Anda di halaman 1dari 14

BAB IV

PEMBAHASAN

A. PERSIAPAN
1. Demografi
Usia dewasa (20-59 tahun) sebanyak 60,80%, remaja (13-20 tahun) sebanyak 12%,
usia remaja (usia 13-19 tahun),sebanyak 13,10% usia lansia (diatas 60 tahun), 10,50%
usia anak sekolah (6-12 tahun) sebanyak 11,30%, usia balita 1,90%, usia batita
1,20%, usia bayi 0,50%.
Pada desa tanjung mekar penduduk mayoritas berada pada usia dewasa.
2. Pendidikan
Presentasi terbesar tingkat pendidikan SD yaitu 39,80%, SMP 20,90% dan SMA
masing-masing sebesar 24%, Perguruan Tinggi 1,60% dan tidak/belum sekolah 12%.
Didesa tanjung mekar tingkat pendidikan terbanyak adalah sekolah dasar mencapai
39,80%.

B. LINGKUNGAN FISIK

1. Jenis Bangunan Rumah


Keluarga yang memiliki rumah permanen 64,2%, yang memiliki rumah semi
permanen 35,8%. Sebagian besar penduduk tinggal dirumah permanen dengan status
kepemilikan 99% milik sendiri dan 1% status kepemilikan sewa.

2. Lantai rumah
Lantai rumah di Desa Tanjung Mekar yang memiliki keramik 92%, yang
menggunakan plester 8%.

3. Luas ventilasi
Luas ventilasi setiap rumah di Desa Tanjung Mekar yang memiliki ventilasi < 20%
dari luas lantai adalah 65%, yang menggunakan ventilasi lebih dari 20% dari luas
lantai sebanyak 35 %.

4. Jendela
Kepemilikan jendela disetiap rumah , 99% memiliki jendela dan 1 % tidak memiliki
jendela.

5. Penyakit yang sering terjadi


Pada diagram diatas menjelaskan bahwa penyakit yang sering dikeluarga di Desa
Tanjung Mekar pada lansia 87,3% adalah penyakit hipertensi, pada usia dewasa
73,3% adalah infeksi saluran pernafasan akut, pada balita 57% ISPA.

6. Pembuangan Air Limbah


Pembuangan air limbah keluarga di Desa Tanjung Mekar adalah selokan 27%.
Sungai 33 % , got 32%, sembarangan 4%.

7. Kualitas Sumber air


Kondisi sumber air bersih keluarga di Desa Tanjung Mekar adalah tidak berbau, tidak
berwarna, tidak berasa 98,5%. Berwarna 0,2 %. Berbau 0,4%. Berasa 0,8%.

8. Asal Sumber Air minum


Sumber air minum keluarga 63,2% menggunakan sumur pompa, 32% menggunakan
sumur gali 4,7% menggunakan PDAM, dan 0,1% menggunakan sungai

9. Pengurasan Bak
Keadaan tempat penampungan air keluarga di Desa Tanjung Mekar adalah seminggu
sekali 72,4% , 3 hari sekali 22,2%. 2 minggu seklai 5,4 %.

10. Kebiasaan mengolah makanan


Kebiasaaan mengolah makanan pada warga dengan cara dicuci, dipotong, dimasak
sebanyak 52,1%, dengan cara dipotong, dicuci, dimasak sebanyak 47,8%.

11. Kebiasaan cara menyimpan makanan


Dengan cara ditutup sebanyak 95,3 %, sedangkan sisanya 4,7% dibiarkan terbuka.

12. Kebiasaan mengolah sayuran


Dimasak 91,3%, setengah matang 6,6 % dan 2,2 % mentah.

C. PEMBUANGAN KOTORAN DAN TINJA

1. Tempat BAB keluarga


Persentasi keluarga desa Tanjung Mekar yang memiliki tempat BAB dengan WC
pribadi sebanyak 79 %, 7% keluarga menggunakan sungai untuk tempat BAB dan 4
% untuk penggunaan Selokan dan sisanya di WC umum sebanyak 2 %.

D. PELAYANAN KESEHATAN

1. Jaminan kesehatan
Warga desa Tanjung Mekar sebesar 95,5% menggunakan BPJS, asuransi swasta
sebanyak 0,5%, dan menggunakan biaya pribadi 4,00%.

2. Jarak rumah ke yankes


Terlihat jarak antara rumah ke pelayanan kesehatan pada warga desa Tanjung Mekar,
jarak terjauh menjadi persentasi terbesar yaitu > 3km sebesar 65%, dan < 1km sebesar
35%.

3. Kebiasaan sebelum pergi ke tempat pelayanan kesehatan jika sakit


Sebagian besar 43 % membeli obat diwarung sebelum pergi ketempat pelayanan
kesehatan, 25% meminum jamu, dan sisanya 35% lain-lain ( misalnya langsung
berobat, atau memilih tidak diobati, dll)

E. KEBIJAKAN PEMERINTAH

1. Pelayanan kesehatan
Warga desa Tanjung Mekar sebesar 95,5% sudah menggunakan BPJS sesuai
program pemerintah
2. Masyarakat mengetahui penanganan prabencana
Sebagian besar masyarakat tidak mengetahui penanganan prabencana yaitu
sebnayak 82,6% , dan sisanya sebanyak 17,4 % masayarakat mengetahui cara
penanganan pra bencana
3. Informasi bencana
Sebanyak 84,3% masayarakat belum mendapatkan informasi yang tersentral
dalam informasi adanya bencana, dan 15,7 % masyarakat mengetahui informasi
bila ada bencana.
4. Tempat mengungsi bila aterjadi bencana
Warga desa tanjung mekar 86,1% mengatakan tidak ada tempat pengungsian bila
terjadi bencana, dan 13,9% mengatakan sudah ada tempat mengungsi bila terjadi
bencana

F. EKONOMI

1. Penghasilan Keluarga
Penghasilan keluarga dari Rp.<1.000.000,- sejumlah 17,30%. Rp.1.000.000,- s/d
Rp.3.000.000,- sejumlah 78,80%, presentasi terkecil adalah penghasilan
Rp.>5.000.000 adalah 3,9%.

G. KELUARGA DENGAN BALITA (0-5 TAHUN)

1. Penyakit yang diderita bayi/balita


Penyakit yang ditemukan pada bayi/balita di Desa Tanjung Mekar adalah ISPA 57%,
25,2% mengatakan tidak ada masalah kesehatan, 10,4% menderita diare, kurang gizi
3%,

2. Tanggapan keluarga terhadap imunisasi


Tanggapan keluarga terhadap imunisasi di Desa Tanjung Mekar adalah Penting
95,9%. Biasa saja 4,09%. Tidak penting 0%.

3. Tanggapan tentang pelayanan posyandu


Tanggapan keluarga terhadap pelayanan posyandu di Desa Tanjung Mekar adalah
memuaskan 61,4%. Biasa saja 38,2%. Tidak memuaskan 0,45%. Dan lain-lain 0%.
4. Ibu mengetahui cara mengatasi imunisasi
Pengetahun ibu tentang imunisasi di Desa Tanjung Mekar adalah Ya 92,8%. Tidak
7,3%.

5. Cara mengatasi efek samping dari imunisasi


Pengetahun ibu untuk mengatasi efek dari imunisasi di Desa Tanjung Mekar adalah
memberikan obat 73%. Mengompres dengan air 22%. Lain-lain 5%. Membiarkan saja
0%.

6. Info imunisasi
Informasi yang didapat tentang imunisasi di Desa Tanjung Mekar adalah bidan 77%.
Puskesmas 20%. Lain-lain 3%.

7. Jumlah makan dalam sehari


Jumlah waktu makan dalam sehari di Desa Tanjung Mekar adalah 3 kali sehari 61%.
2 kali sehari 38%. Lain-lain 1%.

8. Porsi Makan
Porsi makan di Desa Tanjung Mekar adalah ½ posi 53%. 1 porsi 43%. >1 porsi 2%.
<1/2 porsi 0,4%.

H. KELUARGA DENGAN ANAK PRA-SEKOLAH (5-12 TAHUN)

1. Kebersihan Gigi
Kebersihan gigi anak di Desa Tanjung Mekar adalah 2 kali 72%. 1 kali 16%. 3 kali
12%.

2. Kondisi Gigi Anak


Kondisi gigi anak di Desa Tanjung Mekar adalah 2 bersih dan sehat 66%. Berlubang
dan hitam 30%. Gusi bengkak dan berdarah 2%. Sariawan 0,2%.

3. Mencuci Tangan sebelum dan setelah makan


Kondisi gigi anak di Desa Tanjung Mekar adalah Ya 87%. Tidak 13%.

4. Kondisi Anak
Kondisi kesehatan anak di Desa Tanjung Mekar adalah Sehat 99%. Sakit 1%.

I. KELUARGA DENGAN ANAK REMAJA (12-18 TAHUN)

1. Jumlah Makan Sehari


Jumlah makan sehari anak di Desa Tanjung Mekar adalah 2 kali 51%. 3 kali 47%.
Lain-lain 0,8%.

2. Porsi Makan
Jumlah porsi makan sehari anak di Desa Tanjung Mekar adalah 1 porsi 79%. ½ porsi
15%. >1 porsi 2%. < 1/2 porsi 1%.

3. Jajan diluar Rumah


Anak yang jajan diluar di Desa Tanjung Mekar adalah Ya 97%. Tidak 3%.

4. Menu Makan
Bahwa menu makan keluarga di Desa Tanjung Mekar adalah nasi, tempe, tahu,
sayur buah 45%. Nasi, tahu, tempe, sayur 44%. Nasi, tahu, tempe 7%. Lain-lain 2%.

5. Belajar dalam sehari


Bahwa frekuensi belajar anak di Desa Tanjung Mekar adalah 1 kali 83%. Tidak
pernah 10%. 2kali 5%. Lain-lain 1%.

6. Remaja yang merokok


Bahwa anak remaja di Tanjung Mekar yang merokok sebanyak 13% dan yang tidak
merokok 13%

7. Rokok perbungkus
Jumlah rokok yang dihabiskan remaja perhari <1 bungkus adalah 76,4%, 1 bungkus
sebanyak 20% dan >1 bungkus 3,67%.

J. KELUARGA DENGAN DEWASA

1. Angka dewasa yang sakit


Bahwa angka anggota keluarga pada usia dewasa yang sedang sakit berjumlah 16%
dan tidak ada dewasa yang sakit di dalam keluarga berjumlah 84%

2. Penyakit yang diderita


Bahwa penyakit yang tertinggi dialami oleh keluarga yang berusia dewasa adalah
lain-lain seperti batuk, demam dan lainnya berjumlah 60,91% diiuti dengan darah
tinggi berjumlah 22,81% dan diabetes 5,15%, TB Paru 0,39 %.

3. Lama Terkena Penyakit


Bahwa waktu lamanya penyakit diderita oleh anggota keluarga <1 tahun yaitu 75%,
dan selama 1-5 tahun berjumlah 21%, >5 Tahun 4%

4. Tindakan untuk Penyakit yang di Derita


Anggota keluarga sakit, keluarga berupaya menggunakan obar tradisional sebnayak
8%, beli obat diwarung sebanyak 42%, pergi ke puskesmas 39% dan lain-lain 22%.

5. Tujuan tempat berobat


Tujuan keluarga berobat jika sakit adalah ke mantri berjumlah 67%, ke dokter 26%,
ke bidan 7% dan ke dukun 0%

6. Kontrol berobat
Sebanyak 89% keluarga tidak kontrol berobat mengenai masalah kesehatan, dan
keluarga yang kontrol berobat sebanyak 11%.

K. KELUARGA DENGAN LANSIA (>55 TAHUN)

1. Alasan tidak kontrol


Jumlah keluarga yang tidak kontrol terhadap masalah kesehatan keluarga dengan
alasan malas sebanyak 40,67%, karena tidak ada biaya sebanyak 26,78% dank arena
takut sebanyak 1,785% dank arena alasan lain-lain seperti tidak adanya keinginan dan
sebagainya sejumlah 21,82%.

2. Keluhan Penyakit Lansia


Keluhan penyakit yang dirasakan oleh lansia di desa Tanjung Mekar adalah rematik
dengan presentasi tertinggi yaitu 46,74%, selanjutnya Hipertensi 18,41%,
osteoporosis 3,68%, DM 3,11%, penyakit kulit 1,13% dan TBC 0%.

3. Tindakan Lansia Terhadap Penyakitnya


Lansia yang berobat ke pelayanan kesehatan berjumlah 54%, berobat ke tenaga
kesehatan 20%, diatasi/diobati sendiri 19% dan lain-lain 7%.

4. Pola makan Lansia


Lansia yang dengan pola makan baik sebesar 35%, pola makan cukup 58% dan lansia
dengan pola makan kurang sebanyak 7%.

5. Aktivitas Lansia
Aktivitas lansia pada diagram diatas menjelaskan sebanyak 36,23% lansia jalan-jalan,
lansia tidak beraktivitas 24,63%, ya 15,94%, berkebun 19,56%, jogging 0,72% dan
bersepedah sebanyak 0,72% berenang 2,17% dan senam 0%.

6. Bantuan Yang dibutuhkan Lansia


menggambarkan bahwa bantuan pelayanan kesehatan lebih diharapkan lansia, yaitu
presentasi terbesar sebanyak 64%, dan selanjutnya dana sehat 21%, kelompok lansia
8% dan panti jomo 7%.

7. Posbindu Lansia di Tanjung Mekar


Pada diagram diatas, lansia yang menggunakan posbindu sebanyak 41% dan 59%
sisanya tidak

8. ADL Lansia
Pada diagram diatas menggambarkan bahwa sebanyak 89,24% lansia masih mandiri
dalam melakukan ADLnya, 8,76% dan lansia dengan bantuan minimal, 1,99%.

9. Gangguan/masalah Emosional pada Lansia


Pada lansia yang memiliki gangguan susah tidur sebanyak 52,07%, merasa banyak
fikiran 34,91%, lansia yang merasakan kesepian 10,65% dan sering gelisah 2,36%.
BAB IV
PEMBAHASAN

A.    Pendahuluan
Keperawatan komunitas adalah suatu disiplin ilmu yang memiliki cabang disiplin
ilmu lain yaitu keperawatan gerontik dan keperawatan keluarga (Hudson,1987) dan
(Robicschon,1989). Komunitas adalah kelompok social yang ditentukan oleh batas-batas
wilayah nilai keyakinan dan minat yang sama serta adanya saling mengenal dan berinteraksi
antara anggota masyarakat yang satu dengan lainya (WHO, 2005).

Selama praktek keperawatan komunitas mulai tanggal 3 april 2019 hingga 27 april
2019 mahasiswa melakukan asuhan keperawatan komunitas dengan tahap – tahap meliputi :
pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Memandirikan masyarakat merupakan
tujuan dari asuhan keperawatan maka harus terlihat adanya ahli peran dimana pada awalnya
peran perawat lebih dominan dibandingkan dengan masyarakat dan akhirnya peran perawat
semakin berkurang dengan bertambahnya kemandirian masyarakat.

B.     Pengkajian
Pengkajan dilakukan dengan metode survey, observasi, dan wawancara. Pengkajian
yang dilakukan yaitu berupa pengkajian data inti dan pengkajian terhadap sub system yang
mempengaruhi komunitas seperti lingkungan fisik, pendidikan kesehatan, pelayana
kesehatan, pola hidup, dan lain-lain.
Analisa (SWOT)

1.      Strength (kekuatan)


a. Tokoh masyarakat, tokoh agama, aparat desa, serta anggota masyarakat sangat
mendukung dengan kegiatan ini
b. Dukungan dan bimbingan dari dosen pembimbing dalam memberikan bimbingan
dalam rangka pengumpulan data selama proses pengkajian.
c. Kerja sama yang baik antar anggota kelompok yang saling mendukung satu dengan
lainnya
d. Belum pernah ada mahasiswa kesehatan praktek di RW 1, RW 2, dan RW 3 dusun
buniaga seri
2.      Weakness (kelemahan)

3.      Opportunity (Kesempatan)


Mahasiswa Program Profesi Ners Stikes Kharisma merupakan program profesi
keperawatan (S 1) yang pertama yang yang berdinas praktek di Desa A, Rt 01, Rw 01, Kota
Bengkulu. Sehingga kepercayaan warga lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa yang
berdinas praktek sebelumnya.

4.      Treath (Ancaman)


Adanya keragaman terhadap kekuatan dan keabsahan data yang dibuat serta
keragaman terhadap jawaban pada setiap pertanyaan kuesioner yang diajukan pada
masyarakat karena adanya berbagai faktor penyebab diantaranya adalah rendahnya
pendidikan masyarakat.

C.    Perencanaan
Analisa (SWOT)
1.            Strength (kekuatan)
Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai untuk dijadikan pendukung
diadakanya implementasi keperawatan komunitas

2.            Weakness (kelemahan)


 Luasnya wilayah kerja kelompok yang mencakup 1 kampung (3 RT), sehingga mempersulit
dalam penentuan lokasi diadakanya implementasi keperawatan komunitas.
 Pekerjaan masyarakat heterogen yang menyulitkan mahasiswa dalam menentukan waktu
pertemuan untuk membahas asuhan keperawatan komunitas yang akan dilaksanakan.

3.            Opportunity (Kesempatan)


Mahasiswa Program Profesi Keperawatan (Ners) memiliki perencanaan asuhan
keperawatan yang didasarkan pada kemauan dan kebutuhan warga, sehingga asuhan
keperawatan yang akan dilaksanakan dapat tepat pada sasaran.
4.            Treath (Ancaman)
Tidak semua warga menyetujui dengan program kerja yang disusun oleh mahasiswa.

D.    Implementasi
Implementasi yang diterapkan dalam asuhan keperawatan komunitas mencakup 8
implementasi dalam 3 diagnosa keperawatan yaitu :

Diagnosa 1
Resiko meningkatnya penyakit degenerative (hipertensi dan rematik) pada lansia di
masyarakat RT 05, RT 06 dan RT 07 di kelurahan Rajabasa Jaya Kec. Rajabasa Bandar
Lampung berhubungan dengan belum optimalnya pembinaan kesehatan lansia, kurangnya
informasi tentang kesehatan lansia.
1.            Strength (kekuatan)
1)      Tersedinya sarana dan prasarana yang memadai untuk dijadikan pendukung diadakanya
implementasi keperawatan komunitas
2)      Implementasi disesuaikan dengan kebutuan masyarakat
3)      Penentuan tempat dan waktu atas kehendak masyarakat
4)      Pelaksanaan kegiatan berbarengan dengan posyandu lansia sehingga mempermudah
pengumpulan warga

2.            Weakness (kelemahan)


Dari total 40 lansia hanya 18 lansia yang menghadiri posyandu lansia dan kegiatan
penyuluhan yang diadakan

3.            Opportunity (Kesempatan)


Kegiatan berbarengan dengan posyandu lansia sehingga dapat mempermudah
pengumpulan warga dan pelaksanaan kegiatan.
4.            Treath (Ancaman)
Tidak semua lansia memahami materi yang disampaikan oleh karena terbatasnya daya
serap akibat penuaan.

Diagnosa 2
Resiko terjadinya peradangan jalan napas pada orang dewasa di kampung Bayur RT
05, RT 06 dan RT 07 Kelurahan Raja Basa Jaya Kecamatan Raja BAsa Bandar Lampung
berhubungan dengan kurang mengenal masalah kesehatan mengenai penyakit Pharingitis.

1. Strength ( Kekuatan )

         Tersedinya sarana dan prasarana yang memadai untuk dijadikan pendukung diadakanya
implementasi keperawatan komunitas
         Implementasi disesuaikan dengan kebutuan masyarakat
         Penentuan tempat dan waktu atas kehendak masyarakat penyakit

2. Weakness ( Kelemahan )

         Pada saat pelaksanaan banyak warga yang berhalangan hadir oleh karena kepentingan
masing – masing
         Kesulitan dalam mencari sarana listrik untuk memaksimalkan sarana yang digunakan dalam
penyampaian materi

3. Opportunity ( Kesempatan )

Hadirnya tokoh masyarakat yang menjadi pemacu semangat sebagian warga untuk
menghadiri kegiatan

4. Treath ( Ancaman )

Tidak semua warga dapat menghadiri kegiatan penyuluhan.

Diagnosa 3
Risiko terjadinya penurunan derajat kesehatan masyarakat berhubungan dengan tidak
optimalnya wadah atau organisasi kesehatan yang ada di masyarakat Kampung Bayur RT 05,
RT 06 dan RT 07 Ddikelurahan Raja Basa Jaya Kecamatan Raja Basa Bandar Lampung.

1.      Strength ( Kekuatan )


         Tersedinya sarana dan prasarana yang memadai untuk dijadikan pendukung diadakanya
implementasi keperawatan komunitas
         Antusias warga yang tinggi dalam pembentukan kader lansia.
         Sesuai dengan data bahwa kader lansia Kampung Bayur hanya satu orang dan memang
dibutuhkan lima orang sebagai kader.
         Mendapat dukungan dari aparat desa

2.      Weakness ( Kelemahan )


         Sulit dalam menanamkan keinginan untuk menjadi ksder oleh karena selama ini kader lansia
tidak mendapatkan insentif dari pihak manapun.
         Menentukan waktu yang tepat untuk mengumpulkan seluruh calon kader.

3.      Opportunity ( Kesempatan )


Belum terbentuknya kader lansia.

4.      Treath ( Ancaman )


Karena selama ini kader tidak mendapatkan penghargaan khusus untuk kader lansia, dan
belum adanya asuhan langsung dari peugas PUSTU atau petugan PUSKESMAS.

E.     Evaluasi SWOT

1.      Strength ( Kekuatan )


         Tersedinya sarana dan prasarana yang memadai untuk dijadikan pendukung diadakanya
implementasi keperawatan komunitas
         Ada lima orang warga yang bersedia ikut serta dilatih menjadi kader. lansia.
         Mendapat dukungan dari aparat desa

2.      Weakness ( Kelemahan )


         Rendahnya kemampuan warga dalam menyerap materi, dimana hanya sekitar 54% materi
yang berhasil diserap.
         Sulitkan menyamakan waktu untuk masing – masing kader saat akan diadakan pelatihan.
         Ada beberapa kader yang sibuk sehingga ada beberapa kali pertemuan tidak mengikuti.

3.      Opportunity ( Kesempatan )


         Belum terbentuknya kader lansia.
         Pelaksanaan posyandu lansia belum terorganisir secara baik dan belum menggunakan sisitim
5 ( lima ) meja.
4.      Treath ( Ancaman )
         Adanya anggapan – anggapan negatif dari warga yang merasa tidak tersentuh oleh kegiatan
mahasiswa
         Luasnya cakupan wilayah kerja mahasiswa yang meliputi satu kampung ( RT 05, RT 06 dan
RT 07 ) dimana pusat dari kegiatan mahasiswa adalah di RT 06 dan RT 07 yang menjadi area
tengah dari wilayah kerja mahasiswa.

BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Praktek keperawatan di RT. 05,06, dan 07 di lingkungan 2 kelurahan raja basa jaya
sesuai dengan tujuan praktek keperawatan komunitas yaitu melaksanakan asuhan
keperawatan berupa pengajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Praktek ini menitik
beratkan pada peran serta masyarakat yang aktif, baik dalam perencanaan, pengorganisasian,
dan pengelolaan upaya kesehatan.
Pelaksanaan keperawatan komunitas dilaksanakan dengan mengacu kepada
komunitas sebagai klien dengan menggunakan peran serta masyarakat untuk semua kegiatan,
seperti pembentukan kader lansia, pembentukan perawat kecil dan melakukan penyuluhan
sesuai dengan masalah kesehatan yang terdapat dimasyarakat.
Pembinaan komunitas ini menggunakan prinsip kerja sama dengan masyarakat dalam
hal ini ditumbuhkan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat dalam bidang kessehatan,
serta adanya perubahan sikap masyarakat dalam menangani masalah kesehatan, agar
diharapkan masyarakat dapat menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.
Pada pelaksanaan keperawatan komunitas di RT 05, 06, dan 07 Lingkungan 2
Kampung Bayur Kelurahan Rajabasa Jaya diharapkan masalah kesehatan, seperti Resiko
terjadinya penurunan derajat kesehatan masyarakat, Resiko meningkatnya penyakit
degeneratif (hipertensi dan rematik) pada lansia, dan Resiko terjadinya Penyakit Pharyngitis.
Masalah-masalah tersebut telah berusaha dipecahkan secara bersama- sama dengan
masyarakat melalui penyuluhan.
B.     Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, kelompok pada kesempatan ini mengajukan saran-
saran sebagai berikut :
1.      Mengutamakan masyarakat dalam semua kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan
sehingga tercipta kemandirian masyarakat yang diinginkan.
2.      Perlu adanya pembinaan yang berkesinambungan dari puskesmas terhadap kader- kader
lansia yang telah dibentuk.
3.      Adanya usaha- usaha untuk memotivasi kader, seperti pelatihan dan penyelenggaraan kader
yang diadakan oleh pihak puskesmas.
4.      Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dari segi dana, maupun partisipasi aktif masyarakat
dalam mengatasi masalah kesehatan.
5.      Adanya tindak lanjut dari pihak kelurahan terhadap kegiatan yang telah dilakukan oleh
mahasiswa guna menjaga kesinambungan pelaksanaan kegiatan kesehatan yang dilakukan di
Desa A, Rt 01, Rw 01, Kota Bengkulu.

Anda mungkin juga menyukai