671 1006 1 PB
671 1006 1 PB
Abstract
This experiment was conducted to respon the issue of global warming where carbon dioxide
emmited from burning fossil fuel was expected to be the reason. The experiment was performed
at Institute for Environmental Technology, Puspiptek, Serpong within 35 days. Algae (Chlorella, sp.)
was cultivated in a raceway type pond. The pond has effective volume of 1000 liters provided with
agitator and located in a roofed area. Basic machanism of the CO2 sequestration was photosynthesis
process, where chlorophyl, water, CO2, and sun light should be present. Reasearch result identified
that algae has high capability for carbon dioxide (CO2) sequestration. Therefore, algae can be
utilized as an agent for carbon sink. CO2 utilized was come from commercial CO2 tank which was
available in the local market and has concentration of about 45%. During experiment, the culture
was fed with gradually increasing of CO2 concentration, namely 5.91%, 8.18%, and 9.16%. The
macro and micro nutrients were also added into the culture. CO2 absorption by the culture in
average only reached 5.34%. therefore, the increasing of CO2 fed into the culture decreased the
efficiency of CO2 absorbed. During the experiment, the growth of microalgae was also elaborated.
Key words: global warming, algae, carbon dioxide, photosynthesis, carbon sink
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang yang berbeda satu sama lain. Dari sisi biologis,
dua hal penting yang mempengaruhi produksi
Alga jenis tertentu memiliki pigmen hijau alga pada skala besar adalah pemilihan strain dan
(klorofil) sehingga dapat melakukan proses media. Selain itu faktor cuaca juga mempengaruhi
fotosintesis. Dalam proses fotosintesis tersebut, tingkat produktifitas alga.
gas CO2 diperlukan sebagai bahan baku untuk Strain yang digunakan untuk produksi alga
pembentukan senyawa metabolit dan biomassa. di kolam-kolam hendaknya dapat beradaptasi
Alga memiliki tingkat pertumbuhan yang relatif dengan baik pada kondisi lapang. Sifat-sifat dari
cepat, sehingga kebutuhan gas CO2 cukup tinggi. strain yang dipilih yang perlu mendapat perhatian
Dengan demikian, alga cocok digunakan sebagai adalah laju pertumbuhan, komposisi biokimia,
carbon sink untuk membantu penurunan kadar ketahanan terhadap perubahan suhu ekstrem,
CO2 di udara. Karena bersifat heterotrof, sebagian dan ketahanan terhadap stres fisik dan fisiologi.
besar alga membutuhkan cahaya dan CO2. Tiap Pemilihan sifat-sifat tersebut dapat dilakukan
species alga memiliki kondisi tumbuh yang pada skala laboratorium, sedangkan uji lapang
spesifik sehingga membutuhkan sistem kultur dalam kolam dilakukan untuk optimasi kondisi
Koresponden Penulis
Telp : 62-21-7560919, adimul2004@yahoo.com
Dengan menggunakan persamaan keadaan Pengambilan contoh gas yang tidak terserap
gas sempurna, maka berat gas CO2 yang dimasukkan oleh mikroalga dilakukan setiap hari dua (2) kali,
ke dalam kolam kultur dapat dihitung. Perhitungan yaitu pagi hari sekitar jam 09.00 WIB dan sore
tersebut berdasarkan rumus sebagai berikut: pV = hari sekitar jam 15.00 WIB.
nRT, dimana p adalah tekanan (1 atm); V adalah Mengingat banyak jenis alga yang hidup
volume gas masuk (Liter); n adalah jumlah molekul di alam ataupun di habitat tertentu, maka perlu
gas = berat gas (g)/berat molekul CO2 (g/mol); R dilakukan isolasi dan kultur terhadap jenis alga
adalah konstanta gas (0,082 L.atm/oK.mol); dan yang diinginkan. Karena itu, perlu dilakukan metode
T adalah temperatur (oK). Dengan mengkonversi isolasi dan kultur alga yang tepat. Ada empat
volume menjadi berat CO2, maka diperoleh grafik jenis teknik isolasi alga untuk mendapatkan kultur
yang dapat dilihat pada gambar 3. tunggal(7), yaitu metode gores (streaking), semprot
(spraying), serial pengenceran dan isolasi sel cawan petri baru yang steril. Alga yang ada di
tunggal. Teknik streaking dan spraying digunakan tetesan tersebut dicuci dengan beberapa seri
untuk mendapatkan alga sel tunggal, alga koloni, tetes media steril (5-10 tetes). Setelah dicuci, alga
atau alga filamen yang dapat tumbuh di atas dipindahkan ke multiwell plate yang berisi media
permukaan agar. Teknik yang sering digunakan tumbuh cair. Umumnya dilakukan lebih dari satu
adalah teknik semprot dan isolasi sel tunggal. kali isolasi untuk mendapatkan klon alga yang
bebas dari kontaminasi jenis alga lain.
2.1. Teknik Semprot (Spraying)
2.3. Metoda Peningkatan Transfer CO2 Ke
Teknik ini menggunakan semprotan air untuk Dalam Media Kultur
menyebarkan sel-sel alga di atas permukaan agar
di dalam cawan petri. Cawan petri diletakkan pada Hal lain yang penting untuk diperhatikan
jarak sekitar 45 cm dari alat semprot. Alat semprot adalah besarnya transfer CO2 ke dalam media
ini terdiri dari dua bagian utama yaitu (1) nozzle, kultur. Semakin besar CO 2 yang tersedia di
dan (2) tabung atau botol yang berisi air dan alga. dalam kultur, maka pertumbuhan mikroalga akan
semakin baik. Pada dasar kolam dipasang diffuser
2.2. Teknik Isolasi Sel Tunggal untuk mengalirkan udara yang mengandung CO2.
Dengan demikian ada dua arah aliran utama dari
Isolasi dilakukan dengan menggunakan pergerakan gelembung udara yang mengandung
pipet Pasteur yang ujungnya berdiameter sangat CO2, yaitu gerakan ke atas dan gerakan seturut
kecil. Ukuran ini disesuaikan dengan diameter aliran air secara horisontal sebagai akibat dari
alga yang ingin diisolasi. Dengan bantuan putaran pedal. Selain itu, ada beberapa hal yang
mikroskop, ujung pipet yang telah disterilisasi mungkin terjadi, yaitu adanya turbulensi pada
dengan alkohol diarahkan ke salah satu sel alga aliran, difusi, dan pencampuran.
dalam media cair di cawan petri. Setelah sel alga Beberapa cara dapat dilakukan untuk
dan ujung pipet terlihat di bawah mikroskop, sel memperbesar ketersediaan CO2, antara lain
alga tersebut dihisap secukupnya sehingga masuk dengan menyemburkan sekecil mungkin
ke ujung pipet. Sel alga kemudian diteteskan ke gelembung-gelembung udara, sehingga luasan
Tabel 4. Penyerapan CO2 oleh biomasa mikro alga di dalam kolam kultur.
Kadar CO2 masuk Kadar penyerapan Kadar penyerapan Kadar penyerapan
Tahapan
(% vol.) CO2 pagi (% vol.) CO2 sore (% vol.) CO2 Rerata (% vol.)
I (hari ke 10 – 16) 5,91 4,26 5,19 4,73
II (hari ke 17 – 22) 8,18 5,51 6,46 5,99
III (hari ke 23 – 35) 9,16 4,71 6,03 5,37
Gambar 7. Jumlah CO2 masuk dan jumlah penyerapan rata-rata pada kolam kultur.
Hubungan antara CO2 yang diumpankan ke Tabel 6. memberikan informasi berat CO2 yang
dalam kolam kultur dengan CO2 yang diserap oleh diumpankan ke dalam kolam dan kemampuan
biomasa mikro alga dapat dilihat pada gambar 8. biomasa dalam menyerap CO2.
Gambar 8. Berat CO2 masuk dan penyerapan rata-rata pada kolam kultur.
Gambar 9. Pengaruh pengumpanan gas CO2 terhadap efisiensi penyerapan pada kolam kultur.
3.2. PEMBAHASAN
Kolam kultur diberi umpan gas CO 2 tinggi, yaitu 79,95%, namun dengan kenaikan
yang berasal dari tabung secara bertahap. pengumpanan, maka efisiensi menurun menjadi
Tahapan tersebut mulai dari 5,91%, 8,18%, dan 73,17% hingga akhirnya pada pengumpanan
9,16% volume CO2 (gambar 1). Kolam kultur tahap ketiga efisiensi penyerapan CO2 hanya
mempunyai volume kerja sebesar 1000 liter. mencapai 58,62%. Penyerapan CO2 terbesar
Jumlah CO2 (dihitung CO2 murni) yang diberikan terjadi pada pengumpanan tahap kedua, yaitu
juga secara bertahap yaitu 75,77 L/hari, 104,87 CO2 dengan kadar 8,18% dengan volume 104,87
L/hari, dan 117,44 L/hari (gambar 2). Apabila L/hari dan berat 188,92 g/hari. Pada tahap
dikonversi, maka CO2 yang diberikan sebesar pengumpanan kedua ini biomasa mikroalga
136,37 g/hari, 188,92 g/hari, dan 211,41 g/hari mampu menyerap CO2 sebesar 76,73 L/hari
(gambar 3). Pada saat peningkatan pemberian atau 138,23 g/hari dengan efisiensi penyerapan
CO2, maka CO2 yang lolos dari kolam kultur sebesar 73,17%. Dengan demikian, spesifik
juga mengalami peningkatan (gambar 4 dan 5). penyerapan (dalam volume maupun berat) CO2
Namun kemampuan penyerapan mempunyai tertinggi mencapai 76,73 mL per liter media per
kecenderungan konstan walaupun umpan hari atau 0,138 gram per liter media per hari.
CO 2 dinaikkan (gambar 6, 7, dan 8). Hal Kelimpahan sel di dalam kolam kultur
ini menyebabkan efisiensi penyerapan dari berkembang dengan baik. Dari hari ke hari
sistem ini mempunyai kecenderungan menurun terjadi peningkatan jumlah sel per mililiter
seiring dengan naiknya CO2 yang dimasukkan. volume media. Hal ini menunjukkan bahwa
Pada pemasukan CO2 rendah, efisiensi cukup mikroalga dapat tumbuh dengan baik di dalam