Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Oleh karena itu, perlu kiranya dilakukan perencanaan yang strategis dan sistematis dalam
memenuhi kebutuhan tenaga keperawatan. Dan perencanaan yang baik mempertimbangkan :
klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan, metode pemberian asuhan keperawatan,
jumlah dan kategori tenaga keperawatan serta perhitungan jumlah tenaga keperawatan.
Untuk itu diperlukan kontribusi dari manager keperawatan dalam menganalisis dan
merencanakan kebutuhan tenaga keperawatan di suatu unit rumah sakit. Maka kita perlu
mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan ketenagaan keperawatan, bagaimana
variabel yang mempengaruhi ketenagaan, alokasi,dan penjadwalan tenaga keparawatan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep dasar, prinsip, dan tujuan ketenagaan
2. Bagaimana variabel yang mempengaruhi ketenagaan
3. Bagaimana alokasi dan penjadwalan tenaga keperawatan setiap shift
C. TUJUAN
1. Mengetahui konsep dasar, prinsip, dan tujuan ketenagaan
2. Mengetahui variabel yang mempengaruhi ketenagaan
3. Mengetahui alokasi dan penjadwalan tenaga keperawatan setiap shift
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hal ini berguna untuk tercapainya tujuan individu, organisasi, ataupun komunitas
dimana ia berkarya (Suarli dan Bahtiar, dalam Nursalam 2014). Menurut Fadillah dkk.
dalam Nursalam (2014) ketenagaan (staffing) sering dimulai dengan rencana sumber
daya manusia, dimana terdiri dari antisipasi dan mempersiapkan untuk perpindahan
karyawan ke dalam, masuk dan keluar dari perusahaan
Prinsip untuk Staff Perawat yang ditulis dalam buku yang ditulis oleh (Huber dikutip
dalam Nursalam, 2014) dikembangkan untuk membimbing tenaga kerja perawat.
Sembilan prinsip tersebut disusun menjadi tiga kategori yang berkaitan dengan unit
perawatan pasien, staf, dan organisasi. Sembilan prinsip tersebut adalah sebagai berikut
(ANA dikutip dalam Nursalam, 2014):
Prinsip-prinsip ini mencerminkan banyak nilai penting yang terkait dengan analisis
kebutuhan pasien, lingkungan kerja perawat, dan hasil di tingkat unit.ANA
merekomendasikan model profesional di mana faktor ketenagaan yang
diperhitungkan mencakup jumlah pasien, tingkat kebutuhan pasien, masalah
kontekstual seperti ketersediaan geografi unit dan ketersediaan teknologi, dan tingkat
persiapan, pengalaman, dan kompetensi perawat. Seiring bertambahnya tingkat
kualitas keperawatan, masalah ketenagaan perawat dan meningkatnya perhatian
terhadap kualitas dan biaya perawatan maka ANA memperbaharui panduan mengenai
Prinsip ANA untuk Staf Perawat . Panduan ini menyoroti beberapa perspektif
kebijakan:
Gibson menyampaikan Model teori kinerja dan melakukan analisis terhadap sejumlah
variabel yang mempengaruhi perilaku dan kinerja individu, yaitu variabel individu,
variabel psikologis, dan variabel organisasi. Variabel individu dikelompokkan pada sub
variabel kemampuan dan ketrampilan, latar belakang dan demografis. Sub variabel
kemampuan dan ketrampilan merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku dan
kinerja individu. Sedangkan demografis memiliki efek tidak langsung perilaku dan
kinerja individu. Variabel psikologis terdiri atas sub variabel persepsi, sikap, kepribadian,
belajar, dan motivasi. Variabel ini banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial,
pengalaman kerja sebelumnya dan variabel demografis. Variabel psikologis ini
merupakan hal yang komplek dan sulit diukur. Variabel organisasi memiliki efek tidak
langsung terhadap perilaku dan kinerja individu. Variabel ini dogolongkan pada sub
variabel sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, dan desain pekerjaan.
1. Variabel Individu
a. Jenis kelamin
Saat ini banyak sekali diperdebatkan mengenai apakah kinerja wanita sama
dengan kinerja pria ketika bekerja. Sementara studi-studi psikologis menemukan
bahwa wanita lebih bersedia untuk memenuhi wewenang dan pria lebih agresif.
Pria lebih besar kemungkinan dari wanita dalam memiliki pengharapan untuk
sukses, tetai perbedaan itu kecil adanya. (Ariani dikutip dalam Nursalam, 2011)
b. Umur
Hubungan umur dengan kinerja merupakan isu yang penting. Ada keyakinan
bahwa kinerja merosot dengan meningkatnya umur. Umur jugamempengaruhi
produktivitas, hal ini dapat di lihat dari keterampilan individu terutama kecepatan,
kecekatan, kekuatan dan koordinasi menurun dengan berjalannya waktu dan
kebiasaan pekerjaan yang berlarut-larut dan kurangnya rangsangan intelektual
semua menyambung pada berkurangnya produktivitas kemerosotan ketrampilan
fisik apapun yang disebabkan umur berdampak pada produktivitas. (Ariani
dikutip dalam Nursalam, 2011)
c. Pendidikan
Dari penelitian yang dilakukan bahwa pendidikan mempengaruhi kinerja
seseorang dalam bekerja. (Ariani dikutip dalam Nursalam, 2011)
d. Masa Kerja
Pengalaman dikaitkan dengan lama kerja seseorang dalam bidangnya, tapi
pengalaman kerja tidak bisa dijadikan indikator yang menunjukkan kualitas kerja
seseorang. Masa kerja yang lebih lama umunya menjadikan pegawai lebih banyak
tahu dan mempunyai tindakan atau gagasan yang lebih baik dibandingkan dengan
pegawai yang baru bekerja/masa kerjanya belum lama. (Ariani dikutip dalam
Nursalam, 2011)
e. Pelatihan
Pelatihan juga dapat merupakan cara untuk membekali tenaga kerja yang tidak
mempunyai pendidikan formal sesuai tugasnya, sehingga meningkatkan kualitas
pekerjaannya. Dengan pelatihan ini diharapkan agar seseorang lebih mudah
melaksanakan tugasnya. (Ariani dikutip dalam Nursalam, 2011)
2. Variabel Organisasi
a. Supervisi
Supervisi adalah suatu kegiatan pembinaan, bimbingan dan pengawasan oleh
pengelola program/proyek terhadap pelaksanaan di tingkat administrasi yang
lebih rendah, dalam rangka memantapkan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Tujuan dari supervisi adalah untuk
meningkatkan kinerja pegawai melalui suatu proses yang sistematis dengan
peningkatan pengetahuan, peningkatan keterampilan. (Ariani dikutip dalam
Nursalam, 2011)
b. Imbalan
Setiap orang membutuhkan insentif baik sosial maupun finansial penghargaan,
karena penghargaan merupakan suatu kebutuhan. Penghargaan atas prestasi atau
jasa seseorang ditinjau dari segi kebutuhan merupakan salah satu kebutuhan
manusia yang menurut teori Maslow (1984) terletak pada urutan keempat yaitu
kebutuhan akan penghargaan diri dan penghargaan dari orang lain. (Ariani dikutip
dalam Nursalam, 2011) Pemberian kompensasi seperti gaji, insentif, tunjangan,
bonus, lembur juga perlu ditingkatkan karena akan dapat membantu
meningkatkan pendapatan karyawan yang pada akhirnya akan meningkatkan
kinerja. Sebaliknya apabila pendapatan karyawan kecil bagaimana mereka
mampu memenuhi kebutuhannya, dan ini jelas akan berdampak pada prestasi
kerja mereka. (Nurcahyo dikutip dalam Nursalam, 2014)
3. Variabel Psikologis
a. Motivasi
Motivasi kerja adalah pemberian daya penggerak yang meciptakan kegairahan
kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi
dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. (Ariani dikutip dalam
Nursalam, 2011) Motivasi kerja yang tinggi haruslah diciptakan dalam organisasi.
Baik motivasi materi maupun non materi. Dengan motivasi yang tinggi
diharapkan dapat meningkatkan kinerja karyawan. (Nurcahyo dikutip dalam
Nursalam, 2014)
b. Penilaian Kinerja
Disiplin kerja yang tinggi harus diterapkan di organisasi, karena dengan
mendisiplinkan karyawan maka akan dapat meningkatkan kinerja karyawan. Ada
berbagai macam teknik mendisiplinkan karyawan, organisasi harus memilih mana
yang paling tepat diterapkan diorganisasi. . (Nurcahyo dikutip dalam Nursalam,
2014)
1. Metode Douglas
Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) menetapkan jumlah perawat
yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi klien, dimana
masing-masing kategori mempunyai nilai standar per shift nya
2. Metode Sistem Akuitas
Kelas I : 2 jam/hari
Kelas II : 3 jam/hari
Kelas III : 4,5 jam/hari
Kelas IV : 6 jam/hari
Prinsip perhitungan rumus Gillies : Jumlah Jam keperawatan yang dibutuhkan klien
perhari adalah :
Layanan rawat inap dalam rumah sakit tersebut membutuhkan penjadwalan yang
optimal. Optimal artinya keuntungan sebesar-besarnya dan kerugian harus sekecil-
kecilnya ( Suyadi 2005 dalam setiawan dkk). Penentuan jadwal diperlukan peranan
penting manajemen terutama kepala bidang keperawatan, dengan prosesnya
menggunakan secara manual. Cara seperti ini membutuhkan waktu yang lama. Pihak
magement harus membuat penjadwalan perawat setiap unit ruang rawat inap ( seiawan
dkk 2014)
a. Penjadwalan perawat
Ada tiga hal yang berkaitan dengan proses dan pengamb ilan keputusan
perencanaan kebutuhan dan penjadwalan perawat
1. Staffing decision merencanakan tingkat dan jumlah kebutuhan akan perawat
prakualifikasinya
2. Scheduling decision menjadwalkan hari masuk dan libur juga shift, Shift kerja
untuk setiap harinya sepanjang periode penjadwalan dalam rangkan memenuhi
kebutuhan 3 minumum tenaga perawat yang harus tersedia
3. Allocation decision membentuk kelompok perawat yang dialokasikan ke shift-
shift atau hari-hari yang kekurangan tenaga akibat adanya variasi demand yang
tidak diprediksi, misalnya absennya perawat
PENUTUP
3.1 KESEIMPULAN
3.2 Saran
Kami menyarankan kepada pembaca agar makalah ini dapat dimengerti dan
dipahami dengan baik, sehingga kita dapat mengetahui tentang manajemen
ketenagaan keperawatan suatu unit ruang rawat dan puskesmas. Agar dapat menjadi
pedoman buat kita sebagai perawat.
DAFTAR PUSTAKA