Asuhan Keperawatan Pada TN.P Dengan Prioritasmasalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi: Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Di Rsud. DR - Pirngadi Medan
Asuhan Keperawatan Pada TN.P Dengan Prioritasmasalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi: Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Di Rsud. DR - Pirngadi Medan
P dengan
PrioritasMasalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi:
Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif
di RSUD. dr.Pirngadi Medan
Oleh
142500050
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Tn.P dengan Prioritas
Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi: Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif di
RSUD. dr.Pirngadi Medan” yang merupakan salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Medan.
Halaman
Lembar Pengesahan ................................................................................................i
Kata Pengantar ..................................................................................... ..................ii
Daftar Isi ...................................................................................................................iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................ ..................1
1.2 Tujuan Penulisan ..................................................................... ..................2
1.3 Manfaat Penulisan ................................................................... ..................3
BAB II. PENGELOLAAN KASUS
2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah
Kebutuhan Dasar Oksigenasi................................................... ..................4
2.1.1 Pengkajian .......................................................................................12
2.1.2 Analisa Data ....................................................................................16
2.1.3 Rumusan Masalah ...........................................................................17
2.1.4 Perencanaan ......................................................................................18
2.2 Asuhan Keperawatan Kasus ................................................... ..................24
2.2.1 Pengkajian ........................................................................................24
2.2.2 Analisa Data .....................................................................................38
2.2.3 Masalah Keperawatan ......................................................................39
2.2.4 Diagnosa Keperawatan.....................................................................39
2.2.5 Perencanaan Keperawatan dan Rasional ..........................................40
2.2.6 Pelaksanaan Keperawatan ................................................................43
BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan ................................................................................................52
3.2 Saran ..........................................................................................................52
Daftar Pustaka..........................................................................................................54
Lampiran
1.2 Tujuan
1.Tujuan Umum:
2. Tujuan Khusus:
1.3 Manfaat
2. Bagi Perawat
Dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan dan strategi bagi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah gangguan
oksigenasi.
4. Bagi Penulis
2. Proses Oksigenasi
Menurut (Hidayat & Uliyah, 2015) Proses pemenuhan kebutuhan
oksigenasi tubuh terdiri atas tiga tahap, yaitu;
a. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke
dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi dipengaruhi oleh
beberapa hal, yaitu adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru,
semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah. Demikian
sebaliknya, semakin rendah tempat, tekanan udara semakin tinggi; adanya
kemampuan toraks dan paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi atau
b. Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler
paru dan CO2 di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal membran
respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial
(keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses
penebalan), perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 (hal ini sebagaimana O2
dari alveoli masuk ke dalam darah karena tekanan O2 dalam rongga alveoli
lebih tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis, masuk dalam
darah secara difusi), pCO2 dalam arteri pulmonalis akan berdifusi ke dalam
alveoli, dan afinitas gas (kemampuan menembus dan saling mengikat
hemoglobin).
c. Perfusi paru
Perfusi paru adalah gerakan darah yang melewati sirkulasi paru untuk
dioksigenasi yang mengalir dalam arteri pulmonaris dari ventrikel kanan
jantung. Darah ini memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam
proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida di kapiler dan alveolus.
Sirkulasi paru merupakan 8-9% dari curah jantung. Sirkulasi paru bersifat
fleksibel dan dapat mengakodasi variasi volume darah yang besar sehingga
dapat dipergunakan jika sewaktu-waktu terjadi penurunan volume atau
tekanan darah sistemik. Dengan demikian, adekuatnya pertukaran gas dalam
paru dipengaruhi oleh keadaan ventilasi dan perfusi.
b. Faktor perkembangan
1) Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
2) Bayi dan toddler: adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
3) Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernapasan dan
merokok.
4) Dewasa muda dan pertengahan: diet yang tidak sehat, kurang aktivitas,
stres yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
5) Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun.
c. Faktor perilaku
1) Nutrisi: misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi
paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen
berkurang, diet yang tinggi lemak menimbulkan arteriosklerosis.
2) Exercise: exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
3) Merokok: nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer
dan koroner.
d. Faktor lingkungan
1) Tempat kerja (polusi).
2) Suhu lingkungan.
3) Ketinggian tempat dari permukaan laut.
4. Jenis Pernapasan
a. Pernapasan Eksternal
Pernapasan eksternal merupakan proses masuknya O2 dan keluarnya CO2
dari tubuh, sering disebut sebagai pernapasan biasa. Proses pernapasan ini
dimulai dari masuknya oksigen melalui hidung dan mulut pada waktu
bernapas, kemudian oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke
alveoli, lalu oksigen akan menembus membran yang akan diikat oleh Hb sel
darah merah dan dibawa ke jantung. Setelah itu, sel darah merah dipompa
oleh arteri ke seluruh tubuh untuk kemudian menunggalkan paru dengan
tekanan oksigen 100 mmHg. Karbon dioksida sebagai hasil buangan
metabolisme menembus membran kapiler alveolar, yakni dari kapiler darah
ke alveoli, dan melalui pipa bronkial (trakea) dikeluarkan melalui hidung atau
mulut.
b. Pernapasan Internal
Pernapasan internal merupakan proses terjadinya pertukaran gas antarsel
jaringan dengan cairan sekitarnya yang sering melibatkan proses metabolisme
tubuh, atau juga dapat dikatakan bahwa proses pernapasan ini diawali dengan
darah yang telah menjenuhkan Hb-nya kemudian mengitari seluruh tubuh dan
akhirnya mencapai kapiler dan bergerak sangat lambat. Sel jaringan
mengambil oksigen dari Hb dan darah menerima karbon dioksida sebagai
hasil buangannya.
d. Volume paru
1) Volume tidal merupakan jumlah udara keluar-masuk paru pada saat
terjadi pernapasan biasa. Pada orang sehat, besarnya volume tidal rata-
rata adalah 500 cc.
2) Volume cadangan inspirasi merupakan jumlah udara yang masih bisa
dihirup secara maksimal setelah menghirup udara pada pernapasan
biasa. Pada orang dewasa, besarnya volume cadangan inspirasi adalah
3.000 cc.
3) Volume cadangan ekspirasi merupakan jumlah udara yang masih bisa
dihembuskan secara maksimal setelah menghembuskan udara pada
pernapasan biasa. Pada orang dewasa, besarnya volume cadangan
ekspirasi dapat mencapai 1.100 cc.
4) Volume residu merupakan jumlah udara yang masih tertinggal di dalm
paru meskipun telah menghembuskan nafas secara maksimal. Pada
orang dewasa, besarnya volume residu rata-rata adalah 1.200 cc.
e. Kapasitas paru
1) Kapasitas inspirasi merupakan jumlah dari volume tidal dan volume
cadangan inspirasi.
2) Kapasitas residu fungsional merupakan jumlah dari volume cadangan
ekspirasi dengan volume residu.
d. Pertukaran gas
Pertukaran gas merupakan kondisi penurun gas, baik oksigen maupun
karbon dioksidaantara alveoli paru dan sistem vaskular, dapat disebabkan
oleh sekresi yang kental atau imobilisasi akibat penyakit sistem saraf, depresi
susunan saraf pusat, atau penyakit radang pada paru. Terjadinya gangguan
pertukaran gas ini menunjukkan kapasitas difusi menurun, antara lain
disebabkan oleh penurunan luas permukaan difusi, penebalan membran
2.1.1 Pengkajian
Menurut ( Rosdahl & Kowalski, 2015) pengkajian keperawatan yaitu
mengobservasi perubahan status pernapasan pada klien dengan gangguan
pernafasan. Dokumentasi temuan abnormal tentang perubahan yang
mengindikasikan kesulitan pernapasan, seperti dispnea, takikardia, takipnea,
atau perubahan warna kulit.
a. Riwayat keperawatan
Riwayat keperawatan pada masalah kebutuhan oksigenasi meliputi: ada
atau tidaknya riwayat gangguan pernapasan (gangguan hidung dan
tenggorokan), seperti epistaksis (kondisi akibat luka/kecelakaan, sinusitis
akut, hipertensi, gangguan pada sistem peredaran darah dan kanker),
obstruksi nasal (kondisi akibat polip, hipertropi tulang hidung, tumor dan
influenza) dan keadaan lain yang mengakibatkan gangguan pernapasan
(Hidayat& Uliyah, 2015). Gangguan pernapasan juga meliputi adanya batuk,
napas yang pendek, wheezing, rasa nyeri, paparan lingkungan, penggunaan
obat-obatan saat ini, serta riwayat merokok atau paparan perokok pasif (Potter
& Perry, 2009).
Pola Batuk dan Produksi sputum merupakan tahap pengkajian.
Pemeriksaan pada pola batuk dilakukan dengan cara menilai apakah batuk
b. Pemeriksaan fisik
Untuk menilai status oksigenasinya klien, perawat menggunakan keempat
teknik pemeriksaan fisik, yaitu inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.
1) Inspeksi
Pengkajian ini meliputi: Pertama, penentuan tipe jalan nafas seperti
menilai apakah nafas spontan melalui hidung, mulut, oral, nasal atau
menggunakan selang endrotakeal atau tracheostomi, kemudian
menentukan status kondisi seperti kebersihan, ada atau tidaknya sekret,
perdarahan, bengkak, atau obstruksi mekanik ; Kedua, penghitungan
frekuensi pernapasan dalam waktu satu menit ; Ketiga, pemeriksaan sifat
pernapasan, yaitu torakal, abdominal atau kombinasi keduanya;Keempat,
pengkajian irama pernapasan. Pada keadaan normal, ekspirasi lebih lama
daripada inspirasi, yaitu 2:1, ; Kelima, pengkajian terhadap dalam /
dangkalnya pernapasan (Tarwoto & Wartonah, 2010).
2) Palpasi
5) Pemeriksaan Diagnostik
Menurut (Wahid & Suprapto, 2013) pemeriksaan untuk menentukan
keadekuatan penyakit TB paru mencakup beberapa pemeriksaan, yaitu:
a. Kultur sputum: untuk memastikan apakah keberadaan M.
Tuberculosis pada stadium aktif.
b. Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan
cairan darah): Positif untuk BTA
c. Skin test (PPD, mantoux, potongan vollmer): Reaksi positif (area
indurasi 10mm atau lebih besar, terjadi 48-72jam setelah injeksi
intradermal antigen) mengindikasikan infeksi lama dan adanya
antibodi, tetapi tidak mengindikasikan penyakit sedang aktif.
d. Foto torak: dapat memperlihatkan infiltrasi kecil pada lesi awal di
bagian atas paru-paru, deposit kalsium pada lesi primer yang membaik
atau cairan pleura. Perubahan yang mengindikasikan TB yang lebih
berat dapat mencakup area berlubang dan fibrosa.
e. Histologi atau kultur jaringan (termasuk kumbah lambung, urine
dan CSF, serta biopsi kulit): Positif untuk M. Tuberculosis.
f. Needle biopsi of lung tissue: Positif untuk granuloma TB, adanya sel-
sel besar yang mengindikasikan nekrosis.
g. Elektrolit: mungkin abnormal tergantung dari lokasi dan beratnya
infeksi; misalnya hiponatremia mengakibatkan retensi air, dapat
ditemukan pada TB paru-paru kronis lanjut.
h. ABGs: mungkin abnormal, tergantung lokasi dan berat, dan sisa
kerusakan paru-paru.
i. Bronkografi: merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat
kerusakan bronkhus atau kerusakan paru-paru karena TB.
j. Darah: lekositosis, LED meningkat.
2.1.4 Perencanaan
Klien yang mengalami kerusakan oksigenasi membutuhkan rencana
asuhan keperawatan yaitu:
Bersihan jalan nafas tidak efektifberhubungan dengan sekret kental atau sekret
darah, kelemahan, upaya batuk buruk dan edema trakeal/faringeal.
Kriteria evaluasi:
-klien mampu melakukan batuk efektif
-pernapasan klien normal (16-20x/menit) tanpa ada penggunaan otot bantu nafas.
Rencana Intervensi Rasional
Mandiri
Kaji fungsi pernapasan (bunyi Penurunan bunyi napas menunjukkan
nafas, kecepatan, irama, kedalaman atelektasis, ronkhi menunjukkan akumulasi
dan penggunaan otot bantu nafas. sekret dan ketidakefektifan pengeluaran sekresi
yang selanjutnya dapat menimbulkan
penggunaan otot bantu nafas dan peningkatan
kerja pernapasan.
Kaji kemampuan mengeluarkan Pengeluaran akan sulit bila sekret sangat kental
sekresi, catat karakter, volume (efek infeksi dan hidrasi yang tidak adekuat).
sputum, dan adanya hemoptisis. Sputum berdarah bila ada kerusakan (kavitasi)
paru atau luka bronkhial dan memerlukan
intervensi lebih lanjut.
Berikan posisifowler/semifowler Posisi fowler memaksimalkan ekspansi paru
tinggi dan bantu klien berlatih nafas dan menurunkan upaya nafas. Ventilasi
dalam dan batuk efektif. maksimal membuka area atelektasis dan
meningkatkan gerakan sekret ke jalan nafas
besar untuk dikeluarkan.
B. Quantity/quality
1. Bagaimana dirasakan:
Klien merasakan nyeri dada saat batuk.
2. Bagaimana dilihat:
GCS = 15 (E:4, V:6, M:5)
Compos mentis
C. Region
1. Dimana lokasinya:
Lokasi nyeri berada di dada.
2. Apakah menyebar:
Nyeri tidak menyebar.
D. Severity
Karena sputum yang kental pada jalan nafas klien tidak
mampu untuk membuang dahak sehingga klien tambah
sesak.
E. Time
Hal ini terjadi 1 minggu lalu sebelum masuk ke Rumah
Sakit.
Hidung
1. Tulang hidung dan posisi septum nasi
Tulang dan posisi septum nasi simetris, tidak ada
masalah.
2. Lubang hidung
Lubang hidung bersih, tidak ada polip.
3. Cuping hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung.
Telinga
1. Bentuk telinga
Bentuk telinga simetris.
2. Ukuran telinga
Ukuran telinga klien simetris dan normal.
3. Lubang telinga
Lubang telinga klien tidak ada masalah.
4. Ketajaman pendengaran
Ketajaman pendengaran klien baik, tidak ada gangguan
pendengaran.
b. BAK
1. Pola BAK
Sebelum masuk rumah sakit: >2 kali/hari. Sesudah masuk rumah
sakit:
>2 kali/hari
2. Karakter urine
Karakter urine klien: kuning jernih
3. Nyeri/rasa terbakar/kesulitan
BAK Klien tidak merasa nyeri/kesulitan ketika BAK
4. Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih
Klien tidak memiliki riwayat pemyakit ginjal/kandung kemih.
-
batuk
Tn.P mengatakan
↓
Masuk ke paru
adanya dahak di
jalan nafas dan ↓
sulit dikeluarkan Menempel ke alveolus
Do:
- Suara nafas
↓
Inflamasi/peradangan
abnormal (ronchi)
- Frekuensi nafas ↓
26x/menit Produksi sekret yang
- Dispnea berlebih
- Sputum kental
dan sulit
↓
Sekret sukar dikeluarkan
dikeluarkan
↓
2. Ds: Bersihan jalan nafas Pola pernapasan tidak
- Klien sesak nafas tidak efektif efektif
- Klien merasa ↓
nyeri di dada Alveolus tidak kembali
Do: saat ekspirasi
TTV: TD=130/90 mmHg
RR=26x/menit ↓
HR=85x/menit Kemampuan batuk
T = 37,80C kurang
- Menggunakan ↓
otot bantu Pola pernapasan tidak
pernapasan efektif
↓
Sesak/dispnea
c. Atur posisi tidur semi atau high c. Posisi semi atau high fowler
fowler. Bantu pasien untuk berlatih memberikan kesempatan paru-paru
batuk secara efektif dan menarik berkembang secara maksimal akibat
nafas dalam. diafragma turun ke bawah.
Memberikan medikasi P:
obat ambroxol sirup 3x1, Tindakan dilanjutkan:
-Mengkaji tanda-
transamin tablet 3x1, tanda vital.
dexametason 1 ampul/8 -Memberi obat
ambroxol 3x1 dan
jam melalui intra vena dan transamin tablet 3x1
levofloxacin 500ml -Memberi injeksi
dexametason 1
drip/24 jam, nebulizer amp/8 jam dan
ventolin 2,5ml/8 jam dan levofloxacin 500ml
drip/24 jam melalui
nebulizer pulmicort intra vena.
2ml/12 jam. - Memberikan
nebulizer ventolin
2,5ml/8 jam dan
nebulizer pulmicort
2ml/12 jam.
A: - pernapasan klien
tidak dalam batas
normal
P: Tindakan dilanjutkan
-mengkaji TTV
-memberikan posisi
semifowler
-memberikan terapi O2
melalui nasal canul
sebanyak 2L
3.2 Saran
1. Bagi institusi pendidikan
Sebaiknya pendidikan keperawatan lebih meningkatkan penerapan
dan pengajaran asuhan keperawatan kepada mahasiswa, meningkatkan
ilmu pengetahuan dan memberikan keterampilan yang lebih kepada
08.20
- Membantu pasien untuk berlatih batuk
secara efektif dan menarik nafas dalam.
09.20
- Menganjurkan makan sedikit tapi sering
dengan diet TKTP
- Menganjurkan keluarga untuk membawa
makanan dari rumah terutama yang
disukai oleh pasien dan kemudian makan
bersama pasien jika tidak ada
kontraindikasi