Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ك لَهُ الَّ ِذيْ َج َع َل ال َّجنَّةَ لِ ْل ُمتَّقِ ْينَ َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن ٰ هّٰلِل
ِ أَ ْشهَ ُد أَ ْن الَإِلهَ إِالَّهللاُ الَش. َضيَافَةً لِ ِعبا َ ِد ِه الصَّالِ ِح ْين
َ َر ْي ِ ال َح ْم ُد ِ الَّ ِذيْ َح َّر َم الصِّ يا َ َم أَيّا َ َم األَ ْعيا َ ِد
صلِّ َو َسلِّ ْم َوبا َ ِر ْك عَل َى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمـ ٍد َو َعلَى آلِ ِه َوأَصْ حاَبِ ِه َو َم ْن ٰ
َ اللّهُ َّم.اط ال ُم ْستَقِي ِْم
ِ َسيِّدَنا َ َو َموْ الَنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ اال َّدا ِع ْي إِل َى الصِّ َر
ق تُقاَتِ ِهَّ َواتَّقُوْ ا هللاَ َح. َص ْي ُك ْم َونَ ْف ِس ْي بِتَ ْق َوى هللاِ فَقَ ْد فَا َز ال ُمتَّقُوْ نِ ْت أُو ِ َ فَيَآأَيُّهَاال ُم ْؤ ِمنُوْ نَ َوال ُم ْؤ ِمنا. أَ َّما بَ ْع ُد. َان إِل َى يَوْ ِم ال ِّد ْين
ٍ تَبِ َعهُ ْم بِإِحْ َس
ََوالَتَ ُموْ تُ َّن إِاَّل َوأَ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُموْ ن
Ma'asyiral muslimin wal muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah, Di pagi yang penuh
kebahagiaan dan keberkahan, setelah satu bulan bersama Ramadhan, Idul Fitri pun tiba dalam
kesucian dan ketakwaan. Hari di mana takbir berkumandang, semua diliputi rasa bahagia dan
senang, setelah satu bulan di madrasah Ramadhan kita berjuang. Berjuang menahan haus dan
dahaga, mengekang hawa nafsu yang membara, dan mendekatkan diri pada Yang Kuasa. Semua itu
mampu kita lewati dengan penuh keikhlasan hati, untuk meraih ridha ilahi. Tentunya semua ini
haruslah senantiasa kita syukuri sebagai hamba Allah yang tahu diri.
Nikmat yang tak terhitung dalam setiap tarikan napas kita, menjadi bukti banyaknya rezeki yang kita
terima. Bukan hanya rezeki lahir semata, namun rezeki batin pun terus mengalir dalam kehidupan
kita. Kesehatan, kesempatan, Islam dan iman, serta nikmat yang tak kelihatan dalam kehidupan,
فَبِأَيِّ آَاَل ِء َربِّ ُك َماـ تُ َك ِّذبَ ِـ Maka nikmat Tuhan manalagi yang akan kita
janganlah sampai kita kufurkan. ان
dustakan? Semoga kita bisa menjadi hamba yang pandai bersyukur pada-Nya, dengan senantiasa
mengucapkan Alhamdulillah di mulut kita, mewujudkan syukur ini dalam kehidupan nyata, dan
menguatkan kesadaran bahwa Allah lah yang paling kuasa.
هللاُ أَ ْكبَ ُر َوهّٰلِل ِ ْال َح ْم ُد،ُ َوهللاُ أَ ْكبَر،ُ هللاُ أَ ْكبَ ُر هللاُ أَ ْكبَ ُر هللاُ أَ ْكبَ ُر الَ إِلهَ إِالَّ هللا Ma'asyiral muslimin wal muslimat jamaah
shalat Idul Fitri rahimakumullah, Ramadhan telah mengajarkan kita untuk menjadi pribadi yang
paripurna. Kemampuan kita untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas di bulan puasa, harus
senantiasa kita pupuk dan jaga. Jangan sampai bulan Ramadhan berlalu, beriringan dengan itu
intensitas ibadah kita pun ikut menjadi layu. Oleh karena itu, mari kita jaga semua ini, Insya Allah
kita termasuk hamba-hamba yang dosanya diampuni, karena kita telah berpuasa dengan iman dan
kesadaran diri mengharap pahala dari ilahi rabbi. Rasulullah dalam haditsnya bersabda: صا َم َ َم ْن
ضانَ إ ْي َمانًا َواحْ تِ َسابًا ُغفِ َر لَهُ َما تَقَ َّد َم ِم ْن َذ ْنبِ ِه َ َر َمArtinya: "Siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan atas dasar
keimanan dan dilaksanakan dengan benar, maka ia diampuni dosa-dosanya yang telah lalu".
Ma’asyiral muslimin wal muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah, Idul Fitri ibarat
lembaran awal kertas putih. Tak ada kotoran atau noda yang menempel sehingga senantiasa bersih.
Seperti air dari sumber mata air yang mengalir jernih. Kesucian ini harus kita jaga sekuat tenaga
agar kertas dan air ini tak ternoda. Mari hindari berbuat dosa, baik itu dosa antarsesama terlebih
dosa kepada Allah subhanahu wata’ala. Lalu bagaimana caranya? Jika kita berbuat kesalahan dan
dosa pada Allah subhanahu wa ta’ala, bertaubat menjadi jalannya. Kita harus beristighfar sepenuh
jiwa untuk tidak mengulangi lagi segala dosa. Sebagai wujudnya, kita harus mengiringi perbuatan
dosa dengan perbuatan baik sebagai penggantinya.
Jika itu dosa pada sesama manusia, silaturahmi menjadi solusinya. Kata maaf harus terucap dari
mulut kita dan bersama berkomitmen untuk memulai kehidupan bersama yang lebih bahagia.
Dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 134 Allah menegaskan, bahwa seorang Muslim yang memiliki
ketakwaan dianjurkan mengambil paling tidak satu dari tiga sikap dari seseorang yang telah berbuat
kesalahan. Sikap itu adalah amarah ditahan, memaafkan, dan berbuat baik terhadap orang yang
berbuat kesalahan. َاس ۗ َوهَّللا ُ ي ُِحبُّ ْال ُمحْ ِسنِين ين ْال َغ ْيظَ َو ْال َعافِ َـ
ِ َّين ع َِن الن ِ ضرَّا ِء َو ْال َك
اظ ِم َـ َّ الَّ ِذينَ يُ ْنفِقُونَ ِفي ال َّسرَّا ِء َوال Artinya:
“(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat
kebaikan.” Kita perlu ingat bahwa sesama Muslim adalah bersaudara dalam naungan ridha ilahi.
Sudah semestinya harus saling berbuat baik kepada sesama dengan sepenuh hati. Persaudaraan itu
seperti hubungan tangan kanan dan tangan kiri. Walau berbeda dan tidak sama, namun harus saling
membantu, tak kenal iri. Hubungan keduanya selalu harmonis dan saling berbagi peran sekaligus
saling melengkapi. Tangan kiri tak akan menyakiti tangan kanan, begitu juga sebaliknya tangan
kanan tak sampai hati menyakiti tangan kiri.
Apalagi di masa sulit seperti ini, kepekaan terhadap penderitaan orang lain harus terus disemai.
Bantulah orang lain dari kesulitan yang mereka hadapi. Kepekaan sosial yang telah dilatih pada
Ramadhan dengan merasakan lapar dan dahaga harus dilanjutkan kembali. Kita harus menjadikan
Idul Fitri ini sebagai momentum kebahagiaan bersama yang hakiki. Dalam haditsnya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan: صيبَ ٍة إِال َك َساهُ هللاُ ُس ْب َحانَهُ ِم ْن ُحلَ ِل ال َك َرا َم ِة يَوْ َم ِ َما ِم ْن ُم ْؤ ِم ٍن يُ َع ِّزيـ أَخَاهُ بِ ُم
ْ Maknanya: “Tidaklah seorang mukmin menghibur saudaranya karena musibah yang
القِيَا َم ِة
menimpanya, kecuali Allah akan mengenakan kepadanya pakaian-pakaian kemuliaan di hari
kiamat” (HR Ibnu Majah). هللاُ أَ ْكبَ ُر َوهّٰلِل ِ ْال َح ْم ُد،ُ َوهللاُ أَ ْكبَر،ُ هللاُ أَ ْكبَ ُر هللاُ أَ ْكبَ ُر هللاُ أَ ْكبَ ُر الَ إِلهَ إِالَّ هللا Ma’asyiral
muslimin wal muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah, Saling memaafkan dan peka
terhadap penderitaan orang lain tentunya tidak boleh sampai melupakan kepekaan pada orang
yang ada dekat di sekitar kita. Terlebih sosok yang paling berjasa dalam kehidupan kita yaitu orang
tua kita. Dalam ajaran agama, orang tua adalah sosok yang mulia dan harus kita hormati serta
sayangi selamanya. Kita harus memperlakukan mereka dengan baik karena mereka adalah ‘Jimat’
kita di dunia.
Bagi mereka yang orang tuanya sudah meninggal dunia, ziarahilah makamnya. Panjatkan doa
kepada yang kuasa semoga mereka diampuni dosanya dan amal ibadahnya diterima di sisi-Nya. Bagi
yang orang tuanya masih dalam keadaan sehat dan masih bersama kita, jagalah dan kunjungilah
mereka. Terlebih sosok ibu yang telah susah payah melahirkan kita kedunia ini. Ia adalah sosok
yang paling berjasa dan dapat menghantarkan kita ke surga Allah yang abadi. Apa kabar Ia hari ini?
Sudahkah kita bersilaturahmi? Sudahkah kita meraih tangannya yang sudah semakin lemah
termakan hari? Ya Allah berilah kesehatan dan keberkahan pada orang tua kami. Jadikanlah kami
anak-anak yang berbakti dan tahu berbalas budi. Kita perlu sadari, sesukses apapun kita tak kan
lepas dari doa orang tua. Sebanyak apapun materi yang kita miliki tak kan bisa membalas jasa-jasa
mereka. Ridha orang tua akan menjadi sumber kesuksesan kita. Sebaliknya kemarahannya adalah
merupakan sebuah bencana dalam kehidupan kita.
ضى ْال َوالِ َدي ِْن َوس ُْخطُ هللاِ فِي س ُْخ ِط ْال َوالِ َدي ِْن
َ ضى هللاِ فِي ِر
َ ر
ِ Artinya: "Keridhaan Allah tergantung kepada
keridhaan orang tua dan kemarahan Allah tergantung kemarahan orang tua" Mari kita kenang
perjuangan mereka, ketika kita masih kecil tak bisa berbuat apa-apa. Dengan kasih sayang, mereka
menggendong kita, mencium kita dan membesarkan kita dengan penuh cinta. Bagaimana
sebaliknya, ketika mereka tergeletak sakit tak berdaya? Sempatkah kita menjenguknya? Berapa kali
kita mengusap keningnya, menyuapinya dan menggantikan pakaiannya ketika ia terbaring sakit di
atas tempat tidurnya? Rutinkah kita memeluk tubuhnya yang semakin lemah tak berdaya sambil
tersenyum sebagaimana ia lakukan di masa kecil kita? Oleh karenanya di hari yang penuh dengan
kebahagiaan, mari kita bersama doakan, semoga orang tua kita senantiasa diberikan keberkahan.
Semoga mereka senantiasa mendapatkan perlindungan dan kesehatan serta kemudahan. Semoga
mereka akan tetap terjaga Islam dan iman saatnya nanti dipanggil oleh Tuhan.
هللاُ أَ ْكبَ ُر َوهّٰلِل ِ ْال َح ْم ُد،ُ َوهللاُ أَ ْكبَر،ُ هللاُ أَ ْكبَ ُر هللاُ أَ ْكبَ ُر هللاُ أَ ْكبَ ُر الَ إِلهَ إِالَّ هللا Ma’asyiral muslimin wal muslimat jamaah
shalat Idul Fitri rahimakumullah, Demikianlah Khutbah Idul Fitri yang dapat saya sampaikan.
Semoga dapat memberikan kemanfaatan. Dan marilah kita berdoa, semoga ibadah yang kita
lakukan di Bulan Ramadhan diterima Allah SWT dan mendapatkan ganjaran. Semoga semua dosa
kita kepada Allah dan dosa kepada sesama akan mendapatkan ampunan. Mari saling memaafkan
dan raih keberkahan, sehingga kita akan menjadi insan yang kembali suci mendapatkan
kemenangan, "Ja'alana-Llâhu minal 'âidîn wal fâizîn" senantiasa menjadi sebuah doa dan harapan.
ان
ِ ط َ آن ال َع ِظي ِْم أَ ُعوْ ُذ بِاهللِ ِمنَ ال َّش ْي
ِ ْ قَا َل تَ َعالَى فِ ْي القُر. ََج َعلَنا َ هللاُ َوإِيا َّ ُك ْم ِمنَ العاَئِ ِد ْينَ َوالفَآئِ ِز ْينَ َوأَ ْد َخلَنا َ َواِيَّا ُك ْم فِ ْي ُز ْم َر ِـة ِعبا َ ِد ِـه ال ُمتَّقِ ْين
َ بَا َر َ ي ُِر ْي ُد هللاُ بِ ُك ُم اليُ ْس َر َوالَ ي ُِر ْي ُد بِ ُك ُم ال ُع ْس َر َولِتُ ْك ِملُوْ اال ِع َّدةَ َولِتُ َكبِّرُوْ اهللا َ َعلَى َما هَدَا ُك ْم َولَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُوْ ن. َّجي ِْم
ك هللاُ لِ ْي َولَ ُك ْم فِ ْي ِ الر
ُ ِّ
َوقلْ َربِّ ا ْغفِرْ َوارْ َح ْم. َوتَقَبَّ َل ِمنِّ ْي َو ِم ْن ُك ْم تِالَ َوتَهُ اِنَّهُ هُ َو ال َّس ِم ْي ُع ال َعلِ ْي ُم.ت َوالذ ْك ِر ال َح ِكي ِْم ِ ني َواِيّا َ ُك ْم بِ َمافِ ْي ِه ِمنَ اآليَا ِ آن ال َع ِظي ِْم َونَفَ َع ِ ْالقُر
ِ َواَ ْنتَ َخ ْي ُر الر
ََّاح ِم ْين
ZAKAT
َو َم َّن َعلَ ْينَا بِال َع ْق ِل،ص َو َرنا فِي أَحْ َس ِن تَ ْق ِوي ٍْم ُ ب َ َّ َو َرت،ار ِه
ِ َاختِيْ ِ َوطَ َّو َرنَا ب،َار ِه ِ الح ِكي ِْم الَّ ِذيْ فَطَ َرنَا بِا ْقتِدَ الحم ُد هلِل ِ ال َعلِ ِّي ال َع ِظيْم ال َع ِزي ِْز
ِّْت َوه َُو َعلَى ُكل ُ ك َولَهُ ْال َح ْم ُد يُحْ يِى َويُ ِمي ُ لَهُ ْال ُم ْل،ُك لَه َ أَ ْشهَ ُد أَ ْن الَ إِلَهَ إِالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي،ص َرا ِط ال ُم ْستَقِي ِْم ِّ َوهَدَانَا إِلى ال، ال َّسلِي ِْم
َ
ضل األنبِيَا ِء َو َعلى آلِ ِه ْ َ ْ ْ َ ْ
ِ ص ِّل َعلى َسيِّ ِدنَا ُم َحمـ َّ ٍد َسيِّ ِد ال ُمرْ َسلِ ْينَ َوأف َ َّ َ
َ اللهُ َّم.ُي بَ ْع َده َّ ِ َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لهُ الَنَب.َشيْئ ٍقَ ِد ْي ٌر
ُ
: فَقَ ْد قَا َل هللاُ تَ َعال َى فِي ِكتَابِ ِه ْال َك ِري ِْم. َق تُقَاتِه َوالَتَ ُموْ تُ َّن إِالَّ َوأَنـْتُ ْم ُم ْسلِ ُموْ ن َّ اِتَّقُوْ اهللاَ َح، َ فَيَاأَيُّهَا ْال ُم ْسلِ ُموْ ن،ُ أَ َّما بَ ْعد. ََوأَصْ َحاِبه أَجْ َم ِع ْين
ُارفُوا إِ َّن أَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد هَّللا ِ أَ ْتقَاك ْم َ ُ ُ َ ُ
َ يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَ لَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن ذ َك ٍر َوأنثى َو َج َعلنَاك ْم شعُوبًا َوقبَائِ َل لِتَ َع
ْ ْ َ
Ada perilaku yang sudah menjadi tradisi di kalangan masyarakat Indonesia tiap kali datang hari
raya Idul Fitri. Mereka ramai-ramai merayakannya dengan ekspresi suka cita yang dalam.
Sebagian besar orang menyebutnya "hari kemenangan" meskipun seringkali kita sendiri ragu:
benarkah kita sedang mengalami kemenangan?
Kalaupun iya, kemenangan dari apa dan untuk siapa? Orang dikatakan menang ketika ia telah
sukses mengalahkan sesuatu yang menjadi lawannya.
Sesuatu itu bisa berupa hal-hal yang membelenggu, menjajah, menyerang, dan menindas. Dan
musuh utama manusia selama puasa Ramadhan sebelum akhirnya merayakan Idul Fitri adalah
hawa nafsu.
Di titik inilah puasa menjadi superberat, karena mensyaratkan seseorang tak hanya sanggup
menahan lapar dan haus tapi juga sanggup melawan dirinya sendiri yang sering dikuasai
kesenangan-kesenangan ego pribadi. Rasulullah mengingatkan:
"Kadang orang yang berpuasa tak mendapat hasil dari puasanya kecuali lapar dan dahaga.
Kadang pula orang yang Qiyamul Lail tak memperoleh hasil dari usahanya tersebut kecuali
begadang dan rasa letih."
Penting untuk berinstropeksi tentang kualitas ketakwaan yang menjadi tujuan diwajibkannya
berpuasa (la'allakum tattaqun).
Bulan Syawal menjadi ukuran bagi kita untuk memeriksa segenap ibadah, tingkah laku, dan
sikap batin kita, apakah mengalami peningkatan mutu, biasa-biasa saja, atau justru mengalami
penurunan.
Suasana Idul Fitri sejatinya adalah suasana kemanusiaan. Di momen ini, kita dibangkitkan untuk
kian berempati dengan sesama, dan bermaaf-maafan.
Islam mengajarkan setiap manusia yang mampu untuk mengeluarkan zakat fitrah. Fithri artinya
suci, karakter asli, bawaan lahir.
Islam menjadikan solidaritas terhadap sesama sebagai bagian dari fitrah kemanusiaan kita.
Naluri manusiawi selalu menaruh kepedulian yang tinggi kepada ciptaan-Nya yang lain.
Garis sikap inilah yang kerap terabaikan dan berat dilaksanakan. Salah satu faktornya adalah
manusia kalah dengan hawa nafsunya yang cenderung mengutamakan kepentingan sempit
untuk kepuasan diri sendiri.
Puasa merupakan salah satu jalan yang disediakan agama untuk menaklukkan nafsu. Agama
memposisikan manusia tak sebatas jasad tapi juga ruh, mempercayai kekuatan adikodrati yakni
Tuhan, dan menuntut tiap manusia berakhlak mulia.
Justru karena agama ini fitrah inilah agama tidak perlu dipaksakan karena petunjuknya tidak
ada yang bertentangan dengan jati diri dan naluri manusia. Kalau pun ada maka cepat atau
lambat akan ditolak oleh penganutnya sendiri, dan inilah bukti bahwa agama memang fitrah.
"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah
yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah.
(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."
Semoga Idul Fitri benar-benar menjadi momentum yang sesuai dengan artinya, yakni kembali
ke kondisi fitrah.
Kembali ke jati diri kemanusiaan kita sebagai hamba Allah yang total, kembali tabiat asli
manusia sebagai makhluk sosial, dan kembali kepada naluri manusia sebagai makhluk
penyayang terhadap lingkungan dan alam secara luas.
ت َوال ِّذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم َوتَقَبَّ َل ِمنِّي َو ِم ْن ُك ْم تِاَل َوتَهُ إِنَّهُ ه َُو ال َّس ِم ْي ُع ِ ك هللاُ لِ ْي َولَ ُك ْم فِي ْالقُرْ آ ِن ْال َك ِري ِْم َونَفَ َعنِ ْي َوإِيَّا ُك ْم بِ َما فِ ْي ِه ِمنَ ْاآليَا
َ ار
َ َب
َّحيْمِ ر ال ر ُ ف َ
غ ال ُو ه هَّ
ُ ِْ ُ َ َ ِ َ ِ ُ َ و نإ م ْ
ي ظ ع ال هللا ر ف غْ َ تسْ أَ ف ا َ
ذ ه ي ل َ ق ل
َ ِ َْ ِ ُ َ وْ ُ و ُ ق َ أ و ،م ْ
ي ل عل ْ
ا