Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medical Bedah

“GAGAL JANTUNG”

Dosen pembina
Healthy Seventina, S.kep.Ners,M.kep

Disusun oleh :
1. Agus Firdaus 42010420040
2. Yulia Anggita Dewi 42010420038
3. Zaenal Alim 42010420039

Program Studi D3 keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Cirebon

2021
ABSTRAK
Gagal jantung merupakan penyakit kardiovaskuler yang mengakibatkan tingginya angka
mortalitas, morbiditas, dan berdampak secara finansial. Pengalaman pasien gagal jantung
menunjukkan sikap yang beragam dalam melaksanakan perawatan mandiri. Pentingnya
perawatan mandiri yang dilakukan oleh pasien merupakan faktor pendukung dalam proses
pengobatan, lingkungan sosial seperti keluarga dan masyarakat juga memiliki peran penting
untuk meningkatkan motivasi bagi pasien selain informasi yang didapatkan dari pelayanaan
kesehatan. Studi literatur ini bertujuan untuk mengambarkan perawatan diri yang dapat
dilakukan pada pasien gagal jantung untuk meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik.
Kualitas hidup dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, derajat NYHA, dan manajemen diri. Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan
antara perawatan diri dengan peningkatan kualitas hidup. Perawatan diri yang dapat dilakukan
pada pasien gagal jantung antara lain teratur minum obat, olahraga secara rutin, dan menurunkan
konsumsi garam dalam diet. Terdapat peningkatan kualitas hidup pada pasien gagal jantung yang
melakukan perawatan diri secara mandiri. Pasien gagal jantung perlu diberikan metode
perawatan diri yang beragam, agar kualitas hidup pasien gagal jantung dapat meningkat sehingga
pasien memiliki harapan hidup yang lebih baik.

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan dalam
menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, penulis tidak akan
mampu menyelesaikan makalah dengan baik. Tidak lupa sholawat serta salam tercurahkan
kepada Nabi angung Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya,sehingga makalah “GAGAL JANTUNG ” dapat diselesaikan. Makalah ini disusun guna
memenuhi tugas mata kuliah keperawatan medical bedah. Penulis berharap makalah ini dapat
menjadi bahan referensi bagi mahasiswa yang lain.

Penulis menyadari maklah ini masih perlu banyak penyempurnaan kerena kesalahan
dan kekurangan. Penulis terbuka terhadap kritik dan saran pembaca agar makalah ini dapat lebih
baik. Apabila terdapat kesalahan pada makalah ini baik terkait penulisan maupun kontenpenulis
memohon maaf.

Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata,semoga makalah ini dapat
bermanfaat.

Cirebon, 10 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

ABSTRAK...................................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................................................1
1.3. Tujuan Penelitian.........................................................................................................................1
1.4. Manfaat Penelitian.......................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI........................................................................................................................3
2.1. Konsep dasar penyakit gagal jantung...........................................................................................3
2.1.1. Pengertian................................................................................................................................3
2.1.2. Etiologi....................................................................................................................................3
2.1.3. Klasifikasi................................................................................................................................5
2.1.4. Patofisiologi.............................................................................................................................5
2.1.5. Penatalaksanaan.......................................................................................................................7
2.1.6. Pemeriksaan penunjang...........................................................................................................9
2.1.7. Komplikasi..............................................................................................................................9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................................................................11
3.1. Konsep Asuhan Keperawatan....................................................................................................11
3.1.1. Pengkajian keperawata...........................................................................................................11
3.1.2. Diagnosa Keperawatan..........................................................................................................13
3.1.3. Intervensi Keperawatan.........................................................................................................18
3.1.4. Implementasi Keperawatan....................................................................................................18
3.1.5. Evaluasi Keperawatan............................................................................................................18
BAB IV PENUTUP...................................................................................................................................20
4.1. Kesimpulan................................................................................................................................20
4.2. Saran..........................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................21
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gagal jantung (heart failure) merupakan penyakit penyumbang angka mortalitas dan
morbiditas yang cukup tinggi. Data menurut World Health Organisation (WHO) menunjukkan
bahwa prevalensi gagal jantung pada tahun 2013 di Amerika Serikat kurang lebih sebanyak
550.000 kasus pertahun, American Heart Association (AHA) menunjukkan data di Amerika
Serikat sebanyak 375.000 orang pertahun meninggal dunia akibat penyakit gagal jantung. Data di
Indonesia pada tahun 2018 diperoleh bahwa penyakit gagal jantung masuk 10 penyakit tidak
menular di Indonesia yang diperkirakan sebanyak 229,696 (0,13%) orang menderita gagal
jantung (Kristinawati & Khasanah, 2019).Congestif Heart Failure (CHF) juga didefinisikan
sebagai suatu kondisi patologis saat jantung tidak mampu memompakan darah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolik tubuh, hal ini disebabkan karena adanya gangguan kontraktilitas
jantung (disfungsi sistolik) atau pengisian jantung (diastolik) sehingga nilai curah jantung lebih
rendah dari biasanya.Tanda dan gejala yang sering ditemukan pada pasien gagal jantung
kongestif adalah dyspnea, fatigue dan gelisah

Faktor penyebab yang dapat memperberat kondisi pasien gagal jantung salah satunya adalah
hipertensi. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi yang mengacu pada saat
terjadinya peningkatan tekanan darah di ambang batas normal, yaitu >120/80 mmHg.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan permasalahan dari latar belakang di atas, mengenai mekanisme gagal jantung
yang terjadi pada manusia, tekanan darah tinggi pada pasien gagal jantung kongestif, maka
rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimanakah Gambaran tentang Gagal jantung”
dan bagaimana asuhan keperawatan pada pasien gagal jantung”.

1.3. Tujuan Penelitian


1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran Mekanisme gagal
jantung dan asuhan keperawatannya
2. Tujuan Khusus
 Mendeskripsikan penyakit gagal jantung.

1
 Mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien gagal jantung
 Mendeskripsikan masalah masalah pada pasien gagal jantung

1.4. Manfaat Penelitian


1. Manfaat praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam
pemberian tindakan secara akurat mengenai gambaran mekanisme penyakit pada pasien
gagal jantung kongestif.
2. Manfaat perkembangan IPTEK keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan mampu
memberikan manfaat bagi pengemban ilmu dan teknologi keperawatan untuk
meningkatkan pengetahuan bagi para penderita penyakit gagal jantung kongestif.

2
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1. Konsep dasar penyakit gagal jantung

2.1.1. Pengertian
Gagal jantung sering disebut dengan gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan
jantung untuk memompakan darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan
oksigen dan nutrisi. Istilah gagal jantung kongestif sering digunakan kalau terjadi gagal
jantung sisi kiri dan kanan. Gagal jantung merupakan suatu keadaan patologis adanya
kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal memompakan darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai
peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri (Kasron, 2012).

Gagal jantung kongestive atau congestive heart failure (CHF) merupakan kondisi dimana
fungsi jantung sebagai pompa untuk mengantarkan darah yang kaya oksigen ke tubuh tidak
cukup untuk memenuhi keperluan-keperluan tubuh (Andra Saferi, 2013)

Para ahli kesehatan yang lain juga mengajukan definisi yang kurang lebih sama,
diantaranya Daulat Manurung tahun 2014 yang mendefinisikan bahwa gagal jantung adalah
suatu sindrom klinis kompleks, yang didasari oleh ketidakmampuan jantung untuk
memompakan darah keseluruhan jaringan tubuh adekuat, akibat adanya gangguan struktural
dan fungsional dari jantung. Pasien dengan gagal jantung biasanya terjadi tanda dan gejala
sesak nafas yang spesifik pada saat istirahat atau saat beraktivitas dan atau rasa lemah, tidak
bertenaga, retensi air seperti kongestif paru, edema tungkai, terjadi abnormalitas dari struktur
dan fungsi jantung (Setiani, 2014).

Kesimpulan yang bisa diambil dari definisi diatas bahwa gagal jantung adalah suatu
keadaan abnormal dimana jantung tidak mampu memompa darah sehingga tidak mencukupi
kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan nutrisi untuk melakukan metabolisme.

2.1.2. Etiologi
Gagal jantung adalah komplikasi yang paling sering dari segala jenis penyakit jantung
congenital maupun didapat. Mekanisme fisiologis, yang menyebabkan gagal jantung

3
mencakup keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal meliputi regurgitasi aorta dan
cacat septum ventrikel dan beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta
dan hipertensi sistemik. Kontraktilitas meokardium pada keadaan dimana terjadi penurunan
pada infark miokardium dan kardiomiopati. Selain ketiga mekaniusme fisiologis yang
menyebabkan gagal jantung, ada faktor fisisologis lain yang dapat pula megakibatkan
jantung gagal kerja sebagai pompa. Faktor-faktor yang menganggu pengisisan ventrikel
seperti stenosis katup atrioventrikuler dapat menyebaban gagal jatung. Penyebab gagal
pompa jantung secara menyeluruh :

kelainan mekanisme

 peningkatan beban tekanan


 Sentral ( stenosis aorta )
 Perifer ( hipertensi sitemik )
 Peningkatan beban volume (regurgitasi katup, peningkatan beban awal)
 Obstruksi terhadap ventrikel ( stenosis mitralis atau trikupidalis )
 Tamponade pericardium
 Restruksi endokardium atau miokardium
 Aneurisma ventrikel
 Dis-sinergi ventrikel

kelainan miokardium

 primer
 kardiomiopati
 miokarditis
 kelainan metabolik
 toksisitas ( alcohol, kobalt )
 preskardia

Kelainan dis-dinamik sekunder ( skunder terhadap kelainan mekanis )

 Kekurangan O2

4
 Kelainan metabolik
 Inflamasi
 Penyakit sistemik
 Penyakit paru obstruksi menahun ( PPOM )

Berubahnya irama jantung atau urutan konduksi

 Henti jantung
 Fibrilasi
 Tachycardia atau bradicardia yang berat
 Asim kronis listrik, gangguan konduksi (Saiful, Hidayat. 2011)

2.1.3. Klasifikasi
Klasifikasi gagal jantung berdasarkan derajatnya fungsional (Saiful, Hidayat.
2011) :

Kelas 1 : Timbul gejala sesak pada aktivitas fisik yang berat, aktivitas sehari-hari tidak
terganggu

Kelas 2 : Timbul gejala sesak pada aktivitas sedang, aktivitas sehari-hari sedikit terganggu

Kelas 3 : Timbul gejala sesak pada aktivitas ringan, aktivitas sehari-hari terganggu

Kelas 4 : Timbul gejala sesak pada aktivitas sangat ringan atau istirahat

2.1.4. Patofisiologi
1. Mekanisme dasar

Kelainan kontraktilitas pada gagal jantung akan mengganggu kemampuan pengosongan


ventrikel. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi cardiac output dan
meningkatkan volume ventrikel. Dengan meningkatnya volume akhir diastolik ventrikel
(EDV) maka terjadi pula peningkatan tekanan akhir diastolik kiri (LEDV). Meningkatnya
LEDV, akan mengakibatkan pula peningkatan tekanan atrium (LAP) karena atrium dan
ventrikel berhubungan langsung ke dalam anyaman vaskuler paru-paru meningkatkan
tekanan kapiler dan vena paruparu. Jika tekanan hidrostatik dari anyaman kapiler paru-paru
melebihi tekanan osmotik vaskuler, maka akan terjadi transudasi cairan melebihi kecepatan
5
draenase limfatik, maka akan terjadi edema interstitial. Peningkatan tekanan lebih lanjut
dapat mengakibatkan cairan merembes ke alveoli dan terjadi edema paru.

2. Respon kompensatorik
a. Meningkatnya aktivitas adrenergik simpatik. Menurunnya cardiac output akan
meningkatkan aktivitas adrenergik jantung dan medula adrenal. Denyut jantung dan
kekuatan kontraktil akan meningkat untuk menambah cardiac output (CO), juga terjadi
vasokontriksi arteri perifer untuk menstabilkan tekanan arteri dan retribusi volume darah
dengan mengurangi aliran darah ke organorgan yang rendah metabolismenya, seperti
kulit dan ginjal agar perfusi ke jantung dan ke otak dapat di pertahankan. Vasokontriksi
akan meningkatkan aliran balik vena kesisi kanan jantung yang selanjutnya akan
menambah kekuatan kontriksi
b. Meningkatnya beban awal akibat aktivitas sistem renin angiotensin aldosteron (RAA).
Aktivitas RAA menyebabkan retensi Na dan air oleh ginjal, meningkatkan volume
ventrikel ventrikel tegangan tersebut. Peningkatan beban awal ini akan menambah
kontraktilitas miokardium
c. Atropi ventrikel Respon kompensatorik terakhir pada gagal jantung adalah hidrotropi
miokardium akan bertambah tebalnya dinding
d. Efek negatif dari respon kompensatorik pada awalnya respon kompensatorik
menguntungkan namun pada akhirnya dapat menimbulkan berbagai gejala, meningkatkan
laju jantung dan memperburuk tingkat gagal jantung. Resistensi jantung yang
dimaksudkan untuk meningkatkan kekuatan kontraktilitas dini mengakibatkan bendungan
paru-paru, vena sistemik dan edema, fase kontruksi arteri dan redistribusi aliran darah
mengganggu perfusi jaringan pada anyaman vaskuler yang terkena menimbulkan
tandaserta gejala, misalnya berkurangnya jumlah air kemih yang dikeluarkan dan
kelemahan tubuh. Vasokontriksi arteri juga menyebabkan beban akhir dengan
memperbesar resistensi terhadap ejeksi ventrikel, beban akhir juga kalau dilatasi ruang
jantung. Akibat kerja jantung dan kebutuhan miokard akan oksigen juga meningkat, yang
juga ditambah lagi adanya hipertensi miokard dan perangsangan simpatik lebih lanjut.
jika kebutuhan miokard akan oksigen tidak terpenuhi maka akan terjadi iskemik
miokard, akhirnya dapat timbul beban miokard yang tinggi dan serangan gagal jantung
yang berulang (Wijaya & Putri 2013).

6
2.1.5. Penatalaksanaan
Menurut kasron (2012), penatalaksanaan CHF meliputi:

1. Non Farmakologi
a. CHF Kronik
 Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi
oksigen melalui istirahat atau pembatasan aktivitas.
 Diet pembatasan natrium (<4 gr/hari) untuk menurunkan edema.
 Menghentikan obat-obatan yang mempengaruhi NSAID karena efek
prostaglandin pada ginjal menyebabkan retensi air dan natrium. Pembatasan
cairan (± 1200-1500 cc/hari).
 Olahraga secara teratur.

7
b. CHF Akut
 Oksigenasi (ventilasi mekanik)
 Pembatasan cairan (1,5 liter/hari)
2. Farmakologi

Tujuan : Untuk mengurangi afterload dan preload

1. First line drgs; diuretic.

Tujuan : Mengurangi afterload pada disfungsi sistolik dan mengurangi kongesti


pulmonal pada disfungsi diastolic. Obatnya adalah : thiazide diurestics untuk CHF sedang,
loop diuretic, metolazon (kombinasi dari loop diuretic untuk meningkatkan pengeluarn
cairan), kalium-sparing diuretic.

2. Second line drugs; ACE inhibitor.

Tujuan : membantu meningkatan COP dan menurunkan kerja jantung. Obatnya


adalah :

 Digoxin : meningkatkan kontraktilitas. Obat ini tidak digunakan unutk kegagalan diastic
yang mana dibutuhkan pengembangan ventrikel untuk relaksasi. Hidralazin :
menururnkan afterload pada disfungsi sitolik.
 Isobarbide dinitrat : mengurangi preload dan afterload untuk disfungsi sistolik, hindari
vasodilator pada disfungsi sistolik.
 Calsium Chanel Blocker : untuk kegagalan diastolic, meningkatkan relaksasi dan
pengisisan ventrikel (jangan dipakai pada CHF kronik).
 Beta Blocker : sering dikontraindikasikan karena menekan respon miokard. Digunakan
pada disfungsi diatolic untuk mengurangi HR, mencegah iskemi miokard, menurunkan
TD, hipertofi ventrikel kiri.
3. Pendidikan Kesehatan
a. Informasikan pada pasien, keluarga dan pemberi perawatan tentang penyakit dan
penanganannya.
b. Monitoring difokuskan pada : monitoring BB setiap hari dan intake natrium.

8
c. Diet yang sesuai untuk lansia CHF : pemberian makanan tambahan yang banyak
mengandung kalium seperti; pisang,jeruk, dan lain-lain
d. Teknik konservasi energi dan latihan aktivitas yang dapat ditoleransi dengan bantuan
terapi.

2.1.6. Pemeriksaan penunjang


Menurut Nugroho, dkk. 2016

1. EKG (elektrokardiogram): untek mengukur kecepatan dan keteraturan denyut jantung


EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanan aksis iskemia dan kerusakan
polamungkin terlihat. Disritmia misalnya takhikardia, fibrilasi atrial. Kenaikan segmen
ST/T persistensi 6 minggu atau lebih setelah imfrak miokrad menunjukkan adanya
aneurime ventricular.
2. Echokardiogram : menggunakan gelombang suara untuk mengetahui ukuran dan bentuk
jantung, serta menilaikeadaan ruang jantung dan fungsi katup jantung. Sangat bermanfaat
untuk menegakkan diagnosis gagal jantung.
3. Foto rontgen dada : untuk mengetahui adanya pembesaran jantung, penimbunan cairan
diparu-paru atau penyakit paru lainnya.
4. Tes darah BNP : untuk mengukur kadar hormon BNP (Brype nattruretic peptide) yang
pada gagal jantung akan meningkat.
5. Sonogram : dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik perubahan dalam
fungsi/struktur katub atau are penurunan kontraktilitas ventricular.
6. Skan jantung : tindakan penyuntikan fraksi san memperkirakan pergerakan dinding.
7. Katerisasi jantung : tekanan bnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan
gagal jantung sisi kanan, sisi kiri, dan stenosis katup atau insufisiensi, juga mengkaji
potensi arteri kororner. Zat kontras disuntikan kedalam ventrikel menunjukkan ukuran
normal dan ejeksi fraksi/perubahan kontraktilitas.

2.1.7. Komplikasi
Menurut Wijaya & Putri (2013) komplikasi pada gagal jantung yaitu :

1. Edema paru akut terjadi akibat gagal jantung kiri

9
2. Syok kardiogenik : stadium dari gagal jantung kiri, kongestif akibat penurunan curah
jantung dan perfusi jaringan yang tidak adekuat keorgan vital (jantung dan otak)
3. Episode trombolitik Trombus terbentuk karena imobilitas pasien dan gangguan sirkulasi
dengan aktivitas trombus dapat menyumbat pembuluh darah.
4. Efusi perikardial dan tamponade jantung Masuknya cairan kekantung perikardium, cairan
dapat meregangkan perikardium sampai ukuran maksimal. CPO menurunkan dan aliran
balik vena kejantung menuju tomponade jantung

10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Konsep Asuhan Keperawatan

3.1.1. Pengkajian keperawata


a. Identitas :
1) Identitas pasien :
Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa,
agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit (MRS), nomor register, dan
diagnosa medik.
2) Identitas Penanggung Jawab
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat pekerjaan, serta status hubungan
dengan pasien.
b. Keluhan utam
1) Sesak saat bekerja, dipsnea nokturnal paroksimal, ortopnea
2) Lelah, pusing
3) Nyeri dada
4) Edema ektremitas bawah
5) Nafsu makan menurun, nausea, dietensi abdomen
6) Urine menurun
c. Riwayat penyakit sekarang Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan
memberikan pertanyaan tentang kronologi keluhan utama. Pengkajian yang didapat
dengan gejala-gejala kongesti vaskuler pulmonal, yakni munculnya dispnea,
ortopnea, batuk, dan edema pulmonal akut. Tanyakan juga gajala-gejala lain yang
menggangu pasien.
d. Riwayat penyakit dahulu Untuk mengetahui riwayat penyakit dahulu tanyakan
kepada pasien apakah pasien sebelumnya menderita nyeri dada khas infark
miokardium, hipertensi, DM, atau hiperlipidemia. Tanyakan juga obat-obatan yang
biasanya diminum oleh pasien pada masa lalu, yang mungkin masih relevan.
Tanyakan juga alergi yang dimiliki pasien
e. Riwayat penyakit keluarga

11
Apakah ada keluarga pasien yang menderita penyakit jantung, dan penyakit
keteurunan lain seperti DM, Hipertensi.
F. Pengkajian data
1). Aktifitas dan istirahat : adanya kelelahan, insomnia, letargi, kurang istirahat, sakit
dada, dipsnea pada saat istirahat atau saat beraktifitas.
2) Sirkulasi : riwayat hipertensi, anemia, syok septik, asites, disaritmia, fibrilasi
atrial,kontraksi ventrikel prematur, peningkatan JVP, sianosis, pucat.
3) Respirasi : dipsnea pada waktu aktifitas, takipnea, riwayat penyakit paru.
4) Pola makan dan cairan : hilang nafsu makan, mual dan muntah.
5) Eliminasi : penurunan volume urine, urin yang pekat, nokturia, diare atau
konstipasi.
6) Neuorologi : pusing, penurunan kesadaran, disorientasi.
7) Interaksi sosial : aktifitas sosial berkura
8) Rasa aman : perubahan status mental, gangguan pada kulit/dermatitis
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum : Kesadaran dan keadaan emosi, kenyamanan, distress, sikap dan
tingkah laku pasien. ) Tanda-tanda Vital :
a) Tekanan Darah Nilai normalnya : Nilai rata-rata sistolik : 110-140 mmHg Nilai
rata-rata diastolik : 80-9
b) Nadi Nilai normalnya : Frekuensi : 60-100x/menit (bradikardi atau takikkardi)
c) Pernapasan Nilai normalnya : Frekuensi : 16-20 x/menit Pada pasien : respirasi
meningkat, dipsnea pada saat istirahat / aktivitas
d) Suhu Badan Metabolisme menurun, suhu menurun
3) Head to toe examination :
a) Kepala : bentuk , kesimetrisan
b) Mata: konjungtiva: anemis, ikterik atau tidak ?
c) Mulut: apakah ada tanda infeksi?
d) Telinga : kotor atau tidak, ada serumen atau tidak, kesimetrisan
e) Muka; ekspresi, pucat
f) Leher: apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
g) Dada: gerakan dada, deformitas

12
h) Abdomen : Terdapat t asites, hati teraba dibawah arkus kosta kanan
i) Ekstremitas: lengan-tangan:reflex, warna dan tekstur kulit, edema, clubbing,
bandingakan arteri radiasi kiri dan kanan
j) Pemeriksaan khusus jantung :
1) Inspeksi : vena leher dengan JVP meningkat, letak ictus cordis (normal : ICS ke5)
(2) Palpasi : PMI bergeser kekiri, inferior karena dilatasi atau hepertrofi ventrikel
(3 )Perkusi : batas jantung normal pada orang dewasa Kanan atas : SIC II Linea Para
Sternalis Dextra Kanan bawah : SIC IV Linea Para Sternalis Dextra Kiri atas : SIC II
Linea Para Sternalis sinistra Kiri bawah : SIC IV Linea Medio Claviculasi Sinistra
(4) Auskulatsi : bunyi jantung I dan II
BJ I : terjadi karena getaran menutupnya katup atrioventrikular, yang terjadi pada saat
kontraksi isimetris dari bilik pada permulaan systole
BJ II :
terjadi akibat getaran menutupnya katup aorta dan arteri pulmonalis pada dinding
toraks. Ini terjadi kira-kira pada permulaan diastole.
(BJ II normal selalu lebih lemah daripada BJ I)
4) Pemeriksaan penunjang
a) Foto thorax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, edema atau efusi
pleura yang
menegaskan diagnosa CHF
b) EKG dapat mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung dan iskemi
(jika disebabkan AMI), ekokardiogram
c) Pemeriksaan laboratorium : Hiponatremia, hiperkalemia pada tahap lanjut dari
gagal jantung, Blood Urea Nitrogen (BUN) dan kreatinin meningkatkan peningkatan
bilirubin dan enzim hati.

3.1.2. Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon pasien terhadap
masalah kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Diagnosa berdasarkan SDKI adalah :
a. Gangguan pertukaran gas (D.0003) Definisi : kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan
atau eliminasi karbondioksida pada membran alveolus kapiler

13
Penyebab : Perubahan membran alveolus-kapiler
Batasan karakteristik :
Kriteria mayor : 1) Subjektif : Dispnea 2) Objektif :PCO2 meningkat/menurun, PO2
menurun, takikardia, pH arteri meningka/menurun, bunyi nafas tambahan
Kriteria minor :
1) Subjektif : Pusing, penglihatan kabur
2) Objektif : Sianosis, diaforesis, gelisah,nafas cuping hidung, pola nafas abnormal, warna
kulit abnormal, kesadaran menurun
Kondisi klinis terkait : Gagal Jantung Kongesti

Pola nafas tidak efektif

Definisi : inspirasi dan/atau ekprasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat

Penyebab : hambatan upaya nafas (mis: Nyeri saat bernafas)

Batasan karakteristik : Kriteria mayor :

1) Subjektf : Dipsnea

2) Objektif : Penggunaan otot bantu pernafasan, fase ekspirasi memanjang, pola nafas
abnormal

Kriteria minor :

1) Subjektif : Ortopnea

2) Objektif : Pernafasan pursed, pernafasan cuping hidung, diameter thoraks anterior-


posterior meningkat, ventilasi semenit menurun, kapasitas vital menurun, tekanan ekpirasi
dan inspirasi menurun, ekskrusi dada berubah Kondisi klinis terkait : Trauma Thorax

Penurunan curah jantung

Definisi : ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan


metabolisme tubuh Penyebab : perubahan preload, perubahan afterload dan/atau perubahan
kontraktilitas Batasan karakteristik : Kriteria mayor :

1) Subjektif : Lelah

14
2) Objektif : Edema, distensi vena jugalaris, central venous pressure (CVP)
meningkat/,menuru

Kriteria minor :

1) Subjektif : -

2) Objektif : Murmur jantung, berat badan bertambah, pulmonary artery wedge pressure
(PAWP) menurun Kondisi klinis terkait : Gagal Jantung Kongestiif

Nyeri akut

Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambatberintensitas ringan hingga berat
yang berlangsung kurang dari 3 bulan

Penyebab : agen pencedera fisiologis (mis: iskemia)

Batasan karakteristik :

Kriteria mayor :

1) Sujektif : Mengeluh nyeri

2) Objektif : Tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit
tidur Kriteria minor :

1) Subjektif : -

2) Objektif : Tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan berubah, proses
berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, diaphoresis

Kondisi klinis terkait : Cedera Traumatis

Hipervolemia

Definisi : peningkatan volume cairan intravaskuler, interstisiel, dan/atau intraseluler. Penyebab :


ganguan mekanisme regulasi

Batasan karakteristik :

15
Kriteria mayor :
1) Subjektif : Ortopnea, dispnea, paroxymal nocturnal dyspnea (PND)
2) Objektif : Edema anasarka dan/atau edema perifer, berat badan meningkat dalam waktu
singkat, JVP dan/atau CVP meningkat , refleks hepatojugular (+)
Kriteria minor :
1) Subjektif : -
2) Objektif : Distensi vena jugularis, suara nafas tambahan, hepatomegali, kadar Hb/Ht
turun, oliguria, intake lebih banyak dari output, kongesti paru. Kondisi klinis terkait : Gagal
Jantung Kongestif
Perfusi perifer tidak efektif
Definisi : penurunan sirkulasi darah pada level kalpiler yang dapat menggangu metabolisme
tubuh
Penyebab : penurunan aliran arteri dan/atau vena
Batasan karakteristik : Kriteria mayor :
1) Subjektif : -
2) Objektif : Pengisian kapiler >3 detik, nadi perifer menurun atau tidak teraba, akral teraba
dingin, warna kulit pucat, tugor kulit menurun.
Kriteria minor :
1) Subjektif : Parastesia, nyeri ektremitas (klaudikasi intermiten)
2) Objektif : Edema, penyembuhan luka lambat, indeks ankle- brakial

Intoleransi aktivitas

Definisi : ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari Penyebab :


kelemahan Batasan karakteristik : Kriteria mayor :

1) Subjektif : Mengeluh lelah

2) Objektif : Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat


Kriteria minor :
1) Subjektif : Dispnea saat/setelah beraktifitas, merasa tidak nyaman setelah beraktifitas,
merasa lemah 2) Objektif : Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat, gambaran
EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktifitas, gambaran EKG menunjukkan
iskemia,sianosis Kondisi klinis terkait : Gagal Jantung Kongestif

Ansietas

16
Definisi : kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang tidak
jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan
tindakan untuk menghadapi ancaman
Penyebab : kurang terpapar informasi
Batasan karakteristik :
Kriteria mayor :
1) Subjektif : Merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang
dihadapi, sulit berkonsentrasi
2) Objektif : Tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur
Kriteria minor :
1) Subjektif : Mengeluh pusing, anorexia, palpitasi, merasa tidak berdaya
2) Objektif : Frekuensi napas dan nadi meningkat, tekanan darah meningkat, diaforesis,
tremor, muka tampak pucat, suara bergetar, kontak mata buruk, sering berkemih,
berorientasi pada masa lalu Kondisi klinis terkait : Penyakit Akut
Defisit nutrisi
Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme. Penyebab:
ketidakmampuan mencerna makanan, faktor psikologis (mis: stress, keengganan untuk
makan
Batasan karakteristik :
Kriteria mayaor :
1) Subjektif : -
2) Objektif : Berat badan menurun minimal 10 % dibawah rentang idea
Kriteria minor :
1) Subjektif : Cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu makan menurun.
2) Objektif : Bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan lemah,
membran mukosa pucat, sariawan, serum albumin turun, rambut rontok berlebihan, diare.
Resiko Gangguan integritas kulit
Definisi : beresiko mengalami kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis) atau jaringan
(membran mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi, dan/atau
ligamen)

17
Faktor resiko : kekurangan/kelebihan cairan, kurang terpapar informasi tentang upaya
mempertahankan/ melindungi integritas jaringan
Kondisi klinis terkait : Gagal Jantung Kongestif

3.1.3. Intervensi Keperawatan


Intervensi keperawatan adalah segala bentuk treatment yang dikerjakan oleh perawat
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai tujuan luaran yang
diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Diagnosa berdasarkan SIKI adalah

3.1.4. Implementasi Keperawatan


Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan yang dimulai
setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Potter & Perry, 2010). Implementasi
keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu
pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus
berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan
keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti
&Muryanti, 2017)

3.1.5. Evaluasi Keperawatan


Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan
yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota tim
kesehatan lainnya (Padila, 2012). Menurut Setiadi (2012) dalam buku Konsep & penulisan
Asuhan Keperawatan, Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana
tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan pasien, keluarga, dan tenaga kesehat lainya Tujuan
evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam mencapai tujuan yang disesuaikan
dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).

Menurut (Asmadi, 2008)Terdapat 2 jenis evaluasi :

a. Evaluasi formatif (Proses) Evaluasi formatif berfokus pada aktifitas proses


keperawatan dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi ini dilakukan segera setelah
perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi ini meliputi 4 komponen

18
yang dikenal dengan istilah SOPA, yakni subjektif (data keluhan pasien), objektif
(data hasil pemeriksaan), analisis data (perbandingan data dengan teori dan
perencanaan
b. Evaluasi sumatif (hasil) Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah
semua aktifitas proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan
menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan. Metode
yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adalah melakukan wawancara pada
akhir pelayanan, menanyakan respon pasien dan keluarga terkai pelayanan
keperawatan, mengadakan pertemuan pada akhir layanan.

Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi dalam pencapaian tujuan keperawatan, yaitu :

1) Tujuan tercapai/masalah teratasi

2) Tujuan tercapai sebagian/masalah teratasi sebagian

3) Tujuan tidak tercapai/masalah belum teraatasi

19
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Congestif Heart Failure (CHF) juga didefinisikan sebagai suatu kondisi patologis saat
jantung tidak mampu memompakan darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolik tubuh, hal ini disebabkan karena adanya gangguan kontraktilitas jantung
(disfungsi sistolik) atau pengisian jantung (diastolik) sehingga nilai curah jantung lebih
rendah dari biasanya.Tanda dan gejala yang sering ditemukan pada pasien gagal jantung
kongestif adalah dyspnea, fatigue dan gelisah

Faktor penyebab yang dapat memperberat kondisi pasien gagal jantung salah satunya adalah
hipertensi. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi yang mengacu pada saat
terjadinya peningkatan tekanan darah di ambang batas normal, yaitu >120/80 mmHg.

4.2. Saran

1. Bagi pasien
Melalui materi makalah ini tentang Penyakit gagal jantung hendaknya
meningkatkan motivasinya untuk menjadikan hidup lebih baik. Serta menjadikan sebagai
ilmu pengetahuan tentang penyakit tersebut
2. Bagi masyarakat
Masyarakat juga hendaknya senantiasa memperhatikan kondisi Jantungnya serta
menghindari hal hal yang menyebabkan gagal jantung
3. Bagi petugas kesehatan

Petugas kesehatan dapat melakukan upaya-upaya seperti meningkatkan


pengetahuan pasien mengenai pencegahangagal jantung secara maksimal untuk
meningkatkan kesadaran pasien dalam mematuhi pengobatan

20
DAFTAR PUSTAKA
Action, A ed.congestive heart failure: new insights for the Healthcare professional. Scholarly
Editions.

Black, M & Hawks, H (2014) Keperawatan medical bedah. Jakarta: Salemba

PERKI, (2015) Pedoman tatalaksana gagal jantung: Jakarta

Setiani (2014) Asuhan keperawatan gagal jantung. Karya tulis ilmiah

SDKI (2016) Standar diagnosiskeperawatan Indonesia. Definisi dan indicator Diagnostik. Edisi
6. Pengiris pusat persatuan perawat Indonesia: Jakarta selatan

WHO (2016) Prevention of cardiovascular Disease, WHO Epidemologi sub region AFRD and
AFRE, Genewa.

21

Anda mungkin juga menyukai