Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring berkembangnya zaman, baik di bidang tekhnologi maupun
ilmu pengetahuan sekarang ini yang mempermudah kita dalam kehidupan.
Dalam bidang pendidikan kemudahan-kemudahan yang timbul akibat
kemajuan teknologi tidak hanya menimbulkan efek positif tetapi juga efek
negatif. Salah satunya di bidang psikologi, banyak kasus-kasus psikologi
yang muncul dalam dunia pendidikan. Untuk menanggulangi permasalahan
yang muncul perlu adanya bimbingan dan konseling. Bimbingan dan
Konseling dapat membantu seseorang memahami dirinya sehingga
seseorang tersebut dapat mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar.
Seorang pendidik harus mempelajari bimbingan dan konseling karena
bimbingan dan konseling mampu memberi bantuan untuk peserta didik,
baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan
berkembang secara optimal, dalam bidang pengembangan kehidupan
pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar, dan perencanaan karir,
melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-
norma yang berlaku.
Bimbingan Konseling di sekolah-sekolah sangat penting untuk
peningkatan mutu pendidikan, khususnya di Indonesia. Bimbingan
Konseling berada dalam posisi kunci dalam sebuah lembaga pendidikan,
yaitu institusi sekolah sebagai pendukung maju atau mundurnya mutu
pendidikaan. Proses bimbingan konseling dilakukan berdasarkan program
yang sistematis dan terencana.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Bimbingan dan Konseling ?
2. Apa saja fungsi Bimbingan dan Konseling ?
3. Apa saja prinsip dan asas-asas Bimbingan dan Konseling?
4. Bagaimana kedudukan Bimbingan dan Konseling di Sekolah ?

C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan pengertian Bimbingan dan Konseling
2. Untuk menjelaskan fungsi Bimbingan dan Konseling
3. Untuk menjelaskan prinsip dan asas-asas Bimbingan dan
Konseling
4. Untuk menjelaskan kedudukan Bimbingan dan Konseling di
Sekolah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bimbingan dan Konseling


Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari “guidance” dan
“counseling”. Secara harfiyah istilah “guidance” dari akar kata “guide”
berarti: (1) mengarahkan (to direct), (2) memandu (to pilot), (3) mengelola
(to manage), dan (4) menyetir (to steer). Secara etimologis, istilah konseling
berasal dari bahasa latin, yaitu “Consilium” yang berarti “dengan” atau
“bersama” yang dirangkai dengan “menerima” atau “memahami”. Sedangkan
dalam dalam bahasa Anglo-saxon, istilah konseling berasal
dari “sellan” yang berarti “menyerahkan” atau “menyampaikan”.
Para ahli berusaha merumuskan pengertian bimbingan dan konseling.
Dalam merumuskan kedua istilah tersebut, mereka memberikan tekanan pada
aspek tertentu dari kegiatan tersebut. Istilah bimbingan menurut para ahli
memiliki pengertian sebagai berikut:
1. Menurut Rochman Natawidjaja, bimbingan adalah proses pemberian
bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan,
supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sehingga ia sanggup
mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan
keadaan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat
mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan sumbangan
yang berarti.

2. Menurut James (1997): bimbingan adalah pertolongan yang diberikan


oleh seorang individu untuk menolong individu lain dalam membuat
keputusan ke arah yang dituju, dan mencapai tujuannya dengan cara
yang paling baik.
3. Menurut Crow (1960): bimbingan adalah proses pendidikan.
4. Menurut Shertzer dan Stone (1981): bimbingan adalah pertolongan
yang diberikan kepada individu yang biasanya sedang mengalami
perkembangan dan pertumbuhan mental, sosial, intelektual, fisik,
emosi, kejiwaan, dan kerohanian.

3
5. Menurut Sunaryo Kartadinata (1998): bimbingan adalah proses
membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal.
6. Menurut Rochman Natawidjaja (1987): bimbingan adalah suatu proses
pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara
berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya,
sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara
wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah,
keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umumnya.
7. Menurut Yee (1997): bimbingan adalah bantuan berkesinambungan dan
bersifat mendidik yang diberikan kepada individu agar mampu
membuat penyesuaian dan perubahan tingkah laku yang perlu.

Pengertian konseling menurut para ahli sebagai berikut :


1. Menurut Schertzer dan Stone (1980), konseling adalah upaya
membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara
konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan
lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan
berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia
dan efektif perilakunya.
2. Prayitno dan Erman Amti (2004:105), konseling adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh
seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang
mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada
teratasinya masalah yang dihadapi klien.
3. Menurut Tohari Musnawar (1992), konseling dalam Islami adalah
proses pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari kembali
akan eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya hidup
selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga mencapai
kebahagiaan di dunia dan diakhirat. Kesemuanya berlandaskan kepada
Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, sebab keduanya merupakan sumber
pedoman kehidupan umat Islam.

4
4. Menurut Winkell (2005 : 34), konseling merupakan serangkaian
kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha membantu konseli /
klien secara tatap muka langsung dengan tujuan agar klien dapat
mengambil tanggung jawab sendiri terhadap bebagai persoalan atau
masalah khusus maka masalah yang dihadapi oleh klien dapat teratasi
semuanya.

Pengertian Bimbingan dan Konseling menurut para ahli:


1. Hikmawati (2011:1)
Bimbingan dan Konseling menurut Hikmawati adalah pelayanan
bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok,
agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang
pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar,
dan perencanaan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan
pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku.

2. Tohirin (2013:25)
Bimbingan dan Konseling menurut Tohirin adalah proses bantuan
yang diberikan oleh pembimbing (konselor kepada individu (konseli)
melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya,
supaya konseli mempunyai kemampuan atau kecakapan melihat dan
menemukan masalahnya serta mempunyai kemampuan memecahkan
masalahnya sendiri.

3. Surat Keputusan Mendikbud No. 025/1995


Bimbingan dan Konseling menurut Surat Keputusan Mendikbud
tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya adalah layanan bantuan untuk peserta didik, baik secara
perorangan maupun kelompok, agar mandiri dan berkembang secara
optimal, dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan
bimbingan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung
berdasarkan norma-norma yang berlaku.

5
4. Azzett (2013: 11)
Bimbingan dan Konseling menurut Azzet adalah upaya pemberian
bantuan kepada anak didik agar dapat memahami dirinya sehingga sanggup
mengarahkan diri dan bertindak dengan baik sesuai dengan perkembangan
jiwanya. Usaha ini dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan
Jadi dapat disimpulkan bimbingan konseling artinya proses pemberian
bantuan yang dilakukan secara langsung oleh seorang konselor kepada
individu yang sedang mengalami sesuatu masalah atau yang disebut
konseling yang bertujuan pada teratasinya masalah.

B. Fungsi Bimbingan dan Konseling


Dalam kelangsungan hidup manusia, berbagai pelayanan diciptakan
yang berguna untuk memberi manfaat dan bagi keberangsungan hidup,
termasuk dalam bidang pendidikan, yakni dalam bimbingan di sekolah.
Kegunaan atau manfat yang diperoleh dari adanya suatu pelayan merupakan
hasil terlaksananya suatu fungsi pelayanan. Dengan demikian, fungsi
pelayanan dapat diketahui dengan melihat kegunaan ataupun manfaat yang
dapat diberikan oleh pelayanan di bidang Bimbingan dan Konseling itu
sendiri di sekolah. Suatu pelayanan dapat dikatakan tidak berfungsi apabila ia
tidak memperlihatkan kegunaan ataupun manfaat bagi keuntungan tertentu.
Fungsi bimbingan dan konseling ditinjau dari kegunaan atau manfaat
ataupun keuntungan-keuntungan apa yang diperoleh melalui pelayanan
tersebut  dapat dikelompokkan  menjadi  empat fungsi pokok, yaitu:
1. Fungsi pemahaman, yaitu memahami diri klien dan permasalahan yang
sedang dihadapinya juga memahami lingkungan serta latar belakang klien
baik oleh konselor maupun individu itu sendiri.
Berikut penjelasannya.
1) Pemahaman tentang klien atau peserta didik
Pemahaman tentang klien merupakan titik tolak upaya
pemberian bantuan terhadap klien. Sebelum seorang konselor
memberikan bantuannya kepada klien, maka mereka perlu terlebih

6
dahulu memahami individu yang akan di bantu itu. Bukan hanya
sekedar mengenal, namun harus memahami pemahaman yang
menyangkut latar belakang pribadi klien, kekuatan dan kelemahannya,
serta kondisi lingkungannya. Materi pemahaman itu lebih lanjut dalam
bidang pendidikan dapat dikelompokkan ke dalam berbagai data
tentang :
a. Identitas individu/peserta didik. Yakni nama, jenis kelamin,
tempat dan tanggal lahir, orang tua, status dalam keluarga dan
tempat tiggal.
b. Pendidikan.
c. Status sosial-ekonomi.
d. Kemampuan dosen (intelegensi), bakat, minat dan hobi.
e. Kesehatan.
f. Kecenderungan sikap dan kebiasaan.
g. Cita-cita pendidikan dan pekerjaan.
h. Keadaan lingkungan tempat tinggal.
i. Kedudukan atau prestasi yang pernah dicapai.
j. Jurusan/program studi yang diikuti.
k. Mata pelajaran yang diambil, nilai-nilai yang diperoleh.
l. Kegiatan ekstrakulikuler.
m. Sikap dan kebiasaan belajar.
n. Hubungan dengan teman sebaya.
Pemahaman yang dimaksudkan bukan hanya pemahaman
konselor atau guru terhadap diri klien atau peserta didik saja, namun
pemahaman klien terhadap dirinya sendiri terutama, pemahaman
orang sekitar peserta didik seperti orang tua terhadap diri peserta didik
juga, karena orangtua akan lebih memungkinkan untuk memeberikan
perhatian, pelayanan, perlakuan dan kemudahan-kemudahan yang
lebih besar bagi perkembangan anak secara lebih terarah sesuai
dengan kondisi anak tersebut. Dalam pengajaran, guru perlu
memahami peserta didiknya lebih mendalam demi keberhasilan
pembelajarannya. Salah satunya dengan cara menyesuaikan materi

7
dan metode pengajarannya terhadap kondisi dan situasi kelas saat itu
agar para peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran dnegan
lebih efektif dan efisien, sehingga keberhasilan pembelajaran dapat
tercapai. Fungsi pemahaman penting dipelajari oleh para guru dalam
praktik pembelajaran, agar tidak terjadi kesalahan dalam pengajaran
dan praktik pendidikan dan bimbingan dalam belajar.
2) Pemahaman tentang masalah klien atau peserta didik
Pemahaman terhadap masalah klien atau peserta didik
terutama menyangkut jenis masalahnya, intensitanya, sangkut-
pautnya, sebabnya dan kemungkinan perkembangannya. Klien atau
peserta didik amat perlu memahami masalah yang dialaminya, sebab
dengan dapat memahami masalahnya itu ia memiliki dasar bagi upaya
yang akan ditempuhnya untuk mengatasi masalah tersebut.
Pemahaman masalah oleh individu sendiri adalah modal dasar bagi
pemecahan masalah tersebut. Banyak individu atau peserta didik tidak
memahami bahwa dirinya tersebut sedang bermasalah. Mereka
menganggap masalahnya itu hanyalah ”ringan saja” atau “tidak
berbahaya’, mereka mendiamkan saja maslahanya tersebut. Pada suatu
ketika nanti, masalah-masalah yang tidak ditanggulangi secara dini itu
akan muncul dalam bentuk ketidakimbangan atau kesuliatn lebih
berlarut dengan kemungkinan resiko kerugian yang lebih besar lagi
(Prayitno. 2015 : 198-200).
2. Fungsi pencegahan, yaitu mencegah agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan dan dapat merugikan diri klien. Untuk itu segala hal yang
berhubungan dengan diri klien harus dapat perhatian yang khusus dari
konselor.
Secara operasional, konselor atau guru dapat melakukan hal-hal sebagai
berikut dalam menganalisis dan melaksanakan program pencegahan.
Secara garis besar, program-program ini antara lain:
a. Identifikasi permasalahan yang mungkin timbul.
Misalnya para siswa yang kurang disiplin, tida belajar secara
penuh, gagal menjawab soal ujian, pertengkaran antarklik, antar

8
kelas, antar sekolah, kurang menghargai guru, siswa terlibat
narkotika,siswa tidak menyukai pelajaran keterampilan dn lain
sebagainya.
b. Mengidentifikasi dan menganalisis sumber-sumber penyebab
timbulnya masalah-masalah. Dalam hal ini, kajian teoritik dan
studi lapangan perlu dilakukan.
c. Mengidentifikasi pihak-pihak yang dapat membantu pencegahan
masalah tersebut. Misalnya kepala sekolah, guru, wali kelas,
orangtua, badan atau lembaga tertentu (sesuai dengan
permaalahannya). Sangkut-paut pihak-pihak tersebut dengan
permasalahan yang dimaksudkan perlu dikaji secara objektif.
d. Menyusun rencana program pencegahan.
Rencana ini disusun berdasarkan:
a. Spesifikasi permasalahan yang hendak dicegah timbulnya.
b. Hasil kajian teoritik dan studi lapangan.
c. Peranan pihak-pihak terkait.
d. Faktir-faktor operasional dan pendukung, seperti waktu,
tempat, biaya dan perlengkapan kerja.
e. Pelaksanaan monitoring.
Pelaksanaan program sesuai dengan rencana dengan
kemungkinan modifikasi yang tidak mengganggu pencapaian
tujuan dengan persetujuan pihak-pihak yang terkait.
f. Evaluasi dan laporan.
Evaluasi dilakukan secara cermat dan objektif. Laporannya
diberikan kepada pihak-pihak terkait untuk dipeergunakan
sebagai masukan bagi program sejenis lebih lanjut (Prayitno.
2015:208-209).
3. Fungsi pengentasan, yaitu untuk mengatasi atau menyelesaikan masalah-
masalah yang dihadapi siswa agar tidak ada lagi hal yang dapat
menghalangi perkembangannya sehingga siswa dapat berkembang secara
optimal.

9
4. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan, yaitu untuk memelihara potensi-
potensi yang sudah ada pada diri siswa agar dikembangkan secara optimal
sesuai dengan minat bakat dan kemampunnnya.

Menurut Andi Mappiare, fungsi utama bimbingan dan konseling ada


tiga, yaitu:
1. Fungsi penyaluran (distributive), yaitu sebagai bantuan untuk menyalurkan
bakat atau potensi yang ada pada diri siswa agar lebih berkembang. Dan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih kesempatan yang
ada di lingkungan sekolah yang sesuai dengan keadaan mereka.
2. Fungsi pengadaptasian (adaptive) yaitu fungsi bimbingan sebagai bantuan
kepada pihak sekolah agar program pengajaran dapat disesuaikan dengan
keadaan, bakat, minat dan kebutuhan siswanya agar tujuan pendidikan
dapat tercapai.
3. Fungsi penyesuaian (adjustive), yaitu membantu terciptanya penyesualan
antara siswa dengan lingkungannya baik lingkungan sekolah, keluarga
maupun masyarakat.
Berikut penjelasan secara singkat tentang fungsi Bimbingan dan Konseling
di sekolah dari pendapat Nurihsan A.J. sebagai berikut:
1. Fungsi pemahaman.
Fungsi pemahaman yaitu fungsi Bimbingan dan Konseling
menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai
dengan kepentingan pengembangan siswa.
2. Fungsi penyaluran.
Fungsi penyaluran adalah dapat membantu siswa dalam memilih
jurusan, jenis sekolah, ataupun pekerjaan yang sesuai dengan minat, bakat,
dan ciri kepribadian lainnya.
3. Fungsi adaptasi.
Fungsi adaptasi yaitu fungsi Bimbingan dan Konseling dalam hal
membantu petugas-petugas di sekolah khususnya guru untuk
mengadaptasikan program pendidikan dengan minat kemampuan,
kebutuhan peserta didik.

10
4. Fungsi penyesuaian.
Fungsi penyesuaian yaitu fungsi Bimbingan dan Konseling dalam
rangka membantu siswa untuk memperoleh kemajuan dan berkembang
secara optimal.`

C. Prinsip dan Asas-Asas Bimbingan dan Konseling


Prinsip dapat diartikan sebagai permulaan untuk suatu cara tertentu
yang akan melahirkan hal-hal lain, yang  keberadaannya tergantung dari
permulaan itu. Adapun rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling
yang berkenaan dengan objek dalam pelayanan bimbingan yaitu prinsip-
prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan, prinsip  yang  berkenaan
dengan permasalahan idividu, prinsip yang berkenaan dengan  program 
pelayanan dan yang terakhir prinsip yang berkenaan dengan tujuan dan
pelaksanaan pelayanan. Dari  empat rumusan tersebut, bimbingan dan
konseling akan tercapai sesuai keinginan konselor dan klien.
1.    Prinsip Umum
a. Bimbingan harus berpusat pada individu yang di bimbingnya.
b. Bimbingan diberikan kepada memberikan bantuan agar individu yang
dibimbing mampu mengarahkan dirinya dan menghadapi kesulitan
kesulitan dalam hidupnya. 
c. Pemberian bantuan disesuaikan dengan kebutuhan individu yang
dibimbing.
d. Bimbingan berkenaan dengan sikap dan tingkah laku individu.
e. Pelaksanaan bimbingan dan konseling dimulai dengan
mengidentifikasi kebutuhan yang dirasakan individu yang dibimbing.
f. Upaya pemberian bantuan harus dilakukan secara fleksibel.
g. Program bimbingan dan konseling harus dirumuskan sesuai dengan
program pendidikan dan pembelajaran di sekolah yang bersangkutan.
h. Implementasi program bimbingan dan konseling harus dipimpin oleh
orang yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan dan konseling
dan pelaksanaannya harus bekerjasama dengan berbagai pihak yang

11
terkait, seperti dokter psikiater, serta pihak-pihak yang terkait
lainnnya.
i. Untuk mengetahui hasil yang diperoleh dari upaya pelayanan
bimbingan dan konseling, harus diadakan penilaian atau
ekuivalensisecara teratur dan berkesinambungan.

2. Prinsip-Prinsip Khusus yang Berhubungan Dengan Siswa


a. Pelayanan BK harus diberikan kepada semua siswa.
b. Harus ada kriteria untuk mengatur  prioritas pelayanan bimbingan dan
konseling kepada individu atau siswa.
c. Program pemberian bimbingan dan konseling harus berpusat pada
siswa.
d. Pelayanan dan bimbingan konseling di sekolah dan madrasah harus
dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu yang bersangkutan
beragam dan luas.
e. Keputusan akhir dalam proses BK dibentuk oleh siswa sendiri.
f. Siswa yang telah memperoleh bimbingan, harus secara berangsur-
angsur dapat menolong dirinya sendiri.

3. Prinsip Khusus yang Berhubungan dengan Pembimbing


a. Konselor harus melakukan tugas sesuai dengan kemampuannya
masing-masing.
b. Konselor di sekolah dipilih atas dasar kualifikasi kepribadian,
pendidikan pengalaman, dan kemampuan.
c. Sebagai tuntutan profesi, pembimbing atau konselor harus senantiasa
berusaha mengembangkan dirinya dan keahliannya melalui berbagai
kegiatan.
d. Konselor hendaknya selalu mempergunakan berbagai informasi yang
tersedia tentang siswa yang dibimbing beserta lingkungannya
sebagai bahan yang membantu innsividu yang bersangkutan kearah
penyesuaian diri yang lebih baik.
e. Konselor harus menghormati, menjaga kerahasiaan informasi
tentang siswa yang dibimbingnya.

12
f. Konselor harus melaksanakan tugasnya hendaknya mempergunakan
berbagai metode yang sama.

4. Prinsip yang Berhubungan dengan Organisasi dan Administrasi


(Manajemen) Pelayanan Bimbingan Konseling
a. Bimbingan dan konseling harus dilaksanakan secara sistematis dan
berkelanjutan.
b. Pelaksanaan bimbingan dan konseling ada di kartu pribadi
(commulative record) bagi setiap siswa.
c. Program pelayanan bimbingan dan konseling harus disusun sesuai
dengan kebutuhan sekolah atau madrasah yang bersangkutan.
d. Harus ada pembagian waktu antar pembimbing, sehingga masing-
masing pembimbing mendapat kesempatan yang sama dalam
memberikan bimbingan dan konseling.
e. Bimbingan dan konseling dilaksanakan dalam situasi individu atau
kelompok sesuai dengan masalah yang dipecahkan dan metode
yang dipergunakan dalam mememcahkan masalah terkait.
f. Dalam menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling,
sekolah dan madrasah harus bekerja sama dengan berbagai pihak.
g. Kepala sekolah atau madrasah merupakan penanggung jawab
utama dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah.

Prayitno dan Erman Amti mengklasifikasikan prinsip-prinsip bimbingan


dan konseling ke dalam empat bagian, yaitu:
1.      Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran pelayanan 
2.      Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan individu
3.      Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program pelayanan 
4.      Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan

Selain prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling juga terdapat asas-asas


Bimbingan dan Konseling. Menurut Prayetno (2009:115) asas-asas bimbingan
dan konseling yaitu asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, kekinian,

13
kemandirian, kegiatan, kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan, keahlian, alih
tangan dan tut wuri handayani. Adapun penjelasan mengenai asas-asas tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Asas Kerahasiaan. Asas kerahasiaan ini menuntut dirahasiakannya segenap
data dan keterangan tentang peserta didik (klien) yang menjadi sasaran
layanan. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh memelihara
dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaannya benar-
benar terjamin.
2. Asas Kesukarelaan. Jika asas kerahasiaan benar-benar sudah tertanam pada
diri siswa atau klien, maka sangat dapat diharapkan bahwa mereka yang
mengalami masalah akan dengan sukarela membawa masalahnya itu kepada
pembimbing untuk meminta bimbingan.
3. Asas Keterbukaan. Bimbingan dan konseling yang efisien hanya berlangsung
dalam suasana keterbukaan. Baik klien maupun konselor harus bersifat
terbuka. Keterbukaan ini bukan hanya sekadar berarti bersedia menerima
saran-saran dari luar tetapi dalam hal ini lebih penting dari masing-masing
yang bersangkutan bersedia membuka diri untuk kepentingan pemecahan
masalah yang dimaksud.
4. Asas Kekinian. Masalah individu yang ditanggulangi adalah masalah yang
sedang dirasakan bukan masalah yang sudah lampau, dan bukan masalah
yang akan dialami masa mendatang. Asas kekinian juga mengandung
pengertian bahwa konselor tidak boleh menunda-nunda pemberian bantuan.
Dia harus mendahulukan kepentingan klien dari pada yang lain.
5. Asas Kemandirian. Dalam memberikan layanan pembimbing hendaklah
selalu menghidupkan kemandirian pada diri orang yang dibimbing, jangan
sampai orang yang dibimbing itu menjadi tergantung kepada orang lain,
khususnya para pembimbing/ konselor.
6. Asas Kegiatan. Usaha layanan bimbingan dan konseling akan memberikan
buah yang tidak berarti, bila individu yang dibimbing tidak melakukan
kegiatan dalam mencapai tujuan-tujuan bimbingan. Hasil-hasil usaha
bimbingan tidak tercipta dengan sendirinya tetapi harus diraih oleh individu
yang bersangkutan.

14
7. Asas Kedinamisan. Upaya layanan bimbingan dan konseling menghendaki
terjadinya perubahan dalam individu yang dibimbing yaitu perubahan
tingkah laku ke arah yang lebih baik. Perubahan tidaklah sekadar
mengulang-ulang hal-hal lama yang bersifat monoton, melainkan perubahan
yang selalu menuju ke suatu pembaruan, sesuatu yang lebih maju.
8. Asas Keterpaduan. Layanan bimbingan dan konseling memadukan berbagai
aspek individu yang dibimbing, sebagaimana diketahui individu yang
dibimbing itu memiliki berbagai segi kalau keadaanya tidak saling serasi dan
terpadu justru akan menimbulkan masalah.
9. Asas Kenormatifan. Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh
bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, baik ditinjau dari norma
agama, norma adat, norma hukum/negara, norma ilmu ataupun kebiasaan
sehari-hari. Asas kenormatifan ini diterapkan terhadap isi maupun proses
penyelenggaraan bimbingan dan konseling.
10. Asas Keahlian. Usaha layanan bimbingan dan konseling secara teratur,
sistematik dan dengan mempergunakan teknik serta alat yang memadai.
Untuk itu para konselor perlu mendapatkan latihan secukupnya, sehingga
dengan itu akan dapat dicapai keberhasilan usaha pemberian layanan.
11. Asas Alih tangan. Asas ini mengisyaratkan bahwa bila seorang petugas
bimbingan dan konseling sudah mengerahkan segenap kemampuannya untuk
membantu klien belum dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan, maka
petugas ini mengalih-tangankan klien tersebut kepada petugas atau badan
lain yang lebih ahli.
12. Asas Tutwuri handayani. Asas ini menunjukkan pada suasana umum yang
hendaknya tercipta dalam rangka hubungan keseluruhan antara pembimbing
dan yang dibimbing.

D. Kedudukan Bimbingan dan Konseling di Sekolah


Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dalam
keseluruhan sistem pendidikan khususnya di sekolah, guru sebagai salah satu
pendukung unsur pelaksana pendidikan yang mempunyai tanggung jawab
sebagai pendukung pelaksana layanan bimbingan pendidikan di sekolah,

15
dituntut untuk memiliki wawasan yang memadai terhadap konsep-konsep
dasar bimbingan dan konseling di sekolah.
Bimbingan Konseling di sekolah-sekolah sangat penting untuk
peningkatan mutu pendidikan, khususnya di Indonesia. Selain itu untuk
menyelenggarakan pendidikan yang bermutu tidak cukup hanya dengan
interaksi dan transfer ilmu dari guru pada siswa, materi-materi pelajaran,
teori-teori, dan berbagai aspek kognitif lainnya. Mewujudkan pendidikan
yang bermutu juga dibutuhkan serta harus didukung oleh profesionalitas para
tenaga pendidik, tenaga administratif juga termasuk di dalamnya tenaga-
tenaga bantu lain yang mendukung terlaksananya penyelenggaraan
pendidikan. Serta sebagai tambahan yang tentunya juga sangat penting pula
dalam elemen pendidikan yaitu, system manajemen tenaga pendidikan serta
pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong dirinya sendiri
dalam memilih dan megambil keputusan untuk pencapaian cita-cita dan
harapan yang dimilikinya.
Bimbingan Konseling berada dalam posisi kunci dalam sebuah
lembaga pendidikan, yaitu institusi sekolah sebagai pendukung maju atau
mundurnya mutu pendidikaan.  Dengan bantuan bimbingan dan konseling
maka pendidikan yang tercipta tidak hanya akan menciptakan manusia-
manusia yang berorientasi akademik tinggi, namun dalam kepribaian dan
hubungan sosialnya rendah serta tidak mempunyai sistem nilai yang
mengontrol dirinya sehingga yang dihasilkan pendidikan hanyalah robot-
robot intelektual, dan bukannya manusia seutuhnya. Dengan adanya
bimbingan dan konseling maka integrasi dari seluruh potensi ini dapat
dimunculkan sehinga keseluruhan aspek yang muncul, bukan hanya kognitif
atau akademis saja tetapi juga seluruh komponen dirinya baik itu kepribadian,
hubungan sosial serta memiliki niali-nilai yang dapat dijadikan pegangan.
Bimbingan dan konseling di sekolah dapat mendampingi siswa dalam
hal:
a. Perkembangan belajar di sekolah (perkembangan akademis).
b. Mengenal diri sendiri dan mengerti kemungkinan-kemungkinan yang
terbuka bagi mereka, sekarang maupun kelak.

16
c. Menentukan cita-cita dan tujuan dalam hidupnya, serta menyusun
rencana yang tepat untuk mencapai tujuan-tujuan itu.
d. Mengatasi masalah pribadi yang mengganggu belajar di sekolah dan
terlalu mempersukar hubungan dengan orang lain, atau yang
mengaburkan cita-cita hidup.
Bimbingan dan Konseling dapat diposisikan secara tegas untuk
mewujudkan prinsip keseimbangan. Lembaga ini menjadi tempat yang aman
bagi setiap siswa untuk datang membuka diri tanpa waswas akan privacy-nya.
Di sana menjadi tempat setiap persoalan diadukan, setiap problem dibantu
untuk diuraikan, sekaligus setiap kebanggaan diri diteguhkan. Bahkan
orangtua siswa dapat mengambil manfaat dari pelayanan bimbingan di
sekolah, sejauh mereka dapat ditolong untuk lebih mengerti akan anak
mereka.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bimbingan konseling artinya proses pemberian bantuan yang
dilakukan secara langsung oleh seorang konselor kepada individu yang
sedang mengalami sesuatu masalah atau yang disebut konseling yang
bertujuan pada teratasinya masalah. Fungsi pelayanan dapat diketahui
dengan melihat kegunaan ataupun manfaat yang dapat diberikan oleh
pelayanan di bidang Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Fungsi
bimbingan dan konseling ditinjau dari kegunaan atau manfaat ataupun
keuntungan-keuntungan apa yang diperoleh melalui pelayanan tersebut 
dapat dikelompokkan  menjadi  empat fungsi pokok, yaitu pemahaman,
pencegahan, pengentasan, pemeliharaan. Bimbingan dan Konseling juga
memiliki beberapa asas dan juga prinsip yang memudahkan seseorang
memahami bimbingan konseling itu sendiri.
Bimbingan Konseling di sekolah-sekolah sangat penting untuk
peningkatan mutu pendidikan, khususnya di Indonesia. Guru sebagai salah
satu pendukung unsur pelaksana pendidikan yang mempunyai tanggung
jawab sebagai pendukung pelaksana layanan bimbingan pendidikan di
sekolah, dituntut untuk memiliki wawasan yang memadai terhadap
konsep-konsep dasar bimbingan dan konseling di sekolah.

18

Anda mungkin juga menyukai