Anda di halaman 1dari 7

TINJAUAN PUSTAKA

Kitin merupakan polimer aminoglukan dari N-asetil-D-glukosamin yang tidak


larut air dan polimer terbanyak kedua yang tersedia di alam setelah selulosa (Shahidi
et al 1999 cit Rochima et al 2004). Kitin dapat diisolasi dari jamur dan beberapa
hewan seperti seranggn serta cangkang golongan Artropoda,Molusca, Nematoda dan
Crustacea (Indra 1994 cit Cahyaningrum 2007). Menurut Muzzarelli (1995) cit
Hargono (2008), struktur kimia kitin mirip dengan selulosa, hanya dibedakan oleh
gugus yang terikat pada atom C2. Jika pada selulosa gugus yang terikat pada atom C2
adalah OH, maka pada kitin yang terikat adalah gugus asetamida Kitin secara alami
berbentuk kristal yang mengandung rantai-rantai polimer berkerapatan tinggi yang
terikat satu sama lain dengan ikatan hidrogen yang sangat kuat (Bartnicki-Garcia,
1989 cit Rochima ). Kitin bersifat mudah mengalami degradasi secara biologis, tidak
beracun, tidak larut air, asam anorganik encer dan asam-asam organik tetapi larut
dalam larutan dimetil asetamida dan litium klorida (Ornum, 1992 cit Rochima 2008),
antibakteri, dan sifat afinitas yang besar terhadap enzim (Sun 1994 cit Cahyaningrum
2007)

Salah satu turunan dari kitin adalah kitosan yang dihidrolisis dengan alkali
sehingga terjadi proses deasetilasi dari gugus asetamida menjadi gugus amina dan
juga dapat terjadi dengan hidrolisa asam dan basa (Rinaudo et al.2006 cit Ramadhan
et al. 2010). Gugus tersebut menyebabkan kitosan memiliki reaktivitas yang tinggi
dandapat berperan sebagai amino pengganti. (Sugiyono 2011 cit Laksono 2007).
Kitosan dapat berikatan secara crosslink jika ditambahkan crosslinked seperti
glutaraldehid, glikosal atau kation Cu+ ( Sarah 2001 cit Cahyaningrum 2007). Kitosan
memiliki derajat deasetilasi 75-100% (Kurita 2001 cit Ramadhan et al 2010) yang
dipengaruhi oleh kosentrasi basa/asam, rasio kelarutan terhadap padatan, suhu dan
waktu reaksi, lingkungan /kondisi reaksi selama reaksi deasetilasi.

Pembuatan Kitosan dari Kitin

Proses transformasi kitin menjadi kitosan dapat melalui hidrolisi basa dan
asam Rinaudo et al 2006 cit Ramadhan et al 2010). Isolsai kitosan dari cangkang
crustacea dapat dilakukan melalui tiga tahap yaitu deproteinasi, demineralisasi dan
tahap deasetilasi ( Laksono 2007).
a. Deproteinasi
Menurut Hargono et.al. (2008), proses deproteinasi dilakukan pada suhu
60-70 C menggunakan larutan NaOH 1 M dengan perbandingan serbuk
udang dengan NaOH = 1:10 sambil diaduk selama 60 menit. Endapan
dipisahkan dengan cara menyaring dan selanjutnya endapan dicuci
menggunakan aquades hingga pH netral. Endapan hasil pencucian
kemudian dikeringkan dan selanjutnya dilakukan proses demineralisasi.
b. Demineralisasi
Proses demineralisasi merupakan proses untuk menghilangkan mineral-
mineral dalam serbuk cangkang udang atau kepiting yang sebagian besar
merupakan garam – garam kalsium (Ca) seperti kalsium karbonat dan
kalsium fosfat (Anonim, 2007)
Reaksi demineralisasi dalam pelarut asam adalah sebagai berikut:
Ca3(PO4)2(s) + 6HCl(aq) 3CaCl2(aq) +
2H3PO4(aq).....4.1
CaCO3(s) + 2HCl(aq) CaCl2(aq) + CO2(g) + H2O(l)....4.2
Menurut Hargono et.al. (2008), demineralisasi (penghilangan mineral) dari
serbuk cangkang udang atau kepiting dilakukan pada suhu 25-30 C
menggunakan larutan HCl 1M dengan perbandingan serbuk hasil
deproteinasi dan HCL =1:10 sambil diaduk-aduk selama 120 menit.
Larutan kemudian disaring untuk mendapatkan endapan. Endapan yang
didapat kemudian diekstrak menggunakan aseton dan diblanching dengan
NaOCL untuk menghilangkan warnanya.
c. Deasetilasi
Deasetilasi kitin dilakukan dengan menggunakan NaOH (Kolodziesjska
2000 cit Harianingsih 2010) yang akan menghilangkan gugus asetil dan
menyisakan gugus amino yang bermuatan positif sehingga kitosan bersifat
polikationik (Ornum 1992 cit Harianingsih 2010). Gugus reaktif amino
pada C-2 dan gugus hidroksil pada C-3 dan C-6 pada kitosan sangat
berperan dalam aplikasinya seperti pengawet, penstabil warna, flokulan,
pembantu proses reverse osmosis dalam penjernihan air dan sebagai bahan
aditif untuk proses agrokimia dan pengawt benih (Shahidi et al , 1999)
Gambar 2. Struktur kitosan

Mekanisme Kitosan sebagai Pereduksi Limbah

Kitosan memiliki sifat polikationik sehingga dapat menggumpalkan limbah


terutama limbah berprotein yang kemudian dapat digunakan sebagai pakan ternak.
(Meriatna, 2008). Menurut Jin dan Bai (2002) cit Laksono (2008), gugusa aktif pada
kitosan diperankan oleh aton N dari gugu amina (-NH2) dan gugus atom O dari gugus
hidroksi (-OH) dimana kedua atom tersebut memiliki electron bebas yang dapat
mengikat proton atau ion logam membentuk suatu kompleks.

Proses pereduksi limbah oleh kitosan melalui tiga tahap yaitu:

a. Koagulasi
Kitosan yang memiliki sifat polikationik dan memiliki gugus aktif amina (-
NH2) dan gugus hidroksi (-OH) akan berinteraksi dengan gugus negatif pada
limbah terutama limbah protein. Pada perduksi limbah logam. Keadaaan ini
menyebabkan terjadinya ikatan antar partikel.
b. Flokulasi
Koagulan-koagulan yang terbentuk selanjutnya akan berinteraksi membentuk
flok-flok yang berukuran lebih besar.
c. Sedimentasi
Flok-flok yang terbentuk selanjutnya akan mengendap. Sedimentasi
(pengendapan) ini terjadi karena flok yang terbentuk memiliki massa yang
lebih besar sehingga tidak dapat mempertahankan massany agar tetap
melayang.

Pemanfaatan Kitosan

Kitosan merupakan senyawa yang memiliki banyak manfaat baik kitosan


maupun senywa turunannya. Manfaat kitosan antara lain adalah sebagai berikut:

No Bidang Aplikasi Fungsi

Pengolahan limbah Bahan koagulasi limbah cair


1
Penghilang ion-ion metal limbah cair

Pertanian Menurunkan kadar asam sayur, buah dan


ekstrak kopi
2
Bahan pupuk
Bahan antimikrobia

Industry tekstil Serat tekstil


3
Meningkatkan ketahanan warna

4 Bioteknologi Bahan immobilisasi enzim

5 Kosmetik Bahan kosmetik untuk rambut dan kaki

Biomedis Mempercepat penyembuhan luka


6
Menurunkan kadar kolestrol

7 Fotografi Melindungi film dari kerusakan

Sumber: Robert (1992) cit Meriatna (2008)

HIPOTESISS

1. Kitosan dapat mereduksi beban pencemaran dari limbah organic


2. Kitosan dapat mereduksi beban pencemaran limbah anorganik

METODOLOGI PENELITIAN

a. Alat
b. Bahan
c. Tata Laksana Praktikum

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Limbah Organikl
Pada awal pemberian kitosan pada larutan limbah organic, kitosan terlebih
dahulu dikondisikan pada pH asam dengan menambahkan larutan asam asetat. Kitin
bersifat tidak larut dalam air tapi larut dalam asam encer seperti asam asetat. Gugus
karboksil dari asam asetat akan memudahkan pelarutan kitosan dalam air karena
terjadi interaksi hydrogen antara gugus karboksil dari asam asetat dengan gugus
amina kitosan( Dun et.al, 1997). Dalam larutan asam, gugus amina bebas akan
terprotonasi membentuk gugus amino kationik (-NH3+) yangdapat beraksi dengan
polimer anionic (Sanford, 1992 cit Rochima, 2008) dan bertindak sebagai polikationik
yang dapat mengikat logam atau membentuk disperse. Hal ini dikarenakan kitosan
akan menjadi polimer dengan struktu lurus dalam larutan asam sehingga berguna saat
flokulasi, pembentuk film, imobilisasi enzim (Ornum, 1992 cit Rochima 2008)
Adanya interaksi hydrogen ini menyebabkan kitosan dapat larut dalam libah
organic dan memiliki daya ikat dengan protein dari limbah yang semakin besar.
larutan kitosan kemudian dimasukkan ke dalam limbah cair organic dan dilakukan
pengadukan cepat sekitar 9 menit. Pengadukan cepat ini betujuan agar proses
pengikatan partikel-partikel dari limbah cair organic dapat terjadi lebih efektif karena
kitosan akan bertabrakan dengan partikel-partikel dari limbah cair organic. Setelah
pengadukan cepat, limbah cair organic selanjutnya diaduk perlahan agar terjadi
pembentukan flok-flok dari interaksi kitosan dengan partikel-partikel dari limbah cair
organic tersebut. Pengadukan secara lambat dilakukan kurang lebih selama satu
menit. Limbah cair organic didiamkan agar terjadi proses sedimentasi dari flok-flok
yang telah terbentuk karena flok-flok tersebut memiliki masa jenis yang lebih besar
dari masa jenis air.
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat dilihat bahwa DO pada sebelum dan
sesudah penambahan kitosan tetap nol. Hal ini dipengaruhi oleh pekatnya limbah cair
organic sehingga menyebabkan tidak adanya oksigen yang terlarut.penambahan
kitosan dalam limbah cair organic tidak mempengaruhi jumlah oksigen yang terlarut.
Hal ini juga berlaku pada nilai BOD5 limbah cair organic yang tetap nol. .....
Kekeruhan dipengaruhi oleh adanya partikel-pertikel yang terdapat pada
limbah seperti lumpur, bahan organic dan bahan anorganik. Berdasarkan pengamatan
terhadap kekeruhan limbah, tingkat kekeruhan limbah cair organic mengalami
penurunan. Hal ini dikarenakan partike-partikel yang meyebabkan kekeruhan pada
limbah cair organic berinteraksi dengan kitosan dan membentuk flok-flok yang
selanjutnya akan mengendap. Pengendapan ini terjadi karena berat jenis flok-flok
yang terbentuk lebih besar daripada berat jenis air. Penurunan tingkat kekeruhan yang
paling baik ada pada perlakuan penambahan kitosan3%. Hal ini dikarenakan kitosan
yang ditambahkan akan berinteraksi dengan partikel-partikel dari limbah cair organic
lebih banyak sehingga akan mengendapkan partikel-pertikel limah cair organic
tersebut.
Tssss....
pH limbah cair organic mengalami penurunan dari pH semula ..... menjadi....
Penurunan pH limbah ini dikarenakan adanya penambahan asam asetat yang
digunakan untuk melarutkan kitosan.
Secara keseluruhan parameter yang diamati pada limbah mengalami
penurunan saat ditambahkan kitosan kecuali pada DO dan BOD. Penurunan ini
menunjukkan bahwa kitosan mampu mereduksi beban pencemaran pada limbah
organic karena kitosan memiliki gugus amina (-NH2) dan gugus hidrokdi (-OH).
Kitosan mampu mengikat partikel organic dari lmibah cair organic yang merupakan
salah satu factor yang dapat mencemari.
b. Limbah Anorganik
Pada analisi peran kitosan dalam mereduksi limbah cair anorganik, kitosan
tidak dikondisikan dalam larutan asam encer seperti asam asetat karena
kitosan memiliki gugus amina dan hidroksil. Penambahan asam yang akan
menurunkan pH kitosan hanya akan menyebabkan kekuatan kitosan mengikat
ion logam turun karena ion H+ akan bersaing dengan ion logam untuk
berikatan dengan gugus amina ( Kay, 1987 cit Meriatna 2008).. Kitosan yang
berupa serbuk kemudian dimasukkan ke dalam limbah cair anorganik yang
berasal dari industry penyamakan kulit. Limbah cair ini mengandung krom
(Cr) yang digunakan untuk proses penyamakan. Limbah cair diaduk secara
cepat sekitar sembilan menit untuk mempercepat proses pengikatan atom Cr
dari limbah cair anorganik. Limbah selanjutnya diaduk perlahan agar
terbentuk flok-flok yang memiliki ukuran lebih besar dan kemudian
diendapkan dengan tidak melakukan pengadukan.
Salah satu factor yang menyebabkan kitosan mampu mengikat ion logam
dipengaruhi oleh adanya atom N (nitrogen) yang ada pada gugus amina (-
NH2) yang mampu berinteraksi dengan logam (Hutahahean, 2001 cit Meriatna
2008). Hal ini dikarenakan electron bebas pada atom N mudah untuk
menymbangkan elektronnya yang kemudian akan berikatan dengan ion logam
(Jin dan Bai, 2002 cit Laksono, 2008). Kitosan akan membentuk kompleks
kitosan dengan logam ( Kay, 1987 cit Meriatna 2008). Contoh mekanisme
pengikatan kitosan dengan logam:
2R-NH3+ + Cu2+ + 2Cl- (RNH2)CuCl2
Electron bebas pada gugus hidroksil kitosan kurang berperan dalam
pengikatan ion logam karena interaksi atom bebas pada gugus hidroksil lebih
kuat dari pada electron pada gugus amina (Jin dan Bai, 2002 cit Laksono,
2008).

Anda mungkin juga menyukai