SITI MUNAWAROH
(061024071134)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Allah S.W.T., karena berkat limpahan rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas laporan studi kasus dengan judul
“Peran Perhatian Orang Tua Terhadap Pengaruh Tingkah Laku Teman Sebaya
Yang Mengakibatkan Rendahnya Motivasi Belajar Siswa”.
Ketika penulis memulai penyusunan makalah ini hingga penulisannya, sering kali
dihadapkan kepada berbagai kesulitan. Hal ini karena masih dangkalnya
pengetahuan dan sedikitnya pengalaman yang penulis miliki. Namun berkat
bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas ini.
Penyusunan Tugas Studi Kasus ini dapat terlaksana dengan baik atas bantuan dan
kerjasama dari beberapa pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Dr. Yosef, M. A.
Selaku dosen pengasuh yang telah banyak memberikan ide, saran, bimbingan dan
motivasi selama ini, sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas Stadi Kasus di
jurusan Bimbingan Konseling tepat pada waktunya.
2. Supilman S.Pd.
Selaku Guru Bimbingan Konseling SMP Negeri 19 Palembang
3. Dan semua pihak yang turut membantu, tetapi tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan laporan
Studi Kasus ini. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang membangun sangat
penulis harapkan.
Akhir kata, penulis berharap agar tugas laporan ini dapat memberikan manfaat
dan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Amin.
Penulis
3
DAFTAR ISI
BAB I
PRESENTING PROBLEM
8
Seorang anak bernama B (samaran) siswa kelas 1X yang selama ini
menurut para guru si B sering tidak mengerjakan tugas sekolah, baik itu tugas di
sekolah maupun pekerjaan rumah (PR), si B juga sering sekali bolos sekolah dan
jahil sering mengganggu temannya. Kedatangan B awalnya di rujuk oleh guru
bimbingan konseling karena menurut guru, si B butuh motivasi dan butuh teman
untuk mencurahkan apa yang ada dibenaknya. B anak yang malas dalam belajar.
Saat duduk dibangku SMP kelas V1115 B masih mendapat ranking 26 dari 40
siswa. Namun saat ia duduk dibangku SMP kelas 1X 8 ia mulai berubah, si B
mulai malas belajar dan sering tidak masuk sekolah bahkan juga jahil kepada
temannya, sehingga ia mendapatkan ranking 38 dati 40 siswa, si B sama dengan si
BM (teman akrab) yang selalu bersama-sama dan duduk sebangku, mereka
hampir sama, dengan memiliki nilai dan ranking kelas nya yang berubah-ubah
tidak jauh dari ranking antara 38, 39, 40. Ditambah lagi ia berteman dengan anak
– anak yang sulit diatur.
Meskipun B malas tetapi dia sadar bahwa nilainya mulai mengalami
penurunan. Dan ia berusahan menjadi anak rajin, walaupun itu lumayan sulit bagi
B untuk masuk ranking 10 besar. B merasa temannya menjadi faktor yang
membuat ia harus kembali malas. Di dalam dirinya sudah ada niat untuk berubah
tetapi ketika ajakan teman untuk malas dan tidur didalam kelas ia ikut terpengaruh
kembali. B tinggal bersama orang tuanya, ayahnya yang berprofesi sebagai buruh
harian, dan ibunya sebagai ibu rumah tangga memiliki kerja sampingan sebagai
penjual makanan (warung nasi). B anak ke tiga dari tiga bersaudara, yang pertama
kakaknya yang sudah bekerja dan yang kedua ayuknya yang masih duduk
dibangku SMA. B sebenarnya diperhatikan dan di beri nasihat oleh orang tuanya,
kakak, dan ayuknya, hanya saja si B tidak memperhatikannya dan malah
terpengaruh oleh si BM (teman sebangkunya).
6
BAB II
HASIL-HASIL OBSERVASI
Bila dilihat dari segi penampilan B terlihat biasa saja, seperti anak yang
tumbuh kembang dan berpenampilan biasa sama seperti layaknya remaja seusia B.
B memiliki teman dekat yang bernama BM, si BM teman yang sama pemalasnya
seperti B, ia juga suka tidur dikelas ada jenuh dengan belajar pelajaran KERDA
( kerajinan daerah) terutama seni budaya yang berhubungan dengan menggambar.
Menurutnya guru mata pelajaran KERDA (kerajinan daerah) sangat
membosankan, karena sering memberikan PR (pekerjaan rumah) yang
berhubungan dengan menggambar. Padahal si B ini malas sekali dengan
menggambar dalam bentuk apapun. Inilah yang membuat B jenuh dan memilih
untuk tidak mengerjakan PR bersama teman sebangkunya itu si BM.
D. Pola Budaya
B seorang anak laki – laki kelahiran asli berdarah Palembang. Dan biasa
menggunakan bahasa asli Palembang saat berada dirumah dan lingkungan sekitar.
Saat berkumpul bersama keluarga dan teman–temannya ia tetap menggunakan
bahasa Palembang. Ayah dan ibunya memang orang asli penduduk Palembang. Si
B mempunyai sikap anak yang pemberani, apabila ada teman yang membuat si B
tersinggung, maka si B tidak tinggal diam untuk menegurnya. Suatu ketika pernah
terjadi perkelahian antara si B dengan temannya (masih keturunan Jawa) yang
menurut persepsi si B bahwa orang itu mengejek atau menghina si B. Menurut si
B bahwa orang asli Palembang tidak boleh di hina siapapun, karena orang
Palembang ini keras. Si B juga tidak mudah untuk bergaul dengan teman yang
tidak suka humoris atau di ajak bermain.
Sejak kecil ia telah tinggal bersama orang tuanya. Ketika ia masih balita,
ia tumbuh kembang sesuai dengan teman-temannya dan memiliki tubuh yang
ideal. Namun ketika ia masuk SD, si B memiliki nafsu makan yang tinggi,
sehingga berat badan dan tinggi badan si B tidak ideal lagi. Di tambah ibunya si B
yang juga memiliki usaha kecil-kecilan, yaitu membuka warung nasi, dari situlah
si B memiliki nafsu makan yang tinggi dan keadaan tubuhnya tidak ideal. Dalam
perkembangan inteligensinya, si B memiliki IQ yang normal, namun si B ini
orangnya mudah bosan dan malas mengerjakan sesuatu. Di tambah pengaruh juga
oleh teman sebayanya yang pemalas juga. Mereka dalam (keluarganya si B)
memiliki sikap yang baik, mendidik, perduli dalam lingkungan keluarga,
mungkin karena si B tidak memperhatikan nasihat orang tuanya, ia menjadi
terpengaruh oleh temannya. Ia tak mudah terbawa emosi, namun si B memiliki
sikap pemberani hingga membuatnya mudah bergaul bersama orang–orang yang
dianggapnya dapat menerima keberadaannya. Ia juga suka dalam bergaul dengan
anak–anak yang humoris dan bisa diajak bermain.
H. Riwayat Pendidikan
10
I. Riwayat Ekonomi
Dilihat dari segi ekonomi B berasal dari keluarga yang hidup
berkecukupan. Ayahnya yang berprofesi sebagai buruh harian, dan ibunya sebagai
ibu rumah tangga memiliki kerja sampingan sebagai penjual makanan (warung
nasi). Orang tuanya sanggup memenuhi kebutuhan sehari-hari B. Si B ketika
berangkat ke sekolah ia naik ojek dan pulangnya pun juga naik ojek. Cara
berpakaian si B sebenarnya rapi dan bersih, si B di beri uang saku dan uang untuk
membayar pulang dan pergi naik ojek sebesar rp. 20.000. Dalam kesehariannya ia
sering sekali makan-makanan ringan (ngemil), baik itu dilingkungan keluarga,
bersosial, dan di lingkungan sekolahnya. Itulah yang membuat badan si B bisa di
bilang gendut atau tidak ideal lagi.
Jika ada waktu luang yang tak bermanfaat selalu ia habiskan untuk
dirumah sambil menonton televisi, dan berkumpul bersama teman-temannya di
lingkungan sekitar rumahnya dan kadang-kadang bercerita dengan kakak dan
ayuk nya ketika meresa duduk santai bersama.
M. Tujuan Hidup
Si B ingin menjadi seorang anak yang dapat membanggakan orang tau dan
keluarganya, tentunya mempunyai sikap yang baik dan bermanfaat bagi orang
lain. B memiliki cita – cita ingin menjadi polisi. B ada keinginan untuk
melanjutkan pendidikan selepas SMP ini ke SMK N 2 Palembang, ia ingin sekali
mengambil Tekhnik Mesin yang sesuai dengan keinginan ia sejak kecil. Si B
mempunyai semangat untuk maju dan menggapai cita-citanya, namun ia masih
terpengaruh oleh teman sebayanya. Ia sadar bahwa suatu saat nanti ia akan
mencoba merubah sikapnya demi untuk hal yang positif dan bermanfaat.
Keinginan ia untuk maju dan berubah menjadi anak yang bisa membanggakan
orang tua dan keluarganya belum terrealisasikan. Oleh sebab itu, si B akan
berusaha berubah menjadi anak yang bisa dibanggakan dan bermanfaat, dan
pastinya bisa memilih teman yang bisa mendukung dan memotivasi dalam hal
yang positif dan bermanfaat.
13
BAB III
PEMAHAMAN KASUS DITINJAU DARI TEORI
KONSELING BEHAVIOR
1. Hakikat Manusia
Menurut Corey (2003: 198) menyatakan bahwa pendekatan behavior tidak
menguraikan asumsi-asumsi filosofis tertentu tentang manusia secara langsung.
Setiap manusia dipandang memiliki kecenderungan-kecenderungan positif dan
negatif yang sama. Manusia pada dasarnya di dibentuk dan ditentukan oleh
lingkungan sosial budayanya. Segenap tingkahlaku manusia itu dipelajari.
Sementara itu, Winkel (2004: 420) menyatakan bahwa konseling behavioristik
berpangkal pada beberapa keyakinan tentang martabat manusia, yang sebagian
bersifat falsafah dan sebagian bersifat psikologis, yaitu:
1. Manusia pada dasarnya tidak berakhlak baik atau buruk, bagus atau
jelek.
2. Manusia mampu untuk berefleksi atas tingkahlakunya sendiri,
menangkap apa yang dilakukannya, dan mengatur serta mengontrol
perilakunya sendiri.
14
3. Manusia mampu untuk memperoleh dan membentuk sendiri suatu pola
tingkahlaku yang baru melalui proses belajar.
4. Manusia dapat mempengaruhi perilaku orang lain dan dirinya pun
dipengaruhi oleh perilaku orang lain.
Berdasarkan dua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat
manusia pada pandangan behavioristik yaitu pada dasarnya manusia tidak
memiliki bakat apapun, semua tingkahlaku manusia adalah hasil belajar.
Manusia pun dapat mempengaruhi orang lain, begitu pula sebaliknya.
Manusia dapat menggunakan orang lain sebagai model pembelajarannya.
A. Perkuatan Positif
B. Pembentukan Respon
C. Perkuatan Intermitten
D. Penghapusan
E. Pencontohan
F. Token Economy
Token economy merupakan salah satu contoh dari perkuatan yang ekstrinsik,
yang menjadikan orang-orang melakukan sesuatu untuk meraih “pemikat diujung
tongkat”. Tujuan prosedur ini adalah mengubah motivasi yang ekstrinsik menjadi
motivasi yang intrinsik. Diharapkan bahwa perolehan tingkah laku yang
diinginkan akhirnya dengan sendirinya akan menjadi cukup mengganjar untuk
memelihara tingkah laku yang baru.
1. Tipe pendekatan yang harus mementingkan tingkah laku atau gejala yang
nampak saja
2. Memperhatikan bagai mana hubungan antara gejala-gejala tersebut
3. Melihat gejala psikologis hanya berdasarkan kumpulan dari gejala-gejala
yang nampak itu.
19
1. Desensitisasi sistematik
Teknik ini adalah salah satu teknik yang paling luas digunakan dalam terapi
tingkah laku. Desensitisasi sistematik digunakan untuk menghapus tingkah laku
yang diperkuat secara negatif, dan iya menyertakan pemunculan tingkah laku atau
respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang hendak dihapuskan.
Desensitisasi diarahkan pada mengajar klien untuk menampillkan suatu respon
yang tidak konsisten dengan kecemasan.
2. Latihan Asertif
Didalam buku kesehatan mental pengarang dari Yustinus Semiun (2006: 525)
bahwa langkah-langkah dalam arsetif adalah sebagai berikut:
- Pusatkan perhatian anda pada suatu peristiwa khusus pada masa lampau
3. Terapi Aversi
a. Tingkah laku yang tidak diingikan yang di hukum boleh jadi akan di tekan
hanya apabila penghukum hadir
23
b. Jika tidak ada tingkah laku yang menjadi alternative bagi tingkah laku yang
dihukum, maka individu ada kemungkinan menarik diri secara berlebihan
4. Pengondisian Operan
Tingkah laku operan adalah tingkah laku yang memancar yang menjadi ciri
organisme aktif. Ia adalah tingkah laku beroperasi dilingkungan untuk
menghasilkan akibat-akibat. Tingkah laku operan merupakan tingkah laku yang
paling berarti dalam kehidupan sehari-hari, yang mencakup membaca, berbicara,
berpakaian, makan dengan alat-alat makan, bermain, dan sebagainya.
Menurut Skinner (1971), jika suatu tingkah laku diganjar, maka probalitas
kemunculan kembali tingkah laku tersebut di masa mendatang akan tinggi. Prinsip
perkuatan yang menerangkan pembentukan, pemeliharaan, atau penghapusan
pola-pola tingkah laku, merupakan inti dari pengondisian operan.
a. Perkuatan positif
b. Pembentukan respons
c. Perkuatan intermiten
d. Penghapusan
e. Pencotohan
f. Token economy
BAB IV
REKOMENDASI INTERVENSI KONSELING
A. Intervensi Konseling
2. Orang Tua
Selama ini B selalu biasa dalam pergaulannya dilingkungan keluarga dan
bersama teman-temannya. Keluarganya juga memperhatikan cara dan jadwal si B
belajar, hanya saja si B tidak mentaati perintah orang tua, si B malah percaya dan
terpengaruh oleh teman sebangkunya. Oleh sebab itu si B merasa enggan juga
belajar di kelas (malas). Akibatnya prestasi belajarnya rendah. Inilah peran orang
tua yang harus di tingkatkan untuk menjaga dan memelihara perilaku anaknya
agar bisa berkembang sesuai dengan usia dan tugas perkembangan yang
seharusnya ia dapatkan dengan baik dilingkungan keluarga, sosial, maupun
dilingkungan sekolah.
30
BAB V
PENUTUP
Masalah yang muncul dalam diri konseli berawal dari keadaan teman
sebangkunya, yaitu si BM. Dalam lingkungan keluarga si konseli, orang tua dan
kakak beserta ayuknya juga memperhatikan proses belajar si konseli, hanya saja
si konseli tidak menghiraukan nasihat dan arahan dari keluarganya, ia malah
memilih senang dan percaya kepada teman sebangkunya itu. Akibatnya si konseli
merasa malas belajar dan dampaknya di sekolah si konseli juga sering jahil
kepada temannya. Malas belajar, jahil kepada teman, dan sering tidak masuk
sekolah karena bolos mengakibatkan prestasi belajar yang rendah terhadap diri
konseli sendiri. Ia menjadi anak yang malas dan mengalami penurunan prestasi
belajar.
Melalui teknik yang ada dalam teori Behaviorisme ada suatu teknik
Latihan Asertif melaui teknik ini si B diharapkan memiliki keberanian
menggungkapkan apa yang selama ini ada dalam pikirannya sehingga ia tidak
terpengaruh oleh teman sebayanya, ia bisa berubah dan menjadi anak yang
bertanggung jawab patuh kepada orang tua, serta memiliki motivasi belajar untuk
kehidupannya yang lebih baik.
Dan juga dengan peran orang tua yang lebih memperhatikan dan memberi
motivasi terhadap B diharapkan memiliki keberanian menggungkapkan apa yang
selama ini ada dalam pikirannya sehingga ia tidak terbebani dalam hidupnya.
31
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A : jadi motivasi belajar yang rendah dan suka mengganggu temannya yang
di alami Billy pak?
S : iya, ia merasa lebih senang dan percaya dengan teman sebangkunya,
padahal teman sebangkunya itu si Bima juga tambah parah jahil dan malas
belajarnya.
A : terimakasih pak atas informasinya
S : sama sama nak
A : Adakah cara lain yang sudah diterapkan agar mereka tidak ribut dikelas
lagi dan tidak malas belajar lagi pak?
S : terkadang cara yang kami gunakan adalah dengan cara mengatakan “
apakah kamu tidak ingin mendapatkan nilai dan prestasi yang bagus, agar bisa
membanggakan orang tua dan keluarga serta bisa lulus UN dan di terima di
sekolah yang bagus” kami selalu memberi arahan dan motivasi kepada mereka
A : ohh begitu pak, saya rasa cukup itu saya yang saya pertanyakan atas
informasi tentang Billy. Perimakasih pak atas waktunya.
S : iya sama – sama nak
M : adakah keinginanya si Billy itu untuk menjadi anak yang baik seperti
dulu, menurut yang Bima tahu?
A : sebenarnya ia ingin berubah dan konsentrasi dalam belajar dan
membanggakan orang tuanya, tetapi saya selalu mengajak Billy untuk jahil dan
malas belajr, karena menurut saya malas belajar dan jahil itu asik pak
M : kenapa seperti itu? Bukankah jika ia berubah menjadi anak ynag baik itu
adalah hal yang bagus dan kalian juga bisa meniru perubahan baiknya.
A : kami belum mencoba untuk tidak malas belajar dan tidak jahil lagi, tapi
itu sulit pak
M : meskipun seperti itu sulit, cobalah sedikit demi sedikit merubah perilaku
mu yang kurang baik ini nak, tetaplah jadi anak yang rajin belajar dan
memperhatikan guru saat guru menjelaskan pelajaran supaya kamu bisa mengerti
dan memahami pelajaranya
A : iya pak
M : bapak ucapkan terimakasih kepada kamu karena sudah meluangkan
waktu untuk berbicara kepada bapak
A : sama – sama pak
38
Lampiran 2 Foto