber pada empat macam, yaitu:39
a. Kebaikan jiwa, yaitu pokok-pokok keutamaanyang sudah
berulang kalidisebutkan, yaitu ilmu, bijaksana, suci diri,
berani, dan adil.
b. Kebaikan dan keutamaan badan, ada empat macam, yaitu
sehat, kuat, tampan dan usia panjang.

38
Yuyun Yulianingsih, Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga, (Bandung: Akademia
Permata, 2013), hlm. 158
39
Ibid, Yatimin Abdullah, hlm. 11
c. Kebaikan eksternal (al-khȃrijiyah ), seluruhnya ada empat
macam juga yaitu harta, keluarga, pangkat, dan nama baik
(kehormatan).
d. Kebaikan bimbingan (taufiq-hidȃyah), juga ada empat macam,
yaitu petunjuk Allah, bimbingan Allah, pelurusan, dan
penguatan-Nya.
Jadi, tujuan akhlak adalah untuk mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat bagi pelakunya sesuai ajaran al-Qur’an dan hadits. Ketinggia
akhlak terletak pada hati yang sejahtera (qalbun salim) dan pada
ketentraman hati (rȃhatul qalbi).

Anda mungkin juga menyukai