Garam
Garam
Disusun Oleh :
Agus Tiartono W H0508025
Birat Utomo H0508037
Novrisal Aksar H0508070
Okky M Saputro H0508073
M Akhlis Syafi’i H0508103
Pengikatan Warna
Kebanyakan produk daging asinan, berwarna merah muda, dan hal ini
diinginkan orang. Warna merah ini disebabkan oleh adanya reaksi ion-ion
nitrit dengan zat warna mioglobin yang menghasilkan senyawa nitrit-
mioglobin. Mioglobin bereaksi dengan nitrogen oksida menghasilkan senyawa
nitroso-mioglobin, yang selanjutnya mengalami perubahan oleh panas dan
garam membentuk nitroso-myochoromagen yang mempunyai warna merah
muda yang relatif stabil yang merupakan ciri khas produk-produk daging asin.
Pembentukan nitrosomioglobin mudah terjadi pada pH rendah. Jumlah nitrit
yang berlebihan juga harus dihindari, karena hal ini mempermudah
pembentukan warna hijau dan coklat yang masing-masing disebabkan oleh
karena pembentukan warna hijau (choleglobin) dan warna coklat
(metmyoglobin).
Perubahan Tekstur
Bila garam memasuki jaringan otot, tekstur otot menjadi lebih
menyerupai agar-agar (jelly-like) dan cairan otot menjadi lebih lekat.
Diperkirakan bahwa garam membentuk senyawa dengan protein otot sehingga
menyebabkan otot daging menggembung. Pada keadaan ini struktur terbuka
dari daging ber-pH rendah berubah menjadi struktur tertutup daging ber-pH
tinggi. Perubahan struktur semacam itu merupakan ciri yang penting dari
kebanyakan produk yang diasin.
Prosedur Pengasinan
Pengasinan daging dapat dilaksanakan dengan bermacam-macam
prosedur tetapi pada dasarnya cara-cara itu dibedakan menjadi proses
pengasinan kerig dan basah.
Pengasinan kering adalah cara yang lebih tua yang sesuai dengan seni
tradisional yang terdiri dari atas langkah-langkah berikut :
1) Kantung bahu dari bagian karkas diisi dengan garam dan sisinya disikat
dengan air garam yang mengandung NaCl 26%, KNO3 5%, NaNO2 0,1%
dan sukrosa 0,5-1%.
2) Bagian sisi ditumpuk dalam 8 sampai 10 buah tumpukan, dan masing-
masing sisi diperciki sedikit NaNO2 dan kemudian tumpukan itu ditutupi
dengan garam dalam suatu wadah terbuka yang sesuai. Perbandingan
antara NaCl dan KNO3 adalah 40:1.
3) Bagian sisi itu dibiarkan dalam timbunan selama 5-10 hari. Selama
penyimpanan akan terbentuk air garam di sekitar tulang-tulang rusuk.
4) Timbunan itu kemudian dipecah dan ditimbun kembali, sesudah membalik
masing-masing sisi selama 12 hari lagi.
5) Daging kemudian diambil, dicuci bagian luarnya dan siap untuk diasap.
Pengasinan basah atau pengasinan tangki adalah proses odern yang lebih
disukai karena mudahnya pengawasan, resiko kerusakannya lebih kecil dan
juga kehilangan beratnya lebih sedikit. Proses ini berlangsung sebagai berikut:
1) Bagian sisi ditimbun sebanyak 10-12 timbunan ke dalam tangki yang
terbuat dari beton yang berparafin atau kayu tertutup (wadah yang kedua
ini sebenarnya kurang cocok) untuk mencapai perbandingan daging air
garam sebanyak 1:1
2) Selama penimbunan sisi-sisi itu diperciki dengan garam dan nitrat dengan
perbandingan 10:1 dengan menggunakan 100 g dari campuran untuk setiap
sisi.
3) Sisi itu kemudian ditekan kebawah, kemudian ditutup selama 10-20 hari
dengan bahan pengasin yang terdiri atas NaCl 26%, KNO 3 2-4 %, dan
NaNO2 0,1%. Bahan pengasin ini membantu tumbuhnya mikroflora tahan
garam yang mereduksi nitrat menjadi nitrit dan komposisinya dibatasi
sebagai : SG 1,18 - 1, 20 (specific gravity/ SG = berat jenis), NaCl 24%,
KNO3 1,5%, NaNO2 0,3%. Volume bahan pengasin bertambah 5% pada
setiap kali pemakain karena adanya penarikan air secara osmose dari sisi-
sisi tersebut. Pengendalian organisme anaerobik dapat dicapai dengan
penggunaan kembali baha pengasin setelah diasring melalui pipa
penyemprot (spray nozzle).
Baik dalam proses pengasinan kering maupun basah dapat
diperoleh keuntungan waktu dan mutu produk dengan proses pemompaan
sebelum permulaan pengasinan. Dengan proses ini, terjadi pemasukan
bahan pengasin kedalam sisi-sisi daging. Komposisinya bahan pengasin
“pompa” serupa dengan bahan pengasin “tangki”, dan proses ini
mempergunakan jarum berongga dan tekanan udara 75-80 psi. Dua sisten
yang dapat diperguakan adalah:
1) Pemompaan nadi, dimana diberikan satu suntikan kedalam urat
nadi paha, dan distribusi bahan pengasin dibiarkan pada urat
darah.
2) Penyuntikan, biasanya 18-25 kali kesemua bagian tak berlemak
(lean) dari pada sisi-sisi tersebut.
Bila pengasinan selesai, produk jadi dapat dimatangkan selama 7
hari dengan disimpan pada suhu 50C. Hai ini memungkinkan
pengedaran/pendistribusian garam pengasin dengan lebih seragam. Baru
kemudian sisi-sisi itu siap auntuk di asap.
Buckle, K.A., Edwards R.A., Fleet G.H., Wooton. 1985. Ilmu Pangan. Penerbit
Universitas Indonesia. Jakarta
Cahyadi, Wisnu. 2006. Analisis & Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
Bumi Aksara. Jakarta
Dwiari, Sri Rini.,dkk. 2008. Teknologi Pangan Jilid 1 untuk SMK. Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.
Jakarta