a. Terhadap suami-istri Hak dan kewajiban anatara suami dan istri didalam perkwainan islam masuk prinsip bertanggung jawab. Prinsip ini menjelaskan bahwa seorang suami dan istri masing-masing mempunyai beban tanggung jawab sendiri didalam menjalankan kehidupan rumah tangga.
b. Terhadap Anak yang dilahirkan
c. Terhadap harta kekayaan 2. Putusnya Perkawinan a. Kematian kematian, hal ini tidak perlu diperdebatkan lebih lanjut atau dibuktikan melalui proses pembuktian di pengadilan. Karena jelas kematian itu menjadikan salah satu pasangan suami atau istri ditinggalkan untuk selama-lamanya. Konsekuensi dari kematian ini menyebabkan putusnya sebuah perkawinan. Terhadap hal ini suami atau istri yang ditinggalkan secara otomatis telah terputus hubungan perkawinannya. Khusus untuk istri yang ditinggal mati oleh suaminya ia berlaku masa iddah selama 4 bulan 10 hari. b. Perceraian i. Pengertian dan bentuk perceraian Perceraian dijelaskan dengan kata pisah, putus hubungan, atau talak. Ungkapan talak secara tersurat ada pada ayat suci Al-Qur’an, hal itu dinyatakan pada surat Al-Baqarah dan Surat An-Nisa. Seperti misalnya Surat Al-Baqarah ayat 229 yang mengatakan “maka menahanlah dengan baik atau melepaskan dengan baik” dan ayat 231 yang mengatakan “tahanlah mereka dengan baik atau pisahlah dengan baik”. Pada surat An-Nisa digambarkan pada ayat 130 yang artinya ”dan jika mereka berpisah Allah mengkayakan mereka dari keluasan-Nya”. Di Indonesia pelaksanaan perceraian ini memerlukan putusan pengadilan untuk memutus sebuah perkawinan itu telah putus. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 menyatakan bahwa sebuah perceraian hanya dapat dilakukan didepan sidang pengadilan setelah pengadilan tidak dapat mendamaikan pasangan yang ingin bercerai. Proses mendamaikan ini sifatnya wajib bagi pengadilan. Suatu pemutusan perkawinan baru dapat dilaksanakan apabila masing-masing dari suami isteri telah melakukan upaya damai. Pengertian putusnya perkawinan karena perceraian dikenal dengan praktek yang beragam didalam Kompilasi Hukum Islam. Seperti misalnya perceraian putusan perceraian, ikrar talak, khuluk, dan putusan taklik talak. Pada prakteknya putusnya perkawinan karena perceraian dibagi menjadi 2 yaitu karena talak dan gugatan perceraian. 1. Talak talak merupakan ikrar suami dihadapan sidang pengadilan Agama yang menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan. Dijelaskan diketentuan selanjutnya bahwa talak menurut KHI itu ada 3 macam. a. Talak raj’i Talak kesatu atau kedua, dimana suami berhak rujuk selama istri dalam masa iddah. Pada masa ini seorang suami boleh rujuk kapan saja asalkan masih dalam masa iddah. Terhadap talak ini sang istri telah digauli , tidak dimintakan tebusan (iwadh) dan ini merupakan talak (sunny) yang ada pada sunnah Rasulullah SAW b. Talak ba’in Talak ba’in adalah talak yang dijatuhkan suami pada istrinya yang telah habis masa iddahnya. Pada konteks talak ba’in ini dibagi lagi kedalam 2 macam talak ba’in yaitu : i. Talak ba’in sughraa Talak ba’in sughraa adalah talak yang tidak boleh dirujuk tapi boleh akad nikah baru dengan bekas suaminya meskipun dalam iddah. Talak ini telah habis masa iddahnya, apabila ingin rujuk lagi maka harus memulai dengan akad nikah dan mahar yang baru. Maksud dari talak ini adalah talak yang: 1. Terjadi sebelum dukhul; 2. Dengan tebusan atau khuluk; 3. Dijatuhkan melalui putusan pengadilan. ii. Talak Ini adalah talak 3, yaitu talak yang tidak dapat dirujuk dan tidak dapat dinikahi kembali. Bila bersikeras ingin menikahi lagi bekas istrinya maka bekas istri tersebut harus menikah dengan orang lain dan kemudian terjadi perceraian setelah dukhul (secara wajar) begitu pula telah habis masa iddahnya baru dapat dinikahi kembali oleh bekas suaminya. 2. Li’an Perbuatan yang dapat memutus perkawinan selain talak yang tatacaranya diatur didalam Kompilasi Hukum Islam adalah li’an. Li’an diatur pada Kompilasi Hukum Islam mulai dari pasal 125 hingga 128 yang berbunyi li’an menyebabkan putusnya perkawinan antara suami istri untuk selama-lamanya. Berdasarkan pasal 126 KHI, Li’an terjadi karena suami menuduh istri berbuat zina dan atau mengingkari anak dalam kandungan atau anak yang sudah lahir dari istrinya, sedangkan istri menolak tuduhan dan atau pengingkaran tersebut. 3. Khuluk Khuluk adalah pengecualian terhadap hak thalaq dari suami. Sesungguhnya thalaq itu hanya dimiliki oleh suami, tetapi bukan berarti istri tidak dapat memutus perkawinan layaknya thalaq. Upaya istri untuk memutus perkawinan itu disebut khuluk. Ini adalah hak yang diberikan oleh Allah SWT kepada istri yang dalam perkawinannya terdzolimi dan ingin memutuskan perkawinan. 4. Fasakh Penyebutan fasakh sebagai penyebab putusnya perkawinan didapat pada Kompilasi Hukum Islam pasal 155 pada bab pembahasan tentang masa iddah. Ketentuan itu mengatakan bawah fasakh digambarkan sebagai perbuatan cerai. yang mengakibatkan masa iddah.Fasakh diambil dari kata fa-sa-kho yang berarti adalah batal atau rusak. Ada beberapa ulama memberikan definisi tentang fasakh seperti batalnya sebuah akad perkawinan dan hilangnya keadaan yang menguatkan kepadanya. Fasakh sendiri ada yang mengatakan sebagai perbuatan yang melepaskan ikatan antara suami dan istri. 5. Illa’ Illa’ adalah salah satu alasan dapat putusnya perkawinan karena perceraian. Pembahasan illa’ tidak diatur secara khusus didalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, mengingat illa’ ini pada prakteknya sudah satu kesatuan dengan perceraian yang lainnya. Illa’ diartikan dengan upaya bersumpah dari suami untuk tidak lagi mencampuri istri. Mencampuri disiniartinya berkumpul dan menggauli istri sebagaimana kewajiban antara suami dan istri pada umumnya. 6. Zhihar Zhihar ini bukanlah merupakan perbuatan talak atau cerai sebagaimana putusnya perceraian yang sudah dijelaskan sebelumnya diatas. Zhihar ini lebih kepada sebuah ungkapan. Ungkapan ini sengaja diucapkan oleh suami dengan niatan untuk mengharamkan istrinya dari diri sang suami. Ungkapan yang dimaksud didalam zhihar adalah “bagiku kamu seperti punggung ibuku”. Zhihar sendiri diartikan dengan punggung dalam arti bahasanya. Apakah ini bagian dari percereraian? pada praktek hukum perkawinan di Indonesia, zhihar tidak dapat memutus suatu hubungan perkawinan. Zhihar sendiri dinggap sebagai talak pada zaman Rasulullah SAW, artinya praktek zhihar ini dianggap sebagai upaya untuk memutus sebuah hubungan perkawinan. ii. Akibat perceraian 1. Anak Bagian dari Tujuan Perkawinan Dalam Membentuk Keluarga 2. Perceraian Menyebabkan Putusnya Hubungan Keluarga 3. Timbulnya Hak Asuh Anak