Anda di halaman 1dari 83

SKRIPSI

STRATEGI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENANGANAN


LIMBAH PABRIK ASPAL DI KECAMATAN ALLA KABUPATEN
ENREKANG

Oleh :
RAHMAD HIDAYAT

Nomor Stambuk :105640231015

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020
STRATEGI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENANGANAN

LIMBAH PABRIK ASPAL DI KECAMATAN ALLA KABUPATEN


ENREKANG

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan Diajukan Oleh

Rahmad Hidayat

Nomor Stambuk :105640231015

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

ii
PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Strategi Kebijakan Pemerintah Dalam Penanganan


Limbah Pabrik Aspal Di Kecamatan Alla Kabupaten
Enrekang
Nama Mahasiswa : Rahmad Hidayat
Nomor Stambuk : 105640231015
Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Jaelan Usman, M. Si Ahmad Harakan, S.IP,. M. H. I

Mengetahui :

Dekan Ketua Jurusan


Fisipol Unismuh Makassar Ilmu Pemerintahan

Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si Dr. Nuryanti Mustari, S.IP., M.Si

iii
PENERIMAAN TIM

Telah diterima oleh TIM penguji skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Makassar, berdasarkan surat kep utusan/undangan menguji

ujian skripsi Dekan Fisipol Universitas Muhammadiyah Makassar, nomor :

0083/FSP/A.3-VIII/II/41/2020 sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

(S.1) dalam program studi Ilmu Pemerintahan di Universitas Muhammadiyah Makassar

pada hari Rabu tanggal 14 Februari 2020.

TIM PENILAI

Ketua Sekertaris

Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos.,M.Si Dr. Burhanuddin. S.Sos.,M.Si

Penguji :

1. Drs. Alimuddin Said, M .Pd (Ketua) (…………………………)

2. Dr. Hj. Budi Setiawati, M. Si (…………………………)

3. Dr. Anwar Parawangi, M. Si (…………………………)

4. Dr. Jaelan Usman, M. Si (…………………………)

iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama Mahasiswa : Rahmad Hidayat

Nomor Stambuk : 105640231015

Program Studi : IlmuPemerintahan

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa
bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan
plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian
hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik
sesuai aturan yang berlaku,sekalipun itu pencabutan akademik.

Makassar , 7 Januari 2020

Yang Menyatakan

Rahmad Hidayat

v
ABSTRAK

Rahmad Hidayat 2020. Strategi Kebijakan Pemerintah Dalam Penanganan


Limbah Pabrik Aspal Di Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang (dibimbing
oleh Jaelan Usman dan Ahmad Harakan)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Strategi Pemerintah Dalam
Menangani Limbah Pabrik Aspal Di Kecamatan Alla Kabupaten
Enrekang.Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan tipe
Femonologi.Dimana jenis data terdiri dari data primer yang diperoleh melalui
wawancara dan observasi langsung di lapangan, sedangkan data sekunder
diperoleh dari data yang telah dikumpulkan peneliti melalui dokumen yang
berkaitan dengan penelitian.Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teori George Polya berdasarkan Memahami Masalah, Merencanakan Pemecahan
,Melaksanakan Rencana,dan Melihat kembali.Hasil Penelitian menunjukkan
bahwa terjadi konflik antara masyarakat dengan pemerintah dimana masyarakat
menolak keberadaan operasional alat AMP milik PT.Nindya Sejahtera karena
sangat merugikan aktivitas warga dan mencemari lingkungan, tanaman pertanian
yang dulunya bagus sekarang sudah rusak akibat debu yang menutupi tanaman.
Akibat limbah pabrik tersebut, sudah ada beberapa balita dan anak-anak serta
orang dewasa terpaksa mengeluarkan biaya untuk pengobatan di puskesmas
karena terserang penyakit inflensa, kepala pusing dan muntah-muntah. Dengan
adanya protes dari warga pemerintah mencari solusi dengan mengeluarkan izin
limbah B3 dan tidak beroperasi pada jam-jam istirahat.

Kata kunci : Strategi,Penanganan, Pabrik Aspal

vi
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Strategi Kebijakan Pemerintah Dalam Penanganan Limbah

Pabrik Aspal Di Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang ”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat

dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Pada lembaran ini penulis hendak menyampaikan terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada kedua orang tua saya, Nur Janna dan ayahanda

Tamsirilla atas segala kasih sayang, cinta, pengorbanan serta do’a yang tulus dan

ikhlas yang senantiasa beliau panjatkan kepada Allah SWT sehingga menjadi

pelita terang dan semangat yang luar biasa bagi penulis dalam menggapai cita-

cita, serta seluruh keluarga besar penulis yang selalu memberi semangat dan

dukungan disertai segala pengorbanan yang tulus dan ikhlas. Penulis menyadari

bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan

dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargan yang sebesar-besarnya

kepada yang terhormat, bapak Dr. Jaelan Usman, M. Si selaku pembimbing I dan

Ahmad Harakan,S.IP.,M. H.I selaku pembimbing II yang telah berkenan meluangkan

waktu dan tenaganya dalam membimbing dan memberikan petunjuk yang begitu

berharga dari awal persiapan penelitian hingga selesainya skripsi ini.

Penulis juga tak lupa ucapkan terima kasih kepada:

vii
1. Bapak Prof. Dr. H. Abd Rahman Rahim, S.E, M.M selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

2. Ibu Dr. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S. IP., M. Si selaku Ketua Prodi Ilmu Pemerintahan

yang selama ini turut membantu dalam kelengkapan berkas hal-hal yang

berhubungan administrasi perkuliahan dan kegiatan akademik.

4. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Pemerintahan yang telah menyumbangkan ilmunya

kepada penulis selama mengenyam pendidikan di bangku perkuliahan dan

seluruh staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah

Makassar yang telah banyak membantu penulis.

5. Pihak Kantor Kecamatan Pitu Riase Kabupaten Sidenreng Rappang yang telah

memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

6. Kepada seluruh keluarga besar fisipol Universitas Muhammadiyah Makassar,

terutama kepada satu angkatan 2015 Ilmu Pemerintahan terkhusus kelas F,.

Janwar, Baso, Rifki, Musakkar, Aswar, Ardi, Cahya, Ayu, Innah, Egha, Nunu,

Riska, Dewi, Dillah, Elma, Kiki, Fatma, Rahma, Almukram, Siska, Aldi,

Karmin, Syakir, Fahrun, Wahyudi, Vista, Rizal, Wahdania, Akbar, Hamzah,

Fani,dan teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan semua namanya.

7. Kepada seluruh keluarga besar Himpunan Mahasiswa Sospol Massenrempulu

(HISMA) yang telah mendukung dalam memberikan penulis motivasi agar

lebih giat mengerjakan skripsi ini, dan yang terkhusus terima kasih banyak

kepada sodara Alim, Fahruddin, Kadirun, Fatur, Muslimin Dan Nur janna

viii
Sehubungan akhir tulisan ini penulis memohon maaf kepada semua pihak

atas segala kekurangan dan kehilafan, disadari maupun yang tidak disadari. Demi

kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat

penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan

sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Makassar, 28 Januari 2020

Rahmad Hidayat

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ ii


HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH....................... iv
ABSTRAK ........................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang...................................................................... .........1
B. RumusanMasalah ................................................................ .........4
C. TujuanPenelitian .................................................................. .........4
D. Manfaat Penelitian ............................................................... .........5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Strategi Kebijakan Pemerintah ............................... .........6
B. Konsep Strategi Penyelesaian Konflik ................................ ........14
C. Konsep Perlawanan Masyarakat.......................................... ........22
D. Pembangunan Pabrik Aspal di Kecamatan Alla .................. ........31
E. Kerangka Pikir ..................................................................... ........34
F. Fokus Penelitian .................................................................. ........35
G. Deskripsi Fokus Penelitian .................................................. ........36

BAB III METODE PENELITIAN


A. Waktu dan Lokas iPenelitian ............................................... ........38
B. Jenis dan Tipe Penelitian ..................................................... ........38
C. Jenis Dan Sumber Data ...................................................... ........39
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................. ........40
E. Informan Penelitian ........ ................................................... ........41
F. Teknik Analisis Data .......................................................... ........41
G. Pengabsahan Data................................................................ ........42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian...........................................................45
B. Strategi Kebijakan Pemerintah Dalam Penanganan Limbah Pabrik
Aspal Di Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang..........................49
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................62
B. Saran.............................................................................................64
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................65
LAMPIRAN-LAMPIRA...................................................................................67

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mekanisme kehidupan berpedoman pada prinsip hubungan timbal balik

antara manusia dengan lingkungan alam. Manusia beradaptasi dan berkegiatan

dalam rangka untuk bertahan hidup, manusia kemudian melakukan pemanfaatan

lingkungan alam. Dalam pemanfaatan lingkungan alam ini, manusia membuat alat

atau teknologi.teknologi yang kemudian digunakan untuk memudahkan manusia

dalam memanfaatkan alam untuk menjaga keberlangsungan hidup

(Koentjaraningrat, 2010). Di sinilah dalam pola kehidupan ini tercipta tiga

hubungan timbal balikantara manusia, teknologi, dan lingkungan. Hubungan

relasional ini yang disebut sebagai ekologi sosial.

Idealnya hubungan ekologi sosial ini bersifat harmonis, yaitu manusia

mampu menciptakan teknologi yang berpihak dengan lingkunga alam, serta

menggunakan teknologi dalam memanfaatkan dan merawat alam untuk

keberlangsungan hidup (Rappaport, 1990). Dengan harmonisasi ini manusia dapat

menjaga hubungan ideal dangan lingkungan alam. Manusia dapat

mengembangkan sistem teknologi yang merawat dan memelihara alam. Peran

manusia dalam kedudukannya sebagai mahluk rasional, sosial, dan natural bisa

terbentuk dengan baik.

Manusia bisa memenuhi kebutuhan personal melalui kemampuan rasional

dalam menciptakan teknologi ramah lingkungan. Teknologi ini digunakan untuk

pemanfaatan dan kelestarian lingkungan untuk kelangsungan hidup manusia,


sehingga hubungan manusia dengan alam dan sosial terbentuk dengan baik. Pola

ideal hungan manusia, teknologi, dan lingkungan terbentuk dalam kesatuan

ekologis sosial yang ideal. Semuanya memiliki kedudukan yang sama dalam

kesadaran manusia. Dengan ini tugas manusia sebagai kholifah fii ard’atau

pemimpin di bumi bisa berjalan dengan baik manusia bisa hidup dalam sistem

kodratinya sebagai mahluk Allah yang bijaksana.

Konflik adalah suatu pertentangan secara langsung dan sadar antara

individu atau kelompok untuk mencapai cita-cita bersama, pihaklawan yang

telibat dalam konflik itu perlu dihabisi terlebih dahulu. Dalam situasi konflik,

karna adanya perasaan permusuhan yang kuat, kerap kali peniadaan lawan lebih

penting dari pencapaian cita-cita (Rahman, 2011).

Setiap bangsa membutuhkan dan berhak mencita-citakan basis industri

yang efesien untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus berubah. Industri

mengekstraksi material dari basis sumber daya alam, dan memasukkan baik

produk maupun limbah kelingkungan hidup manusia. Dengan kata lain, industri

mengakibatkan berbagai perubahan dan pemanfaatan energi dan sumber daya

alam. Industri telah meningkatkan permintaan (demand) akan sumber daya alam

(yang tak terperbaharui) dan memaksakan daya tampung sistem alam untuk

menyerap hasil sampingan berupa limbah.

Pembangunan industri tidak akan terlepas dari dampaknya industri dapat

mengakibatkan pencemaran terhadap lingkungan. Pencemaran yang ditimbulkan

oleh industri diakibatkan adanya limbah yang keluar dari pabrik dan mengandung

bahan beracun dan berbahaya (B-3). Bahan pencemaran keluar bersama-sama

2
dengan bahan buangan (limbah) melalui media udara, air, dan tanah yang

merupakan komponen ekosistem alam. Bahan buangan dari pabrik dan masuk

kelingkunga n dapat diidentifikasi sebagai sumber pencemaran

(Kristanto, 2004)

Pembangunan pabrik aspal mizsing plant (AMP) milik PT Nindya Sejahtera

di Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang didirikan pada tahun 2015 sesuai Akta

Pendirian No. 13 yang teleh mendapat pengesahan dari Dinas Perizinan yang

terletak di Desa Pana, menghasilkan aspal berbentuk padat yang diekspor ke

toraja dan luwu pabri aspal itu sendiri mulai beroperasi pada bulan Desember

2015 dan pengoperasian pegolahan aspal disana tergantung pada APBD. Desa

pana dijadikan sebagai lokasi untuk pengolahan aspal karena dianggap strategis

untuk proyek Enrekang-Makassar. Adapun jenis aspal yang digunakan pada lokasi

tersebut yaitu Aspal curah yang diambil dari Pare-Pare. Di Dusun Pana sebelum

adanya pengolahan aspal sungai yang ada di sekitar masyarakat digunakan

sebagai alat untuk melakukan aktivitas sehari hari seperti mencuci dan lain-lain.

Sungai Mata Allo yang berada di belakang rumah masyarakat dusun pana

sebelumnya tidak tercemar. Tetapi dengan keberadaan pengolahan aspal hal

tersebut sangat mengganggu masyarakat karena limbah yang dikeluarkan dari

hasil olahan aspal tersebut di buang atau dialirkan ke sungai, dimana sungai

tersebut menjadi alternatif masyarakat dusun pana untuk melakukan sebagaian

aktivitas sehari-harinya. Sungai tersebut dicemari oleh limbah dari pengolahan

aspal yang mana nampak seperti minyak atau oli yang membuat masyarakat

sebagian mengeluhkan, belum lagi jarak antara pabrik dengan pemukiman warga

3
hanya sekitar 50-70 meter dan mengakibatkan pencemaran lingkungan dan

merusak ekosistem akibat dari pencemaran tersebut membuat warga menderita

beberapa penyakit seperti Inpeksi Saluran Pernapasan Akut, (ISPA) dan penyakit

kulit belum lagi operasional AMP mencemari lahan pertanian yang menjadi

sumber pendapatan warga setempat ditambah banyak hal yang diabaikan

perusahaan AMP yang membuat konflik sosial antar masyarakat

Aksi penolakan keberadaan operasional alat AMP milik PT.Nindya

Sejahtera yang sangat merugikan masyarakat yang merusak lingkungan dan

mengganggu kesehatan masyarakat sekitar serta menuntut pemerintah Enrekang

segera mencabut izin keberadaan operasional alat AMP PT.Nindya Sejahtera

segera memindahkan alat AMP dari dusun Matua. Hal ini akan menjadi bahan

penting kedepannya mengenai kebijakan pemerintah untuk bagaimana

menyelesaikan konflik antara masyarakat dan pihak perusahaan terlebih karena

warga sudah berkali-kali melakukan protes mulai dari pihak DPRD hingga di

kantor Bupati Kabupaten Enrekang. Dari penjelasan diatas maka penulis tertarik

untuk mengkaji lebih jauh masalah tersebut dengan mengangkat judul penelitian

tentang “Strategi Kebijakan Pemerintah Dalam Resolusi Konflik Limbah

Pabrik Aspal Di Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang’’

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat dirumuskan masalah yang diangkat

dalam penelitian ini adalah:

4
Bagaimana strategi yang digunakan pemerintah dalam resolusi konflik limbah

dan polusi pabrik aspal mixing plant yang dioperasikan pleh PT. Nindia Karya

Sejahtera.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

Untuk mengetahu istrategi yang digunakan pemerintah dalam resolusi


konflik limbah dan polusi pabrik aspal mixing plant yang dioperasikan
pleh PT. Nindia Karya Sejahtera.

D. Manfaat Penelitian
Adapun Manfaat penelitian ini adalah:

1. secara teoritis

a. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbagan ilmu

pengetahuan, khususnya ilmu pemerintahan dan sebagai bahan masukan

bagi penelitian-penelitian yang akan datang mengenai strategi kebijakan

pemerintah dalam resolusi konflik masyarakat dan perusahaan pabrik aspal

di kelurahan Buntu Sugi kecamatan Alla kabupaten Enrekang

b. Sebagai bahan perbandingan dengan penelitian-penelitian lain yang

menyangkut strategi kebijakan pemerintah dalam resolusi konflik limba

pabrik aspal di kelurahan Buntu Sugi kecamatan Alla kabupaten Enrekang

2. Praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat berguna sebagai sumber sumbangan

pemikiran serta informasi bagi pemerintah dan masyarakat Kabupaten Enrekang.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Strategi KebijakanPemerintah

1. Pengertian Strategi Kebijakan

Strategi kebijakan merupakan salah satu kebijakan pelaksanaan yang

secara hirarki dibuat setingkat menteri, gubernur, walikota/bupati berupa surat

keputusan yang mengatur tata laksana kerja dan segala sesuatu yang berhubungan

dengan sumber daya manusia.

Strategi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki beberapa arti

yaitu siasat perang, ilmu siasat perang, tempat yang baik menurut siasat perang,

atau dapat pula diartikan sebagai rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk

mencapai sasaran khusus. Dari pengertian tersebut diketahui bahwa strategi

berkaitan erat dengan peperangan. Namun sekarang ini, istilah strategi digunakan

oleh sejumlah organisasi dan ide-ide pokok yang terdapat dalam pengertian

semula tetap dipertahankan, tetapi aplikasinya disesuaikan dengan jenis organisasi

yang menerapkannya.

Menurut (David, 2011). Mendifinisikan strategi adalah sarana bersama

dengan tujuan jangka panjang yang hendak dicapai.

Menurut (Tjiptono, 2006). Definisi strategi berasal dari bahasa Yunani

yaitu Strategi yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang jendral. Strategi

juga bisa diartikan suatu rencana untuk pembagian dan penggunaan kekuatan

militer pada daerah-daerah tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Strategi

6
merupakan sekumpulan cara secara keseluruan yang berkaitan dengan

pelaksanaan gagasan, sebuah perencanaan dalam kurun waktu tertentu.

Strategi menurut (Kuncoro, 2005) dalam buku yang berjudul “Strategi

Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif”. Di jelaskan mengenai strategi

menurut itami, strategi adalah penentuan kerangka kerja dari aktivitas bisnis

perusahaan dan memberikan pedoman untukmmengordinasikan aktivitas.

Sehingga perusahaan dalam menyesuaikan dan mempengaruhi lingkungan yang

selalu berubah. Strategi mengatakan dengan jelas lingkungan yang diinginkan

oleh perusahaan dan jenis organisasi seperti apa yang hendak dijalankan.

Menurut (Suwarsono, 2012) mengatakan strategi pengembangan adalah

suatu strategi dikatakan sebagai strategi pengembangan jika secara sengaja

organisasi mendesain strategi yang hendak meningkatkan status, kapasitas, dan

sumber daya yang pada ujungnya akan melahirkan postur organisasi baru yang

berbeda dimasa depan.

2. Pengertian Kebijakaan

Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan

dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, organisasi dan

kelompok sektor swasta, serta individu. Istilah kebijakan atau kebijaksanaan yang

di terjemahkan dari kata policy memang biasanya dihubungkan dengan keputusan

pemerintah karena pemerintahyang mempunyai kekuasaan (wewenang) untuk

mengarahkan masyarakat dan bertanggung jawab melayani kepentingaan

umum..Kebijakan dapat juga berarti sebagai rangkaian konsep dan asas yang

menjadi garis pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak.

45
50

Kebijakan atau kajian kebijakan dapat pula merujuk pada proses

pembuatan keputusan-keputusan penting pada organisasi termasuk identifikasi

berbagai alternatif seperti prioritas maupun pengeluaran dan pemilihannya

berdasarkan dampaknya. Kebijakan bisa juga diartikan sebagai mekanisme politis,

finansial, manajemen, atau administratif untuk mencapai suatu tujuan eksplisit.

Kebijakan dapat berbentuk keputusan yang dipikirkan secara matang dan hati-hati

mngambil keputusan puncak dan bukan kegiatan-kegiatan berulang rutin dan

terprogram atau te rkait dengan aturan-aturan keputusan.

Kebijakan pemerintah pada prinsipnya dibuat atas dasar kebijakan yang

bersifat luas. Menurut Werf dalam (Imron, 2002) yang dimaksud dengan

kebijakan adalah usaha mencapai tujuan tertentu dengan sasaran tertentu dan

dalam urutn tertentu. Sedangkan kebijakan pemerintah mempunyai pengertian

baku yaitu suatu keputus an yang dibuat secara sistematik oleh pemerintah dengan

maksud dan tujuan tertentu yang menyangkut kepentingan umum.Namun

sekarang ini, istilah strategi digunakan oleh sejumlah organisasi dan ide-ide pokok

yang terdapat dalam pengertian semula tetap dipertahankan, t etapi aplikasinya

disesuaikan dengan jenis organisasi yang menerapkannya.

Menurut (Friedrich, 1963) Kebijakan adalah serangkaian tindakan yang

diajukan seseorang, group, dan pemerintah dalam lingkungan tertentu dengan

mencantumkan kendala-kendala yang dihadapi serta kesempatan yang

memungkingkan pelaksanaan usulan tersebut dalam upaya mencapai tujuan.

50
51

Menurut PPB kebijakan adalah suatu deklarasi mengenai dasar pedoman

(untuk) bertindak, suatu arah tindakan tertentu, suatu program mengenai aktivits-

aktivitas tertentu atau suatu rencana

Menurut (Anderson, 1979) Kebijakan merupakan serangkaian tindakan

yang mempunyai tujuan yang mesti diikuti dan dilakukan oleh para pelakunya

untuk memecahkan suatu masalah (a purposive corse of problem or matter of

concern).

Menurut (Harold, 1970) Kebijakan adalah sebagai suatu program

pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktik-praktik yang terarah (a projcted

program ot goals values nd practices).

Menurut Heclo dalam (Imron, 2002) Kebijakan merupakan cara bertindak

yang sengaja dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah-masalah.

3. Pengertian Pemerintah

Istilah pemerintah berasal dari kata “perintah” yang berarti menyuruh

melakukan sesuatu sehingga dapat di katakan bahwa pemerintah adalah kekuasaan

yang memerintah suatu Negara (daerah Negara) atau badan tertinggi yang

memerintah suatu Negara, seperti kabinet merupakan suatu pemerintah. Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, lahir dalam kanca

retaknya reformasi di Indonesia. Kelahiran undang-undang tersebut untuk

menjawab kebutuhan tuntutan reformasi yang memberikan implikasi dan

simplikasi terhadap kedudukan DPRD berbalik menjadi lebih kuat di banding

kekuasaan eksekutif, dengan beberapa kewenagan yang di miliki, antara lain

kewenangan memilih kepala daerah dan kewajiban kepala daerah untuk

51
52

memberikan laporan pertanggungjawaban mengenai penyelenggaraan pemerintah

daerah, serta beberapa hak lainnya misalnya hak meminta keterangan, hak

penyelidikan, hak menyatakan pendapat, dan hak menentukan anggaran DPRD.

Sedangkan yang dimaksud pemerintah daerah adalah kepala daerah sebagi unsur

penyelenggara pemerintah daerah yang memimpin pelaksanaan urusan

pemerintahan yang menjadikan kewenangan daerah otonom.

Kepala daerah dalam konteks Indonesia adalah gubernur (kepala daerah

provinsi), bupati (kepala daerah kabupaten), atau walikota (kepala daerah kota).

Kepala daerah dibantu oleh seorang wakil kepala daerah. Sejak tahun 2005,

pasangan kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat

melalui pemilihan umum. Pasangan tersebut dicalonkan oleh partai politk atau

independen.

Setiap daerah dipimpin oleh kepala pemerintah daerah yang disebut kepala

daerah. Kepala daerah untuk provinsi disebut gubernur, untuk kabupaten disebut

bupati dan untuk kota adalah walikota, serta di bantu oleh wakilnya. Kepala

daerah juga mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan penyelenggaraan

pemerintahan daerah kepada pemerintah dan memberikan laporan keterangan

pertanggungjawaban kepada DPRD, serta menginformasikan laporan

penyelenggaraan pemerintah daerah kepada masyarakat.

Tugas dan fungsi pemerintah, pemerintah merupakan suatu gejala yang

berhubungan dalam kehidupan bermasyarakat yaitu hubungan manusia dengan

setiap kelompok termasuk dalam keluarga. Masyarakat sebagai suatu gabungan

dari sistem sosial, akan senantiasa menyangkut unsur-unsur pemenuhan

52
53

kebutuhan dasar manusia seperti keselamatan, istirahat, pakaian dan makanan.

Dalan memenuhi kebutuhan dasar itu, manusia perlu bekerja sama dan

berkelompok dengan orang lain. Lahirnya pemerintah pada awalnya adalah untuk

menjaga suatu sistem ketertiban didalam masyarakat, sehingga masyarakat

tersebut bisa menjalankan kehidupan secara wajar. Seiring dengan perkembangan

masyarakat modern yang ditandai dengan meningkatnya kebutuhan, peran

pemerintah kemudian berubah menjadi melayani masyarakat. Pemerintah

moderen dengan kata lain pada hakekatnya adalah pelayan kepada masyarakat.

Pemerintah tidaklah diadakan untuk melayani diri sendiri, tetapi untuk

melayani masyarakat untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap

anggota mengembangkan kemampuan dan kreatifitasnya demi mencapai

kemajuan bersama (Osborne, 2000) mengatakan bahwa pemerintah yang

demokrasi lahir untuk melayani warganya dan karena itulah tugas pemerintah

adalah mencari cara untuk menyenangkan warganya. Dengan demikian lahirnya

pemerintah memberikan pemahaman bahwa kehadiran suatu pemerintah

merupakan manifestasi dari kehendak masyarakat yang bertujuan untuk berbuat

baik bagi kehidupan dan kepentingan masyrakat, pemerintah dapat dipandang

sebagai suatu ilmu yaitu suatu yang mengajarkan bagaimana yang terbaik dalam

mengarahkan dan memimpin pelayan umum.

4. Pengertian Strategi Kebijakan Pemerintah

Strategi Kebijakan yang dilakukan pada sektor pemerintah merupakan

upaya pemilihan strategi kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk mencapai

tujuan di masa depan dengan menganalisis situasi dan kondisi negara di masa

53
54

sekarang dan masa depan. Dalam penyelenggaraan pemerintah, terdapat

perbedaan pengelolaan dengan sektor privat. Perbedaan ini terutama disebabkan

adanya perbedaan karakteristik. Ketika kinerja organisasi termasuk pemerintahan

dan negara dibahas, hampir pasti ada yang menempati posisi pada dua titik

ekstrem yaitu terburuk (terendah) dan terbaik (tertinggi). Namun demikian juga

hampir dapat dipastikan bahwa yang berada pada dua posisi ekstrem tersebut

hanya berjumlah sedikit. Jumlah yang paling banyak akan berada pada posisi

tengah (intermediate), tidak istimewa tetapi juga tidak berada dalam posisi paling

rendah. Setidaknya jumlah yang berada pada masing-masing titik ekstrem tidak

sebanyak yang berada pada posisi di tengah. Itulah yang juga dialami oleh

pemerintah dan negara di dunia sekarang ini (Suwarsono, 2012).

Dalam konteks negara sering dikenal dengan empat macam tingkatan: kuat

(strong), lemah (weak), gagal (failed), dan kolaps (collapsed). Posisi tersebut

biasanya dikaitkan dengan kemampuan negara (pemerintah) menjaga stabilitas

politik sekaligus menyediakan kebutuhan pokok rakyatnya, ekonomi, dan politik

secara berkelanjutan. Jika terus gagal, pemerintah menjadi kehilangan legitimasi

kehadirannya di mata dan hati rakyat. Negara dan pemerintahannya sepertinya

tidak ada, bahkan terkesan tidak eksis untuk jangka waktu yang berkepanjangan

Pertanyaan yang tersisa kemudian adalah apakah kinerja pemerintah dan

negara tersebut sepenuhnya terkait dengan pilihan strategi yang digunakan. Dalam

dunia bisnis biasanya dapat ditemukan hubungan kausalitas yang jelas antara

pilihan dan eksekusi strategi dengan kinerja yang diraih. Hubungan sebab-akibat

semakin terlihat transparan ketika perusahaan berada dalam lingkungan bisnis

54
55

yang relatif stabil.Ketika lingkungannya memiliki tingkat keguncangan

(turbulensi) yang tinggi, bisa jadi analisis sebab-akibat tidak dapat terlihat. Kaitan

antara strategi dan kinerja sepertinya tidak begitu mudah ditemukan pada

organisasi pemerintahan. Karakteristik khas pemerintahan menjadikannya lebih

mudah untuk diarahkan meraih hal-hal yang termasuk dalam kategori sedang-

sedang saja. Tidak mudah untuk berpikir jangka panjang dan rasional, apalagi

disertai dengan target kinerja yang sangat baik, terutama jika politisi dan birokrat

pemangku kekuasaan ternyata tidak memiliki waktu berkuasa yang cukup.

Kepentingan mereka cenderung ditempatkan pada prioritas yang lebih tinggi

dibanding kepentingan publik (Mulgan dalam Suwarsono: 2012).

Dengan kata lain, diperlukan rekayasa politik jika dikehendaki adanya

pemerintahan yang memiliki orientasi strategis. Kehadiran strategis bukan sebuah

keniscayaan. Inilah yang secara implicit dikatakan oleh (Meyers J Steven

Kelman, 2009). Bukan tidak mungkin pemerintahan memiliki peluang yang besar

untuk meraih keberhasilan, sekalipun memiliki program dan strategi yang

ambisius. Ketika pemerintah berhasil memenuhi syarat-syarat pendahuluan yang

diperlukan, kemungkinan keberhasilan tetap terbuka. Hanya saja syarat-syarat

yang diperlukan tampak begitu banyak dan tidak mudah untuk dipenuhi.

Sepertinya keberhasilan strategi selalu memerlukan kerja ekstra yang mungkin

justru bisa jadi berupa kerja ekstra luar biasa.

55
56

B. Konsep Strategi Penyelesaian Konflik

1. Pengertian Konflik

Menurut (Setiadi, 2011) Istilah konflik secara etimologis berasal dari

bahasa latin “con” yang berarti bersama dan “fligere” yang berarti benturan atau

tabrakan. Lebih lanjut Webster dalam (Pearce, 2008) menyatakan bahwa

“conflict” dalam bahasa aslinya berarti suatu “perkelahian, peperangan, atau

perjuangan” yaitu berupa konfrontasi fisik antara beberapa pihak. Tetapi arti kata

itu berkembang dengan masukan “ketidaksepakatan yang tajam atau oposisi atas

berbagai kep entingan ide, dan lain-lain”. Dengan demikian istilah tersebut

sekarang juga menyentuh aspek psikologi, dibalik konfrontasi fisik yang terjadi

selain konfrontasi fisik itu sendiri.

2. Bentuk Konflik

Secara garis besar konflik dalam masyarakat dapat diklarifikasikan

kedalam beberapa bentuk berikut ini :

a) Berdasarkan Sifatnya

Berdasarkan sifatnya, menurut (Lauer, 2001) konflik dapat dibedakan

menjadi konflik destruktif dan konflik konstruktif.

a. Konflik Destruktif merupakan konflik yang muncul karena adanya perasaan

tidak senang, rasa bencidan dendam dari seorang ataupun kelompok

terhadap pihak lain. Pada konflik ini terjadi bentrok-bentrok fisik yang

mengakibatkan hilangnya nyawa dan harta benda seperti konflik Poso,

Ambon, Kupang, Sambas dan lain sebagainya.

56
57

b. Konflik Konstruktif merupakan konflik yang bersifat fungsional, konflik ini

muncul karena adanya perbedaan pendapat dari kelompok-kelompok dalam

menghadapi suatu permasalahan. Konflik ini akan menghasilkan suatu

konsensus dari berbagai pendapat tersebut dan menghasilkan suatu

perbaikan. Misalnya perbedaan pendapat dalam sebuah organisasi.

b) Berdasarkan posisi pelaku yang berkonflik

Berdasarkan posisi pelaku yang berkonflik (Kusnadi, 2002) membaginya

menjadi 3 konflik yaitu :

a. Konflik Vertikal merupakan konflik antar komponen masyarakat didalam

suatu struktur yang memiliki hierarki. Contohnya konflik yang terjadi antara

atasan dengan bawahan dalam sebuah kantor.

b. Konflik horisontal merupakan konflik yang terjadi antar individu atau

kelompok yang memiliki kedudukan yang relatif sama. Contohnya konflik

yang terjadi antar organisasi massa.

c. Konflik diagonal merupakan konflik yang terjadi karena adanya

ketidakadilan alokasi sumber daya keseluruh organisasi sehingga

menimbulkan pertentangan yang ekstrem. Contohnya konflik yang terjadi di

Aceh.

d. Konflik tenurial merupakan persoalan ketidakpastian tata batas hutan yang

tidak hanya menimpah masyarakat adat ataupun masyarakat lokal yang

berdiam dan memanfaatkan lahan dan sumber daya di dalam kawasan hutan,

tetapi juga institusi yang memiliki usaha kehutanan dan pemerintah. Ketidak

pastian areal kawasan hutan adalah salah satu yang menghambat efektivitas

57
58

tata kelolah hutan di Indonesia misalnya dari seluruh kawasan hutan seluaa

130 juta hektar maka areal yang telah selesai ditata batas temu gelang baru

sekitar 12% (14,2 juta hektar) ketidak pastian ini memicu munculnya

konflik tenurial (lahan) dengan berbagai pihak yang berkepentingan dengan

kawasan hutan. padahal setidak-tidaknya terdapat 50 juta orang yang

bermukim disekitar kawasan hutan dengan lebih dari 33 ribu yang berbata

san dengan kawasan hutan

Untuk memberikan kepastian hukum atas kawasan hutan, maka

diperlukan proses pengukuhan kawasan hutan, dimana seluruh proses yang

harus dilakukan adalah penunjukan, penetapan batas, pemetaan dan

penetapan kawasan hutan. Proses ini semua adalah untuk menuju suatu

kawasan hutan yang” legal dan legitimate” pemerintah lewat kemenhut

telah mengatur proses pengukuhan kawasan hutan lewat berbagai aturan,

diantaranya peraturan pemerintah nomor 44/2004 tentang perencanaan

hutan, permenhut nomor P.47/2010 tentang panitia tata batas dan permenhut

P.50/Menhut-II/2011tentang pengukuhan kawasan hutan. Terkadang juga

suatu kawasan hutan negara baru merupakan penunjukan tetapi telah

diterbitkan izin bagi konsesi, padahal seharusnya baru pada tahap penetapan

itu memiliki kekuatan hukum dan baru di katakana sebagai hutan negara.

Dalam rekomendasi yang dikeluarkan oleh konferensi internasioal tenang

tenurial dan tata kelolah hutan dan kewirausahaaan pada tahun 2011

direkomendasikan hal-hal sebagai berikut:

1. Memperkuat legalitas kawasan hutan

58
59

2. Memperkuat kepastian hak semua pihak atas kawasan hutan

3. Menciptakan sistem yang efektif untuk percepatan pengukuhan kawasan

hutan

4. Mendorong pembentukan kebijakan terpadu dan penguasaan tanah dan

kawasan hutan dan kordinasi kewenangan antara sektor yang terikat

dengan urusan penguasaan tanah dan kawasan hutan

Pengurasan hutan dilakukan lewat sistem pengolahan hutan dengan prinsip

ilmia modern (scientific forestry,kehutanan ilmia). Hutan dilihat sebagai sebuah

unik kesatuan, keteraturan produksi dalam rangka untuk menghasilkan efesiensi

pengolahan untuk memperoleh keuntungan bagi negara dan pelaku bisnis atau

untuk mengakumulasi modal

c) Pengertian Strategi Penyelesaian Konflik

Menurut (Nasikun, 2003) menjelaskan beberapa strategi penyelesaian

konflik yang lazim dipakai yakni, konsiliasi, mediasi, arbitrasi, koersi (paksaan).

Urutan ini berdasarkan kebiasaan orang mencari penyelesaian suatu masalah

yakni, cara yang tidak formal lebih dahulu, kemudian cara formal jika cara

pertama membawa hasil. Berikut penjelasan dari ke empat bentuk strategi

penyelesaian konflik menurut (Nasikun, 2003), yakni :

1. Konsiliasi (conciliation): pengendalian semacam ini terwujud melalui

lembaga-lembaga tertentu yang memungkinkan tumbuhnya pola diskusi dan

pengambilan keputusan-keputusan diantara pihak-pihak yang berlawanan

mengenai persoalan-persoalan yang mereka pertentangkan.

59
60

2. Mediasi (mediation): bentuk ini dilakukan bila kedua belah pihak yang

bersengketa bersama-sama sepakat untuk memberikan nasihat-nasihat tentang

bagaimana mereka sebaiknya menyelesaikan pertentangan mereka.

3. Arbitrasi : berasal dari bahasa latin arbitrium artinya melalui pengendalian,

dengan seorang hakim (arbiter) sebagai pengambil keputusan. Arbitrasi

berbeda dengan konsoliasi dan mediasi. Seorang arbiter memberi keputusan

yang mengikat kedua belah pihak yang bersengketa, artinya keputusan seorang

hakim harus ditaati. Apabila salah satu pihak tidak menerima keputusan itu ia

dapat naik banding kepada pengadilan yang lebih tinggi sampai instansi

pengadilan nasional yang tinggi.

4. Persiatan : didalam hal ini kedua belah p ihak yang bertentangan bersepakat

untuk memberikan keputusan-keputusan tertentu untuk menyelesaikan konflik

yang terjadi diantara mereka.

Sedangkan menurut (Supriyadi, 2012), menjelaskan bahwa Pendekatan

penyelesaian konflik oleh pemimpin dikategorikan dalam dua dimensi ialah

kerjasama/tidak kerjasama dan tegas/tidak tegas. Dengan menggunakan kedua

macam dimensi tersebut ada 5 macam pendekatan penyelesaian konflik yakni :

a. Kompetisi

Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau

mengorbankan yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah

win-lose orientation.

b. Akomodasi

60
61

Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin

yang memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha

memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian.

c. Sharing

Suatu pendekatan penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok

dan kelompok damai. Satu pihak memberi dan yang lkain menerima sesuatu.

Kedua kelompok berpikiran moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan.

d. Kolaborasi

Bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak.

Usaha ini adalah pendekatan pemecahan problem (problem-solving approach)

yang memerlukan integrasi dari kedua pihak.

e. Penghindaran

Menyangkut ketidakpedulian dari kedua kelompok. Keadaaan ini

menggambarkan penarikan kepentingan atau mengacuhkan kepentingan

kelompok lain.

d) Langkah-Langkah Penyelesaian Masalah Menurut G. Polya

Goerge Polya dalam Veby (2012), memberikan saran untuk mengajar

mahasiswa matematika dan mini ensiklopedia istilah heuristik. Buku yang telah

diterjemahkan dalam 17 bahasa dan telah terjual lebih dari satu juta eksemplar ini,

memperkenalkan 4 langkah dalam penyelesaian masalah yang disebut Heuristik.

Heuristik adalah suatu langkah-langkah umum yang memandu pemecah masalah

dalam menemukan solusi masalah. Heuristik tidak menjamin solusi yang tepat,

tetapi hanya memandu dalam menemukan solusi dan tidak menuntut langkah

61
62

berurutan. Empat langkah tersebut yaitu memahami masalah, merencanakan

pemecahan, melaksanakan rencana, dan melihat kembali.

a. Memahami Masalah

Pelajar seringkali gagal dalam menyelesaikan masalah karena semata-mata

mereka tidak memahami masalah yang dihadapinya. Atau mungkin ketika suatu

masalah diberikan kepada anak dan anak itu langsung dapat menyelesaikan

masalah tersebut dengan benar, namun soal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai

masalah. Untuk dapat memahami suatu masalah yang harus dilakukan adalah

pahami bahasa atau istilah yang digunakan dalam masalah tersebut, merumuskan

apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, apakah informasi yang diperoleh cukup,

kondisi/syarat apa saja yang harus terpenuhi, nyatakan atau tuliskan masalah

dalam bentuk yang lebih operasional sehingga mempermudah untuk dipecahkan.

Kemampuan dalam menyelesaikan suatu masalah dapat diperoleh dengan rutin

menyelesaikan masalah. Berdasarkan hasil dari banyak penelitian, anak yang rutin

dalam latihan pemecahan masalah akan memiliki nilai tes pemecahan masalah

yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang jarang berlatih mengerjakan

soal-soal pemecahan masalah. Selain itu, ketertarikan dalam menghadapi

tantangan dan kemauan untuk menyelesaikan masalah merupakan modal utama

dalam pemecahan masalah.

b. Merencanakan Pemecahan

Memilih rencana pemecahan masalah yang sesuai bergantung dari

seberapa sering pengalaman kita menyelesaikan masalah sebelumnya. Semakin

sering kita mengerjakan latihan pemecahan masalah maka pola penyelesaian

62
63

masalah itu akan semakin mudah didapatkan. Untuk merencanakan pemecahan

masalah kita dapat mencari kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi atau

mengingat-ingat kembali masalah yang pernah diselesaikan yang memiliki

kemiripan sifat / pola dengan masalah yang akan dipecahkan. Kemudian barulah

menyusun prosedur penyelesaiannya.

c. Melaksanakan Rencana

Langkah ini lebih mudah dari pada merencanakan pemecahan masalah,

yang harus dilakukan hanyalah menjalankan strategi yang telah dibuat dengan

ketekunana dan ketelitian untuk mendapatkan penyelesaian.

d. Melihat Kembali

Kegiatan pada langkah ini adalah menganalisi dan mengevaluasi apakah

strategi yang diterapkan dan hasil yang diperoleh benar, apakah ada strategi lain

yang lebih efektif, apakah strategi yang dibuat dapat digunakan untuk

menyelesaikan masalah sejenis, atau apakah strategi dapat dibuat generalisasinya.

Ini bertujuan untuk menetapkan keyakinan dan memantapkan pengalaman untuk

mencoba masalah baru yang akan datang.

C. Konsep Perlawanan Masyarakat

1. Pengertian Perlawanan

Kekuasaan, sebagaimana yang di kemukakan (Weber, 2006). Merupakan

kemampuan orang atau kelompok memaksakan kehendaknya pada pihak lain

walaupun ada penolakan melalui perlawanan. Perlawanan akan dilakukan oleh

kelompok masyarakat atau individu yang merasa tertindas, frustasi, dan hadirnya

situasi ketidakadilan di tengah- tengah mereka. Jika situasi ketidakadilan dan rasa

63
64

frustasi ini mencapai puncaknya, akan menimbulkan (apa yang disebut sebagai)

gerakan sosial atau sosial movement, yang akan mengakibatkan terjadinya

perubahan kondisi sosial, politik, dan ekonomi menjadi kondisi yang berbeda

dengan sebelumnya.

(Scott, 2000), Mendefinisikan perlawanan sebagai segala tindakan yang

dilakukan oleh kaum atau kelompok subordinat yang ditujukan untuk mengurangi

atau menolak klaim (misalnya harga sewa atau pajak) yang dibuat oleh pihak atau

kelompok superdinat terhadap mereka.

Scott membagi perlawanan tersebut menjadi dua bagian, yaitu: perlawanan

publik atau terbuka (public transcript) dan perlawanan tersembunyi atau tertutup

(hidden transcript). Kedua kategori tersebut, oleh Scott, dibedakan atas artikulasi

perlawanan; bentuk, karekteristik, wilayah sosial dan budaya.Perlawanan terbuka

dikarakteristikan oleh adanya interaksi terbuka antara kelas-kelas subordinat

dengan kelas-kelas superdinat.Sementara perlawanan sembunyi-sembunyi

dikarakteristikan oleh adanya interaksi tertutup, tidak langsung antara kelas-kelas

subordinat dengan kelas-kelas superdinat. Untuk melihat pembedaan yang lebih

jelas dari dua bentuk perlawanan di atas, Scott mencirikan perlawanan terbuka

sebagai perlawanan yang bersifat: Pertama, organik, sistematik dan kooperatif.

Kedua, berprinsip atau tidak mementingkan diri sendiri. Ketiga, berkonsekuensi

revolusioner, dan/atau Keempat, mencakup gagasan atau maksud meniadakan

basis dominasi.Dengan demikian, aksi demonstrasi atau protes yang diwujudkan

dalam bentuk unjuk rasa, mogok makan dan lain-lain merupakan konsekuensi

logis dari perlawanan terbuka terhadap pihak superdinat.

64
65

Menurut Fakih (Zubir, 2002) Gerakan sosial diakui sebagai gerakan yang

bertujuan untuk melakukan perubahan terhadap sistem sosial yang ada. Karena

memiliki orientasi pada perubah an, dianggap lebih mempunyai kesamaan tujuan,

dan bukan kesamaan analisis. Mereka tidak bekerja menurut prosedur baku,

melainkan menerapkan struktur yang cair dan operasionalnya lebih diatur oleh

standar yang muncul saat itu untuk mencapai tujuan jangka panjang. Mereka juga

tidak memiliki kepemimpinan formal, seorang aktivis gerakan sosial tampil

menjadi pemimpin gerakan karena keberhasilannya mempengaruhi massa dengan

kepiawaiannya dalam memahami dan menjelaskan tujuan dari gerakan serta

memiliki rencana yang paling efektif dalam mencapainya.

Soekanto dan Susilo memberikan empat ciri gerakan sosial, yaitu:

Pertama, tujuannya bukan untuk mendapatkan persamaan kekuasaan, akan tetapi

mengganti kekuasaan. Kedua, adanya penggantian basis legitimasi, Ketiga,

perubahan sosial yang terjadi bersifat massif dan pervasive sehingga

mempengaruhi seluruh masyarakat, dan Keempat, koersi dan kekerasan biasa

dipergunakan untuk menghancurkan rezim lama dan mempertahankan

pemerintahan yang baru. Dan Smelser menyatakan, bahwa gerakan sosial

ditentukan oleh lima faktor. Pertama, daya dukung struktural (structural

condusiveness) di mana suatu perlawanan akan mudah terjadi dalam suatu

lingkungan atau masyarakat tertentu yang berpotensi untuk melakukan suatu

gerakan massa secara spontan dan berkesinambungan (seperti lingkungan

kampus, buruh, petani, dan sebagainya). Kedua, adanya tekanan- tekanan

struktural (structural strain) akan mempercepat orang untuk melakukan gerakan

65
66

massa secara spontan karena keinginan mereka untuk melepaskan diri dari situasi

yang menyengsarakan. Ketiga, menyebarkan informasi yang dipercayai oleh

masyarakat luas untuk membangun perasaan kebersamaan dan juga dapat

menimbulkan kegelisahan kolektif akan situasi yang dapat menguntungkan

tersebut. Keempat, faktor yang dapat memancing tindakan massa karena emosi

yang tidak terkendali, seperti adanya rumor atau isu-isu yang bisa membangkitkan

kesadaran kolektif untuk melakukan perlawanan. Kelima, upaya mobilisasi orang-

orang untuk melakukan tindakan tindakan yang telah direncanakan.

Sedangkan perlawanan sembunyi-sembunyi dapat dicirikan sebagai

perlawanan yang bersifat: Pertama, Tidak teratur, tidak sistematik dan terjadi

secara individual, Kedua, Bersifat oportunistik dan mementingkan diri sendiri,

Ketiga, Tidak berkonsekuensi revolusioner, dan; atau Keempat, Lebih akomodatif

terhadap sistem dominasi. Oleh karena itu, gejala- gejala kejahatan seperti:

pencurian kecil- kecilan, hujatan, makian, bahkan pura- pura patuh (tetapi

dibelakang membangkang) mempakan perwujudan dari perlawanan sembunyi

sembunyi. Perlawanan jenis ini bukannya bermaksud atau mengubah sebuah

sistem dominasi, melainkan lebih terarah pada upaya untuk tetap hidup dalam

sistem tersebut sekarang, minggu ini, musim ini. Percobaan- percobaan untuk

menyedot dengan tekun dapat memukul balik, mendapat keringanan marjinal

dalam eksploitasi, dapat menghasilkan negosiasi-negosiasi tentang batas-batas

pembagian, dapat mengubah perkembangan, dan dalam peristiwa tertentu dapat

menjatuhkan sistem.Tetapi, menurut, semua itu hanya mempakan akibat- akibat

yang mungkin terjadi, sebaliknya, tujuan mereka hampir selalu untuk kesempatan

66
67

hidup dan ketekunan.Bagaimanapun, kebanyakan dari tindakan ini (oleh kelas-

kelas lainnya) akan dilihat sebagai keganasan, penipuan, kelalaian, pencurian,

kecongkakan-singkat kata semua bentuk tindakan yang dipikirkan untuk

mencemarkan orang-orang yang mengadakan perlawanan.

Perlawanan ini dilakukan untuk mempertahankan diri dan rumah tangga,

dapat bertahan hidup sebagai produsen komoditi kecil atau pekerja, mungkin

dapat memaksa beberapa orang dari kelompok ini menyelamatkan diri dan

mengorbankan anggota lainnya sehingganya dalam melakukan perlawanan sering

terjadi indikasi adanya intimidasi dan refresifitas dari aparat Negara dan dari

lawan politiknya.

Scott menambahkan, bahwa perlawanan jenis ini (sembunyi- sembunyi)

tidak begitu dramatis, namun terdapat di mana-mana, melawan efek-efek

pembangunan kapitalis asuhan negara. Perlawanan ini bersifat perorangan dan

seringkali anonim.Terpencar dalam komunitas-komunitas kecil dan pada

umumnya tanpa sarana-sarana kelembagaan untuk bertindak kolektif,

menggunakan sarana perlawanan yang bersifat lokal dan sedikit memerlukan

koordinasi.Koordinasi yang dimaksudkan di sini, bukanlah sebuah konsep

koordinasi yang dipahami selama ini, yang berasal dari rakitan formal dan

birokratis. Tetapi merupakan suatu koordinasi dengan aksi- aksi yang dilakukan

dalam komunitas dengan jaringan jaringan informasi yang padat dan sub kultur-

sub kultur perlawanan yang kaya.

(Zubir, 2002) menyatakan bahwa perlawanan yang dilakukan oleh

kelompok pinggiran (seperti buruh, kaum miskin kota, petani, dan lain- lain)

67
68

bersifat sporadis. Dalam memperjuangkan keinginannya, gerakan ini tidak

memiliki strategi perjuangan yang jelas sehingga lebih mudah untuk dipadamkan

oleh pihak- pihak yang berkuasa. Apabila gerakan ini telah dimasuki oleh unsur

idiologis, maka gerakan ini akan menjadi suatu gerakan yang radikal. Dalam

percaturan politik, massa dari kelompok ini menjadi lahan perebutan yang subur

dari berbagai kelompok yang bertikai. Ia memiliki tujuan yang jelas dan dalam

gelombang yang besar, gerakan ini memiliki kecenderungan melawan arus zaman,

arus dari status quo yang berkuasa. Gerakan seperti ini biasanya dipelopori oleh

mahasiswa sebagai aktor intelektual (Zubir, 2002).

Adanya empat faktor yang menentukan intensititas perlawanan dan potensi

untuk melakukan tindakan politis sebagai jalan keluar. Pertama, seberapa parah

tingkat keterbelakangan atau penderitaan kolektif komunal itu dibandingkan

dengan kelompok lain. Kedua, kekuatan atau ketegasan identitas kelompok yang

merasa terancam.Ketiga, keandalan derajat kohesi dan mobilisasi kelompok.Dan

keempat, kontrol represif atau daya paksa tidak adil oleh kelompok- kelompok

dominan. Seperti yang diikuti oleh paper yang berjudul “large dam victims and

their defendersi: the emergence of an anti- large dam movement in Indonesia”,

yang kemudian dikutip oleh (Sangaji, 2000), terdapat tiga karekteristik gerakan

sosial, yakni: identifikasi, oposisi, dan totalitas. Identifikasi berkaitan dengan

aktor- aktor gerakan yang dibedakan kedalam dua kelompok, yaitu para korban

(peremajaan pasar) dan para pembelanya. Oposisi berhubungan dengan apa

(siapa) yang hendak ditentang. Dan prinsip totalitas berhubungan dengan teori-

teori yang mendasari gerakan tersebut.

68
69

Berkaitan dengan cara-cara pengungkapan atau ekspresi perlawanan,

(Sangaji, 2000) membagi kedalam dua bentuk, yakni:

a. perlawanan yang diungkapkan secara individual

b. perlawanan yang dilakukan melalui tindakan-tindakan kolektif atau bersama.

Kedua bentuk perlawanan tersebut diekspresikan dalam beragam cara

mulai dari aksi protes terbuka yang diungkap melalui media massa, surat protes,

pengiriman delegasi, atau melalui kesempatan dialog, seminar, hingga cara- cara

tertutup, seperti aksi tutup mulut dan tidak menghadiri pertemuan dengan rival. Di

samping itu, perlawanan yang dilakukan oleh kelompok pinggiran ini juga

mendapat dukungan dari organisasi atau individu yang umumnya berasal dari

kalangan terpelajar, seperti mahasiswa, NGO, tokoh intelektual setempat (Sangaji,

2000). Mereka dibedakan atas dua kategori, yaitu:

a. para pendukung spesialis, yakni individu dan organisasi yang secara spesifik

membangun keterampilan dan idiologi untuk menentang kebijakan tersebut

b. para pendukung umum, yakni individu atau organisasi yang menganggap

pembelaan tersebut merupakan bagian dari perjuangan menegakkan hak asasi

dan keadilan (Sangaji, 2000).

(Sangaji, 2000) menambahkan, bahwa alasan dilakukannya perlawanan

oleh pelaku perlawanan dibagi atas dua. Pertama, alasan yang berdimensi sosio-

kultural, berkaitan dengan tanah leluhur, biasanya alasan ini diungkapkan oleh

penduduk asli. Kedua, alasan- alasan yang bersifat sosial, ekonomi, biasanya

diungkapkan oleh penduduk pendatang yang telah lama bermukim di tempat

tersebut.

69
70

2. Pengertian Masyarakat

Pengertian masyarakat yaitu sekumpulan orang yang, terdiri dari berbagai

kalangan, baik golongan mampu ataupun golongan tak mampu, yang tinggal di

dalam satu wilayah dan telah memiliki hukum adat, norma-norma serta berbagai

peraturan yang siap untuk ditaati.Kata masyarakat sendiri pasti sudah sering kita

dengar, seperti masyarakat perkotaan, masyarakat desa, masyarakat Bugis,

masyarakat Betawi, dan lain lain. Sering kali diartikan secara mudah sebagai

warga tetapi konsep masyarakat sendiri cukup rumit untuk dapat

dimengerti.Berdasarkan ilmu etimologi yang mempelajari asal usul kata, istilah

masyarakat ini merupakan istilah serapan dari bahasa Arab dan berasal dari kata

musyarak yang berarti ikut berpartisipasi. Dalam bahasa Inggris, masyarakat

disebut dengan society. Yang berarti sekumpulan orang yang membentuk sebuah

sistem dan terjadi komunikasi di dalamnya.Oleh karena itu bisa ditarik garis lurus

bahwa pengertian masyarakat adalah sekumpulan manusia yang berinteraksi

dalam suatu hubungan sosial, saling berhubungan lalu membentuk kelompok

lebih besar serta memiliki kesamaan budaya, identitas dan tinggal dalam satu

wilayah.

Karl Marx dalam (Muin, 2013) berpendapat bahwa pengertian

masyarakat merupakan hubungan ekonomis dalam hal produksi atau konsumsi

yang berasal dari kekuatan-kekuatan produksi ekonomis seperti teknik dan karya.

Sedangkan Mansyur Fakih dalam (Zubir, 2002) berkata bahwa

pengertian masyarakat adalah sebuah sistem yang terdiri atas bagian-bagian yang

saling berkaitan dan masing-masing bagian acara terus menerus mencari

70
71

keseimbangan dan harmoni. Dalam suatu perkembangan daerah, masyarakat bisa

dibagi menjadi dua bagian yaitu masyarakat sederhana dan masyarakat

maju.Masyarakat sederhana yaitu sekumpulan masyarakat dengan pola pikir yang

kuno dan hanya dapat membedakan antara laki-laki dan perempuan saja

sedangkan masyarakat maju adalah masyarakat yang mempunya pola pikir untuk

kehidupan yang akan dicapainya di masa mendatang bersama orang-orang di

sekitarnya meskipun tidak berada dalam golongan yang sama.

Masyarakat awalnya terbentuk dari sekumpulan orang saja. Misalnya

sebuah keluarga yang dipimpin oleh kepala keluarga lalu kemudian berangsur-

angsur dari sekeluarga membentuk RT dan RW hingga akhirnya membentuk

sebuah dusun. Dusun pun kemudian berkembang menjadi beberapa Kecamatan

lalu menjadi Kabupaten, Provinsi hingga akhirnya membentuk sebuah

Negara.Masyarakat tidak akan pernah terbentuk tanpa kehadiran seorang

pemimpin di tengah-tengahnya. Seorang pemimpin yang akan mengepalai seluruh

masyarakat dapat dipilih dengan berbagai cara misalnya lewat pemungutan suara

seperti Pemilu atau dilihat dari garis keturunannya. Dalam suatu daerah yang

masih kental budaya leluhurnya, pemilihan pemimpin sudah terikat dengan aturan

masing-masing yang disebut dengan adat istiadat.

Dalam objek kajian, sosiologi mengkaji tentang manusia dan aspek

sosialnya yang sering disebut masyarakat, dan hakikatnya, manusia adalah

mahluk sosial (social animal) (Sanderson, 2011), yang perlu berinteraksi dan

hidup bersama dalam menjalani kehidupan mereka, serta saling membutuhkan

satu sama lainnya dalam mencapai tujuan, maka dari itu manusia harus

71
72

berkelompok dan terorganisir yang sering disebut masyarakat. Semua warga

masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama, hidup bersama dapat

diartikan sama dengan hidup dalam suatu tatanan pergaulan dan keadaan ini akan

tercipta apabila manusia melakukan hubungan, Mac Iver dan Page dalam

(Soekanto, 2000), memaparkan bahwa masyarakat adalah suatu sistem dari

kebiasaan, tata cara, dari wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok,

penggolongan, dan pengawasan tingkah laku serta kebiasaan-kebiasaan manusia.

Masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan bersama untuk jangka waktu yang

cukup lama sehingga menghasilkan suatu adat istiadat menurut Ralph Linton

dalam (Soekanto, 2000).

Masyarakat dalam interaksinya, menimbulkan produk-produk interaksi

yang beranekaragam, seperti nilai-nilai sosial dan norma yang dianut dalam

sebuah masyarakat tertentu secara individu maupun kelompok, termasuk juga pola

hubungan dalam masyarakat, berdasarkan kesatuannya, masyarakat terbagi

menjadi masyarakat desa dan masyarakat kota, oleh karena itu, masyarakat adalah

manusia yang berinteraksi satu sama lain yang terikat atas aturan dan norma

tertentu yang bersifat kontinu dan sifatnya terikat oleh rasa identitas bersama.

D. Konsep Pabrik Aspal

1. Pengertian Pabrik Asphalt (Asphalt Mixing Plant)

Asphalt Mixing Plant atau AMP (unit produksi campuran beraspal) adalah

seperangkat peralatan mekanik dan elektronik dimana agregat dipanaskan,

dikeringkan, dan dicampur dengan asphalt untuk menghasilkan campuran

beraspal panas yang memenuhi persyaratan tertentu.

72
73

AMP dapat terletak dilokasi yang permanen atau berpindah dari satu tempt

ke tempat lain. Apabila di tinjau dari jenis cara memproduksi campuran beraspal

dan kelengkapannya. Ada beberapa jenis AMP yaitu:

a. AMP jenis takaran (batch plant)

b. AMP jenis drum pencampur (drum mix)

c. AMP jenis menerus (continuous plant)

Namun secara umum kebanyakn AMP dikategorikan atas jenis takaran

(timbangan) atau jenis drum pencampur perbedaan utama dari AMP jenis

timbangan dan jenis drum adalah dalam hal kelengkapan dan proses pekerjanya.

Pada AMP jenis timbangan komposisi bahan dalam campuran beraspal ditentukan

berdasrkan berat masing-masing bahan sedangkan pada AMP jenis pencampu

drum komposisi bahan dalam campuran ditentukan berdasarkan berat masing-

masing bahan yang diubah kedalam satu volume atau dalam aliran berat persatuan

waktu. Terlepas dari perbedaan jenis dari AMP. Tujuan dasarnya adalah sama,

yaitu; untuk menghasilkan campuran beraspal panas yang mengandung bahan

pengikat dan agregat yang memenuhi semua persyaratan spesifikasi.

2. Kebijakan yang mengatur pembagunan pabrik aspal

Setiap kegiatan pembangunan/usaha wajib memiliki Amdal atau UKL-

UPL, juga wajib memiliki izin lingkungan sesuai dengan yang dijelaskan dalam

pasal 36 ayat (1) Undang-Undang NOMOR 32 tahun 2009 tentang perlindungan

dan pengelolaan lingkungan hidup (UUPPLH).

Dan sesuai keputusan mentri tenaga kerja dan transmigrasi republik

indonesia nomor KEP.326/MEN/IX/2009 Tentang penetapan standar kopetensi

73
74

kerja nasional indonesia sektor konstruksi bidang konstruksi gedung dan

bangunan sipil sub bidang transportasi jabatan kerja mekanik asphalt mixing plant

( asphal mixing plant mechanic) mentri tenaga kerja dan transmigrasi publik

indonesi menimbang bahwa dalam rangka sertifikasih kompetensi kerja dan

pengembangan pendidikan dan pelatihan kerja berbasis kompotensi disektor

konstruksi bidang gedung dan bangunan sipil sub bidang transportasi jabatan kerja

mekanik asphalt mexing plant (asphalt mexing plant mechanic), perlu menetapkan

standar kompetensi kerja nasional kerja indonesia sektor konstruksi bidang

kontruksi gedung dan bangunan sipil sub bidang transportasi jabatan kerja

mekanik asphalt mexing plant (asphalt mexing plant mechanic) dengan keputusan

mentri:

Mengigat: 1. undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan

Lembaran Negarah Republik Indonesia Nomor 4279): 2. Peraturan pemerintah

Nomor 31 Tahun 2006 tentang.

Sistem pelatihan kerja nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2006 Nomor 67, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 4637):

3. Keputusan presiden Nomor 187/M Tahun 2004 sebagai mana telah beberapa

kali telah diubah terakhir dengan keputusan presiden Nomor 31/P Tahun 2007: 4.

Peraturan mentri tenaga kerja dan transmigrasi Nomor PER.21/MEN/X/2007

tentang tata cara penetapan standar kompetensi kerja nasional indonesia

Memperhatikan 1. Hasil konvensi nasional RSKKNI sektor konstruksi bidang

konstruksi gedung dan banguna sipil sub bidang transportasi jabatan kerja

74
75

mekanik asphalt mexing plant (asphalt mexing plant mechanic) yang

diselenggarakan Tahun 19 Agustus 2008 bertempat di jakarta 2. Surat kepal badan

konstruksi dan sumber daya manusia departemen PU Nomor UM 0103-KK/1598

Tanggal 17 november 2008 tentang penetapan RSKKNI menjadi SKKNI bidang

tata lingkungan:

Memutuskan, Menetapkan: 1. Standar kompetensi nasional indonesia sektor

konstruksi bidang konstruksi gedung dan banguna sipil sub bidang transportasi

jabatan kerja mekaning asphlat mexing plant (asphalt mexing plant mechanic) ,

sebagai mana tercantum dalam lampiran keputusan mentri ini 2. Standar

kompetensi kerja nasional indonesia sebagai mana dimaksuddalam diktum

Kesatu berlaku secara nasional dan menjadi acuan penyelenggaraan pendidikan

dan pelatihan kerja serta uji kompetensi dalam rangka sertifikasi kompetensi.

3. Standar kompetensi kerja nasional indonesia sebagai mana dimaksud dalam

diktum Kesatu ditinjau dalam setiap dalam lima tahun atau sesuai dengan

kebutuhan. 4. Keputusan mentri ini ditetapkan di jakarta pada tanggal 30

september 2009.

E. Kerangka Pikir

Kajian ini merupakan rumpun penelitian dokumen (library reasearch)

dengan pendekatan tekstual dan peraturan perundang-undangan. Pendekatan

tekstual dilakukan dengan kajian teoretis yang mendalam terhadap objek

penelitian, yaitu literasiekologi. Pendekatan peraturan-perundang-undangan

dilakukan dengan menganalisis dilakukan dengan UUPPLH (Muhajir, 2015).

Untuk itu berdasarkan pada persoalan yang menjadi objek penelitian, fokus

75
76

kajiannya terhadap sumber daya alam, yang dikaji dalam ranah ekologi sosial

sebagai basis untuk mengatasi persoalan sumber daya alam, kajiannya dilakukan

dengan menggunakan strategi kebijakan pemerintah dalam menangani konflik

masyarakat.

Berdasarkan observasi dengan masyarakat di kelurahan Buntu Sugi dari

beberapa tahun terakhir semakin resah akibat hadirnya PT. Nindia Karya

Sejahtera yang mendirikan pabrik aspal. Berlangsungnya operasi pabrik aspal

tersebut sudah beberapa nyaris meringkus korban jiwa seperti putri dari salah satu

warga bernama ibu Elin yang keracunan akibat menghirup polusi dari pabrik

tersebut karena hanya berjarak beberapa meter dari pemukiman warga,

selanjutnya pabrik aspal juga merusak tanaman warga karena limbahnya yang

tidak mempunyai muara yang jelas dan debu pabrik yang menutupi tanaman.

Nah ini akan menjadi bahan penting kedepannya mengenai kebijakan pemerintah

untuk bagaimana menyelesaikan konflik antara masyarakat dan pihak perusahaan

terlebih karena warga sudah berkali-kali melakukan aksi protes, mulai dari pihak

DPRD hingga di kantor bupati kabupaten enrekang. Pemerintah diharapkan

mampu memberikan solusi berupa strategi yang nantinya dapat memberikan jalan

keluar dari permasalahan diatas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan

kerangka pikir di bawah ini :

76
77

Bagan-Bagan Kerangka Pikir

Strategi Pemerintah Dalam Menangani


Konflik Pada Pabrik Di Kecamatan Alla
Kabupaten Enrekang

(Teori George Polya dalam Veby 2012)


Memahami Merencanakan Melaksanakan Melihat
masalah pemecahan rencana kembali

Penyelesaian Konflik
Masyarakat

F. Fokus Penelitian

Adapun fokus penelitian ini adalah bagaimana strategi pemerintah dalam

penanganan konflik masyarakat dan perusahaan pabrik ashpalt mixin plant di kel

urahan buntu sugi, kecamatan alla, kabupaten enrekang dan apa faktor pendukung

dan penghambat dalam menyelesaikan konflik masyarakat dan perusahaan

terhadap pembangunan pabrik asphalt mixing plat di buntu sugi, kelurahan matua,

kecamatan, kabupaten enrekang.

G. Deskripsi Fokus Penelitian

1. Memahami masalah merupakan tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah

dalam memahami permasalahan yang menyebabkan terjadinya penanganan

limbah pabrik aspal di Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang yang

menyebabkan masyarakat resah sejak beroperasinya pabrik aspal milik PT

77
78

Nindya Sejahtera yang sangat mengganggu aktivitas warga dan mencemari

lingkungan, tanaman pertanian yang dulunya bagus sekarang sudah rusak

akibat debu yang menutupi tanaman. Akibat limbah pabrik tersebut, sudah

ada beberapa balita dan anak-anak serta orang dewasa terpaksa mengeluarkan

biaya untuk pengobatan di puskesmas karena terserang penyakit inflensa,

kepala pusing dan muntah-muntah. PT.Nindya Sejahtera berjanji akan

mencari solusi limbah tersebut yang mengganggu warga dan akan membuat

surat izin limbah B3.

2. Merencanakan pemecahan merupakan langkah yang diambil Pemerintah

dalam menyelesaikan permasalahan yang menyebabkan terjadinya

penanganan limbah pabrik aspal di Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang

diketahui bahwa Dinas Lingkungan Hidup mengusulkan kepada PT.Nindya

Sejahtera untuk membuat izin penyimpanan limbah B3. Sebelum itu

PT.Nindya Sejahtera harus melengkapi dokumen dan melakukan perbaikan

serta penuhi saran yang diberikan seperti tidak beroperasi pada jam istirahat

dan menimalisir debu tetapi masyarakat tetap ingin PT.Nindya Sejahtera

berhenti beroperasi di matua dan memindahkan alat AMP ditempat yang

lebih jauh dari pemungkiman.

3. Melaksanakan rencana merupakan upaya yang dilakukan Pemerintah dalam

merealisasikan pokok pemecahan masalah yang sudah direncanakan

sebelumnya, dapat diketahui bahwa izin penyimpanan limbah B3 sudah bisa

dikeluarkan jika PT.Nindya Sejahtera sudah melengkapi dokumen dan

melakukan memperbaiki serta mematuhi aturan-aturan yang berlaku di

78
79

Undang-undang. Terkait adanya proter warga, Dinas Lingkungan Hidup akan

menyelesaikan persoalan secara kekeluargaan

4. Melihat kembali merupakan evaluasi yang dilakukan Pemerintah terhadap

strategi dalam pemecahan masalah terhadap konflik masyarakat pada

pembangunan pabrik ashpalt, , bahwa hasil dari evaluasi atau melihat kembali

dapat diketahui bahwa izin penyimpanan limbah pabrik aspal sudah di

keluarkan dan terbitkan oleh Dinas Perizinan

5. Penyelesaian konflik masyarakat merupakan maksimalnya strategi yang

dilakukan Pemerintah dalam penanganan limbah pabrik aspal terhadap

pembangunan pabrik aspal.

79
80

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu yang dibutuhkan peneliti yakni dua bulan setelah ujian proposal

dan akan bertempat dikelurahan Buntu Sugi Kecamatan Alla Kabupaten

Enrekang. Dipilihnya lokasi ini karena beberapa pertimbangan, diantaranya:

Pertama. lokasi ini merupakan salah satu wilayah yang bermasalah terkait

pemerintah Kabupaten Enrekang memberikan izin operasi kepada PT.Nindya

Sejahtera (Aspalt Mixing Plant) atau Perusahaan Pabrik Aspal di areal pemukiman

masyarakat, hingga menuai berbagai penolakan masyarakat terhadap kebijakan

tersebut, Kedua lokasi penelitian berada di Kabupaten Enrekang, Provinsi

Sulawesi Selatan (sebagai pusat pemerintahan daerah), sangat berpengaruh dan

menjadi model bagi daerah- daerah lainnya di Propinsi Sulawesi Selatan, Ketiga.

Lokasi tersebut merupakan tempat pemukiman masyarakat sehingga sangat sesuai

terjadinya konflik vertikal.

B. Jenis Dan Tipe Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan yang

bersifat alamiah, melalui proses yang telah ditetapkan.

1. Jenis penelitiaan

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif yakni bersifat menggambarkan atau menguraikan sesuatu hal menurut

apa adanya. Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan yang disertai dengan gambar/foto

80
81

dari orang-orang yang perilakunya dapat diamati. Diharapkan bahwa apa yang

terlihat di lapangan di gambarkan secara lebih rinci, jelas dan akurat. Terutama

apa yang dilihat pada perlawanan masyarakat terhadap upaya penanganan limbah

pabrik Aspal di Keluraha Buntu Sugi Kecamataan Alla Kabupaten Enrekang yang

menuai pro dan kontra. Berhubungan dengan penelitian terhadap Penanganan

Limbah Pabrik Aspal di Keluraha Buntu Sugi Kecamataan Alla Kab Enrekang,

Penelitian deskriptif kualitatif bersifat terbuka artinya masalah penelitian

sebagaimana telah disajikan bersifat fleksibel“ subject to change” sesuai dengan

proses kerja yang terjadi di lapangan. Sehingga focus penelitiannya pun ikut juga

berubah guna menyesuaikan diri dengan masalah penelitian yang berubah.

2. Tipe penelitian

Tipe penelitian yang di gunakan adalah Deskriptif. Menurut Bogdan dan

Biklen (dalam Alsa, 2004) peneliti dengan pendekatan fenomenologis berusha

berusaha memahami makna dari suatu peristiwa dan saling pengaruhnya dengan

manusia dalam situasi tertentu.

Deskriptif-analitis adalah suatu upaya untuk menggambarkan hasil dari

data-data yang diperoleh di lapangan, baik secara lisan maupun tulisan untuk

kemudian dianalisis sebagai suatu kesimpulan penelitian.

C. Jenis dan Sumber Data

C. Data Primer

Data primer adalah data yang penulis dapat secara langsung dari sumbernya

yaitu para informan yang menjadi objek penelitian peneliti. Peneliti mendatangi

dan melakukan wawancara langsung untuk mendapatkan hasil atau data yang

81
82

valid dari informan secara langsung agar dalam menggambarkan hasil penelitian

lebih mudah.

D. Data Sekunder

Data sekunder merupakan suatu data yang diperoleh melalui media dengan

maksud untuk melengkapi data primer seperti buku, artikel, internet atau jurnal

ilmiah yang saling berkaitan dari objek yang di teliti sehingga peneliti lebih

akurat.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan oleh peneliti

dalam penelitian ini untuk memperoleh informan atau data yang akurat sehingga

dapat dipertanggungjawabkan sebagai suatu penelitian sosial yang ilmiah. Adapun

cara-cara tersebut dapat dibagai atas tiga bagian, yakni melalui: observasi atau

pengamatan, wawancara dan dokumentasi.

1. Observasi

Observasi yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan

langsung terhadap objek penelitian, penelitian mengenai strategi kebijakan

pemerintah dalam menangani konflik masyarakat dan perusahaan pablik aspal di

Keluraha Buntu Sugi Kecamataan Alla Kabupaten Enrekang.

2. Wawancara.

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan penelitian

untuk mendapat keterangan-keterangan biasa melalui percakapan dan berhadapan

muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada obyek penelitian.

3. Dokumentasi

82
83

Dokumentasi, yaitu pencatatan dokumen dan data yang berhubungan

dengan penelitian ini. Data ini berfungsi sebagai bukti dari hasil wawancara di

atas. Kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh data yang diperlukan dengan

menelusuri dan mempelajari dokumen-dokumen yang sudah ada. Hal ini

dimaksud untuk mendapatkan data dan informasi yang berhubungan dengan mater

penelitian. Studi dokumentasi dilakukan dengan mempelajari buku-buku dan hasil

laporanlain yang ada kaitannya dengan obyek penelitian.

E. Informan Penelitian

Informan peneliti adalah orang di manfaatkan untuk memberikan informasi

tentang situasi dan kondisi yang diteliti.Penentuan informan dilakukan secara

purposive sampling, artinya memilih langsung informan yang lebih mengatahui

tentang masalah yang akan diteliti.

Tabel Informan Penelitian

No NAMA INFORMAN JABATAN JUMLAH


1 Ir. Myrsalim, MP Kepala DLH 1
2 Herlina WHS. S.Si Staf DLH 1
3 Manager PT.Nindya 1
Arif Luqman Hakim
Sejahtera
4 Tokoh masyarakat Masyarakat 5
6 Total 8

F. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus

menerussampai tuntas, sehingga datanya jenuh, Aktifitas tersebut adalah reduksi

data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan :

1. Data Reduktion (Reduksi Data)

83
84

Reduksi data adalah analisis data yang dilakukan dengan memilih hal-hal

yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

Data yang diperoleh di dalam lapangan dituliskan/dketik dalam bentuk uraian atau

laporan yang terperinci.

2. Data Display(Penyajian Data)

Selanjutnya penyajian data dalam bentuk uraian singkat, dan sejenisnya.

Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif

adalah teks yang bersifat narasi.

3. Conclusion Drawing/verificDation

Langka ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dari data yang

diperoleh, kemudian dikategorikan, dicari tema dan polanya kemudian ditarik

kesimpulan. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan

akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya (Sugiyono, 2013).

G. Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif, data bisa dikatakan akurat ketika terjadi

keselarasan antara yang di laporkan dengan apa yang perbedaan antara yang

sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian.

1. Perpanjangan Pengamatan

Hal ini dilakukan ketika peneliti masih menemukan kekeliruan dari hasil

penelitiansehingga mengharuskan untuk melakukanpeninjauan kembali ke lokasi

penelitian sehingga bisa mendapatkn informasi yang lebih akurat lagi dari apa

yang sudah didapatkan sebelumnya.

84
85

2. Meningkatkan Ketekunan

Lebih mencermati hal yang ingin diteliti dengan cara lebih memfokuskan

diri pada hal yang ingin di teliti sehingga lebih sistematis dan lebih jelih lagi

untuk melihat apakah data yang di kumpulkan itu benar atau salah.

3. Triangulasi

Pengujian kebenaran informasi dengan berbagai cara dan berbagai kondisi

berupa pengujian kebenaran serta akurasi data harus dengan berbagai cara.Hal ini

dilakukan dengan tiga triangulasi, yaitu :

a. Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informasi

tertentumelalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya,

selain melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan

observasi terlibat, dokumen tertulis, arsip, dokumen sejarah, catatan resmi,

catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau foto. Masing-masing cara itu

akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan

memberikan pandangan yang berbeda pula mengenai fenomena yang

diteliti.

b. Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakanteknik pengumpulan data

yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber datayang

sama.Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancaramendalam,

Sertadokumentasi untuk sumber data yang sama secara serentak.

c. Triangulasi waktu yaitu data yang dikumpulkan dengan teknik melihat

kondisi sikologis informan yang dinilai berdasarkan waktu wawancara

antara pagi, siang ataupun sore hari.

85
86

4. Analisis Kasus Negatif

Analis kasus yang tidak sesuai atau bertentangan dengan kasus yang

sebenarnya dalam jangka waktu tertentu apabila waktu itu tidak di temukan lagi

data yang lain atau data yang bertentangan maka data yang diperoleh dianggap

benar dan dijadikan sebagai referensi dari berbagai media atau penelitian.

5. Menggunakan Bahan Referensi

Hal ini dilakukan dengan cara memperlihatkan bukti berupa gambar

ataupun suara rekaman antara peneliti dan informasi penelitian sehingga ada bukti

jelas atau kongret bahwa peneliti betul-betul terjun langsung kelapangan atau

lokasi peneliti untuk melakukan penelitian dan data yang dikumpulkan adalah

data berdasarkan penelitian bukan hanya asumsi peneliti atau opini.

6. MengadakanMembercheck

Hal ini dilakukan berupa pengevaluasian data kembali oleh peneliti atas

data yang diperoleh dari informan apakah jawaban yang diberikan informan

sesuai dengan pertanyaan peneliti atau tidak sehingga data yang terkumpul lebih

kredibel lagi sehingga data yang di peroleh adalah data akurat (Sugiyono).

86
87

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Obyek Penelitian

1. Profil Administrasi Kabupaten Enrekang

Kabupaten Enrekang adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi

Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Kota

Enrekang. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.786,01 km² dan

berpenduduk sebanyak ± 190.579 jiwa.

Ditinjau dari segi sosial budaya, masyarakat Kabupaten Enrekang

memiliki kekhasan tersendiri. Hal tersebut disebabkan karena kebudayaan

Enrekang (Massenrempulu') berada di antara kebudayaan Bugis, Mandar dan

Tana Toraja. Bahasa daerah yang digunakan di Kabupaten Enrekang secara

garis besar terbagi atas 3 bahasa dari 3 rumpun etnik yang berbeda di

Massenrempulu', yaitu bahasa Duri, Enrekang dan Maiwa. Bahasa Duri

dituturkan oleh penduduk di Kecamatan Alla', Baraka, Malua, Buntu Batu,

Masalle, Baroko, Curio dan sebagian penduduk di Kecamatan Anggeraja.

Bahasa Enrekang dituturkan oleh penduduk di Kecamatan Enrekang,

Cendana dan sebagian penduduk di Kecamatan Anggeraja. Bahasa Maiwa

dituturkan oleh penduduk di Kecamatan Maiwa dan Kecam atan Bungin.

Melihat dari kondisi sosial budaya tersebut, maka beberapa masyarakat

menganggap perlu adanya penggantian nama Kabupaten Enrekang menjadi

87
Kabupaten Massenrempulu', sehingga terjadi keterwakilan dari sisi sosial

budaya.

Sejak abad XIV, daerah ini disebut MASSENREMPULU' yang artinya

meminggir gunung atau menyusur gunung, sedangkan sebutan Enrekang dari

ENDEG yang artinya NAIK DARI atau PANJAT dan dari sinilah asal

mulanya sebutan ENDEKAN. Masih ada arti versi lain yang dalam

pengertian umum sampai saat ini bahkan dalam Adminsitrasi Pemerintahan

telah dikenal dengan nama “ENREKANG” versi Bugis sehingga jika

dikatakan bahwa Daerah Kabupaten Enrekang adalah daerah pegunungan

sudah mendekati kepastian, sebab jelas bahwa Kabupaten Enrekang terdiri

dari gunung-gunung dan bukit-bukit sambung-menyambung mengambil ±

85% dari seluruh luas wilayah sekitar 1.786.01 Km².

Menurut sejarah, pada mulanya Kabupaten Enrekang merupakan suatu

kerajaan besar yang bernama MALEPONG BULAN, kemudian kerajaan ini

bersifat MANURUNG dengan sebuah federasi yang menggabungkan 7

kawasan/kerajaan yang lebih dikenal dengan federasi ”PITUE

MASSENREMPULU”, yaitu:

1. Kerajaan Endekan yang dipimpin oleh Arung/Puang Endekan

2. Kerajaan Kassa yang dipimpin oleh Arung Kassa'

3. Kerajaan Batulappa' yang dipimpin oleh Arung Batulappa'

62
72

4. Kerajaan Tallu Batu Papan (Duri) yang merupakan gabungan dari Buntu

Batu, Malua, Alla'. Buntu Batu dipimpin oleh Arung/Puang Buntu Batu,

Malua oleh Arung/Puang Malua, Alla' oleh Arung Alla'

5. Kerajaan Maiwa yang dipimpin oleh Arung Maiwa

6. Kerajaan Letta' yang dipimpin oleh Arung Letta'

7. Kerajaan Baringin (Baringeng) yang dipimpin oleh Arung Baringin

Pitu (7) Massenrempulu' ini terjadi kira-kira dalam abad ke XIV M. Tetapi

sekitar pada abad ke XVII M, Pitu (7) Massenrempulu' berubah nama menjadi

Lima Massenrempulu' karena Kerajaan Baringin dan Kerajaan Letta' tidak

bergabung lagi ke dalam federasi Massenrempulu'.

Akibat dari politik Devide et Impera, Pemerintah Belanda lalu memecah

daerah ini dengan adanya Surat Keputusan dari Pemerintah Kerajaan Belanda

(Korte Verkaling), di mana Kerajaan Kassa dan kerajaan Batu Lappa'

dimasukkan ke Sawitto. Ini terjadi sekitar 1905 sehingga untuk tetap pada

keadaan Lima Massenrempulu' tersebut, maka kerajaan-kerajaan yang ada

didalamnya yang dipecah.

Beberapa bentuk pemerintahan di wilayah Massenrempulu' pada masa itu,

yakni:

1. Kerajaan-kerajaan di Massenrempulu' pada Zaman penjajahan Belanda

secara administrasi Belanda berubah menjadi Landshcap. Tiap Landschap

dipimpin oleh seorang Arung (Zelftbesteur) dan dibantu oleh Sulewatang


73

dan Pabbicara /Arung Lili, tetapi kebijaksanaan tetap ditangan Belanda

sebagai Kontroleur. Federasi Lima Massenrempulu' kemudian menjadi:

Buntu Batu, Malua, Alla'(Tallu Batu Papan/Duri), Enrekang (Endekan)

dan Maiwa. Pada tahun 1912 sampai dengan 1941 berubah lagi menjadi

Onder Afdeling Enrekang yang dikepalai oleh seorang Kontroleur (Tuan

Petoro).

2. Pada zaman pendudukan Jepang (1941–1945), Onder Afdeling Enrekang

berubah nama menjadi Kanrikan. Pemerintahan dikepalai oleh seorang

Bunkem Kanrikan.

3. Dalam zaman NICA (NIT, 1946–27 Desember 1949), kawasan

Massenrempulu' kembali menjadi Onder Afdeling Enrekang.

4. Kemudian sejak tanggal 27 Desember 1949 sampai 1960, Kawasan

Massenrempulu' berubah menjadi Kewedanaan Enrekang dengan pucuk

pimpinan pemerintahan disebut Kepala Pemerintahan Negeri Enrekang

(KPN Enrekang) yang meliputi 5 (lima) SWAPRAJA, yakni:

a. SWAPRAJA ENREKANG

b. SWAPRAJA ALLA

c. SWAPRAJA BUNTU BATU

d. SWAPRAJA MALUA

e. SWAPRAJA MAIWA

Yang menjadi catatan atau lembaran sejarah yang tak dapat dilupakan

bahwa dalam perjuangan atau pembentukan Kewadanaan Enrekang (5


74

SWAPRAJA) menjadi DASWATI II / DAERAH SWANTARA TINGKAT II

ENREKANG atau KABUPATEN MASSENREMPULU'. (Perlu ingat bahwa

yang disetujui kelak dengan nama Kabupaten Dati II Enrekang mungkin karena

latar belakang historisnya). Adapun pernyataan resolusi tesebut antara lain:

1. Pernyataan Partai/Ormas Massenrempulu' di Enrekang pada tanggal 27

Agustus 1956.

2. Resolusi Panitia Penuntut Kabupaten Massenrempulu di Makassar pada

tanggal 18 Nopember 1956 yang diketuai oleh almarhum Drs. H.M.

RISA

3. Resolusi HIKMA di Parepare pada tanggal 29 Nopember 1956

4. Resolusi Raja-raja (ARUM PARPOL/ORMAS MASSENREMPULU')

di Kalosi pada tanggal 14 Desember 1956

B. Strategi Kebijakan Pemerintah Dalam Penanganan Limbah Pabrik

Aspal Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang Strategi Kebijakan

Pemerintah Kabupaten Enrekang dalam Penanganan Limbah Pabrik Aspal

ialah Memahami masalah, Merencanakan pemecahan, Melaksanakan rencana,

Melihat kembali dan akan dibahas dalam sub bab ini:

1. Memahami Masalah

Menurut George Polya dalam Veby (2012). Memahami masalah

merupakan tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Enrekang

dalam memahami permasalahan yang menyebabkan terjadinya penanganan

Limbah Pabrik Aspal di Kecamatan Alla Pemerintah Daerah Kabupaten


75

Enrekang mengeluarkan izin tempat penyimpanan sementara limbah bahan

berbahaya dan beracun kepada PT. NINDYA SEJAHTERA KSO yang

tertuang dalam Peraturan Pemerintah Republik I ndonesia Nomor 18 Tahun

1999 tentang pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 31. Izin tersebut

menjadi pemicu konflik antara pemerintah dan masyarakat yang merasa

dirugikan oleh hadirnya pabrik aspal

Berikut hasil wawancara dengan Kepala Dinas Lingkungan Hidup

Kabupaten Enrekang selaku informan yang membahas tentang indikator

Memahami Masalah:

“jadi begini dek, masalahnya PT NINDYA SEJAHTERA sebelumnya


tidak memiliki izin penyimpanan TPS Limbah B3 tetapi memili izin
usaha dan lainya.contohnya cerobong asap yang tidak memenuhi
standar itu yang mencemari lingkungan dan tanaman ditambah lagi
jarak antara pabrik dengan pemukiman warga hanya sekitar 50-70
meter itu yang membuat warga menolak keberadaan PT.Nindya
Sejahterah .(wawancara dengan informa pada tanggal 31 Desember
2019).

Beradasarkan hasil wawancara dengan Kepala Dinas Lingkungan Hidup

selaku informan yang membahas tentang indikator Memahami Masalah,

dapat diketahui bahwa masyarakat menolak beroperasinya Pt.Nindya

Sejahtera karena tidak memiliki izin penyimpanan limbah B3 yang sangat

merugikan masyarakat yang merusak lingkungan dan tanaman yang menjadi

sumber pendapatan warga setempat.


76

Hal senada juga diungkapkan oleh salah satu staf Dinas Lingkungan

Hidup Kabupaten Enrekang, berikut hasil wawancara penulis dengan

informan:

“yah terkait pertanyaan adek tadi tentang memahami masalah, yah


kami pahami masalahnya.. masalahnya itu masyarakat protes
keberadaan operasional alat AMP milik PT.Nindya Sejahtera kenapa?
Karena pembangunan pabrik aspal milik PT.Nindya Sejahtera”
mencemari lingkungan dan menggangu kesehatan masyarakat
memang PT.Nindya Sejahtera tidak memiliki izin limbah B3 tetapi
memiliki izin usaha yang lainnya. (wawancara dengan informan pada
tanggal 31 Desember 2019).

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu staf Dinas Lingkungan

Hidup diketahui bahwa masyarakat protes keberadaan PT.Nindya Sejahtera

karena pembangunan pabrik aspal mencemari lingkungan dan mengganggu

kesehatan masyarakat sekitar serta menuntut pemerintah enrekang mencabut

izin keberadaan operasional alat AMP PT.Nindya Sejahtera segerah

memindahkan alat AMP dari Matua.

Berikut hasil wawancara dengan tokoh masyarakat selaku informan

yang membahas tentang memahami masalah yang menjadi salah satu

indikator dari strategi kebijakan pemerintah dalam penanganan limbah

pabrik aspal di Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang

“begini nak, kami menolak keberadaan operasioanal alat AMP milik


PT.Nindya Sejahtera dan sangat menyayangkan pemberian izin
kepada PT.Nindya Sejahtera oleh pemerintah yang jelas-jelas
melanggar izin lingkungan hidup! Karena menggangu kehidupan
warga Matua pembangunan pabrik itu dibangun hanya berjarak 50-70
meter dari memukiman ini jelas-jelas tidak sesuai dengan aturan
terkait mengenai dampak lingkungan hidup (wawancara dengan
informan pada tanggal 4 januari 2020)
77

Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat selaku

informan yang membahas tentang memahami masalah yang menjadi salah

satu indikator dari strategi kebijakan pemerintah dalam penanganan limbah

pabrik aspal dapat disimpulkan bahwa masyarakat menolak dengan tegas!

Pembangunan pabrik aspal karena membuat kehidupan warga matua

terganggu. Tanaman pertanian yang dulunya bagus sekarang sudah rusak

akibat debu yang menutupi tanaman. Anak-anak kadang harus diungsikan

akibat terpapar debu dari polusi pabrik.

Berikut hasil wawancara dengan tokoh masyarakat selaku informan

yang membahas tentang memahami masalah yang menjadi salah satu

indikator dari strategi kebijakan pemerintah dalam penanganan limbah

pabrik aspal di Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang

“kasihan kami dek saat beroperasi siang hari, kami masuk kamar
karena asap dan baunya yang menyengat membuat kita sesak nafas!”
(wawancara dengan informan pada tanggal 4 januari 2020).

Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat selaku informan

yang membahas tentang memahami masalah yang menjadi salah satu

indikator dari strategi kebijakan pemerintah dalam penanganan limbah

pabrik aspal di Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang yang resah terhadap

operasinya pabrik aspal dapat disimpulkan bahwa perlawanan masyarakat

ini muncul merupakan kekhawatiran masyarakat terhadap limbah pabrik

aspal yang mengganggu aktivitas warga.


78

Berikut hasil wawancara dengan manajer indomaret selaku informan

yang membahas tentang memahami masalah yang menjadi salah satu

indikator dari strategi kebijakan pemerintah dalam penanganan limbah

pabrik aspal Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang yang menolak

beroperasinya pabrik aspal

“begini dek, kami pahami apa yang menjadi masalah selama ini. Kami
juga tidak bisa berbuat apa-apa juga kalo masyarakat menolak, tapi
kami tetap mengupayakan melakukan negosiasi dengan pihak
masyarakat dan pemerintah agar pembangunan ini tetap berjalan.
Kami berjanji akan mencari solusi limbah tersebut yang mengganggu
warga dan akan membuat surat izin limbah B3. (wawancara dengan
informan pada tanggal 6 januari 2020).

Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh manajer PT.Nindya

Sejahtera selaku informan yang membahas tentang memahami masalah

yang menjadi salah satu indikator dari strategi kebijakan pemerintah dalam

penanganan limbah pabrik aspal Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang yang

menolak beroperasinya pabrik aspal dapat diketahui bahwa pihak

PT.Nindya Sejahtera sampai sekarang ini masih melakukan upaya negosiasi

dengan masyarakat dan pemerintah agar pembangunan pabrik aspal dapat

tetap berjalan, dan untuk sampai sekarang ini pihak PT.Nindya Sejahtera

akan mencari solusi limbah tersebut dan akan membuat surat izin limbah

B3.

Berikut hasil wawancara dengan kepala Dinas Lingkungan Hidup

Kabupaten Enrekang, staf Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Enrekang,

Tokoh masyarakat Enrekang, serta Manajer PT.Nindya Sejahtera Kabupaten


79

Enrekang informan yang membahas tentang memahami masalah yang

menjadi salah satu indikator dari strategi kebijakan pemerintah dalam

penanganan limbah pabrik aspal kabupaten enrekang yang menolak

beroperasinya pabrik aspal, dapat diketahui bahwa masyarakat resah sejak

beroperasinya pabrik aspal milik PT Nindya Sejahtera yang sangat

mengganggu aktivitas warga dan mencemari lingkungan, tanaman pertanian

yang dulunya bagus sekarang sudah rusak akibat debu yang menutupi

tanaman. Akibat limbah pabrik tersebut, sudah ada beberapa balita dan

anak-anak serta orang dewasa terpaksa mengeluarkan biaya untuk

pengobatan di puskesmas karena terserang penyakit inflensa, kepala pusing

dan muntah-muntah

2. Merencanakan pemecahan

Menurut George polya dalam veby (2012) merencanakan pemecahan

merupakan langkah yang diambil Pemerintah dalam menyelesaikan

permasalahan yang menyebabkan terjadinya penanganan limbah pabrik

aspal di Kecamatan Alla Kabupten Enrekang

Berikut hasil wawancara dengan Kepala Dinas Lingkungan Hidup

Kabupaten Enrekang selaku informan yang membahas tentang indikator

merencanakan pemecahan dalam strategi kebijakan pemerintah dalam

penanganan limbah pabrik aspal di Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang:

“jadi untuk soal pemecahannya itu sendiri kami usulkan kepada


PT,Ninday Sejahtera untuk membuat izin penyimpanan Limbah B3
sebelum itu PT.Nindyah Sejahtera harus memenuhi peraturan yang
80

berlaku di Undang-undang tentang penyimpanan sementara limbah


B3 ” (wawancara dengan informan 31 Desember 2019).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Dinas Lingkungan

Hidup Kabupaten Enrekang selaku informan yang membahas tentang

indikator merencanakan pemecahan dalam strategi kebijakan pemerintah

dalam penanganan limbah pabrik aspal di Kecamatan Alla Kabupaten

Enrekang dapat diketahui bahwa dinas lingkungan hidup mengusulkan

PT.Nindya Sejahtera membuat izin penyimpanan limbah B3 dan memenuhi

peraturan yang berlaku di Undang-Undang tentang penyimpanan sementara

limbah B3.

Berikut hasil wawancara dengan staf Dinas Lingkungan Hidup

Kabupaten Enrekang selaku informan yang membahas tentang indikator

merencanakan pemecahan dalam strategi kebijakan pemerintah dalam

penanganan limbah pabrik aspal di Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang:

“yah begini adek, terkait untuk pemecahan kasus ini kami sudah
mengusulkan pada PT.Nindya Sejahtera membuat izin penyimpanan
limbah B3 sebelum itu PT Nindya Sejahtera harus melengkapi
dokumen dan melakukan perbaikan serta penuhi syarat yang
diberikan. (wawancara dengan informan pada tanggal 31 Desember
2019).

Berdasarkan hasil wawancara dengan staf Dinas Lingkungan Hidup

Kabupaten Enrekang selaku informan yang membahas tentang indikator

merencanakan pemecahan dalam strategi kebijakan pemerintah dalam

penanganan limbah pabrik aspal di Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang

dapat diketahui bahwa Dinas Lingkungan Hidup mengusulka PT.Nindya

Sejahtera membuat,izin penyimpanan limbah sebelum itu PT.Nindya


81

Sejahtera harus melengkapi dokumen dan melakukan perbaikan serta penuhi

syarat yang diberikan.

Berikut hasil wawancara dengan Tokoh Masyarakat Kabupaten

Enrekang selaku informan yang membahas tentang indikator merencanakan

pemecahan dalam strategi kebijakan pemerintah dalam penanganan limbah

pabrik aspal di Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang:

“yah”kami mendengar bahwa dinas lingkungan hidup mengusulkan


PT.Ninda Sejahtera membuat izin limbah B3 tetapi kami hanya ingin
pabrik aspal tidak beroperasi lagi di matua dengan memindakan alat
AMP di tempat lain yang lebih aman dan jauh dari pemungkiman
(wawancara dengan informan pada tanggal 4 januari 2020 ).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Tokoh Masyarakat Kabupaten

Enrekang selaku informan yang membahas tentang indikator merencanakan

pemecahan dalam strategi kebijakan pemerintah dalam penanganan limbah

pabrik aspal di Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang dapat diketahui bahwa

masyarakat hanya ingin pabrik aspal milik PT.Nindya Sejahtera berhenti

beroperasi lagi di matua, dan segerah memindakan alat AMP milik

PT.Naindya Sejahtera di tempat lain yang lebih aman, jauh dari

pemungkinan warga.

Berikut hasil wawancara dengan Manajer PT.Nindya Sejahtera

kabupaten enrekang selaku informan yang membahas tentang indikator

merencanakan pemecahan dalam strategi kebijakan pemerintah dalam

penanganan terkait limbah pabrik aspal di Kabupaten Enrekang:

“iya dek, kami sudah dapat himbauan dari Dinas Lingkungan Hidup
kabupaten enrekang untuk membuat izin penyimpanan Limbah B3
sebelum itu kami harus melengkapi dokumen dan melakukan
82

perbaikan serta penuhi saran yang diberikan seperti tidak beroperasi


pada jam istirahat dan menimalisir debu.” (wawancara dengan
informan pada tanggal 6 januari 2020).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Manajer PT.Nindya Sejahtera

kabupaten enrekang selaku informan yang membahas tentang indikator

merencanakan pemecahan dalam strategi kebijakan pemerintah dalam

penanganan terkait limbah pabrik aspal di Kabupaten Enrekang dapat

diketahui bahwa dari pihak PT.Nindya Sejahtera sudah mendapat himbauan

dari Dinas Lingkungan Hidup untuk membuat izin penyimpanan Limbah B3

sebelum itu PT.Nindya Sejahtera harus melengkapi dokumen dan

melakukan perbaikan serta penuhi saran yang diberikan seperti tidak

beroperasi pada jam istirahat dan menimalisir debu.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Dinas Lingkungan Hidup

Kabupaten Enrekang, staf Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Enrekang,

Tokoh Masyarakat Kabupaten Enrekang, dan Manajer PT.Nindya Sejahtera

Kabupaten Enrekang selaku informan yang membahas tentang indikator

merencanakan pemecahan dalam strategi kebijakan pemerintah dalam

penanganan terhadap limbah pabrik aspal di Kabupaten Enrekang dapat

diketahui bahwa Dinas Lingkungan Hidup mengusulkan kepada PT.Nindya

Sejahtera untuk membuat izin penyimpanan limbah B3 sebelum itu

PT.Nindya Sejahtera harus melengkapi dokumen dan melakukan perbaikan

serta penuhi saran yang diberikan seperti tidak beroperasi pada jam istirahat

dan menimalisir debu tetapi masyarakat tetap ingin PT.Nindya Sejahtera


83

berhenti beroperasi di matua dan memindakan alat AMP ditempat yang

lebih jauh dari pemungkinan.

3. Melaksanakan Rencana

Menurut George Polya dalam Veby (2012). Melaksanakan rencana

merupakan upaya yang dilakukan Pemerintah dalam merealisasikan pokok

pemecahan masalah yang sudah direncanakan sebelumnya.

Berikut hasil wawancara dengan Kepala Dinas Lingkungan Hidup

Kabupaten Enrekang selaku informan yang membahas tentang indikator

melaksanakan rencana dalam strategi kebijakan pemerintah dalam

penanganan limbah pabrik aspal di Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang:

“Terkait kapan di keluarkannya izin penyimpanan limbah B3 ya


setelah dokumen lengkap dan melakukan perbaikan, serta penuhi
saran yang diberikan barulah dikeluarkan izin lingkungan yang harus
diterbitkan oleh dinas perizinan. Justru saya salah jika tidak
mengeluarkan rekomendasi kalau dokumen perusahaan tersebut
sudah”(wawancara dengan informan pada tanggal 31 Desember 2019)
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Dinas Lingkungan Hidup

Kabupaten Enrekang selaku informan yang membahas tentang indikator

merencanakan pemecahan dalam strategi kebijakan pemerintah dalam

penanganan limbah pabrik aspal di Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang

dapat diketahui bahwa izin limbah B3 akan segerah diterbitkan oleh dinas

perizinan jika sudah memenuhi syarat yang di berikan kepada PT.Nindya

Sejahtera.

Berikut hasil wawancara dengan Staf Dinas Lingkungan Hidup

Kabupaten Enrekang selaku informan yang membahas tentang indikator


84

melaksanakan rencana dalam strategi kebijakan pemerintah dalam

penanganan limbah pabrik aspal di Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang:

“kalo ditanya kapan pelaksanaan rencana dikeluarkannya izin limbah


B3 yaa mungkin setelah semua berkas dilengkapi dan mematuhi
aturan-aturan yang berlaku di Undang-undang maka sudah bisa
dikeluarkan izin penyimpan limbah B3. Terkait adanya protes dari
warga, kami akan berupaya menyelesaikan persoalan tersebut secara
kekeluargaan.” (wawancara dengan informan pada tanggal 31
Desember 2019).

Berdasarkan hasil wawancara dengan staf Dinas Lingkungan Hidup

Kabupaten Enrekang selaku informan yang membahas tentang indikator

merencanakan pemecahan dalam strategi kebijakan pemerintah dalam

penanganan limbah pabrik aspal di Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang

dapat diketahui bahwa izin penyimpanan limbah B3 sudah bisa dikeluarkan

jika PT.Nindya Sejahtera sudah melengkapi dokumen dan melakukan

memperbaiki serta mematuhi aturan-aturan yang berlaku di Undang-

undang. Terkait adanya proter warga Dinas Lingkungan Hidup akan

menyelesaikan persoalan secara kekeluargaan.

Berikut hasil wawancara dengan Tokoh Masyarakat Kabupaten Enrekang

selaku informan yang membahas tentang indikator melaksanakan rencana

dalam strategi kebijakan pemerintah dalam penanganan limbah pabrik aspal

di Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang:

“Kami sangat kecewa kepada pemerintah sudah beberapa kali kami


protes agar supaya pabrik aspal tidak beroperasi lagi dan dipindahkan
di tempat lain sebelum memakan korban jiwa tetapi aksi protes kami
tak didengarkan justru pemerintah mendukung PT.Nindya Sejahtera
beroperasi.” (wawancara dengan informan 4 Januari 2020).
85

Berdasarkan hasil wawancara dengan Tokoh Masyarakat Kabupaten

Enrekang selaku informan yang membahas tentang indikator melaksanakan

rencana dalam strategi kebijakan pemerintah dalam penanganan limbah

pabrik aspal di Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang dapat diketahui bahwa

masyarakat sangat kecewa terhadap pemerintah karena sudah beberapa kali

protes tetapi tak di dengar bahkan pemerintah mengusulkan pabrik aspal

tersebut membuat limbah B3 nya. Padahal masyarakat sangat terganggu

dengan adanya pabrik aspal tersebut karena menggunggu aktivitas warga

dan bahkan merusak lingkungan.

4. Melihat Kembali

Menurut George Polya dalam Veby (2012). Melihat kembali merupakan

evaluasi yang dilakukan Pemerintah terhadap strategi kebijaan dalam

pemecahan masalah terhadap penanganan limbah pabrik aspal.

Berikut hasil wawancara dengan Kepala Dinas Lingkungan Hidup

Kabupaten Enrekang selaku informan yang membahas tentang indikator

melihat kembali dalam strategi kebijakan pemerintah dalam penanganan

terhadap limbah pabrik aspal di Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang:

“kami sudah mengevaluasi langkah-langkah apa yang akan dan sudah


diambil, dan langkah ini lah yang kami anggap terbaik, dengan
menerbitkan izin penyimpanan limbah B3 yang akan diterbitkan oleh
Dinas Perizinan.” (wawancara dengan informan pada tanggal 31
Desember 2019).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Dinas Lingkungan Hidup

Kabupaten Enrekang selaku informan yang membahas tentang indikator

melihat kembali dalam strategi kebijakan pemerintah dalam penanganan


86

terhadap limbah pabrik aspal di Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang dapat

diketahui bahwa hasil dari evaluasi atau melihat kembali dapat diketahui

bahwa izin penyimpanan limbah pabrik aspal sudah di keluarkan dan

terbitkan oleh Dinas Perizinan.

Berikut hasil wawancara dengan Tokoh Masyarakat Kabupaten

Enrekang selaku informan yang membahas tentang indikator melihat

kembali dalam strategi kebijakan pemerintah dalam penanganan limbah

pabrik aspal di Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang:

“kami menolak keberadaan operasional alat AMP milik PT.Nindya


Sejahtera karena sangat merugikan masyarakat sekitar. Ini bukti
bahwa Pemerintah Daerah Enrekang telah lalai karena telah
memberikan izin operasional alat AMP di lokasi tersebut.
(wawancara dengan informan pada tanggal 4 Januari 2020).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Tokoh Masyarakat Kabupaten

Enrekang selaku informan yang membahas tentang indikator melihat

kembali dalam strategi kebijakan pemerintah dalam rpenanganan limbah

pabrik aspal di Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang dapat disimpulkan

bahwa masyarakat kecewa terhadap pemerintahn yang telah lalai

memberikan izin operasional alat AMP milik PT.Nindya Sejahtera.


87

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis menyimpulkan

sebagai berikut:

Strategi Kebijakan Pemerintah Dalam Resolusi Konflik Limbah Pabrik Aspal

Di Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang ada 4 yaitu:

6. Memahami Masalah, dapat diketahui bahwa masyarakat resah sejak

beroperasinya pabrik aspal milik PT Nindya Sejahtera yang sangat

mengganggu aktivitas warga dan mencemari lingkungan, tanaman pertanian

yang dulunya bagus sekarang sudah rusak akibat debu yang menutupi

tanaman. Akibat limbah pabrik tersebut, sudah ada beberapa balita dan anak-

anak serta orang dewasa terpaksa mengeluarkan biaya untuk pengobatan di

puskesmas karena terserang penyakit inflensa, kepala pusing dan muntah-

muntah. PT.Nindya Sejahtera berjanji akan mencari solusi limbah tersebut

yang mengganggu warga dan akan membuat surat izin limbah B3.

7. Merencanakan pemecahan, diketahui bahwa Dinas Lingkungan Hidup

mengusulkan kepada PT.Nindya Sejahtera untuk membuat izin penyimpanan

limbah B3. Sebelum itu PT.Nindya Sejahtera harus melengkapi dokumen

dan melakukan perbaikan serta penuhi saran yang diberikan seperti tidak

beroperasi pada jam istirahat dan menimalisir debu, tetapi masyarakat tetap
63

ingin PT.Nindya Sejahtera berhenti beroperasi di matua dan memindakan alat

AMP ditempat yang lebih jauh dari pemungkinan.

8. Melaksanakan Rencana, dapat diketahui bahwa izin penyimpanan limbah B3

sudah bisa dikeluarkan jika PT.Nindya Sejahtera sudah melengkapi dokumen

dan melakukan memperbaiki serta mematuhi aturan-aturan yang berlaku di

Undang-undang. Terkait adanya proter warga, Dinas Lingkungan Hidup akan

menyelesaikan persoalan secara kekeluargaan

9. Melihat Kembali, bahwa hasil dari evaluasi atau melihat kembali dapat

diketahui bahwa izin penyimpanan limbah pabrik aspal sudah di keluarkan

dan terbitkan oleh Dinas Perizinan

Faktor Pendukung dan Penghambat Pemerintah Dalam Penangan Perlawanan

Masyarakat Terhadap Pembangunan Minimarket Di Kabupaten Enrekang:

1. Faktor pendukungnya itu salah satunya masyarakat, masyarakat yang

menyuarakan aspirasinya terkait penolakan beroperasinya pabrik aspal milik

PT.Nindya Sejahtera masih berada dalam koridor, dan tidak anarkis hal ini

dianggap membantu pihak pemerintah, dan juga dari pihak DPRD Kabupaten

Enrekang pula mengecam pembangunan minimarket dengan begini otomatis

menjadi salahsatu faktor pendukung pula untuk mencabut izin tersebut.

2. Faktor Penghambatnya ialah masyarakat yang tidak terima jika pabrik aspal

masih beroperasi karena mengganggu aktivitas warga


64

B. SARAN

1. Semoga pemerintah bisa lebih cepat menyelesaikan konflik masyarakat

terhadap limbah pabrik aspal dan pemerintah harusnya ltidak membiarkan

pabrik aspal beroperasi lagi.

2. Pemerintah Kabupaten Enrekang lebih baik duduk bersama dengan pihak

pihak yang terbawah oleh masalah ini guna mencari titik temu untuk kedua

bela pihak.
69

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, J. (1979). Public Policy Making (Second ed). New York: Holt Renehart
and Winston New York.
David, r fred. (2011). strategic management. jakarta: buku 1 edisi 2.

Friedrich, J. C. (1963). Man and His Government. Newyork: Mc Graw-Hill.

George, P. (1985). How to Solve It A New Aspect of Mathematical Method. United


States Of America: Pricenton University Press.
Harold, K. A. L. D. (1970). Power and Societ. New Haven: Yale University Press.

Imron, A. (2002). Kebijakan Pendidikan Di Indonesia. Jakarta: Pt Bumi Aksara.

Kuncoro, M. (2005). Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif. Jakarta:


Erlanga.
Kusnadi. (2002). Konflik Sosial Nelayan Kemiskinan dan Perebutan Sumber
Daya Perikanan. Yogyakarta: Pelangi Aksara.
Lauer, H. R. (2001). Perspektif Tentang Perubahan Sosial. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Meyersp J Steven Kelman. (2009). Successfully Executing Ambitious Strategies In
Government: An Empirical Analysis. Harvard Kennedy School Of
Government: Faculty Research Working Paper Series.
Muin, I. (2013). SOsiologi untuk SMA/MA Kelas X Kelompok Peminatan Ilmu-
Ilmu Sosial. Jakarta: Erlangga Hal : 25-26.
Nasikun. (2003). Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Osborne, G. T. and D. (2000). Mewirausahakan Birokrasi. Jakarta: Pustaka


Binaman Pressindo.
Pearce, R. B. R. & A. J. I. (2008). Manajemen Strategi Formulasi Implementasi
dan Pengendalian. Jakarta: Salemba Empat.
Sanderson, K. S. (2011). Makrosiologi. Jakarta: Rajawali Press.

Sangaji, A. (2000). PLTA Lore Lindu : Orang Lindu Menolak Pindah.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

65
66

Scott, C. J. (2000). Senjata Orang-Orang yang Kalah (Bentuk-Bentuk


Perlawanan Sehari-hari Kaum Tani). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Setiadi, K. U. dan M. E. (2011). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia 511 hal.
Soekanto, S. (2000). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Supriyadi, G. (2012). Manajemen Konflik Organisasi. Grasindo.

Suwarsono, M. (2012). Manajemen Strategik. Yogyakarta: UUPA Edisi ke 3.

Tjiptono, F. (2006). Strategi Pemasaran.Yogyakarta: Andi Offset MP YKPN


2000.
Weber, M. (2006). Essay in Sociology Terj Noorkholis Sosiologi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Zubir, Z. (2002). Raikalime Kaum Pinggiran Studi Tentang Ideologi Isu Strategi
dan Dampak Gerakan. Yogyakarta: Insist Press.
Peraturan Perundang-Undangan

UUD NOMOR 32 tahun 2009 pasal 36 ayat (1) tentang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup (UUPPLH).
67

N
68

DOKUMENTASI

1.1 Struktur Organisasi PT.Nindya Sejahtera

1.2 Lokasi Tambang Pabrik Aspal


69

1.3 Wawancara dengan staf Dinas Lingkungan Hidup

1.4 Struktur Organisasi Dinas Lingkungan Hidup


70

Peta Kabupaten Enrekang

Peta Kabupaten Enrekang ( Sumber: Web, Kab. Enrekang)


71
72
73

Anda mungkin juga menyukai