“Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok seminar mata
kuliah Etika Profesi dan Hukum Kesehatan”
Disusun oleh :
Kelompok 3
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
Labolatorium Medik.
Makalah ini sudah selesai kami susun dengan baik dengan bantuan dari
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang sudah ikut
kasih kepada Dosen Etika Profesi dan Hukum Kesehatan yang telah mengampu
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna,untuk itu
kami terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca sehingga kami bisa melakukan perbaikan makalah ini
bermanfaat.
Garut,November 2021
i
Kelompok 3
ii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................2
1.3 Tujuan..................................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
2.1 Peraturan Perundang-undangan Tenaga Kesehatan........................................................3
2.2 Memahami Peraturan Perundang-Undangan Tentang Registrasi Kesehatan..............12
BAB III...............................................................................................................................................23
PENUTUP..........................................................................................................................................23
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................23
3.2 Saran...................................................................................................................................23
Daftar Pustaka...................................................................................................................................24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hukum Kesehatan adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan
langsung dengan pemeliharaan/pelayanan kesehatan. hal tersebut menyangkut hak dan
kewajiban menerima pelayanan kesehatan (baik perorangan dan lapisan masyarakat)
maupun dari penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam segala aspeknya,
organisasinya, sarana, standar pelayanan medik dan lain-lain. Sebagai subjek hukum,
pelaku di sektor kesehatan seperti dokter, dokter gigi, direktur RS, kepala dinas
kesehatan, kepala bidang, kepala Puskesmas selalu melakukan perbuatan hukum.
Perbuatan hukum yang dilakukan apabila bertentangan dengan regulasi yang berlaku
maka akan menimbulkan adanya mengenai hukum kesehatan. Kurangnya pemahaman
terhadap hukum sanksi hukum. Setiap subject hokum di bidang kesehatan harus
memahami mengenai hukum kesehatan. Kurangnya pemahaman terhadap hukum
Kesehatan.
Hermien Hadiati Koeswadji menyatakan pada asasnya hukum kesehatan
bertumpu pada hak atas pemeliharaan kesehatan sebagai hak dasar social (the right to
health care) yang ditopang oleh 2 (dua) hak dasar individual yang terdiri dari hak atas
informasi (the right to information) dan hak untuk menentukan nasib sendiri (the right of
self determination). Sejalan dengan hal tersebut Roscam Abing mentautkan hukum
kesehatan dengan hak untuk sehat dengan menyatakan bahwa hak atas pemeliharaan
kesehatan mencakup berbagai aspek yang merefleksikan pemberian perlindungan dan
pemberian fasilitas dalam pelaksanaannya. Untuk merealisasikan hak atas pemeliharaan
bisa juga mengandung pelaksanaan hak untuk hidup, hak atas privasi, dan hak untuk
memperoleh informasi. Demikian juga Leenen secara khusus, menguraikan secara rinci
tentang segala hak dasar manusia yang merupakan dasar bagi hukum kesehatan.
Hukum Kesehatan (Health Law) menurut:
1. Van Der Mijn: Hukum Kesehatan diratikan sebagai hukum yang
berhubungan langsung dengan pemeliharaan kesehatan, meliputi:
2. penerapan perangkat hukum perdata, pidana dan tata usaha negara.
Leenen: Hukum kesehatan sebagai keseluruhan aktivitas yuridis dan peraturan
hukum di bidang kesehatan serta studi ilmiahnya.
1
2
Hukum kesehatan juga erat kaitannya dengan faktor resiko yang sering
dihadapi oleh pelaku profesi kesehatan, maka tidak jarang praktik pelayanan kesehatan
yang diberikan oleh petugas kepada pasien sering menimbulkan masalah hukum,
sehingga kondisi tersebut membuat para pelaku profesi kesehatan menjadi gamang dalam
melaksankan tugas dalam memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Begitupun
sebaliknya, pasien sebagai penerima jasa layanan kesehatan terkadang memiliki resiko
hukum juga, terutama bagi pasien yang secara spontan mengekspresikan kekecewaan dan
keluhannya terhadap pelayanan kesehatan yang kurang optimal. Hubungan antara pasien
dan pelaku profesi kesehatan sebagaimana dijelaskan diatas, cenderung menimbulkan
sebuah hubungan yang konfliktual, tentu kondis tersebut jelas tidak kondusif dan
konstruktif bagi upaya pembangunan kesehatan yang merupakan salah satu unsur dari
pembangunan nasional untuk memajukan kesejahteraan umum sebagaimana
diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945.
1.3 Tujuan
1. Memahami peraturan perundang-undangan tentang tenaga Kesehatan.
2. Memahami peraturan perundang-undangan tentang registrasi tenaga Kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
b. Pasal 4 ayat (2), Pasal 17, Pasal 20 ayat (4), dan Pasal 21 Undang-
Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran
3
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan
4
5
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan.
2. Asisten Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan
bidang kesehatan di bawah jenjang Diploma Tiga.
3. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,
kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,
dan/atau masyarakat.
4. Upaya Kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang
dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh
Pemerintah dan/atau masyarakat.
5. Kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki seseorang Tenaga Kesehatan
berdasarkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesional untuk dapat
menjalankan praktik.
6. Uji Kompetensi adalah proses pengukuran pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
peserta didik pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan tinggi bidang
Kesehatan.
8
19. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintah negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
20. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, dan Wali Kota serta perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan.
21. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kesehatan.
BAB III
KUALIFIKASI DAN PENGELOMPOKAN TENAGA KESEHATAN
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10
BAB IV
PERENCANAAN, PENGADAAN, DAN PENDAYAGUNAAN
Bagian Kedua
Pengadaan
Pasal 17
Pasal 11
BAB IX
HAK DAN KEWAJIBAN TENAGA KESEHATAN
Menimbang:
Pasal 1
1. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap Tenaga Kesehatan yang telah
memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi dan telah mempunyai
kualifikasi tertentu lain serta mempunyai pengakuan secara hukum untuk
menjalankan praktik.
2. Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis
yang diberikan oleh konsil masing-masing Tenaga Kesehatan kepada Tenaga
Kesehatan yang telah diregistrasi.
3. Surat Izin Praktik yang selanjutnya disingkat SIP adalah bukti tertulis yang
diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota kepada Tenaga Kesehatan
sebagai pemberian kewenangan untuk menjalankan praktik.
Pasal 44
1. Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik wajib memiliki STR.
2. STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh konsil masing-
masing Tenaga Kesehatan setelah memenuhi persyaratan.
3. Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a. memiliki ijazah pendidikan di bidang kesehatan.
b. memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi.
c. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental.
d. memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji profesi. Dan
e. membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika
profesi.STR berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diregistrasi ulang
setelah memenuhi persyaratan. (5) Persyaratan untuk Registrasi ulang
meliputi:
a. memiliki STR lama.
b. memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi.
c. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental.
d. membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika
profesi.
e. telah mengabdikan diri sebagai tenaga profesi atau vokasi di
bidangnya.
f. memenuhi kecukupan dalam kegiatan pelayanan, pendidikan,
pelatihan, dan/atau kegiatan ilmiah lainnya.
15
Menimbang :
a. Bahwa dalam rangka pemberian izin dan peningkatan mutu pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan perlu mengatur registrasi
tenaga kesehatan.
b. bahwa Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1796/Menkes/Per/VIII/2011
tentang Registrasi Tenaga Kesehatan perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan
perkembangan hukum.
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan
di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan.
2. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap Tenaga Kesehatan yang telah
memiliki Sertifikat Kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu lainnya
serta diakui secara hukum untuk menjalankan praktik dan/atau pekerjaan
keprofesiannya.
3. Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis yang
diberikan oleh Menteri kepada Tenaga Kesehatan yang telah diregistrasi.
Pasal 2
1. Setiap Tenaga Kesehatan yang akan menjalankan praktik dan/atau pekerjaan
keprofesiannya wajib memiliki izin dari Pemerintah.
2. Untuk memperoleh izin dari Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diperlukan STR.
16
3. STR sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikeluarkan oleh MTKI dan berlaku
secara nasional
4. Untuk memperoleh STR sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3),
Tenaga Kesehatan harus memiliki Sertifikat Kompetensi.
5. Format STR sebagaimana tercantum dalam Formulir terlampir.
Menimbang :
a. Bahwa tenaga Ahli Teknologi Laboratorium Medik sebagai salah satu dari
jenis tenaga kesehatan, berwenang untuk menyelenggarakan atau
menjalankan praktik di bidang pelayanan kesehatan sesuai dengan bidang
keahlian yang dimiliki.
b. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 23 UndangUndang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan dan Pasal 46 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan, setiap tenaga kesehatan dalam menyelenggarakan
atau menjalankan praktik di bidang pelayanan kesehatan wajib memiliki izin.
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Ahli Teknologi Laboratorium Medik adalah setiap orang yang telah lulus
pendidikan Teknologi Laboratorium Medik atau analis kesehatan atau analis
medis dan memiliki kompetensi melakukan analisis terhadap cairan dan
jaringan tubuh manusia untuk menghasilkan informasi tentang kesehatan
perseorangan dan masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
17
Pasal 3
Kualifikasi Ahli Teknologi Laboratorium Medik ditentukan berdasarkan pendidikan
yang terdiri atas:
a. Diploma tiga sebagai Ahli Madya Teknologi Laboratorium Medik.
b. Diploma empat sebagai Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium Medik.
Pasal 4
1. Ahli Teknologi Laboratorium Medik dan Ahli Teknologi Laboratorium
Medik warga negara Indonesia lulusan luar negeri untuk dapat
menyelenggarakan atau menjalankan praktiknya harus memiliki STRATLM.
2. STR-ATLM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama 5 (lima)
tahun.
3. STR-ATLM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Contoh STR-ATLM sebagaimana tercantum dalam formulir I terlampir yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
18
Pasal 6
1. Ahli Teknologi Laboratorium Medik yang menyelengarakan atau
menjalankan praktik di bidang pelayanan kesehatan wajib memiliki
SIPATLM.
2. SIP-ATLM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Ahli
Teknologi Laboratorium Medik yang telah memiliki STR-ATLM.
3. SIP-ATLM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh
pemerintah daerah kabupaten/kota.
Pasal 7
1. Ahli Teknologi Laboratorium Medik hanya dapat memiliki paling banyak 2
(dua) SIP-ATLM.
2. SIP-ATLM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) masing-masing berlaku
hanya untuk 1 (satu) tempat praktik.
3. Permohonan SIP-ATLM kedua dapat dilakukan dengan menunjukan bahwa
yang bersangkutan telah memiliki SIP-ATLM pertama.
Pasal 8
1. Untuk memperoleh SIP-ATLM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Ahli
Teknologi Laboratorium Medik harus mengajukan permohonan kepada
pemerintah daerah kabupaten/kota dengan melampirkan:
a. fotokopi ijazah yang dilegalisasi;
b. fotokopi STR-ATLM;
c. surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki surat izin praktik;
d. surat keterangan bekerja dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang
bersangkutan;
e. pas foto berwarna terbaru ukuran 4X6 cm berlatar belakang merah;
f. rekomendasi dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota atau
pejabat yang ditunjuk;
g. rekomendasi dari Organisasi Profesi.
19
Pasal 9
Pasal 12
1. Ahli Teknologi Laboratorium Medik yang memiliki SIP-ATLM dapat
menyelenggarakan atau menjalankan praktik di bidang pelayanan kesehatan
di Laboratorium pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
2. Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
laboratorium:
a. patologi klinik.
b. patologi anatomi.
c. mikrobiologi klinik.
d. parasitologi klinik.
e. biologi molekuler.
f. riset medik.
g. reproduksi manusia.
h. Sitogenetik.
i. Forensik.
j. penguji narkotika dan psikotropika.
20
k. Toksikologi.
l. Imunologi.
m. Virologi, dan/atau
n. Serologi.
3. Selain laboratorium sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Ahli Teknologi
Laboratorium Medik dapat menyelenggarakan atau menjalankan praktik di
laboratorium lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Pasal 13
1. Ahli Teknologi Laboratorium Medik dalam memberikan pelayanan kesehatan
hanya dapat melakukan pelayanan atas permintaan tertulis dengan keterangan
klinis yang jelas dari tenaga medis dan bidan.
2. Ahli Teknologi Laboratorium Medik yang bekerja di laboratorium riset dapat
melakukan pelayanan atas permintaan dari peneliti terkait.
3. Ahli Teknologi Laboratorium Medik yang bekerja di laboratorium penguji
narkotika dan psikotropika dapat melakukan pelayanan atas permintaan dari
penyidik atau pihak lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 14
1. Ahli Madya Teknologi Laboratorium Medik dalam menyelenggarakan atau
menjalankan praktik di bidang pelayanan kesehatan di Laboratorium pada
Fasilitas Pelayanan Kesehatan mempunyai kewenangan:
a. mempersiapkan pasien untuk pemeriksaan di laboratorium.
b. melakukan pengambilan dan penanganan spesimen darah serta
penanganan cairan dan jaringan tubuh lainnya.
a. mempersiapkan, memilih serta menguji kualitas bahan/reagensia.
b. mempersiapkan, memilih, menggunakan, memelihara,
mengkalibrasi, serta menangani secara sederhana alat laboratorium.
c. memilih dan menggunakan metoda pemeriksaan.
d. melakukan pemeriksaan dalam bidang hematologi, kimia klinik,
imunologi, imunohematologi, mikrobiologi, parasitologi, mikologi,
virologi, toksikologi, histoteknologi, sitoteknologi.
21
Pasal 16
1. Dalam melakukan praktiknya, Ahli Teknologi Laboratorium Medik wajib
melakukan pencatatan dan pelaporan.
2. Pencatatan dan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
disimpan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 18
Dalam menyelenggarakan atau menjalankan praktik di bidang pelayanan
kesehatan, Ahli Teknologi Laboratorium Medik mempunyai kewajiban:
a. memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan Standar Profesi, Standar
Pelayanan Profesi, Standar Prosedur Operasional, dan etika profesi serta
kebutuhan kesehatan Penerima Pelayanan Kesehatan.
b. memperoleh persetujuan dari Penerima Pelayanan Kesehatan atau
keluarganya atas tindakan yang akan diberikan.
c. menjaga kerahasiaan kesehatan Penerima Pelayanan Kesehatan.
d. membuat dan menyimpan catatan dan/atau dokumen tentang pemeriksaan,
asuhan, dan tindakan yang dilakukan.
e. merujuk Penerima Pelayanan Kesehatan ke tenaga kesehatan lain yang
mempunyai Kompetensi dan kewenangan yang sesuai.
Pasal 21
1. Dalam rangka pelaksanaan pengawasan, Menteri, Gubernur,
Bupati/Walikota, kepala dinas kesehatan provinsi, dan/atau kepala dinas
23
Pasal 23
Pasal 24
1. Semua nomenklatur tenaga analis kesehatan atau analis medis sebelum
ditetapkannya Peraturan Menteri ini harus dibaca dan dimaknai menjadi Ahli
Teknologi Laboratorium Medik.
2. Semua nomenklatur pendidikan analis kesehatan atau analis medis sebelum
ditetapkanya Peraturan Menteri ini harus dibaca dan dimaknai menjadi
Teknologi Laboratorium Medik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengaturan tentang tenaga kesehatan dalam peraturan perundangundangan
secara umum tersebar dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan.
Pengaturan yang paling terperinci dan komprehensif terdapat pada
UndangUndang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.Secara khusus
tenaga kesehatan di Indonesia diaturdengan berbagai tingkat yaitu Undang-
Undang, Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri.
Ketentuan tentang pengaturan tenaga kesehatan dengan undangundang dapat
memenuhi azas kepastian hukum dalam Ketentuan Penutup Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan yaitu Pasal 91 Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan menyebutkan pada saat Undang
Undang ini mulai berlaku, semua peraturan perundang undangan yang mengatur
mengenai Tenaga Kesehatan dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.
3.2 Saran
Demikianlah pokok bahasan yang dapat kami paparkan dalam makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk dibaca dan dipelajari. Karena
keterbatasan pengetahuan dan referensi, kami menyadari bahwa makalah ini masih
belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan agar makalah ini dapat disusun lebih baik lagi kedepannya
24
Daftar Pustaka
https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-36-2014-tenaga-kesehatan
https://pspk.fkunissula.ac.id
http://gajiroum.kemkes.go.id/data/UU_NO_36_2014.pdf
https://pelayanan.jakarta.go.id/download/regulasi/peraturan-menteri-kesehatan-
nomor-46tahun-2013-tentang-registrasi-tenaga-kesehatan.pdf
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._42_ttg_Praktik_Ahli_
Teknologi_Laboratorium_Medik_.pdf
25