Anda di halaman 1dari 10

JURNAL INKUIRI

ISSN: 2252-7893, Vol. 7, No. 1, 2018 (hal 71-80)


http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS INQUIRY LAB UNTUK


MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGANALISIS
PADA MATERI SISTEM GERAK KELAS XI IPA

Ferida Dwi Karlina1, Sajidan2 dan Puguh Karyanto3


1 Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
ferik2447@gmail.com
2 Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
sajidan@fkip.uns.ac.id
3 Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
puguh@staff.uns.ac.id

Abstrak

Tujuan penelitian yaitu: 1) mengetahui karakteristik modul berbasis Inquiry Lab untuk memberdayakan
kemampuan menganalisis pada materi sistem gerak, 2) mengetahui kelayakan modul berbasis Inquiry Lab untuk
memberdayakan kemampuan menganalisis pada materi sistem gerak, 3) mengetahui keefektivan modul berbasis
Inquiry Lab untuk memberdayakan kemampuan menganalisis pada materi sistem gerak di SMA negeri 1 Ngawi.
Pengembangan modul berbasis Inquiry Lab mengacu pada 9 langkah model research and development (R&D)
dari Borg and Gall meliputi: 1) penelitian dan pengumpulan data, 2) perencanaan, 3) pengembangan produk, 4)
uji coba produk awal, 5) revisi produk I, 6) uji coba lapangan, 7) revisi produk II, 8) uji coba lapangan
operasional, 9) revisi produk akhir. Analisis hasil penelitian menggunakan dua teknik yaitu deskriptif kualitatif
dan diskriptif kuantitatif. Hasil penelitian tentang: 1) Karakteristik Modul Biologi Inquiry Lab pada Materi
Sistem Gerak yang dikembangkan menggunakan sintak Inquiry Lab, meliputi observasi, manipulasi, generalisa,
verifikasi dan aplikasi. Setiap kegiatan pembelajaran siswa di arahkan untuk menemukan konsep melalui
aktivitas laboraturium, 2) Hasil validasi Modul Biologi berbasis Inquiry Lab pada materi sistem gerak dapat
digunakan sebagai bahan ajar baru di sekolah. Kelayakan didasarkan atas penilaian terhadap modul melalui uji
validasi ahli materi 94,80% dengan kualifikasi sangat baik, validasi ahli pengembangan modul 84,21% dengan
kualifikasi sangat baik, validasi ahli perangkat 96,55% dengan kualifikasi sangat baik, validasi ahli keterbacaan
75% dengan kualifikasi baik. Uji kelompok kecil pengguna lapangan (guru dan siswa), validator praktisi (guru)
90,06% dengan kualifikasi sangat baik, dan uji dari lapangan terbatas 81,88% dengan kualifikasi sangat baik,
dan uji keefektifan yang telah sesuai dengan tujuan pengembangan, 3) Keefektifan Modul Biologi berbasis
Inquiry Lab pada materi sistem gerak telah efektif dalam memberdayakan kemampuan menganalisis siswa
karena menunjukkan adanya perbedaan hasil posttest antara kelas modul dan kelas exiting learning dengan nilai
Sig.=0.000 < α=0.05 dengan rata-rata masing-masing kelas modul 75,83 dan kelas exiting learning 69,83.

Kata Kunci: Modul, Inquiry Lab, research and development, kemampuan menganalisis

Pendahuluan laboratorium yang dikembangkan masih


bersifat verifikasi, yaitu membuktikan konsep
Kegiatan laboratorium merupakan atau prinsip yang telah dibahas sebelumnya
komponen yang penting dalam pembelajaran dengan kegiatan lab yang masih bersifat
IPA. Menurut Lazarowitz & Tamir dalam teacher centered. Kegiatan praktikum yang
Wiyanto (2006), kurikulum berbasis inquiry seperti ini tidak mampu mengembangkan
mengalokasikan waktunya sekitar 50% untuk keterampilan kemampuan berpikir siswa dalam
kegiatan laboratorium. Namun beberapa tahap yang lebih tinggi.
penelitian menunjukkan bahwa kegiatan

71
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 7, No. 1, 2018 (hal 71-80)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

Kegiatan laboratorium pada Pembelajaran berbasis inkuiri


hakikatnya ditujukan untuk membantu siswa laboratorium menekankan pada aktivitas dalam
mengembangkan pemahaman, kemampuan membantu siswa belajar dan memahami proses
kognitif, berpikir kreatif dan sikap ilmiah dan keterampilan berpikir layaknya ilmuan dan
melalui keterlibatannya dalam aktivitas atau memahami karakteristik penelitian ilmiah
kegiatan (Novack, Gangoli, Hodson, dalam (Wenning, 2010 & Khan, et al, 2011). Model
Suma 2005). Kegiatan laboratorium adalah pembelajaran inkuiri laboratorium memiliki
salah satu metode pengajaran yang paling sejumlah langkah termasuk aktif
penting untuk memberikan pembelajaran yang mengidentifikasi suatu topik atau masalah,
efektif dan bermakna dalam pendidikan sains. menghasilkan pertanyaan yang akan diteliti,
Tamir (Koray & Köksal, 2009) mengatakan menyelidiki masalah dengan melakukan
kegiatan laboratorium didasarkan pada penelitian yang relevan, berpikir kritis tentang
partisipasi aktif siswa dalam proses masalah yang akan dipecahkan, menjawab
pengumpulan data dan memberikan analisis pertanyaan yang diajukan, menarik kesimpulan
dari fakta-fakta dari hasil yang diperoleh. dan merefleksikan pada proses penyelidikan
Selain itu, juga dapat memberikan kesempatan (Vajoczki, S. et al, 2011).
kepada siswa untuk meningkatkan pemecahan Kemampuan analisis juga memiliki
masalah mereka dan keterampilan peranan yang sangat penting terhadap
penyelidikan, untuk melakukan generalisasi tercapainya tujuan belajar. Kemampuan
yang tepat tentang poin penting dalam ilmu analisis merupakan suatu kemampuan dasar
pengetahuan, untuk memperoleh pengetahuan yang harus dimiliki oleh siswa. Kemampuan
ilmiah dan untuk memegang sikap positif analisis adalah ketrampilan menguraikan
terhadap ilmu pengetahuan. sebuah struktur ke dalam komponen-
Menurut Wenning (2014) terdapat 6 komponen agar mengetahui pengorganisasian
level model inquiry mulai dari yang bertaraf struktur tersebut. Menganalisis adalah
rendah sampai yang membutuhkan memisahkan materi kedalam bagian-bagian
kemampuan intelektual yang tinggi, yaitu : yang diperlukan, mencari hubungan antar
(1)discovery learning, (2)interactive bagiannya, mampu mengenali komponen-
demonstration, (3)inquiry lesson, (4)inquiry komponennya, hubungan dan
labs, (5)real-world application, dan pengorganisasian antar komponen, serta
(6)hypotetical inquiry. Aktivitas siswa dalam membedakan fakta dari khayalan, namun
inkuiri lab membantu siswa belajar dan selama ini kemampuan analisis belum
memahami proses dan ketrampilan berpikir diperhatikan sebagai salah satu faktor penentu
layaknya ilmuwan dan memahami keberhasilan belajar (Sofan Amri dan Iif
karakteristik penelitian ilmiah. Siswa Khoiru Ahmadi, 2010).
melakukan komtrol sendiri dalam proses Kemampuan menganalisis merupakan
pembelajaran melalui menjawab pertanyaan- salah satu kemampuan kognitif tingkat tinggi
pertanyaan yang dikemas dalam lembar Kerja yang penting untuk dikuasai siswa dalam
Siswa (LKS). Indikator-indikator yang menjadi pembelajaran. Anderson dan Krathwohl (2001)
materi pertanyaan dalam LKS adalah: (1) telah merevisi penggunaan Taksonomi Bloom
mendorong keterlibatan mental, (2) sebagai kerangka konseptual ketrampilan
penggunaan ketrampilan berpikir tingkat berpikir dengan mengubah sistem klasifikasi
tinggi, (3) mendorong pemusatan perhatian Bloom yang asli menjadi dua dimensi
siswa untuk mengumpulkan dan pengetahuan melibatkan pengetahuan faktual,
menginterpretasi data, (4) menuntun siswa konseptual, prosedural dan metakognisi.
menemukan konsep, prinsip, dan hukum- Dimensi proses kognitif meliputi mengingat,
hukum baru melalui kreasi dan kontrol sendiri memahami, mengaplikasi, menganalisis.
dalam eksperimen, (5) mendorong siswa Mengevaluasi dan mencipta menggantikan
menerapkan prosedur ilmiah. pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi pada Taksonomi Bloom

72
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 7, No. 1, 2018 (hal 71-80)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

yang lama. Pohl (2000) mengungkapkan tersebut menunjukkan bahwa pada Standar 8
bahwa dalam Taksonomi Bloom revisi yaitu Standar penilaian yang terdapat 13
ketrampilan yang melibatkan analisis, evaluasi, komponen memiliki GAP yang tergolong
dan mencipta dianggap sebagai ketrampilan tinggi. Adanya GAP ini dapat disimpulkan
berpikir tingkat tinggi. Anderson dan bahwa kurang maksimalnya penyusunan dan
Krathwohl (2001) menyatakan indikator untuk pelaksanaan pada tiap-tiap indikator.
mengukur ketrampilan berpikir tingkat tinggi Capaian UN sebagai hasil belajar tidak
meliputi menganalisis, mengevaliasi dan dapat dipisahkan dari proses pembelajaran.
mencipta. Hasil observasi proses belajar mengajar di
Fakta di sekolah yang menggambarkan SMA Negeri 1 Ngawi diperoleh bahwa dari 61
kemampun berpikir siswa Indonesia siswa kelas XI IPA 4 dan XI IPA 5 ada
ditunjukkan pada penilaian The Program for 73,77% siswa belum memiliki buku wajib
International Student Assesment (PISA). pegangan untuk siswa. Masih banyak siswa
Indonesia selalu menempati level bawah mencari sumber belajar melalui internet. Ada
dibanding dengan negara-negara partisipan juga dari 61 siswa dari dua kelas kelas XI IPA
dunia. pada 2012, tercatat Indonesia 4 dan XI IPA 5 ada 26,66% siswa yang
menduduki peringkat 64 dari 65 negara yang mempunyai buku wajib pegangan tetapi masih
berpartisipasi dengan skor siswa Indonesia 382 belum memenuhi berpikir tingkat tinggi dan
dari skor rata-rata dunia 500. Selain itu ketrampilan proses sains terutama kemampuan
penelitian yang dilakukan Astika (2013) di menganalisis. 13,11% siswa menyatakan
Bali menunjukkan bahwa kemampuan bahwa buku wajib pegangan menarik,
penguasaan sains siswa masih rendah. sementara 9,83% siswa menyatakan buku
Permasalahan lain yang dihadapi siswa adalah pegangan yang digunakan kurang menarik dan
kemandirian belajar. 31,14% siswa menyatakan buku tersebut
Kurangnya kualitas pembelajaran cukup berkaitan dengan kehidupan di
berdampak pada pencapaian hasil belajar yang masyarakat sehari-hari. Guru menggunakan
rendah. Salah satu pengukuran hasil belajar buku ajar yang bersifat umum. Materi dalam
adalah Ujian Nasional (UN). Hasil UAN buku ajar kurang ringkas. Buku ajar berupa
Biologi SMA Negeri 1 Ngawi tahun fotokopy. 56,25% siswa menginginkan materi
2013/2014 menunjukkan pada materi Struktur di buku ajar lengkap. 53,12% siswa
dan Fungsi Organ terutama sistem gerak rata- menginginkan materi di buku ajar ringkas,
rata nilai yang diperoleh yaitu 51,36 untuk 71,87% menginginkan buku ajar lebih menarik
tingkat nasional; 64,04 untuk tingkat propinsi; seperti gambar dan warna dan 25% siswa huruf
57,91 untuk tingkat kota; dan 64,45 untuk dalam buku ajar jelas.
tingkat sekolah. Hasil ulangan harian siswa Pembelajaran inkuiri merupakan
menunjukkan nilai rata-rata 64,50, dimana rangkaian kegiatan pembelajaran yang
nilai ini berada di bawah KKM yaitu 78,00. menekankan pada proses berpikir kritis dan
Fakta di lapangan menunjukkan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri
rendahnya penguasaan sains berhubungan erat jawaban dari suatu masalah yang
dengan kualitas pembelajaran. Berdasarkan dipertanyakan. Wenning (2012) membagi
analisis delapan Standar Nasional Pendidikan model pembelajaran inkuiri menjadi enam
(SNP) yang meliputi standar isi, standar tahapan yaitu: discovery learning;
proses, standar kompetensi kelulusan, standar interactive demonstration; inquiry lesson;
pendidik dan tenaga kependidikan serta standar inqury laboratory; real world application;
penilaian (Badan Akreditasi Nasional, 2012) dan hypothetical inquiry. Hasil survey di
menunjukkan bahwa GAP pada Standar 1 SMA Negeri 1 Ngawi bahwa perolehan data
sebesar 0,93%; Standar 2 sebesar 1,85%; saat tes kemampuan inkuiri yaitu 90,62%
Standar 3 sebesar 0,46; Standar 4 sebesar siswa menguasai inkuiri level 1 (discovery
1,85%; Standar 5, 6 dan 7 tidak memiliki learning) dengan nilai rata-rata nilai 80,40;
GAP; dan Standar 8 sebesar 1,39%. Data siswa menguasai inkuiri level 2 (interactive

73
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 7, No. 1, 2018 (hal 71-80)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

demonstration) dengan nilai rata-rata 84,03; mengetahui kondisi buku dan modul yang
siswa menguasai inkuiri level 3 (inquiry biologi yang digunakan dan informasi tentang
lesson) dengan rata-rata nilai 86,29, dan siswa materi yang sulit diserap siswa. Informasi
kurang menguasai inkuiri level 4 (Inquiry Lab) terkait buku dan modul yang diperoleh
dengan nilai rata-rata 67,62. Kemampuan mencakup isinya terdiri dari tujuan, materi,
inkuiri siswa pada level 1, level 2, level 3 kegiatan, dan soal evaluasi.
termasuk kategori baik, sedangkan pada level 4 Analisis buku dan modul di SMA
kemampuan inkuiri siswa dalam kategori Negeri 1 Ngawi dilakukan dengan cara menilai
kurang baik (Sugiyono, 2010 : 144). kesesuaian isi dengan indikator pembelajaran
Berdasarkan latar belakang di atas, yang dikembangkan dari aspek Inqury Lab dan
maka judul penelitian yang di pecahkan dimensi pengetahuan. Analisis tentang materi
adalah “Pengembangan Modul berbasis yang sulit diserap siswa dilakukan melalui
Inquiry Lab Pada Materi Sistem Gerak Untuk wawancara dengan guru, pemberian angket
Memberdayakan Kemampuan Menganalisis pendapat siswa.
pada Kelas XII IPA SMA Negeri 1 Ngawi. Subyek uji coba awal dilakukan oleh
masing-masing satu orang ahli materi biologi
dan ahli pembelajaran. Kedua ahli menjadi
Metode Penelitian validator dengan kualifikasi pendidikan
minimal S2 di bidang masing-masing.
Model penelitian dan pengembangan
Validator adalah dosen Program Studi
(Research & Development) yang diterapkan
Pendidikan Sains Program Pascasarjana
mengacu pada tahapan menurut Borg & Gall
Universitas Sebelas Maret. Data hasil uji
(1983). Pendekatan penelitian dan
validasi ahli berupa data kualitatif yang
pengembangan merupakan penelitian yang
kemudian dianalisis secara deskriptif untuk
berorientasi untuk mengembangkan dan
dasar revisi draft modul. Kriteria penilaian dari
memvalidasi produk-produk yang digunakan
Depdiknas (2008).
dalam penelitian.
Hasil uji validasi ahli dianalisis
Langkah-langkah dalam Research &
menggunakan analisis deskriptif. Analisis
Development (R&D) menurut Borg & Gall
deskritif kualitatif digunakan untuk data
(1983) sebagai berikut: 1) Research and
pendapat, kritik dan saran. Kemudian untuk
information collecting (penelitian dan
data nilai pensekoran dianalisis secara
pengumpulan data); 2) Planning
deskriptif kualitatif yaitu berupa kuantitatif
(perencanaan); 3) Develop preliminary form
dengan statistik. Adapun rumus analisis
product (pengembangan produk awal); 4)
deskriptif kuantitatif dari lembar masing-
Preliminary field test (uji coba lapangan awal);
masing lembar validasi dan pedoman
5) Main product revision (revisi produk I); 6)
pengambilan keputusan revisi adalah sebagai
Main field testing (uji coba lapangan utama);
berikut:
7) Operational product revision (revisi produk
II); 8) Operational field testing (uji lapangan V= 100%
operasional); 9) Final product revision (revisi Keterangan
akhir); 10) Dissemination and implementation V = Validitas
(penyebaran dan implementasi). Dalam TSEV = Total Skor Empirik Validator
S max = Skor maksimal yang diharapkan
penelitian ini dapat menggunakan sampel yang
Tabel 2 Pengambilan Keputusan Revisi
tidak terlalu besar dan diperbolehkan
mengembangkan sampai tahapan tertentu Tingkat Kualifikasi Keterangan
Pencapaian
sesuai dengan kebutuhan peneliti (Emzir, 81-100 Sangat Baik Tidak Perlu Direvisi
2012). Pada penelitian ini hanya dilakukan 61-80 Baik Tidak Perlu Direvisi
sembilan tahapan dari sepuluh tahapan sebagai 41-60 Cukup Baik Direvisi
keterbatasan penelitian. 21-40 Kurang Baik Direvisi
Studi lapangan dilakukan melalui 0-20 Sangat Kurang Direvisi
observasi di SMA Negeri 1 Ngawi untuk (Suwastono, 2011)

74
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 7, No. 1, 2018 (hal 71-80)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

Uji lapangan operasional dilakukan Hasil 8 SNP menunjukkan adanya GAP


untuk mengetahui keefektivitasan produk pada standar proses adalah 1,85% dan standar
berupa modul yang dibuat yaitu modul penilaian adalah 1,39%. Analisis buku yang
berbasis Inquiry Lab kelas pada materi Sistem digunakan guru dilakukan untuk mengetahui
Gerak yang diterapkan dalam kuasi presentase penggunaan tingkatan Taksonomi
eksperimen dengan penjelasan (Sugiyono, Bloom, dalam pembelajaran biologi,
2012) sebagai berikut : kurangnya pemenuhan tiga aspek kemampuan
Desain penelitian dapat digambarkan menganalisis pada aspek isi (menganalisis
pada tabel 3 sebagai berikut: unsur, menganalisis hubungan, menganalisis
prinsip-prinsip organisasi) seperti yang
Tabel 3 Desain Penelitian “Pretest-Postest Nonequivalent tercantum pada tabel 4
Control Group Desaign”
Kelompok Pretes Perlakuan Postes Tabel 4 Rata-rata hasil analisis bahan ajar di SMA
Kelas Modul O1 X1 O3 Negeri 1 Ngawi
Exiting Learning O2 X2 O4 Bahan Aspek Kemampuan Aspek Buku
Keterangan: Ajar Menganalisis
O1 : pelaksanaan pretes kelas modul (tujuan, materi,
O2 : pelaksanaan postes Exiting Learning X O
kegiatan, soal
X1 : pembelajaran dengan modul Inquiry Lab evaluasi) (%)
X2 : pembelajaran tanpa modul Inquiry Lab
O3 : pelaksanaan postes kelas modul Buku I Menganalisis unsur 30%
O4 : pelaksanaan postes Exiting Learning
Menganalisis 29,16%
Hubungan
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Menganalisis Prinsip- 5,77%
prinsip organisasi
Data yang diperoleh dalam penelitian
dan pengembangan antara lain data analisis Buku II Menganalisis unsur 30%
kebutuhan, data validasi ahli dan praktisi, data
Menganalisis 27,13%
hasil uji coba lapangan dan data uji Hubungan
operasional. Data analisis kebutuhan meliputi
tingkat pemenuhan standar nasional Menganalisis Prinsip- 9,05%
prinsip organisasi
pendidikan (SNP) di SMA Negeri 1 Ngawi,
analisis bUKU yang digunakan guru. Analisis
SNP mengenai 8 Standar Pendidikan Nasional Berdasarkan data di atas hasil penilaian
digunakan untuk mengetahui standar yang analisis bahan ajar di SMA Negeri 1 Ngawi
dicapai oleh SMA Negeri 1 Ngawi. Hasil SNP buku I pada aspek menganalisis unsur
disajikan pada Gambar 1 keseluruahan aspek buku sebesar 30%, pada
aspek menganalisis hubungan keseluruhan
aspek buku sebesar 29,16%, pada aspek
menganalisis prinsip-prinsip organisasi
keseluruhan aspek buku sebesar 5,77%,
sedangkan pada buku II pada aspek
menganalisis unsur keseluruahan aspek buku
sebesar 30%, pada aspek menganalisis
hubungan keseluruhan aspek buku sebesar
27,13%, pada aspek menganalisis prinsip-
prinsip organisasi keseluruhan aspek buku
sebesar 9,05%.
Tahap uji coba permulaan merupakan
tahap penilaian modul yang dilakukan oleh
Gambar 1. Skor Implementasi 8 SNP di SMA Negeri 1
Ngawi
validasi ahli. Validasi dilakukan oleh ahli
materi diperoleh rata-rata dari keseluruhan

75
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 7, No. 1, 2018 (hal 71-80)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

aspek sebesar 94,80% yang dikategorikan oleh siswa dengan instrumen penilaian berupa
“Sangat Baik˝ tetapi masih perlu dilakukan kuisioner, diperoleh persentase rata-rata
perbaikan. Validasi ahli pengembangan desain keseluruhan sebesar 81,88% dengan kriteria
modul diperoleh persentase untuk keseluruhan sangat baik. Siswa menjelaskan bahawa modul
aspek sebesar 84,21% yang dikategorikan sudah cukup baik karena dilengkapi dengan
“Sangat Baik˝ tetapi masih perlu dilakukan gambar yang sudah berwarna sehingga
sedikit perbaikan pada gambar yang ada pada menarik untuk dibaca tetapi ada beberapa
modul dari segi warna dan kejelasan gambar. tulisan yang kurang sehingga perlu diperbaiki
Validasi ahli bahasa atau keterbacaan modul lagi. Menurut siswa bahasa yang digunakan
diperoleh persentase skor untuk keseluruhan ada yang masih belum bisa dipahami. Uji
aspek sebesar 75% yang dikategorikan Baik lapangan oprasional/keefektifan bertujuan
sehingga modul masih perlu dilakukan sedikit untuk mengetahui keefektifan modul berbasis
perbaikan atau direvisi perlu penyesuaian Inquiry Lab pada materi sistem gerak pada
penggunaan bahasa yang sesuai dengan gaya manusia untuk memberdayakan kemampuan
bahasa formal untuk siswa SMA. Validasi ahli menganalisis siswa. Tahap uji coba oprasional
pengembangan perangkat pembelajaran dilakukan dengan setting kuasi eksperimen
diperoleh persentase skor untuk keseluruhan menggunakan dua kelas dengan perlakuan
aspek sebesar 96,55% yang dikategorikan berbeda.
Sangat Baik tetapi masih perlu dilakukan Hasil kemampuan menganalisis siswa
sedikit perbaikan pada penilaian. dilakuakan data pada pre-test dan post-test
Berdasarkan hasil penilaian modul oleh untuk kelas modul dan kelas Exiting learning
validator praktisi guru biologi, diperoleh yang dapat dilihat pada Tabel 5
Tabel 5 Hasil Kemampuan Menganalisis siswa untuk Kelas Modul dan Kelas Exiting learning
jumlah skor 95 untuk aspek tampilan modul
Data hasil
Jumlah Nilai
belajar Kelas Rata-rata Standar Deviasi
siswa Max
siswa
Modul 63,50 6,84
Pre- test 30 100
Exiting learning 55,50 9,68
Modul 75,83 6,03
Post- test 30 100
Exiting learning 69,83 7,13
dengan persentase 98,95% termasuk kriteria
sangat baik. Jumlah skor untuk aspek materi Berdasarkan hasil data di atas dapat
yaitu 154 dengan persentase 91,67% termasuk dilihat adanya peningkatan rata-rata
kriteria sangat baik. Jumlah skor untuk aspek kemampuan menganalisis siswa setelah
keterbacaan yaitu 40 dengan persentase pembelajaran pada kelas modul lebih tinggi
83,33% termasuk kriteria sangat baik. Jumlah dari kelas Exiting learning dengan adanya
skor total penilaian yaitu 281 dari 312 dengan penurunan standar deviasi. Nilai standar
persentase 90,06% termasuk kriteria Sangat deviasi yang cukup besar (dari mean/rata-rata)
Baik tapi masih perlu penambahn materi yang menunjukkan adanya variasi yang cukup besar,
relevan dan menambahkan pengertian kelainan begitu pula sebaliknya (Santoso, 2012). Kelas
pada sistem gerak lebih jelas. modul nilai tertinggi pre-test 75 dan nilai
Uji coba lapangan terbatas dilakukan terendah pre-test 60 dari nilai maksimal 100
kepada lima belas orang siswa SMA Kelas XII sehingga memiliki rata-rata 64 dan standar
IPA. Berdasarkan hasil kuisioner uji coba deviasi 7, nilai tertinggi post-test 90 dan nilai
lapangan terbatas untuk penilaian modul yang terendah post-test 65 dari nilai maksimal 100
dilakukan kepada lima belas siswa SMA sehingga memiliki rata-rata 76 dan standar
jurusan IA disekolah yang berbeda dan uji deviasi 6. Exiting learning memiliki nilai
coba tertinggi pre-test 70 dan nilai terendah pre-test
lapangan terbatas ini dilakukan di SMA Negeri 40 dari nilai maksimal 100 dan memiliki rata-
1 Ngawi. Pada penilaian modul yang dilakukan

76
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 7, No. 1, 2018 (hal 71-80)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

rata 56, standar deviasi 10, nilai tertinggi post- kemampuan kedua kelas setara, dan
tes 85 dan terendah 60 dari nilai maksimal 100 perhitungan diperoleh hasil pre-test = 0,000 <
sehingga memiliki rata-rata 70 dan standar α =0,05, sehingga H0 ditolak. Data
deviasi 7. Hal itu berarti bahwa rata-rata post- menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
test yang tinggi pada kelas modul dan standar signifikan antara post-test Kelas Modul dengan
deviasi yang rendah mengindikasikan sebaran post-test Exiting learning dengan rata-rata
nilai siswa mendekati nilai rata-rata, post-test kelas modul lebih tinggi berarti
penurunan standar devisiasi dengan disertai modul berbasis Inquiry Lab efektif untuk
peningkatan rata-rata dari nilai pre-test dan meningkatkan kemampuan menganalisis
post-test mengindikasikan bahwa scaffolding siswa. Ali (2007:135) menyatakan bahwa
yang diharapkan sudah terlaksana sehingga pembelajaran menggunakan modul lebih
rata-rata siswa mampu memperoleh nilai efektif dibandingkan pembelajaran
tertinggi. konvensional, karena menggunakan modul
Berdasarkan hasil data kemampuan siswa dapat belajar secara mandiri, sehingga
menganalisis siswa dapat digunakan untuk siswa dapat mengembangkan langkah,
mengetahui keefektifan pembelajaran kebutuhan, dan kemampuan dalam belajar
menggunakan modul biologi berbasis inquiry yang berpengaruh pada hasil belajar siswa di
lab dengan perhitungan mennggunakan kelas yang diterapkan pembelajaran
program SPSS 20 yaitu rumus Independent menggunakan modul sebagai bahan ajar siswa.
Sample t-test yang diawali oleh uji normalitas Menggunakan pembelajaran berbasis
dan uji homogenitas. Inquiry Lab siswa dapat memiliki kemampuan
Berdasarkan ringkasan mengenai hasil berpikir tingkat tinggi. Pernyataan ini sejalan
analisis nilai kemampuan menganalisi siswa dengan penelitian Berkmen, (2014) dalam
diketahui bahwa normalitas data yang diuji yang menyatakan siswa terlibat dan dapat
menggunakan Kolmogorov-Smirnov diperoleh meningkatkan kemampuan berpikir kritis di
taraf signifikasi pre-test sebesar 0,42 dan post- dalam kursus laboratorium saat mereka
test 0,200 untuk nilai Kelas Modul dan memiliki kesempatan untuk merancang dan
diperoleh taraf signifikasi sebesar pre-test melakukan inquiry berbasis eksperimen yang
0,136 dan post-test 0,181 untuk kelas Exiting dapat menghasilkan suatu hasil yang baru.
learning, dan kedua nilai pre-test dan Post- Linn, (2004) menyatakan inkuiri dapat
test Kelas Modul-Kelas Exiting learning lebih meningkatkan penggunaan berpikir kritis dan
besar dari α=0,05, sehingga H0 diterima dan logis, dan pertimbangan penjelasan alternatif.
mempunyai arti nilai Kelas Modul-Kelas Siswa akan terlibat dalam aspek-aspek tertentu
Exiting learning berdistribusi normal. dari penyelidikan mereka belajar dengan cara
Berdasarkan hasil uji homogenitas dengan ilmiah untuk mengetahui alam, tetapi mereka
taraf signifikasi sebesar pre-test 0,596 dan juga harus mengembangkan kapasitas untuk
post-test 0,243 keduanya lebih besar dari α melakukan penyelidikan lengkap. Penelitian
=0,05, sehingga H0 diterima yang berarti dari Rooney (2009) juga menyatakan bahwa
variasi setiap sampel homogen. pembelajaran berbasis Inquiry dengan
Data hasil kemampuan menganalisis membuat siswa aktif dalam pembelajaran
siswa dengan pre-test dan post-test Kelas berbasis penyelidikan meliputi bertanya,
Modul dan Exiting learning berdistribusi meneliti dan menjawab pertanyaan kepada
normal dan homogen, sehingga selanjutnya siswa mampu membuat siswa mandiri dan
akan dilakukan analisis menggunakan uji meningkatkan pemikiran tingkat tinggi.
Independent Sample T-Test. Berdasarkan Kemampuan berpikir tingkat tinggi
perhitungan diperoleh hasil pre-test = 0,932 > terutama analisis dapat meningkatkan prestasi
α =0,05, sehingga H0 diterima. Data siswa. Pernyataan ini sejalan dengan Husain,
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan Hafizah (2012) yang menyatakan diketahui
yang signifikan antara pre-test Kelas Modul bahwa kritis dan keterampilan berpikir analitis
dengan pre-test Exiting learning artinya kalangan siswa ini pada tingkat yang sangat

77
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 7, No. 1, 2018 (hal 71-80)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

modern meningkatkan kemampuan prestasi laboraturium, guru sebagai fasilitator dan


akademik. Kemampuan menganalisis harus modul berbasis Inquiry Lab.
dimiliki siswa untuk persiapan ke jenjang 2. Kelayakan Modul Biologi Inquiry Lab pada
pembelajaran sains. Sejalan dengan penelitian materi sistem gerak dapat digunakan
Nuangchalerm dan Thammasena (2009) yang sebagai bahan ajar baru di sekolah.
menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran Kelayakan didasarkan atas penilaian
berbasis penyelidikan dapat dipromosikan terhadap modul melalui uji validasi ahli
siswa baik dari segi kognitif, analitis, berpikir, materi 94,80% dengan kualifikasi sangat
dan kepuasan belajar. Harus disarankan untuk baik, ahli validasi pengembangan modul
persiapan pedagogis dan memasukkan ke 84,21% dengan kualifikasi sangat baik, ahli
dalam kurikulum sains. validasi perangkat 96,55% dengan
Pembelajaran dengan berbasis Inquiry kualifikasi sangat baik, ahli validasi
Lab dapat membuat siswa lebih aktif dalam keterbacaan 75% dengan kualifikasi baik.
pembelajaran di kelas, sejalan dengan uji kelompok kecil pengguna lapangan
penelitian dari Hofstein, dkk (2014) yang (guru dan siswa), validator praktisi (guru)
menyatakan penting, ditemukan bahwa siswa 90,06% dengan kualifikasi sangat baik, dan
dalam kelompok inkuiri yang memiliki uji dri lapangan terbatas 81,88% dengan
pengalaman dalam mengajukan pertanyaan di kualifikasi sangat baik.dan uji keefektifan
laboratorium kimia mengungguli kelompok yang telah sesuai dengan tujuan
kontrol dalam kemampuan mereka baik pengembangan.
pertanyaan maupun lebih banyak lagi. 3. Modul berbasis Inquiry Lab efektif untuk
Pembelajaran dengan berbasis Inquiry Lab meningkatkan kemampuan menganalisis.
lebih menyenangkan, sejalan dengan penelitian Efektifitas modul ditunjukkan adanya
Prasart, (2013) menyatakan bahwa perbedaan nilai kemampuan menganalisis
pembelajaran laboratorium lebih menarik dan antara kelas model Inquiry Lab (79,36) dan
menyenangkan serta dapat meningkatkan kelas existing learning 64,75. Keefektifan
penilaian siswa. Modul Biologi berbais Inquiry Lab pada
Pembelajaran menggunakan berbasis materi sistem gerak telah efektif dalam
Inquiry Lab dapat menghubungkan antara teori memberdayakan kemampuan menganalisis
dan eksperimen. Sejalan dengan penelitian dari siswa karena menunjukkan adanya
Waters (2012) yang menyatakan bahwa inkuiri perbedaan hasil posttest antara kelas modul
berbasis labolatorium dapat membuat siswa dan kelas kontrol dengan nilai Sig.=0.000 <
menjembatani kesenjangan antara teori dan α=0.05.
praktek, menggambarkan materi yang
diajarkan di kuliah, meningkatkan antusiasme Rekomendasi untuk penelitian dan
dan mendorong sikap ilmiah, dan untuk pengembangan modul antara lain :
mengembangkan keterampilan observasi, 1. Modul Biologi Inquiry Lab dapat
penalaran dan berpikir kritis. diterapkan pada materi ajar sistem gerak,
tetapi dalam persiapannya membutuhkan
waktu ekstra supaya pembelajaran dapat
Kesimpulan dan Rekomendasi berjalan dengan baik dan sesuai dengan
rencana atau rancangan yang terdapat pada
Kesimpulan dari penelitian dan
rancangan pelaksanaan pembelajaran yang
pengembangan modul antara lain :
telah dibuat sebelumnya.
1. Karakteristik Modul Biologi Inquiry Lab
2. Modul Biologi Inquiry Lab menekankan
pada Materi Sistem Gerak yang
pada proses pembelajaran interaktif melalui
dikembangkan menggunakan sintak Inquiry
pertanyaan-pertanyaan antar kelompok
Lab, yaitu observasi, manipulasi,
siswa maupun antara guru dan siswa,
generalisa, verifikasi dan aplikasi. Setiap
sehingga diperlukan adanya keterampilan
kegiatan pembelajaran siswa di bimbing
untuk menemukan konsep melalui aktivitas

78
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 7, No. 1, 2018 (hal 71-80)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

dalam mengemukakan pertanyaan dan Parappily, M.B., Siddiqui, S., Zadnik, M.G.,
menanggapi pertanyaan dengan baik. Shapter, J., & Schmidt, L.. (2013). An
Inquiry-Based Approach to Laboratory
Experiences : Investigating Student’s
Daftar Pustaka Ways of Active Learning.
Berkmen, M.B., Murthy, C.A., and Broulidakis,
Ali, Muhammad. 2007. Guru dalam Proses Belajar
M.P.. (2014) An Inquiry-Based Laboratory
Mengajar, Bandung : Percetakan Sinar
Module to Promote Understanding of the
Baru Algensindo Offset
Scientific Method and Bacterial
Avi Hofstein, Oshrit Navon, Mira Kipnis, Rachel Conjugation.
Mamlok-Naaman (2005). Developing
Pohl. 2002. Learning Thinking to Learn. Tersedia
Students’ Ability to Ask More and Better
di www.purdue.edu/geri
Questions Resulting from Inquiry-Type
Chemistry Laboratories Prasart Nuangchalerm dan Benjaporn Thammasena
(2009). Cognitive Development,
Anderson, L. W dan D.R Krathwohl. 2001. A
Analytical Thinking and Learning
Taxonomy Forr Learning Teaching and
Satisfaction of Second Grade Students
Assesing. New York: Longman
Learned through Inquiry-Based Learning
Borg, W. R and Gall, M. D. 1983. Education
Ronney, C. 2. 2009. How am I using inquiry-baset
Research and introductoin . New York
learning to improve my practice and
and Longman
toencourage higher order thinking among
Depdiknas. 2008. Teknik Penyusunan Modul. my students of mathematics? Educational
Jakarta: Direktorat PSMK Journal of Living Theories, 5, 99-27
Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan: Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta : Raja Kualitatif dan R&D : Penerbit CV
Grafindo Persada. Alfabeta, Bandung.
Husain, Hafizah.2012. “ The Level of Critical and Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif.
Analytical Thinking Skills Among Bandung : Alfabeta
Electrical and Electronics Engineering
Suma, K. 2005. Efektivitas Kegiatan Laboratorium
Student, UKM”. AsianSocial Science Vol
Kontruktivis Dalam Meningkatkan
8 No.16 November 2012. pp.80-86.
Penguasaan Konsep-Konsep Arus Searah
Kd. Urip Astika. (2013). Pegaruh Model Mahasiswa Calon Guru. Jurnal
Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Pendidikan dan Pengajaran . 38(2): 159-
Sikap Ilmiah dan Keterampilan Berpikir 171.
Kritis. Jurnal Program Pascasarjana
Suwastono. 2011. Pengembangan Pembelajaran E-
UNIVERSITAS Pendidikan Ganesa
Learning Berbasis Moodle pada Mata
Program Studi IPA. Volume 3, 2013
Kuliah Penginderaan Jauh S-1 Jurusan
Khan, M.S. 2011. “Effect Of Inquiry Method On Geografi Universitas Negeri Malang.
Achievemment Of Student In Chemistry Malang : PPS UM
At Secondary Level”. Gilgit : International
Sofan Amri dan Iif Khoirul Ahmadi. (2010). Proses
Journal of Academic Research, 3(1)
Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam
Koray, O. and Koksal, M.S. 2009. The Effect of Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Creative and Critical Thinking based
Vajoczki, S., Watt, S., Vine, M.M., Liao, Xueqing
Laboratory Applications on Creative and
(Rose). 2011. Inquiry Learning : Level,
Logical thinking Ability of Prospective
Discipline, Class Size, What Matters?.
Teachers. Asia pasific Forum on Science
International Journal for the Scholarship of
Lerning and Teaching.10(1): 104-114
Teacing and Learning. Volume 5(1).
Linn, Davis, & Bell (2004) Guided to developing
Waters, Norman C. (2012) The Advantages of
Inquiry-based materials.
Inquiry-Based Laboratory Exercises
Lee, Miha. ________ The Effect of Guided Inquiry within the Life Sciences.
Laboratory.

79
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 7, No. 1, 2018 (hal 71-80)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

Wenning, 2010 & Khan 2011. “Sample Learning


Sequences Based on The Levels of Inquiry
Model of Science Teaching. Journal of
Physics Teacher education “Online.
Wenning, C. J .2012. “Levels of Inquiry: Using
Inquiry Spectrum Learning Sequnece to
Teach Science”. Journal of Physics
teacher Education Online
Wiyanto. 2006. Menyiapkan Guru Sains
Mengembangkan Kompetensi
Laboratorium. Semarang: Unnes Press.

80

Anda mungkin juga menyukai