Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

KONSTITUSI DAN RULE OF LAW

Dosen : Rohman,S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh :

KELOMPOK 2

1. PUTRI ALSYIRA DIANA (1912401008)


2. DESI YULI ASTUTI (1912401010)
3. ERMALIA PUTRI(1912401011)
4. DINA DESLILIANA(1912401012)
5. NADIA MAHARANI (1912401013)
6. AKHMART KHARLE SAIDINA KAZAH (1912401014)
7. ANNAS TASYIA WULANDARI (1912401015)

JURUSAN TEKNIK GIGI

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

TAHUN AKADEMIK 2019

1
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulilah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya , sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan dengn judul :
“KONSTITUSI DAN RULE OF LAW ”.
Kami menyadari bahwa dalam penilisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya
kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan.

2
DAFTAR ISI

Cover …………………………………………………………………...…… 1
Kata Pengantar .............................................................................................. 2
Daftar Isi ....................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah…………………………………..……... 4
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………..……. 4
1.3 Tujuan Masalah………………………………………………....... 4

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan definisi konstitusi.................................................. 5
2.2 Hakikat dan fungsi konstusi............................................................ 6
2.3 Dinamika pelaksaan konstitusi....................................................... 7
2.4 Institusi dan mekanisme pembuatan konstitusi.............................. 8
2.5 Pengertian rule of law..................................................................... 9
2.6 Latar belakang rule of law.............................................................. 10
2.7 Fungsi dan dinamika pelaksanaan rule of law................................ 10
2.8 Kajian kasus untuk konstitusi dan rule of law................................ 11

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang Masalah


Konstitusi merupakan hukum dasar suatu negara yang berisi aturan dan ketentuan tentang
hal-hal yang mendasar dalam kehidupan suatu negara. Jadi segala praktik-praktik dalam
penyelenggaraan negara harus didasarkan pada konstitusi dan tidak boleh bertentangan dengan
konstitusi tersebut.Gagasaan ini memiliki fungsi untuk mengatur dan membatasi kekuasaan.
Selain itu, Negara yang berdasarkan konstitusi dan sering disebut sebagai Negara hukum juga
haruslah menyesuaikan kebutuhan untuk merespon perkembangan relatif kekuasaan umum
dalam suatu kehiduan umat manusia, sehingga dalam praktiknya, konstitusi pastilah mengalami
dinamika dalam penyesuaian perkembangan zaman.Pengertian Negara hukum sebenarnya juga
sangat sulit dipisahkan dengan istilah Rule of Law, dimana banyak hal yang saling berhubungan
disini.Negara hukum haruslah senantiasa menegakan Rule of Law yang isinya sangat berkaitan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam suatu Negara.

1.2    Rumusan masalah


1.2.1    Apakah pengertian dan definisi konstitusi ?
1.2.2        Apakah hakikat dan fungsi konstitusi?
1.2.3        Sebutkan dinamika pelaksanaan konstitusi?
1.2.4        Sebutkan institusi dan mekanisme pembuatan konstitusi?
1.2.5        Apakah pengertian rule of law ?
1.2.6       Sebutkan fungsi dan dinamika pelaksanaan rule of law ?

1.3    Tujuan Masalah


1.3.1        Untuk mengetahui pengertian dan definisi konstitusi
1.3.2        Untuk mengetahui hakikat dan fungsi konstitusi
1.3.3        Untuk mengetahui dinamika pelaksanaan konstitusi
1.3.4        Untuk mengetahui institusi dan mekanisme pembuatan konstitusi
1.3.5        Untuk mengetahui pengertian rule of law

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1   Pengertian dan definisi konstitusi


Istilah konstitusi berasal dari bahasa Perancis (constituer) yang berarti membentuk.Secara
istilah berarti peraturan dasar mengenai pembentukan negara. Dalam bahasa belanda istilah
konstitusi di kenal dengan istilah “Ground wet “ yang di terjemahkan sebagai undang-undang
dasar. Dalam bahasa indonesia, wet di terjemahkan sebagai undang undang, dan Ground yang
berarti tanah. Dengan ini maka konstitusi memuat aturan-aturan pokok mengenai sendi-sendi
yang diperlukan untuk berdirinya negara.Istilah konstitusi dalam bahasa inggris constitution
yang memiliki makna keseluruhan dari peraturan-peraturan baik yang tertulis maupun tidak
tertulis yang mengatur secara megikat cara bagaimana suatu pemerintahan dilaksankan dalam
masyarakat.
Konstitusi dalam arti luas mencakup baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis sehingga
secara demikian konstitusi itu ada dua macam yaitu konstitusi tertulis yang disebut undang-
undang dasar dan konstitusi tidak tertulis yang biasa disebut konveksi.
Menurut Miriam Budiarjo, konstitusiadalahsuatupiagam yang menyatakan cita-cita bangsa
dan merupakan dasar organisasi kenegaraan suatu bangsa. Sedangkan undang-undang dasar
merupakan bagian tertulis dalam konstitusi.

Dari pengertian di atas, konstitusidapatdisimpulkansebagai :


2.1.1 Kumpulan kaidah yang memberikan pembatas kekuasaan kepada penguasa.
2.1.2 Dokumen tentang pembagian tugas dan wewenangnya dari system politik yang
diterapkan.
2.1.3 Deskripsi yang menyangkut masalah hak asasi manusia.

5
2.2   Hakikat dan Fungsi Konstitusi
Menurut Bagir Manan, hakikat dari konstitusi merupakan perwujudan paham tentang
konstitusi atau konstitusi onalisme, yaitu pembatasan terhadap kekuasaan pemerintah disatu
pihak dan jaminan terhadap hak –hak warga Negara maupun setiap penduduk pihak lain.
Sedangkan menurut Sri Soemantri, dengan mengutip pendapat Steenbeck, menyatakan bahwa
terdapat tiga materi muatan pokok dalam konstitusi, yaitu jaminan hak-hak asasi manusia,
susunan ketatanegaraan yang bersifat mendasar, dan pembatasan kekuasaan.

Dalam paham konstitusi demokrasi dijelaskan bahwa isi konstitusi meliputi:


2.2.1 Anatomi kekuasaan tunduk pada hukum
2.2.2 Jaminan dan perlindungan hak-hak asasi manusia
2.2. 3 Peradilan yang bebas dan mandiri
2.2.4 Pertanggung jawaban kepada rakyat sebagai sendi utama dari asas kedaulatan rakyat.

Konstitusi memiliki fungsi-fungsi yang oleh Jimly Asshidiqie, guru besar hokum tatanegara UI
diperinci sebagai berikut:
2.2.5 Fungsi penentu dan pembatas kekuasaan organ negara
2.2.6 Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ Negara dengan warganegara
2.2.7 Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kuasaan yang asli (yang dalam
system demokrasi adalah rakyat) kepada organ negara.
2.2.8 Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat(social control), baik dalam arti sempit
hanya di bidang social dan ekonomi.
2.2.9 Fungsi sebagai sarana perekayasa dan pembaruan masyarakat (social engineering atau
social reform)

Carl J. Friedrich berpendapat


”konstitusi onalisme adalah gagasan bahwa pemerintah merupakan suatu kumpulan aktivitas
yang diselenggarakan atas nama rakyat, tetapi yang tunduk kepada beberapa pembatasan yang
dimaksud untuk memberjaminan bahwa kekuasaan yang diperlukan untuk pemerintahan itu
tidak di salahgunakan oleh mereka yang mendapat tugas untuk memerintah. Pembatasan yang
dimaksud termaktub dalam konstitusi.”

6
Jadi,konstitusi memiliki fungsi untuk mengorganisir kekuasaan agar tidak dapat digunakan
secara paksa dan sewenag -wenang. Di dalam gagasan konstitusinalisme, konstitusi atau
undang-undang tidak hanya merupakan suatu dokumen yang mencerminkan pembagian
kekuasaan. Akan tetapi, dalam gagasan konstitusionalisme, konstitusi dipandang sebagai
lembaga yang mempunyai fungsi khusus, yaitu menentukan dan membatasi kekuasaan di satu
pihak dengan melakukan perimbangan kekuasaan antara eksekutif, parlemen, dan yudikatif.

2.3     Dinamika Pelaksanaan Konstitusi


Sebagai negara hukum, Indonesia memiliki konstitusi yang sering disebut sebagai UUD
1945. UUD dirancang sejak 29 Mei 1945 smapai 16 Juli 1945 oleh BPUPKI. UUD atau
konstitusi negara Republik Indonesia disahkan dan ditetapkan pleh PPKI pada hari sabtu tanggal
18 Agustus 1945. Dengan demikian sejak itu Indonesia telah menjadi suatu negara modern
karena telah memiliki suatu sistem ketatanegaraan, yaitu Undang-undang Dasar 1945 atau
konstitusi negara yang memuat tata kerja konstitusi modern.
Dalam sejarahnya, sejak proklamasi 17 Agustus 1945 hingga sekarang di Indonesia telah berlaku
tiga macam undang-undang dasar dalam empat periode, yaitu :
2.3.1 Periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949 berlaku UUD 1945. UUD 1945 terdiri dari
bagian pembukaan, batang tubuh (16 bab), 37 pasal, 4 pasal Aturan Peralihan, 2 ayat
aturan Tambahan dan bagian penjelasan.
2.3.2 Periode 27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950 berlaku UUD RIS. UUD RIS terdiri atas 6
bab, 197 pasal dan beberapa bagian.
2.3.3 Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959 berlaku UUDS 1950 yang terdiri atas 6 bab, 146
pasal dan beberapa bagian.
2.3.4 Periode 5 Juli 1959 – sekarang kembali berlaku UUD 1945.

Diantara hasil perubahan yang prinsipil dari amandemen UUD 1945 antara lain :
1. Tentang MPR dimana anggotanya semua berasal dari hasil pemilu(tidak ada yang diangkat)
2. Presiden dipilih langsung oleh rakyat
3. Keberadaan DPA dihapus
4. Munculnya lembaga yudikatif yang baru yaitu MK

7
5. Masa jabatan presiden maksimal hanya 2 periode
6. Ada pembatasan-pembatasan tentang wewenang presiden
7. Dimasukkannya pasal-pasal hak asasi manusia.
8. Pemerinttah memprioritaskan anggaran pendidiikan minimal 20% dari APBN dan APBD

2.4    Institusi dan Mekanisme Pembuatan Konstitusi


Institusi Legislasi Institusi (lembaga) yang bertugas untuk membuat konstitusi dan
peraturan perundang-undangan yang ada dibawah nya adalah meliputi dua institusi, yaitu: Badan
Legislatif (DPR) dan Badan Eksekutif (presiden). Kedua institusi ini bertugas untuk membuat
undang-undang. Dalam UUD 1945 pasal 20 sampai 22 A di jelaskan tentang kelembagaan serta
mekanisme pembuatan konstitusi atau lebih tepatnya pembuatan dasar-dasar negara.
Berikut adalah bunyi pasal 20, 20 A, 21, 22, dan 22 A :
a.   Pasal 20 “(1) Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang.
(2) setiap rancangan undang-undang di bahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden
untuk mendapat persetujuan bersama. (3) jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat
persetujuan bersama, racangan undang-undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan
Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.(4) presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang
telah disetujui bersama untuk menjadi Undang-undang.(5) dalam rancangan undang-undang
yang telah disetujui bersama tersebut tidak disahkan oleh presiden dalam waktu tiga puluh hari
sejak rancangan undang-undang tersebut disetujui, rancangan undang-undang tersebut sah
menjadi undang-undang dan wajib diundangkan.”
b.   Pasal 21 “(1) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak megajukan usul rancangan undang-
udang. (2) jika rancangan itu, meskipun disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat, tidak
disyahkan oleh Pesiden, maka rancangan tadi tidak boleh dimajukan lagi dalam masa peridangan
Dewan perwakilan Rakyat masa itu.”
c.   Pasal 22 “ (1) dalam hal ihwal kepentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan
Peraturan Pemerintah sebagai pengganti undag-undang. (2) Peraturan Pemerintah itu harus
mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dalam persidangan berikut. (3) jika tidak
mendapat persetujuan, maka Peraturan Pemerintah itu harus dicabut”
d.   Pasal 22 A” ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pemebntukan undang-undang diatur dengan
Undang-Undang.”

8
Sedang tingkat I dan II yang bertugas adalah masing-masing gubernur bersama DPRD tingkat I
dan bupati/walikota bersama DPRD tingkat II. Institusi lain diluar kedua institusi diatas, baik
yang bersifat infrastruktur maupun supra struktur politik memiliki tugas memberi dukungan
sesuai dengan peran kompetensinya. Bentuk produk peraturan perundang-undangan yang
dihasilkan oleh institusi diatas adalah berupa UUD, UU, PERPU dan PP, serta PERDA.

2.5     Pengertian Rule of Law


Pengertian Rule of Law dan negara hukum sebenarnya sulit dipisahkan, namun pengertian
sebenarnya dari Rule of Law adalah suatu gerakan masyarakat yang menghendaki bahwa
kekuasaan raja maupun penyelenggara negara harus dibatasi dan diatur melalui suatu peraturan
perundang-undangan, dan pelaksanaanya dengan segala hubungan dan peraturan-peraturan
undang-undang. Oleh karena itu, menurut Hadjon Rule of Law lebih memiliki ciri-ciri yang
evolusioner, sedangkan upaya untuk menengakan negara hukum (rechts-staat) lebih memiliki
ciri yang revolusioner, misalnya gerakan revolusi Prancis. Oleh karena itu, berdasarkan
bentuknya Rule of Law adalah kekuasaan piblik yang diatur secara legal. Oleh karenanya,
persekutuan hidup atau organisasi dalam masyarakat termasuk negara mendasarkan pada Rule of
Law. Dalam hubungan ini pengertian Rule of Law berdasarkan isinya sangat berkaitan
denganperaturan perundang-undangan yang berlaku dalam suatu negara, konsekuensinya, setiap
negara kan mengatakan mendasarkan segala sesutunya pada Rule of Law, sehingga pengertian
Rule of Law secara universal akan sulit di tentukan. Dalam hal ini, maka Rule of Law munculnya
dalam hal endogen, artinya muncul dan berkembangdari suatu masyarakat tertentu.
Bagi negara Indonesia ditentukan secara yuridis formal bahwa negara Indonesia adalah
negara hukum, hal itu tercantum dalam UUD 1945 alinea IV. Dalam pengertian lain dalam UUD
negara Republik Indonesia adalah negara hukum atau rechtsstaat dan bukan negara kekuasaan
atau machtsstaat. Didalamnya terkandung pengertian adanya pengakuan terhadap prinsip-prinsip
supermais hukum dan konstitusi. Dalam paham negara hukum itu maka hukumlah yang menjadi
komando tertinggi dalam penyelenggaraan negara. Oleh karena itu, pengertian ini negara
Indonesia pada hakikatnya menganut prinsip “Rule of Law, and not of Man”, yaitu kekuasaan
yang dijalankan oleh hukum.

9
2.6    Latar Belakang Rule of Law
Rule of Law adalah suatu doktrin hukum yang mulai muncul pada abad ke- 19, bersamaan
dengan kelahiran negara konstitusi dan demokrasi.Ia lahir sejalan dengan tumbuh suburnya
demokrasi dan meningkatnya peran palemen dalam penyelenggaraan Negara dan sebagai reaksi
terhadap negara absolut yang berkembang sebelumnya.
Menurut Albert Venn Dicey dalam “Introduction to the law of the constitution”
memperkenalkan istilah Rule of Law yang diartikan secara sederhana sebagai suatu keteraturan
hukum.Gagasan baru inilah yang kemudian yang menjadi rasion d’etre untuk melakukan revisi
atau bahkan melengkapi pemikiran ahli sebelumnya.
Dalam hubungan negara hukum ini organisasi pakar hukum internasional, internasional
comission of jurist (ICJ), secara intensif melakukan kajian terhadap konsep negara hukum dan
unsur-unsur esensial yang terkandung didalamnya. Dalam beberapa kali pertemuan, dihasilkan
paradigma baru tentang negara hukum. ICJ juga menyadari bahwa yang terlebih penting adalah
bagaimana konsep Rule of Law dapat diimplementasikan dengan sempurna.

2.7  Fungsi dan Dinamika Pelaksanaan Rule of Law


Pelaksanaan Rule Of Law mengandung keinginan untuk terciptanya Negara hukum, yang
membawa keadilan bagi seluruh rakyat. Sehingga negara harus bertanggung jawab atas
kesejahteraan rakyatnya, untuk itu negara tidak hnaya sebagai “penjaga malam” saja, melainkan
harus ikut melaksankan upaya-upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat disektor ekonomi
dan sosial.
Dalam pertemuan ICJ di Bangkok tahun 1965 semakin menguatkan posisiRule of Law
dalam kehidupan bernegara, dan Rule of Law yang dinamis ini haruslah memiliki fungsi yang
sesuai dengan tujuannya, berikut adalah fungsi dari Rule of Law adalah :
1. Menjamin kesejahteraan masyarakatnya disektor sosial ekonomi
2. Melindungi konstitusional, maksutnya selain melindungi hak individualisme, konstitusi
hendaknya juga menentukan tejnis prosedural untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak
yang dijamain.
3. Memberikan kebebasan kepada rakyatnya, berupa kebebasan menyampaikan pendapat,
berserikat, berorganisasi, dan berposisi.

10
Sedangkan untuk dinamika yang terjadi dalam pelaksanaa Rule of Law dapatterlihat sejak
zaman yunani kuno Plato telah memaklumatkan bahwa kesejahteraan bersama akan tercapai
manakala setiap warganya melaksankan hak dan kewajiban masing-masing. Hal ini merupakan
awal perkembangan tentang hak asasi manusia, dimana hak ini menjamin kesejahteraan bagi
manusia didunia. Hingga saat ini, doktrin tentang hak-hak asasi manusia sudah diterima secara
universal yang membangun dunia agar lebih damai, dan terbebas dari penindasan serta perlakuan
yang tidak adil. Namun, meskipun demikian sampai saat ini ternyata tidak sepenuhnya akar-akar
penindasan diberbagia negara terhapus. Oleh karena itu, sampai detik ini PBB maish berupaya
untuk memperjuangkannya.

2.8  Kajian Kasus untuk Konstitusi dan Rule of Law


Banyak kasus yang menyadarkan kita untuk mempelajari kostitusi dan Rule of Law atau
penegakkan hukum, karena terkait dengan aturan bagaimana kehidupan bermasyarakat dan
bernegara diatur. Contohnya kasus`berhentinya Presiden Soeharto pada tahun 1998 dan
digantikan oleh Wakil Presiden B.J Habibie.Ketentuan UUD 1945, sebelum menjabat presiden,
maka calon presiden mengucapkan sumpah dihadapan MPR.Namun demikian, pada tahun 1998,
MPR tidak dapat bersidang sehingga sumpah presiden dilakukan di Istana Presiden dihadapan
Ketua Mahkamah Agung dan disaksikan pimpinan DPR/MPR.Peristiwa tersebut tidak diatur
dalam UUD 1945.Belajar dari pengalaman tersebut, maka MPR periode 1999-2004 mengadakan
amandemen Pasal 9 UUD 1945 yang semula berbunyi “sebelum memangku jabatannya, Presiden
dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama atau berjanji dengan sungguh-sungguh di
hadapan MPR atau DPR” menjadi 2 ayat, dengan ayat tambahan berbunyi “jika MPR atau DPR
tidak dapat mengadakan sidang, Presiden atau Wakil Presiden bersumpah menurut agama atau
janji dengan sungguh-sungguhh di hadapan pimpinan MPR dengan di saksikan oleh MA.

Beberapa penyimpangan konstitusi sejak tahun 1959 (orde lama) sampai  dengan lahirnya
Orde Baru antara lain:

Pada masa Orde Lama itu Presiden, selaku' pemegang kekuasaan eksekutif, dan pemegang
kekuasaan legislatif -- bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat -- telah menggunakan
kekuasaannya dengan tjdak semestinya.Presiden telah mengeluarkan produk legislatif yang pada

11
hakikatnya adalah Undang-undang (sehingga sesuai UUD 1945 harus dengan persetujuan DPR)
dalam bentuk penetapan Presiden, tanpa persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

MPRS, dengan Ketetapan NO.I/MPRS/1960 telah mengambil putusan menetapkan pidato


Presiden tanggal 17 Agustus 1959 yang beIjudul "Penemuan Kembali Revolusi Kita" yang lebih
dikenal dengan
Manifesto Politik Republik Indonesia (Manipol) sebagai GBHN bersifat tetap, yang jelas
bertentangan dengan ketentuan UUD 1945.
MPRS telah mengambil putusan untuk mengangkat Ir. Soekamo sebagai Presiden seumur hidup.
Hal ini bertentangan dengan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945, yang menetapkan masa
jabatan Presiden,lima tahun.
Hak budget DPR tidak berjalan, karena setelah tahun 1960 Pemerintah tidak mengajukan
Rancangan Undang-undang APBN untuk mendapatkan persetujuan DJ>R sebelum berlakunya
.tahun anggaran yang bersangkutan. Dalam tahun 1960, karena.DPR tidak dapat menyetujui
Rancangan Pendapatan dan Belanja Negara yang diajukanoleh Pemerintah, maka Presiden waktu
itu membubarkan DPR basil Pemilihan Umum 1955 dan membentuk DPR Gotong Royong,
disingkat DPR-GR.

12
BAB III
KESIMPULAN

3.1  Konstitusi adalahkeseluruhandariperaturanperaturanbaik yang tertulismaupuntidaktertulis


yangmengatursecaramegikatcarabagaimanasuatupemerintahandilaksankandalammasyarakat.
3.2  Hakikat dan fungsi konstitusi yaitujaminanhak-hakasasimanusia, susunanketatanegaraan yang
bersifatmendasar, danpembatasankekuasaan.
3.3  Dinamika Pelaksanaan Konstitusi di Indonesia dalam sejarahnya, sejak proklamasi 17 Agustus
1945 hingga sekarang telah berlaku tiga macam undang-undang dasar dalam empat periode.
3.4   Institusi dan mekanisme pembuatan konstitusi diatur dalam UUD 1945 pasal 20, 20 A, 21, 22,
dan 22 A yang secara umum menjelaskan tentang hak Dewan Perakilan Rakyat untuk
mengajukan rancangan undang-undang yang kemudian akan disahkan oleh Presiden.
3.5  Rule of Law adalah suatu gerakan masyarakat yang menghendaki bahwa kekuasaan raja maupun
penyelenggara negara harus dibatasi dan diatur melalui suatu peraturan perundang-undangan,
dan pelaksanaanya dengan segala hubungan dan peraturan-peraturan undang-undang.
3.6   Rule of Law lahir sejalan dengan tumbuh suburnya demokrasi dan meningkatnya peran palemen
dalam penyelenggaraanNegara dan sebagai reaksi terhadap negara absolut yang berkembang
sebelumnya
3.7  Fungsi dan dinamika pelaksanaan Rule of Law dapat terlihat dalam pelaksanaan Rule Of
Lawyang mengandung keinginan untuk terciptanya Negara hukum, yang membawa keadilan
bagi seluruh rakyat. Sehingga hingga sampai saat ini, perjuangan penegakan hak-hak asasi
manusia masih terus berkembang dalam kehidupan bermasyarakat.
3.8  Kajian kasus untuk masalah konstitusi dan Rule of Law dapat dilihat pada kasus prosedur
pergantian presiden antaraWakil Presiden B.J Habibie yang menggantikan posisi Presiden
Soeharto pada tahun 1998yang tidak sesuai ketentuan UUD 1945.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2010.Undang-Undang Dasar Republik Indonesia beserta Amandemennya.CV


ITA.Surakarta. ICCE UIN.2003.

Pendidikan Kewarganegaraan:Demokrasi, Hak Asasi Manusia, Masyarakat Madani.UIN dan


PrenadaMedia.Jakarta.

Kaelan.2010. Pendidikan Kewarganegaraan untuk PerguruanTinggi.Paradigma.Yogyakarta.


Mahfud, Moh.MD., 2006.

Dasar dan Strktur Ketatanegaraaan Indonesia.Gama Media.Yogyakarta. Suteng,


Bambang,dkk.2006.Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA kelas X.Erlangga.Jakarta.

Syahruri, Taufiqurrohman.2004.Hukum Konstitusi.Ghalia Indonesia.Jakarta.

Tim Nasional Dosen Pendidikan Kewarganegaraan.2010.Penidikan Kewarganegaraan


Paradigma Terbaru untuk Mahasiswa.ALFABETA.Purwokerto

http://santikusuma12.blogspot.com/2013/05/resume-dan-contoh-kasus-penyimpangan.html

14

Anda mungkin juga menyukai