Anda di halaman 1dari 4

Denpasar, 2 Desember 2020

No    : PDM I-25/GIN/11/2020


Hal   : EKSEPSI
 
Kepada
Yth. Ketua Majelis Hakim Perkara No : PDM I-25/GIN/11/2020
Di Pengadilan Negeri Gianyar
Jl. Sudirman nomor 1
Dengan hormat,
Perkenankan saya, A.A. Istri Aristya Devi, S.H., M.Hum. selaku Advokat berkewarganegaraan
Indonesia yang beralamat kantor di Jalan Diponegoro nomor 24 Gianyar. Berdasarkan Penetapan
Ketua Majelis Hakim Perkara No. PDM I-25/GIN/11/2020 tentang Penunjukan A.A. Istri Aristya
Devi, S.H., M.Hum. dan partner sebagai Penasihat Hukum Terdakwa. Dalam hal ini bertindak
baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama untuk membela hak dan kepentingan hukum
Terdakwa yaitu :
Nama : I Wayan Merta
Tempat & Tgl Lahir : Gianyar, 03 Juli 1996
Pekerjaan                    : Buruh
Jenis kelamin              : laki-laki
Agama : Hindu
Pendidikan : Sekolah Dasar
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Lingkungan Banjar Junjungan, Kelurahan Ubud, Kecamatan Ubud, Kabupaten
Gianyar
Bahwa dalam hal ini hedak mengajukan Eksepsi terhadap Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum
No.Reg.Perk: PDM I-25/GIN/11/2020 tanggal 25 November 2020, dengan uraian sebagai berikut :
Adapun eksepsi ini kami buat dengan sistematika sebagai berikut:
1. Pendahuluan
2. pembelaan
3. Permohonan
4. Penutup
1. PENDAHULUAN
Setelah pada persidangan lalu kita mendengarkan Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum
terhadap Terdakwa, maka kini perkenankanlah kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa
menyampaikan eksepsi/tangkisan/keberatan dalam perkara yang tengah diperiksa ini.
Berdasarkan Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Yang Terhormat, kiranya kami merasa sangat perlu
untuk menyampaikan eksepsi ini demi kepentingan hukum dan keadilan serta memperoleh
jaminan perlindungan hak-hak asasi tersangka/terdakwa atas kebenaran, kepastian hukum dan
keadilan. Selain itu, eksepsi ini perlu kami sampaikan demi perlindungan hukum yang lebih luas
bagi masyarakat pada umumnya maupun pembangunan hukum dalam proses beracara pada
persidangan  perkara pidana yang semuanya itu telah pula dijamin oleh Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana (KUHAP) sebagai landasan hukum beracara di negara ini.
1. Pembelaan
1. Dasar Hukum
Bahwa berdasarkan Pasal 156 ayat (1) KUHAP, berbunyi sebagai berikut : “Dalam hal terdakwa
atau penasehat hukum mengajukan keberatan bahwa pengadilan tidak wenang mengadili
perkara atau dakwaan tidak dapat diterima atau surat dakwaan harus dibatalkan, maka setelah
diberi kesempatan kepada Penuntut Umum untuk menyatakan pendapatnya, hakim
mempertimbangkan kebenaran tersebut untuk selanjutnya mengambil keputusan”
1. Pembelaan Mengenai Surat Dakwaan
2. Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum Tidak Sah
 Bahwa berdasarkan Pasal 56 ayat (1) KUHAP yang menyatakan bahwa “Dalam hal
tersangka atau terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana mati atau ancaman pidana sepuluh tahun atau lebih atau bagi mereka yang tidak
mampu yang diancam dengan pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai Penasihat
hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses
peradilan  wajib  menunjuk Penasihat hukum bagi mereka”
 Bahwa Pasal 56 ayat 1 KUHAP sudah menegaskan bahwa bantuan hukum itu wajib
disediakan (dengan menunjuk Penasihat Hukum) oleh pejabat yang memeriksa disetiap tingkat
pemeriksaan, baik ditingkat penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di Pengadilan. Terlepas
Penasihat Hukum yang ditunjuk menjalankan profesinya atau tidak, tetapi pejabat yang
bersangkutan selaku perwakilan pemerintah telah melaksanakan kewajibannya menjalankan
perintah undang-undang dan tetap menjamin hak asasi terdakwa. Lantas, bagaimana jika pejabat
yang melakukan pemeriksaan terhadap terdakwa melanggar KUHAP? Maka dapat dikatakan
tujuan hukum acara sebagai landasan bagi aparat penegak hukum untuk menjalankan tugas
dan fungsinya sebagai aparat penegak hukum telah gagal diterapkan bahkan dapat
dikatakan sebagai suatu penyalahgunaan jabatan (abuse of power).
 Bahwa berdasarkan Pasal 137 KUHAP “Penuntut Umum berwenang melakukan
penuntutan terhadap siapapun yang didakwa melakukan suatu tindak pidana dalam daerah
hukumnya dengan melimpahkan perkara ke Pengadilan yang berwenang mengadili”
 Bahwa berdasarkan BAB XV tentang Penuntutan Pasal 137 sd Pasal 144 UU No 8 Tahun
1981 tentang Hukum Acara Pidana, Jaksa Penuntut Umum adalah pejabat yang bersangkutan
pada tingkat pemeriksaan tahap penuntutan. Oleh karenanya Jaksa Penuntut Umum
berkewajiban melaksanakan perintah undang-undang yang diatur dalam KUHAP termasuk
ketentuan Pasal 56 ayat (1) KUHAP
 Terdakwa telah disangka dipenyidikan dengan melanggar Pasal 340 KUHP tentang
Pembunuhan Berencana, dengan ancaman pidana maksimal 20 tahun penjara atau hukuman
mati, mengharuskan pejabat yang melakukan pemeriksaan terhadap Terdakwa wajib menunjuk
Penasihat Hukum secara Cuma-Cuma sebagaimana dimaksud Pasal 56 ayat (1) KUHAP. Bahwa
pada tahap penyidikan ini, pejabat yang bersangkutan yaitu pihak Kepolisian RI telah menunjuk
Advokat A.A. Istri Aristya Devi, S.H., M.Hum, selaku Penasihat Hukum terdakwa Bahwa,
begitu pula pada tahap Pemeriksaan di Pengadilan, Terdakwa yang didakwa melanggar Pasal
365 KUHP ayat (2) dan (3), Pejabat yang bersangkutan yaitu Ketua Majelis Hakim telah
memperhatikan Pasal 56 ayat (1) KUHAP dengan  menunjuk Penasihat Hukum bagi Tedakwa.
 Saat pelimpahan berkas perkara atas nama Terdakwa dari penyidikan di Kepolisian ke
tahap Penuntutan di Kejaksaan, Jaksa Penuntut Umum yang bersangkutan dan yang memeriksa
Tedakwa wajib melaksanakan ketentuan Pasal 56 ayat (1) KUHAP. Bahwa setelah mempelajari
berkas perkara atas nama Terdakwa termasuk Berita Acara Pemeriksaan Terdakwa, ternyata
Jaksa Penuntut Umum selaku Pejabat yang melakukan pemeriksaan terhadap Tedakwa, tidak
menunjuk Penasihat Hukum bagi Terdakwa secara Cuma-Cuma. Padahal Jaksa Penuntut Umum
telah mendakwa Tedakwa dengan Dakwaan Pertama melanggar Pasal 340 KUHP tentang
Pembunuhan Berencana, dengan ancaman pidana maksimal 20 tahun penjara atau hukuman
mati, yang mengharuskan Jaksa Penuntut Umum wajib menunjuk Penasihat Hukum
sebagaimana dimaksud Pasal 56 ayat (1) KUHAP
 Bahwa ketentuan Pasal 56 ayat (1) KUHAP adalah bagian dari Hukum Acara Pidana
yang wajib ditaati dalam penegakan hukum pidana dan memiliki konsekuensi hukum bila dengan
sengaja mengabaikan atau lalai menerapkan hukum acara sebagaimana kaidah hukum dibawah
ini:
1. Putusan Mahkamah Agung RI Nomor : 510 K/Pid/ 1988 tanggal 28 April 1988, yang
menyatakan tuntutan penuntut umum tidak dapat diterima
2. Putusan Mahkamah Agung RI Nomor : 1565 K/Pid/1991 tanggal 16 September 1993
yang menyatakan : apabila syarat-syarat permintaan dan/atau hak tersangka/terdakwa tidak
terpenuhi seperti halnya penyidik tidak menunjuk penasihat hukum bagi tersangka sejak awal
penyidikan, tuntutan penuntut umum dinyatakan tidak dapat diterima
3. Putusan Pengadilan Tinggi Yogyakarta Nomor: 03 Pid/2002/PTY tertanggal 07 Maret
2002, menyatakan penuntutan yang dilakukan oleh penuntut umum tidak dapat diterima karena
didasarkan pada penyidikan yang tidak syah, yaitu melanggar Pasal 56 ayat (1) KUHAP;
4. Putusan Pengadilan Negeri Blora, No: 11/Pid.B/2003/PN.Bla tertanggal 13 Februari
2003, menyatakan penuntutan tidak dapat diterima karena dilakukan atas dasar BAP yang batal
demi hukum, karena dilakukan dengan melanggar ketentuan Pasal 56 ayat (1) KUHAP;
5. Putusan Pengadilan Negeri Tegal No: 34/Pid.B/1995/PN.Tgl tertanggal 26 Juni 1995
yang menyatakan penyidikan yang dilakukan oleh Mabes Polri tidak syah karena Pasal 56 ayat
(1) KUHAP tidak diterapkan sebagaimana mestinya, sehingga penuntutan penuntut umum tidak
dapat diterima.
 Bahwa oleh karena Jaksa Penuntut Umum dalam melakukan pemriksaan terhadap
Tedakwa pada tahap Penuntutan tidak melaksanakan perintah Pasal 56 ayat (1) KUHAP tersebut.
Maka Surat Dakwaan yang dibuat dan disusun oleh Jaksa Penuntut Umum dengan Reg.Perk:
PDM- 182 /Dps/09/2020 tanggal 19 September 2020, adalah hasil dari bentuk pelanggaran
formal yuridis dan harus dinyatakan  tidak sah dan batalkan demi hukum.
PERMOHONAN
- Bahwa atas uraian eksepsi/keberatan yang telah kami sampaikan maka dengan ini kami
selaku Penasihat Hukum Terdakwa memohon kepada Yang Mulia Majelis Hakim yang
pemeriksa perkara aquo agar berkenan memutuskan :
 Menerima pembelaan Penasihat Hukum Terdakwa Ahmad Husni
 Menyatakan Surat Dakwaan Reg.Perk: PDM- 182 /Dps/09/2020 tanggal 19 September
2020, tidak sah dan harus dibatalkan demi hukum
 Meringankan hukuman penjara terhadap terdakwa menjadi 8 tahun
 Membebaskan Terdakwa Dari Tahanan
 Membebankan Biaya Perkara Kepada Negara
 
PENUTUP
Demikianlah eksepsi ini kami sampaikan kepada Yang Mulia Ketua Majelis Hakim. Atas
perhatian serta terkabulnya eksepsi/keberatan ini kami ucapkan terima kasih dan bila ada
kekurangan atau kesalahan didalamnya kami mohon maaf atas keterbatasan kami selaku
manusia.
Hormat kami,
Penasihat Hukum Terdakwa
A.A. Istri Aristya Devi, S.H., M.Hum

Anda mungkin juga menyukai