Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Metode Konseling
Disusun Guna Memenuhi Tugas Metode Dakwah Kontemporer
Dosen Pengampu : MOH. YASIN, Drs., M.Ag.

Disusun oleh :

Diah
Muhammad Faiqur Rohman (201310004391)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NADHLATUL ULAMA JEPARA
TAHUN 2020/2021

i
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya, kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu dan penuh
dukungan. Tak lupa sholawat dan salam kami haturkan kepada baginda Nabi
Muhammad Saw. Yang telah mengajarkan kepada ummatnya ilmu-ilmu agama
Islam. Semoga kelak kita diberikan syafaatnya pada hari akhir kelak, amin ya
robbal ‘alamin.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari Bapak MOH. YASIN, Drs., M.Ag. Pada Prodi PAI Mata Kuliah
Metode Dakwah Kontemporer. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Ucapan terima kasih kepada Bapak MOH. YASIN, Drs., M.Ag. selaku
dosen Prodi PAI Mata Kuliah Metode Dakwah Kontemporer yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni, Biqouli jazakallah khairan katsiran.
Kami juga menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Kudus, 05 November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………….……………………ii
DAFTAR ISI......………………………….…………..…........…………..iii
BAB I……………………………………………………………..……….1
PENDAHULUAN………………………...…………….…………………1
1.Latar Belakang………………………………..…………………………1
2.Rumusan Masalah…………………………………….…………………2
3.Tujuan………………………………………………..………………….2
BAB II …………………………………………………………………….3
PEMBAHASAN……………………………………………..……………3
1.Pengertian Konseling………………………………………...………….3
2.Metode Konseling Agama……………………………………………….4
BAB III…………………………………………………...………………..7
PENUTUP…………………………………………………………………7
1.Kesimpulan……………………………….……………..………………7
DAFTAR PUSTAKA…………………..……………..…………………..9

iii
BAB l

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dakwah Islam dengan segala aktivitasnya telah berkembang dari


masa ke masa. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari materi yang
disesuaikan dengan perkembangan zaman, metode, maupun yang lainnya.
Berangkat dari titik tolak mengajak manusia yang dilakukan dengan lisan
(da’wah bi al-lisân), dengan perbuatan (da’wah bi alhâl), dengan tulisan
(da’wah bi al-tadwîn) sampai kepada pencegahan (preventive),
penanganan masalah, penyembuhan (curative), serta perkembangan
(development) mad’u, berbagai ilmu pengetahuan diterapkan dalam
dakwah Islam dalam rangka mencapai tujuan, termasuk di dalamnya
bimbingan dan konseling Islam, di mana ilmu ini disesuaikan dengan
ajaran Islam.

Selama ini dakwah banyak disuguhkan dalam bentuk tabligh Islam


secara makro, yaitu menyampaikan pesan-pesan dakwah (ajaran Islam)
secara umum atau ceramah dari mimbar ke mimbar, sehingga oleh
masyarakat umum konotasi “dakwah” itu adalah ceramah. Akibatnya,
ketika masyarakat Islam mengalami problema pribadi atau yang
berhubungan dengan masalah-masalah kejiwaan (psikis) dianggap tidak
termasuk persoalan dakwah. Demikian pula, bila ada kegiatan yang
berbentuk pembinaan dan bimbingan, konsultasi masalah-masalah yang
menyangkut pribadi (kejiwaan) seperti konflik mental/spiritual;
kegoncangan, stres, frustasi, putus asa, rasa percaya diri hilang, dan
sebagainya.

Pada umumnya, bila menghadapi permasalahan seperti yang


dikemukakan di atas masyarakat Islam cenderung memilih untuk
berkonsultasi dengan psikolog, psikiater, dan mungkin pula dengan para

1
normal atau yang lainnya. Mereka tidak mau berkonsultasi dengan para
ulama, ustadz, dan para pembimbing agama yang bertugas di lapangan.
Kalaupun ada, mungkin jumlahnya tidak banyak, dan itupun tidak
dilakukan secara kontinyu, dan profesional. Karenanya, semakin banyak
persoalan masyarakat yang belum tersentuh oleh aktivitas dakwah secara
sistematis.1

Upaya yang bijak yang perlu dilakukan adalah menghadirkan


model dakwah melalui bimbingan dan konseling, yakni penyebaran ajaran
Islam yang sangat spesifik di kalangan sasaran tertentu. Ia menampilkan
hubungan personal antara pembimbing dan terbimbing, lebih berorientasi
pada pemecahan masalah individual yang dialami terbimbing, sedangkan
pembimbing memberikan jalan keluar sebagai pemecahan masalah
tersebut. Di samping itu, ia juga mencakup penyebarluasan agama Islam
dikalangan kelompok tertentu dengan suatu pesan tertentu. Pesan itu
merupakan paket program yang dirancang oleh pelaku dakwah. Ia
dirancang secara bertahap sampai pada perolehan target tertentu.2

2. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan konseling?
b. Apa saja metode dalam konseling?
3. Tujuan
a. Untuk mengetahui apa itu konseling
b. Untuk mengetahui metode dalam konseling

1
Baidi Bukhori, “Dakwah Melalui Bimbingan dan Konseling Islam”. UIN Walisongo. Vol. 5, No.
1, Juni 2014, hlm 13
2
Ibid, hlm 14

2
BAB ll

PEMBAHASAN

1. Pengertian Konseling

Istilah konseling berasal dari bahasa Inggris yaitu counseling.


Sedangkan kata counseling dari kata to counsel yang artinya memberikan
nasehat atau memberi anjuran kepada orang lain secara face to face
(berhadapan muka satu sama lain) dan juga bisa diartikan advice, yang
artinya nasehat atau petuah. Menurut alMawrid, kata “councel” bahasa
arabnya adalah ‫ نصيحة‬,yang berarti nasehat yang baik.3

Menurut Langgulung, konseling adalah proses yang bertujuan


menolong seseorang yang mengidap kegoncangan emosi sosial yang
belum sampai pada tingkat kegoncangan psikologis atau kegoncangan
akal, agar ia dapat menghindari diri dari padanya. Sejalan dengan pendapat
tersebut, Priyatno & Anti menyatakan bahwa konseling adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh
seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami
suatu masalah (disebut klien), yang bermuara pada teratasinya masalah
yang dihadapi oleh klien. Shretzer & Stone menyatakan bahwa konseling
adalah suatu proses interaksi yang memudahkan pengertian diri dan
lingkungan serta hasil-hasil pembentukan dan atau klarifikasi tujuan-
tujuan dan nilai-nilai yang berguna bagi tingkah laku yang akan datang.

Adapun konseling Islam menurut Adz-Dzaky adalah suatu


aktivitas memberikan bimbingan, pelajaran dan pedoman kepada individu
yang meminta bimbingan (klien) dalam hal bagaimana seharusnya seorang
klien dapat mengembangkan potensi akal fikirannya, kejiwaannya,

3
Ibid, hlm 9

3
keimanan, dan keyakinan serta dapat menanggulangi problematika hidup
dan kehidupannya dengan baik dan benar secara mandiri yang
berparadigma kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah Rasulullah. Dengan
demikian dapat diperoleh pemahaman bahwa tidak ada perbedaan dalam
proses pemberian bantuan terhadap individu, namun dalam konseling
Islam konsepnya bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist.4

Dari pengertian konseling yang dipaparkan oleh para ahli, maka


dapat dicermati bahwa konseling merupakan proses pemberian bantuan
yang diberikan oleh seorang ahli (konselor) kepada seorang individu yang
memiliki masalah (klien) agar individu tersebut menemukan jalan keluar
dari masalah dan mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya.

2. Metode Konseling Agama

Fungsi utama konseling dalam dalam Islam yang hubungannya


dengan kejiwaan tidak dapat terpisahkan dengan maslah-masalah
(keyakinan). Islam memberikan bimbingan kepada individu agar dapat
kembali pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Seperti terhadap individu yang
memiliki sikap berprasangka buruk kepada Tuhannya dengan menganggap
Tuhannya tidak adil, sehingga ia merasa susah dan menderita dalam
kehidupannya. Sehingga cenderung menjadi pemarah dan akhirnya akan
merugikan diri sendiri dan lingkungannya. Bukanlah perkara yang mudah
untuk menyembuhkan perkara individu yang telah memiliki pikiran seperti
itu. Disinilah fungsi bimbingan dan konseling memberikan penyembuhan
terhadap gangguan problem hidupnya.

Fokus utama bimbingan dan konseling Islam selain memberikan


perbaikan dan penyembuhan pada mental, spiritual dan kejiwaan dan
emosional, seperti ungkapan dalam firman Allah: wayuzakkihim (dan
mensucikan mereka), kemudian melanjutkan kualitas dari merti bimbingan

4
Ibid, hlm 10

4
dan konseling kepada pendidikan dan pengembangan dengan menanamkan
nilai-nilai dan wahyu sebagai pedoman hidup dan kehidupan yang hidup.5

Saat ini dikenal banyak metode konseling, khususnya dalam


aktivitas konseling Agama. Namun setidak-tidaknya ada tiga metode yang
bisa dilakukan dalam kegiatan agama, antara lain:

a. Nondirective Method
Metode ini sebenarnya bersumber dari beberapa keyakinan dasar
tentang manusia, antara lain bahwa manusia berhak menentukan
haluan hidupnya sendiri, bahwa manusia memiliki daya yang kuat
untuk mengembangkan diri, manusia hakikatnya bertanggung jawab
atas dirinya sendiri, manusia bertindak berdasarkan pandangan-
pandangan subjektif pada dirinya sendiri (konsep diri) dan terhadap
dunia sekitarnya. Penggunaan nondirective method menuntut dari
konselor suatu kemampuan yang tinggi untuk menangkap penghayatan
perasaan dalam pernyataan-pernyataan konseli dan memantulkan
kembali kepada konseli dalam bahasa atau tindakan yang sesuai.6
b. Directive Method
Metode ini adalah metode dimana konselor membantu konseli dalam
mengatasi masalahnya dengan menggali daya pikir mereka, tingkah
laku yang barangkali terlalu berdasarkan perasaan dan dorongan
impulsif harus diganti dengan tingkah laku yang lebih rasional.7
c. Eklektif Method
Metode eklektif yaitu metode yang sedikit banyak merupakan
penggabungan unsur-unsur dari directive method dan nondirective
method. Penggunaan metode ini menuntut fleksibilitas tinggi pada
konselor untuk menyesuaikan diri dengan masing-masing konseli,
terhadap konseli yang lain ia lebih direktif. Oleh karena itu,

5
Samsul Munir Amin, “Bimbingan dan Konseling Islam”, (Jakarta: Amzah, 2013), hlm 50
6
Ibid, hlm 75
7
Ibid, hlm 77

5
penggunaan metode ini menuntut keahlian yang tinggi dalam bidang
layanan konseling dan pengalaman yang banyak.8

Secara garis besar tujuan konseling Islam membantu individu


mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.9

BAB lll
8
Ibid, hlm 79
9
Samsul Munir Amin, Op. Cit, hlm 40

6
PENUTUP

1. Kesimpulan

Istilah konseling berasal dari bahasa Inggris yaitu counseling.


Sedangkan kata counseling dari kata to counsel yang artinya memberikan
nasehat atau memberi anjuran kepada orang lain secara face to face
(berhadapan muka satu sama lain) dan juga bisa diartikan advice, yang artinya
nasehat atau petuah. Menurut alMawrid, kata “councel” bahasa arabnya adalah
‫ نصيحة‬,yang berarti nasehat yang baik.

Adapun konseling Islam menurut Adz-Dzaky adalah suatu aktivitas


memberikan bimbingan, pelajaran dan pedoman kepada individu yang
meminta bimbingan (klien) dalam hal bagaimana seharusnya seorang klien
dapat mengembangkan potensi akal fikirannya, kejiwaannya, keimanan, dan
keyakinan serta dapat menanggulangi problematika hidup dan kehidupannya
dengan baik dan benar secara mandiri yang berparadigma kepada Al-Qur’an
dan As-Sunnah Rasulullah. Dengan demikian dapat diperoleh pemahaman
bahwa tidak ada perbedaan dalam proses pemberian bantuan terhadap
individu, namun dalam konseling Islam konsepnya bersumber pada Al-Qur’an
dan Hadist.

Saat ini dikenal banyak metode konseling, khususnya dalam aktivitas


konseling Agama. Namun setidak-tidaknya ada tiga metode yang bisa
dilakukan dalam kegiatan agama, antara lain:

Nondirective Method, metode ini sebenarnya bersumber dari beberapa


keyakinan dasar tentang manusia, antara lain bahwa manusia berhak
menentukan haluan hidupnya sendiri.

Directive Method, Metode ini adalah metode dimana konselor membantu


konseli dalam mengatasi masalahnya dengan menggali daya pikir mereka.

7
Eklektif Method, metode eklektif yaitu metode yang sedikit banyak
merupakan penggabungan unsur-unsur dari directive method dan
nondirective method.

8
DAFTAR PUSTAKA

Bukhori Baidi. 2014. Dakwah Melalui Bimbingan dan Konseling Islam”.


Semarang: UIN Walisongo.

Amin Samsul Munir. 2013. Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta: Amzah.

Anda mungkin juga menyukai