Anda di halaman 1dari 14

Nama : Tasya nadea Hasibuan

Nim :120107064
Prodi : pgsd (lubuk pakam)
Matkul : matematika kelas rendah

Model Pembelajaran Matematika Siswa Kelas Satu  


Se
untuk memilih sekolah yang tepat bagi
putra‐putri mereka. Upaya‐upaya
peningkatan kualitas agar siap bersaing
Optimizing school quality depends on bagi sebuah sekolah memerlukan sebuah
the comprehension to teaching‐learning kajian yang menyeluruh terhadap
processes in the classroom as well as outside sekolah. Kajian ini dapat dimulai dari
classroom. Quality school shows high bangunan, fasilitas, keunggulan dan
capacity in optimizing students’ ability in kualitas guru. Namun demikian
certain courses such as in mathematics. The sebagian besar kajian yang dilakukan
teaching‐learning processes of Mathematics, sekolah baru belum banyak yang
well‐known as a difficult course among mengkaji mengenai bagaimana pembela‐
students, needs   more attention. This study jaran siswa dalam menerima pendidikan
focused on the observation of the teaching‐ di kelas.  
learning processes in Mathematics among
Sekolah merupakan sebuah living
first grade students of yunior high‐school.
systems (McCombs & Whisler, 1997)
The study used a qualitative approach with a
grounded theory. Participants were recruited yaitu sistem‐sistem yang fundamental
from a yunior high‐school in Yogyakarta. The dalam melayani siswa. Oleh karena itu
results showed that students were interested siswa merupakan aspek penting yang
in studying mathematics and consistent patut diperhatikan dalam upaya pening‐
guidances were needed in teaching katan kualitas sekolah, bayangkan saja
mathematics for students. sekolah yang bagus, guru yang berkua‐
litas, fasilitas yang lengkap namun tidak
Keywords:   Teaching mathematics, yunior
high‐school students   ada satu siswa pun yang berkualitas
maka sekolah itu hanyalah sebuah
Peningkatan jumlah sekolah (dep‐ bangunan tempat berkumpulnya para
diknas, 2008) memacu sekolah untuk guru dan pengurus sekolah. Untuk
terus mengembangkan potensi agar itulah, peningkatan kualitas sekolah
menjadi sebuah sekolah yang berkualitas tidak hanya fokus pada sarana dan
guna meningkatkan minat orang tua

JURNAL PSIKOLOGI 151


FRENGKY
dapat mengakibatkan terjadiya keku‐
rangan dalam kesempatan bahkan
prasarana sekolah, namun juga pada ketidak‐mampuan dalam menyelesaikan
pemahaman bagaimana pembelajar‐an tugas sehari‐hari lainnya (Kilpatrick et
siswa. Belajar memahami pembelajaran al., 2001 dalam Jbeili, 2003). Beberapa hal
siswa merupakan salah satu proses agar yang mungkin dapat menimbulkan
sekolah dapat mengkoreksi diri dan kekhawatiran siswa dalam belajar mate‐
bersifat objektif serta tidak memproteksi matika diantaranya kurikulum sekolah
diri dan mengklaim sebagai sekolah yang tidak sesuai dengan perkembangan
terbaik versi sekolah itu sendiri kogntif siswa (Ormrod, 2004).
(McMillan & Schumacer, 2006 dalam Oleh karena itu penting kiranya
Santrock, 2006). untuk memahami bagaimana pembela‐
Pembelajaran yang dilakukan di jaran siswa dalam belajar matematika
sekolah meliputi berbagai hal yang dengan memperhatikan aspek
semua terangkum dalam mata pelajaran psikologis pada siswa.
yang diberikan serta ketrampilan atau Pelajaran matematika untuk perta‐
pengetahuan lain. Beberapa mata ma kali diterima secara formal oleh
pelajaran dikenal sebagai mata pelajaran pelajar pada waktu mereka duduk di
yang menjadi stressor utama dalam bangku kelas 1 sekolah dasar (SD).
proses belajar di sekolah antara lain Pelajar kelas 1 SD mempunyai kesem‐
adalah matematika (Ormrod, 2004). patan yang besar untuk menyukai atau
Wigfield & Meece (Ormrod, 2004) pun tidak menyukai matematika. Kelas 1
menjelaskan mengenai sebab terjadinya SD menjadi pintu gerbang pertama
kekhawatiran terhadap mata pelajaran dalam perjalanan pelajar memasuki
matematika, yaitu: dunia matematika, dengan demikian
1. Orang‐orang yang khawatir dengan pemahaman pembelajaran matematika
matematika percaya bahwa mereka pada pelajar kelas 1 SD menjadi suatu
tidak punya kemampuan untuk hal yang penting dikaji.
menyelesaik‐an soal dengan tepat Proses perkembangan merupakan
soal‐soal matematika. sebuah proses perubahan dan reorga‐
2. Mereka memiliki reaksi emosi yang nisasi yang berkelanjutan pada seorang
negatif terhadap matematika: mereka individu berkaitan dengan adaptasinya
takut dan tidak menyukai matema‐ terhadap lingkungan (Piaget, 1970
tika secara terus‐menerus.   dalam Kaplan, 1998). Perkembangan
individu khususnya anak‐anak
Tingginya tingkat kekhawatiran dalam
merupakan sebuah proses yang unik
pembelajaran matematika mengarah
yang berbeda dengan proses
pada ketidaksukaan terhadap pelajaran
perkembangan orang dewasa. Erikson
matematika sehingga hal ini menurun‐
memaparkan dalam 8
kan pemahaman siswa terhadap mate‐
matika. Ketidak‐pahaman matematika
152 JURNAL PSIKOLOGI
MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS SATU SEKOLAH DASAR
kan di dalam mangkuk walaupun
bentuk mereka berbeda. Namun pada
stage perkembangan psikologis pada stage ini anak‐anak belum memahami
manusia bahwa usia anak‐anak mema‐ arti kemerdekaan dan kebebasan
suki stage industry versus inferiority. Stage (Kaplan, 1998). Pemahaman matematika
industry berarti anak‐anak telah berkem‐ melalui stage ini menunjukkan perlunya
bangan kemampuan untuk mengha‐ seorang pengajar (guru dan oran tua)
silkan sesuatu khususnya ketrampilan untuk menggunakan sesuatu yang
akademik. Agar sukses pada stage ini, kongkrit dalam menjelaskan konsep‐
seorang anak harus didampingi untuk konsep matematika. Piaget juga mene‐
belajar ketrampilan akademik seperti kankan pentingnya interaksi yang aktif
menulis, membaca dan berhitung antara anak‐anak dengan lingkungan‐
(Kaplan, 1998). Namun jika pada stage nya, dengan demikian anak‐anak dapat
ini anak‐anak tidak memiliki ketram‐ dipandang sebagai seorang ilmuwan
pilan akademik, maka anak‐anak akan yang sedang menggali informasi untuk
menjadi minder, tidak percaya diri mencari jawaban (Kaplan, 1998).
sehingga muncul rasa inferior. Pada Dukungan lingkungan khususnya orang
tingkat stage ini menunjukkan bahwa tua, dan pengajar serta fasilitas merupa‐
ketrampilan anak‐anak dalam mema‐ kan faktor penting dalam menyukseskan
hami matematika menjadi sesuatu yang penjelajahan anak dalam upaya mene‐
perlu dipahami oleh orang tua atau guru mukan jawaban atas keingintahuan
dalam upaya meningkatkan ketrampilan mereka sendiri.
matematika pada anak‐anak sehingga Senada dengan pemahaman Piaget,
mereka memiliki upaya untuk Vygotsky menjelaskan bahwa perkem‐
membangkitkan produktivitas mereka. bangan mental anak‐anak mempunyai
Usia anak‐anak (7 – 12 tahun) me‐ faktor eksternal atau koneksi sosial.
miliki struktur perkembangan kognitif Vygotsky berpendapat bahwa anak‐anak
yang berbeda dengan usia sebelumnya berkembang lebih sistematis, logis dan
atau sesudahnya. Karakteristik kognitif rasional sebagai hasil dari dialog dengan
pada usia ini yaitu sesuai dengan stage skilled helper atau orang yang membantu
perkembangan yang ditemukan oleh dan terampil (Santrock, 2006). Oleh
Piaget yaitu pada stage operasional karena itu dalam teori Vygotsky, orang
kongkrit. Pada stage ini anak‐anak lain dan bahasa berperan penting dalam
memahami sesuatu lebih cepat dengan perkembangan kognitif anak (Bodrova &
suatu yang kongrit, bukan abstrak. Leong, 2007; Fidalgo & Periera, 2005;
Mereka juga telah mampu memahami Hyson, Copple, & Jones, 2006; Stetsenko
konservasi yaitu hukum kesamaan, & Arievitch, 2004 dalam Santrock, 2006).
misalnya air 200 ml yang dituangkan di Sekali lagi penekanan pentingnya orang‐
gelas akan sama banyaknya jika dituang‐ orang di luar diri anak berperan penting
dalam proses perkembangan kognitif mereka. Khususnya orang tua, pengajar/

JURNAL PSIKOLOGI 153


FRENGKY
PERSON

guru juga teman sebaya yang lebih


terampil dapat memberikan dukungan
yang penting dalam membantu perkem‐ RECIPROCAL
DETERMINISM
bangan kognitif anak agar berkembang
BEHAVIOR
lebih optimal. ENVIRONMENT

Selain memahami proses perkem‐ Gambar 1


bangan individu, kita juga perlu mema‐ Resiprocal Determinism Model
hami proses pembelajaran melalui cara
belajar. Cara belajar yang sangat Di dalam pendekatan belajar kognitif
memperhatikan aspek perkembang‐an sosial dikenal juga istilah reciprocal
individu adalah pembelajaran dengan determinism model yaitu hubungan timbal
pendekatan kognitif sosial. Beberapa balik antara individu (person), ling‐
prinsip utama dalam pembelajaran kungan (Environment), dan Perilaku
pendekatan kognitif sosial diantaranya (Behavioral) (Santrock, 2006). Hubungan
yaitu: timbal balik ini memungkinkan adanya
③ Seseorang dapat belajar melalui satu kesatuan sebagai satu unit yang
pengamatan terhadap perilaku orang saling terkait dan tidak terpisahkan
lain, khususnya pengamatan terha‐ antara lingkungan, perilaku dan
dap hasil perilaku orang tersebut. individu. Jadi individu mempengaruhi
Seseorang belajar dari perilaku orang perilaku, perilaku mempengaruhi indi‐
lain dengan cara modeling. vidu, individu mempengaruhi ling‐
kungan dan lingkungan mempengaruhi
③ Belajar dapat muncul tanpa ada
individu, serta perilaku mempengaruhi
perubahan dalam perilaku. Pembe‐
lingkungan dan lingkungan mempe‐
lajar dapat belajar sendiri dengan
ngaruhi perilaku.  
atau tanpa perubahan perilaku.
Teori‐teori yang diutarakan di atas
③ Konsekuensi berperan penting bagi
memberikan satu gambaran utuh
pembelajar. Seseorang dapat belajar
mengenai sebuah proses pembelajaran
dari kesalahan dan kesuksesan yang
matematika pada anak‐anak kelas 1 SD.  
pernah mereka alami.
Pemahaman pembelajaran matema‐
③ Kognisi berperan penting dalam
tika pada pelajar kelas 1 SD dapat dikaji
pembelajaran. Kognisi berkaitan erat
melalui pelajar itu sendiri, untuk itulah
dengan proses atensi dan retensi
peneliti tertarik untuk menemukan
sehingga belajar dapat dipicu secara
jawaban terhadap pertanyaan berikut:
optimal dengan memperhatikan
aspek kogntif (Ormrod, 2004).
154 JURNAL PSIKOLOGI
MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS SATU SEKOLAH DASAR
dan sebagai referensi untuk penelitian‐
penelitian berikutnya.
1. Apakah makna matematika bagi Metode
pelajar kelas 1 SD?
Penelitian ini menggunakan pende‐
2. Apakah mereka senang belajar mate‐ katan Grounded theory karena metode ini
matika, dan mengapa mereka senang cukup fleksibel dalam penggunaan
belajar matematika? strategi induktif untuk mengumpulkan
3. Faktor apa saja yang mendukung dan menganalisis data kualitatif (Smith,
pelajar belajar matematika? 2003). Peneliti dapat menyusun kategori
membentuk sebuah model secara
4. Bagaimana mereka belajar matema‐
langsung yang diperoleh dari data.  
tika?
Peneliti memilih SD Nasional Budi
Beberapa hal yang ingin dicapai
Utama dengan alasan bahwa sekolah ini
dalam penelitian ini, yaitu:
merupakan sekolah yang masih baru
1. memahami proses pembelajaran siswa dan masih perlu banyak kajian yang
SD kelas 1 penting dalam membentuk satu sekolah
2. sekolah yang menjadi tempat pene‐ yang berkualitas. Selain itu juga sekolah
litian mendapat ide yang bermanfaat ini memberikan akses yang luas bagi
dalam meningkatkan kualitas seko‐ peneliti untuk melakukan penelitian,
lah khususnya dalam menggunakan jam
belajar beberapa pelajar untuk melaku‐
Penelitian ini akan memberikan
kan wawancara, dan juga observasi.
beberapa manfaat baik secara khusus
Peneliti melakukan wawancara kelom‐
maupun secara umum. Secara khusus,
pok agar pelajar SD dapat menjawab
penelitian ini bermanfaat untuk perkem‐
pertanyaan dengan lebih nyaman.
bangan ilmu psikologi pendidikan
Wawancara ini dilakukan sebanyak dua
dalam terapannya di dunia sekolah.
kali. Berikut tabel pengumpulan data:
Secara umum, penelitian ini bermanfaat
bagi dunia pendidikan secara lebih luas

Cara Pengumpulan data Waktu Jumlah

subjek Keterangan  
Wawancara Kelompok (WK) Semua siswa senang belajar matematika
27/03/08 1 putri,  
4 putra
08/05/08 2 putra Semua siswa senang belajar matematika
Wawancara guru (WG) 02/04/08 1 guru Guru agama dan kurikulum Observasi (O)
02/04/08 25 siswa Siswa sedang belajar matematika

JURNAL PSIKOLOGI 155


FRENGKY
pertanyaan yang disiapkan agar meng‐
arahkan wawancara. Wawancara perta‐
Penelitian ini memilih responden ma dilakukan dengan memilih respon‐
berdasarkan beberapa kriteria yaitu: den yang tertarik dengan pelajaran
matematika. Responden yang terkumpul
1.   Responden untuk wawancara kelom‐
mencapai 5 orang, namun kemudian
pok  
dalam wawancara yang kedua peneliti
③ Bersekolah di SD Nasional 3
mengambil 2 responden dari 5 respon‐
Bahasa Budi Utama.
den yang dipilih di awal. Wawancara
③ Saat ini sedang duduk di kelas 1 pertama dilakukan di kelas dan
SD wawancara yang kedua dilakukan di
③ Memiliki kemampuan untuk men‐ ruang kantor SD Nasional Budi Utama.  
jawab pertanyaan Peneliti menerapkan coding catego‐
③ Menyatakan diri untuk diwawan‐ ries yaitu pengkodean terhadap data
cara yang diperoleh, hingga diperoleh tema
③ Tertarik dengan pelajaran mate‐ yang berkaitan dengan data tersebut
matika (Bogdan & Biklen, 1992).  

2.   Responden untuk wawancara guru: Hasil


③ Guru yang mengajar di sekolah
Serangkaian wawancara kelompok
yang bersangkutan
dan wawancara dengan guru serta
③ Bersedia diwawancara observasi, peneliti menemukan beberapa
③ Memahami proses pembelajaran tema penting. Tema‐tema tersebut yaitu:
pelajar kelas 1 SD bersangkutan
1. Matematika merupakan pelajaran
Pengumpulan data pada penelitian
berhitung
ini menggunakan wawancara mendalam
yang terfokus (in‐depth‐focused interview). Matematika dipahami oleh pelajar
Selain itu peneliti juga melakukan sebagai pelajaran untuk belajar berhi‐
observasi di rumah salah satu responden tung dalam hal ini berupa penjumlahan,
agar mendapatkan keakuratan data dari pengurangan, perkalian dan pembagian
responden.   (WK1, 74; WK2, 2‐3; WK2, 59). Pemak‐
Pelaksanaan wawancara dilakukan naan ini mendukung pemahaman
setelah peneliti meminta ijin dari pihak pelajar bahwa jika mereka dapat mela‐
sekolah untuk melakukan penelitian ini. kukan perhitungan maka mereka telah
Setelah itu peneliti mulai menyusun berhasil dalam pelajaran matematika.
Mereka akan menjadi ahli hitung jika sebagai daya tarik matematika  
mereka berhasil dalam pembelajaran
Pelajaran matematika menurut
matematika.
sebagian pelajar kelas 1 SD Nasional

2. Ada yang mudah dan ada yang sulit

156 JURNAL PSIKOLOGI


MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS SATU SEKOLAH DASAR
satu rangkaian yang dapat membantu
pelajar untuk belajar dengan sukses.
Budi Utama merupakan pelajaran yang Berdasarkan hasil data wawancara dan
menarik. Dengan daya tarik tersendiri observasi menunjukkan bahwa pelajar
pelajar menjelaskan ketertarikan mereka belajar matematika dimulai dengan
terhadap mata pelajaran yang umumnya mengenal benda atau objek yang kong‐
ditakuti oleh pelajar. Pelajar tertarik krit sebelum mereka mengenal angka
belajar matematika karena mereka mem‐ atau konsep bilangan dalam matema‐
punyai cita‐cita yang mengharuskan tika(WK2, 86; O, 36‐37; WG, 15‐20).
mereka terampil dalam matematika Pelajar memahami konsep‐konsep lain‐
(WK1, 36‐37), kiranya penting untuk nya setelah paham mengenai konsep
mengaitkan matematika dengan cita‐cita angka dengan baik. Konsep pembe‐
yang diinginkan pelajar. Kemudian lajaran matematika berikutnya yang
pelajar juga tertarik belajar matematika dipelajari pelajar adalah penjumlahan.
dikarenakan mereka suka berhitung Dalam belajar penjumlahan pelajar perlu
(WK1, 47), matematika merupakan memahami angka terlebih dahulu (WK2,
pelajaran yang mudah (WK1, 60, 62), 87). Selanjutnya untuk menghitung
belajar matematika dapat menjadi benda yang cukup banyak diperlukan
pandai (WK1, 126), serta matematika pemahaman konsep penjumlahan (WK2,
merupakan pelajaran yang bervariasi 104). Konsep penjumlahan yang
tingkat kesukarannya terkadang ada dimaksud adalah penjumlahan yang
bagian yang mudah dan terkadang juga disusun berdasarkan urutan satuan,
ada bagian sulit (WK1, 141, 377). puluhan, dan ratusan (WK2, 112, 130‐
Berdasarkan data yang diperoleh dari 131). Umumnya pelajar telah memahami
wawancara ini memberikan pemahaman konsep angka sebelum mereka belajar di
baru bagi peneliti bahwa daya tarik sekolah dengan bantuan ibu mereka
pelajaran matematika di mata pelajar (WK2, 53, 56; WK2, 83).  
kelas kelas 1 SD sangat beragam, dan
peneliti mendapatkan informasi baru 4. “Mama mengajar di rumah” suatu
bahwa pelajaran matematika sesungguh‐ upaya orang tua dalam pembelajaran
nya menarik bagi pelajar. matematika

Orang tua sering kali menjadi guru


3. Belajar benda dulu baru angka sebagai
bagi pelajar di rumah, umumnya pelajar
awal pembelajaran matematika
diajar oleh ibu mereka di rumah (WK1,
Pembelajaran matematika memiliki 53, 70, 86). Para ibu khususnya membe‐
rikan pengajaran dengan metode yang dalam mengikuti perlombaan yang
beragam, namun demikian pelajar mungkin tidak diketahui manfaatnya
mengartikan sebagai suatu bentuk yang oleh pelajar (WK1, 347). Ibu mengajar
penuh kasih (WK1, 252, 254, 270). Ibu atau membimbing secara kontinyu
pun berperan sebagai pendorong pelajar

JURNAL PSIKOLOGI 157


FRENGKY

Guru telah menyiapkan kelas


sesuai dengan metode yang akan
setiap hari atau rutin tanpa henti (WK1,
diterapkan dalam pembelajaran
286; 343). Peneliti menemukan bahwa
matematika (O, 22). Penyampaian materi
kekuatan bimbingan yang diberikan
pelajaran mate‐ matika diberikan secara
orang tua khususnya ibu penting diper‐
tidak langsung
hatikan sebagai upaya menyukseskan
(O, 27‐28), guru menarik perhatian
pembelajaran matematika pelajar di
pelajar dengan bernyanyi (O, 32‐33)
sekolah.
kemudian dengan sebuah kuis yang
menantang (O, 27‐28). Pelajar memberi
5. Berorientasi pada siswa merupakan
penilaian sebagai guru ‘cantik’ untuk
upaya sekolah dalam pembelajaran
menjelaskan daya tariknya terhadap
matematika
guru‐guru mereka (WK1, 176). Pelajaran
Peran sekolah untuk meningkatkan ini dibuat seperti permainan yang
kualitas pembelajaran matematika ada‐ edukatif (O, 27‐28). Guru mengajar
lah dengan membentuk budaya sekolah dengan memperhatikan perbedaan
yang sehat. Budaya yang tampak di kemampuan pelajar (WG, 70‐76), ketika
sekolah SD Nasional Budi Utama dapat pelajar mengalami kesulitan guru
dilihat dari pembuatan modul yang memberikan waktu khusus bagi mereka
berorientasi pada pelajar (WG, 15‐20; untuk mengulang (WG, 22‐23) dan
WG, 22‐23; WG, 70‐76; WG, 87‐88), apabila pelajar berkemampuan lebih
suasana kelas yang peduli terhadap maka guru telah menyiapkan materi
perbedaan kemampuan pelajar (O, 67‐ tambahan bagi mereka (WG, 87‐88).
68). Selain itu sekolah juga memberikan Guru menciptakan kondisi agar pelajar
sarana bagi pelajar untuk mengikuti dapat belajar matematika secara ber‐
perlombaan yang dilakukan di luar kelompok (O, 56‐57) atau secara indi‐
sekolah sebagai sarana aktualisasi diri vidu (O, 84‐85). Setiap keberhasilan yang
pelajar, serta yang terpenting adalah dicapai oleh pelajar, guru memberikan
pengalaman siswa dalam berlomba respon positif melalui ucapan selamat
(WK1, 321, 323; WK1, 331, 335; WK1, (O, 93‐94).
349, 350, 352, 356).

Pembahasan
6. Guru‐guru ‘cantik’ menjadi daya tarik
bagi siswa dalam belajar matematika Daya tarik internal
mereka yang menempuh kelas 1 sekolah
Bagaimana anak‐anak belajar mate‐
dasar mempunyai daya tarik yang kuat
matika dapat dikaji melalui beberapa
terhadap matematika (WK1, 34), mereka
teori perkembangan dan hasil data yang
memamahi matematika sebagai pela‐
diperoleh. Peneliti mendapatkan satu
jaran yang menyenangkan dan bukan
pemahaman bahwa pembelajaran mate‐
matika untuk anak‐anak khususnya

158 JURNAL PSIKOLOGI


MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS SATU SEKOLAH DASAR
kan bahwa sebagaian besar responden
menyatakan bahwa ibu mereka berperan
pelajaran yang menakutkan. Anak‐anak penting dalam memberikan pembe‐
mengembangkan daya tarik mereka lajaran matematika (WK1, 53, 70, 86).
terhadap matematika tidak terlepas dari Orang tua khususnya ibu berhasil
daya kreasi mereka yang mulai berkem‐ memberikan pembelajaran yang tepat
bang sesuai dengan stage psikologis sehingga anak‐anak mereka senang
yang dikemukan oleh Erikson (Kaplan, belajar matematika. Ibu telah menjadi
1998). Daya kreasi yang berkembang ini skilled helper menurut Vygotsky
memacu anak untuk memahami hal‐hal (Santrock, 2006). Ibu memberikan
yang baru dan cukup menantang bantuan yang tepat ketika anak‐anak
sehingga mereka pun tertarik pada hal membutuhkan khususnya ketika mereka
sulit, “Karna ada yang sulit sama ada berada dalam zona of proximal develop‐
yang mudah” (WK1, 141). Selanjutnya ment yaitu zona kritis yang siap
daya tarik anak‐anak yang kuat ini memasuki tingkat perkembangan yang
mampu memberikan dorongan untuk lebih meningkat. Selain ibu, guru juga
membangkitkan rasa percaya diri memberikan dukungan yang tepat.
mereka terhadap matematika. Responden menyatakan secara lugas
mengenai guru mereka, “Cantik‐cantik”
Skilled Helper (WK1, 176). Makna ‘cantik‐cantik’ ini
bukan berarti hanya cantik secara fisik,
Daya tarik yang positif berkembang
namun bermakna sederhana yaitu
bukan hanya karena pelajaran matema‐
menyenangkan. Guru yang menyenang‐
tika menantang namun terdapat bebe‐
kan pastilah dicintai oleh para pelajar
rapa hal di luar diri anak yang memberi
mereka. Guru yang menyenangkan
dukungan. Anak‐anak memperoleh
mampu mengoptimalkan pembelajaran
pengetahuan awal yang sangat mem‐
matematika bagi para pelajar. Data
bantu mereka memahami segala sesuatu
observasi menunjukkan bagaimana
dari pembelajaran yang diperolehnya di
anak‐anak belajar dengan ceria tanpa
rumah. Orang tua menjadi faktor pen‐
paksaan ketika belajar matematika di
ting dalam memberikan pembelajaran
kelas baik secara individu (O, 37) mau‐
awal agar anak‐anak tertarik dengan
pun secara kelompok (O, 70‐72) mau.
belajar matematika. Berdasarkan hasil
Keceriaan belajar menjadi modal utama
wawancara kelompok, peneliti menemu‐
bagi para pelajar untuk mengoptimalkan yang dilakukan guru diantaranya ber‐
belajar matematika mereka. Guru yang nyanyi (O, 32‐33), membuat pertanyaan
memiliki kreativitas dalam penyam‐ yang mengaitkan materi pelajaran
paian materi matematika memberikan dengan keadaan terdekat pelajar (O, 36‐
cara tersendiri pada pelajar sehingga 37), membuat permainan (O, 44‐45), dan
membangun suasana pembelajaran mengajukan pertanyaan yang membu‐
matematika yang ceria. Beberapa cara tuhkan jawaban yang cepat (O, 84‐85).

JURNAL PSIKOLOGI 159


FRENGKY
diri untuk berlatih kreatif, namun
budaya sekolah juga perlu memberikan
Sebagai skilled helper, guru juga menja‐ tempat untuk mengembangkan kreati‐
lankan beberapa tugas yang lain untuk vitas guru. Guru pembuat modul
membantu pelajar dalam meningkatkan menyatakan,  
pemahaman mereka pada proses “Guru kelas, mereka bikin silabus,
pembelajaran matematika. Hal yang setelah silabus selesai dikoreksi
dapat dilakukan diantaranya guru ee..sama kepala sekolah sudah,
memonitor siswa dalam kelas selama nanti
proses belajar‐mengajar (O, 67‐68). Selain masuk ke tempat saya, saya yang
dapat membantu pelajar dalam melewati menjabarkan dalam bentuk modul”
ZPD‐nya dengan sukses, guru juga (WG, 32‐33).
dapat memastikan apakah perintah yang
Pernyataan ini menjelaskan bahwa
disampaikan sebelumnya diterima
sekolah memberikan kesempatan yang
dengan tepat. Berikut model yang
luas pada guru untuk mengoptimalkan
menggambarkan diskripsi ini,  
kreativitas mereka. Guru kurikulum juga
Skilled Helper dalam Pembelajaran Matematika menambahkan,

Orang tua “Tapi memang karena anak itu khan


Guru kelas Teman kelas ee... bermacam‐macam, yang cepet
ya cepet, yang sedeng‐sedeng yang
Skilled helper
orang yang terampil lambat ya lambat, itu kendalanya
seperti itu, jadi kadang‐kadang
Optimalisasi memang ini materi untuk minggu
pembelajar
matematika ini, kami membuatnya per minggu,
untuk materi ini minggu ini tapi
Model 1. Skill helper dalam
belum tentu itu bisa ...”(WG, 17‐20).
pembelajar‐ an matematika
Budaya sekolah yang dibangun yaitu
Budaya sekolah budaya dengan prinsip yang berpusat
pada siswa. Sekolah tidak hanya men‐
Kreativitas guru yang tinggi perlu
jalankan kurikulum yang telah ditetap‐
sekali dikembangkan, tidak hanya oleh
kan namun juga tetap memperhatikan
guru secara pribadi yang terus memacu
perbedaan individu. Sekolah menerima budaya hubungan yang sehat yang
adanya perbedaan individu dalam memperhatikan komunikasi antara guru
pembelajaran matematika dan sekolah dan orang tua siswa.  
telah menyiapkan langkah‐langkah yang “Ehm.. biasanya ini dengan guru
dapat membantu pelajar yang berbeda kelasnya ya..jadi kalau misalnya ada
kemampuan agar tetap dapat belajar anak yang ketinggalan atau kayak‐
matematika dengan optimal.   nya anak ini agak kurang, itu
Sekolah juga membangun sebuah biasanya guru kelas yang akan ber‐

160 JURNAL PSIKOLOGI


MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS SATU SEKOLAH DASAR

Pembelajaran matematika tidak ter‐


lepas dari perkembangan kognitif.
bicara sama orang tuanya, ”Tolong
Pembelajaran yang sesuai dengan
dibantu”. Mungkin pertama kali
perkembangan kognitif dapat mengop‐
kayak misalnya jadwalnya beran‐
timalkan kemampuan pelajar, dan yang
takkan tidak sesuai, hari ini apa,
terpenting tidak melahirkan stres yang
seperti itu, ini khan berakibat juga,
terlampau tinggi (Ormrod, 2004 p 448).
“Anak ini kok ndak bisa terus‐
Piaget menjelaskan mengenai stage
terusan masalah puluhan sama
kognitif pada usia kelas 1 SD adalah
satuan nggak bisa itu agak susah dia
operasional kongkrit sehingga pelajar
bisa jabarin yang di atas 20 misalnya
dapat menerima pemahaman dengan
ya 2 sama 0 tapi diganti angka 34 itu
tepat jika diberikan informasi yang
nggak bisa padahal itu puluhan
bersifat kongkrit.  
selalu yang di depan, jadi itu
pembicaraan antara guru kelas “Bendanya kayaknya..” (WK2, 86).
dengan orang tua” (WG, 70‐76). Salah satu siswa menyatakan bahwa
Hubungan antara guru dan orang tua awal belajar matematika, ia dikenalkan
terus dibina, sehingga pembelajaran pada benda terlebih dahulu, kemudian
matematika tidak pincang, artinya baru mengenal angka.
pembelajaran matematika yang dilaku‐ “Angkanya dipelajari, tapi aku udah
kan di rumah, sejalan dengan pembe‐ tahu dari dulu, jadi tidak usah
lajaran yang dilakukan di sekolah. dipelajari lagi” (WK2, 53).
Dengan demikian guru dan orang tua
dapat bekerjasama dalam memantau, Proses ini sejalan dengan konsep Piaget
memacu, dan mengevaluasi pembela‐ mengenai perkembangan kognitif anak.
jaran matematika pada siswa. Model 2 Konsep ini diterapakan oleh guru dalam
berikut merumuskan penjelasan penga‐ pembuatan modul di sekolah. Modul
ruh budaya sekolah dalam pembelajaran pembelajaran matematika yang dibuat
matematika yang menyenangkan. di sekolah menerapkan prinsip
operasional kongkret.
Awal pembelajaran matematika
Budaya Sekolah
Kurikulum yang kondusif

Pembelajar
matematika
Orang tua yang
menyenangkan

Model 2. Pengaruh Budaya Sekolah


Seko a
Guru kelas l h

JURNAL PSIKOLOGI 161


FRENGKY
dapat. Hal ini sangat tergantung pada
cara pendekatan pembelajaran yang
“Bisa, misalnya ee...saya buat ee.. diberikan oleh orang tua dan guru.
kita khan buatnya ini apa berda‐ Orang tua dan guru yang memberikan
sarkan misalnya anak belajar itu pembelajaran yang tepat, yang sesuai
khan kongkrit gitu loh, misalnya dengan dunia anak‐anak, akan mencip‐
pertama kali ada gambar, lama‐lama takan anak‐anak yang senang dengan
gambar dihilangkan diganti angka pelajaran matematika, seperti pada
seperti itu” (WG, 15‐17). model 1, yang menjelaskan kekuatan
dari guru dan orang tua serta teman
Proses pemahaman pelajar bersifat ber‐
dalam mengoptimalkan pembelajaran
lanjut dalam arti pengetahuan awal yang
matematika bagi siswa.  
diperoleh oleh pelajar membantu pem‐
bentukan pengetahuan berikutnya. Peneliti juga menemukan adanya
Pemahaman mengenai jumlah benda faktor yang dapat meningkatkan kua‐
yang kemudian dikaitkan dengan angka litas pembelajaran matematika bagi anak
menjadi langkah awal yang penting bagi sekolah dasar kelas 1 SD, yaitu adanya
anak memahami konsep matematika hubungan sinergi antara orang tua,
yang lebih lanjut. Model ini dapat guru, dan sekolah yang saling terkait
digambarkan sebagai berikut. satu sama lainnya. Pada model 2
ditunjukkan bagaimana hubungan yang
Awal belajar matematika

Angka
Benda di perlunya pemahaman
sekitar anak Kongkrit Simbol matematika
yang lebih abstrak konsep perkembangan
1, 2, 3, 4, ... senergi ini dapat terbina
Manipulasi angka tambah, kurang, ... kognitif yang sesuai dengan
dengan adanya landasan
konsep Piaget. Anak‐anak
budaya sekolah yang tepat.
akan mudah belajar
Abstrak Peneliti menyarankan
Model 3. Proses pembelajaran
matematika
dan berkesinambungan. Dalam model 3
tampak bahwa pembelajaran matema‐
Diskusi
tika pada anak bergerak dari sesuatu
Penelitian ini merupakan penelitian benda yang kongkrit lalu dikaitkan
yang singkat sehingga banyak hal yang dengan simbol angka baru kemudian
belum teramati. Hasil penelitian ini masuk pada stage manipulasi yaitu
menyimpulkan bahwa anak‐anak mema‐ menjumlah, mengurang, mengali, dan
hami mata pelajaran matematika bukan lainnya.  
sebagai mata pelajaran yang sulit seperti Terdapat beberapa hal yang dapat
umumnya orang‐orang dewasa berpen‐ diteliti lebih lanjut di antaranya menge‐
matematika yang abstrak setelah melalui
tahapan‐tahapan atau stages kongkrit

162 JURNAL PSIKOLOGI


MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS SATU SEKOLAH DASAR
York: Brooks/Cole Publishing
Company.
nai konstruksi kognitif pembelajaran McCombs, B.L. & Whisler, J.S.. 1997. The
matematika pada siswa sekolah dasar Learner‐Centered Classroom and
khususnya pada siswa kelas rendah School: Strategies for Increasing
guna memahami model pembelajaran Student Motivation and Achievement.
San Francisco : Jossey Bass.
matematika yang optimal yang sesuai
dengan perkembangan psikologis anak.   Jbeili, I.M.A., 2003. The Effect of
Metacognitive Scaffolding & Coo‐
perative learning on Mathematics
Daftar Pustaka performance and Mathematical rea‐
Bogdan, R. C. & Biklen, S. K., 1992. soning among Fifth grade students
Qualitative Research for Education: An in Jordan. Unpublished   Doctoral
Introduction to Theory and Methods. 2nd Dissertation. University of Science
Edition, Needham Heights: Allyn Malaysia.
and Bacon. Ormrod, J.E. 2004. Human Learning. 4th
Depdiknas. 2008. Perkembangan Jumlah Edition. Ohio : Pearson.
Sekolah Menurut Status Provinsi. Santrock, J.W. 2006. Educational Psy‐
http://www.depdiknas.go.id/statistik chology. 3th Edition. New York:
/0607/sd_0607/tbl_04.pdf (diambil 31 McGraw‐Hill.
November 2008).
Smith, J. A. 2006. Qualitative Psychology.
Kaplan, Paul S.,. 1998. The Human City Road: Sage Publications.
Odyssey: Life‐Span Development. New
JURNAL PSIKOLOGI 163

Anda mungkin juga menyukai