Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PENERAPAN KAIDAH EJAAN

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Bahasa Indonesia

Dosen pembimbing:

Ust. Soenarto S.Pd, MM.

Oleh :

AHMAD HIDAYATULLAH

AKHLIS UBAIDILLAH

AHMAD MAHMUDI

DODI YUHANDI

M. DZAJULI RAHMADANI

MUHAMMAD AWAL AL-FADLIM

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

SEKOLAH TINGGI KULLIYATUL QUR’AN AL-HIKAM DEPOK

2021 M/ 1443 H

Jl. H. Amat, No 21, RT.06/RW.01,Kukusaan, Beji, Kota Depok, Jawa Barat 16425
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur alhamdulih kami panjatkan pada Allah SWT. yang telah
memberikan nikmat-Nya pada kami tanpa terputus-putus. salah satunya yaitu kami
telah diberi kemudahan dalam menyelesaikan makalah ini tepat waktu, tanpa
pertolongan-Nya tentu ini adalah yang mustahil bagi kami untuk bisa
menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Solawat beserta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada baginda


tercinta kita Nabi Muhammad SAW. yang telah membimbing kita pada jalan yang
lurus, dari zaman jahiliyah menuju zaman islamiyyah. Semoga kita semua diakui
sebagai umatnya dan semoga mendapatkan syafaat beliau di akhirat kelak.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka
dari itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari para pembaca agar makalah ini
nantinya bisa menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, apabila ada
kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kami
hanyalah manusia biasa yang tak luput dari salah dan dosa.

Kami juga mengucapkan banyak terimakasih pada semua pihak yang telah
membantu tersusunnya makalah ini baik dari teman satu kelompok sendiri, maupun
para pembaca, serta kepada dosen kami Ust. Soenarto S.Pd, MM. yang telah
membimbing kami. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua, terima kasih.

Depok, 23 September 2021

Penyusun

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... II


BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3
A. Pengertian dan Macam-Macam Ejaan .................................................................. 3
B. Sejarah Perkembangan Ejaan ................................................................................ 3
1. Ejaan van Ophuijsen (1901) ................................................................................. 3
2. Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik (1947) ..................................................... 4
3. Ejaan pembaharuan Bahasa Indonesia atau Ejaan prijano-Katoppo (1956) . 5
4. Ejaan Melindo (melayu-indonesia) (1959) .......................................................... 5
5. Ejaan Baru Bahasa Indonesia / LBK ( Lembaga Bahasa dan Kesusastraan)
(1966) .......................................................................................................................... 5
6. Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD) (1972)........................... 8
C. Pemakaian Huruf ................................................................................................... 10
a. Huruf Besar dan Huruf Kapital ........................................................................ 10
b. Huruf Miring ....................................................................................................... 12
c. Penulisan Kata ..................................................................................................... 12
d. Pemakaian Tanda Baca ...................................................................................... 14
BAB III............................................................................................................................. 19
PENUTUP ........................................................................................................................ 19
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 20

III
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Adalah suatu kesalahan besar jika kita menganggap bahwa persoalan dalam
pemilihan kata adalah suatu persoalan yang sederhana, tidak perlu dibicarakan atau
dipelajari karena akan terjadi dengan sendirinya secara wajar pada diri manusia.
Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita menjumpai orang-orang yang sangat
sulit mengungkapkan maksud atau segala sesuatu yang ada dalam pikirannya dan
sedikit sekali variasi bahasanya. Kita pun juga menjumpai orang-orang yang boros
sekali dalam memakai perbendaharaan katanya, namun tidak memiliki makna yang
begitu berarti. Oleh karena itu agar tidak tersesat kedalam dua hal tersebut, kita
harus mengetahui betapa pentingnya peranan kata dalam kehidupan sehari-hari.

Pengertian yang tersirat dalam sebuah kata yang mengandung makna bahwa
sebuah kata mengungkapkan dan pendengar. Kata-kata alat penyalur gagasan yang
akan disampaikan kepada orang lain. Jika kita sadar akan hal itu, beerarti semakin
banyak kata yang kita kuasai, semakin banyak pula ide atau gagasan yang kita
kuasai dan sanggup kita ungkapkan.

Tujuan manusia berkomunikasi lewat Bahasa adalah agar saling memahami


antara pembicara dan pendengar, atau antara penulis dan pembaca. Dalam
berkomunikasi, kata-kata disatu-padukan dalam suatu bahasa. Dalam hal ini,
pemilihan kata yang tepat menjadi salah satu faktor penentu dalam komunikasi.

Pemilihan kata merupakan salah satu faktor yang penting dalam hal tulis -
menulis maupun berbicara dalam kehidupan sehari-hari. Pemilihan kata
berhubungan erat dengan kaidah sintaksis, kaidah makna, kaidah hubungan sosial,
apa yang kita bicarakan menjadi lebih berbobot dan bernilai serta lebih mudah
dipahami dan dimengerti oleh orang lain.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ejaan dan apa saja macamnya?

2. Bagaimana sejarah perkembangan ejaan bahasa indonesia?

3. Apa dan bagaimana penulisan huruf yang baik dan benar?

4. Apa dan bagaimana penulisan kata yang sesuai kaidah?


5. Apa dan bagaimana penulisan tanda baca dalam sebuah kalimat?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian ejaan dan macam-macamnya.

2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan ejaan bahasa indonesia.

3. Untuk mengetahui cara penulisan huruf yang baik dan benar.

4. Untuk mengetahui cara penulisan kata yang sesuai kaidah.

5. Untuk mengetahui cara penulisan tanda baca yang benar dalam sebuah

Kalimat

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Macam-Macam Ejaan
Yang dimaksud dengan ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana
melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antar hubungan antara lambang-
lambang itu (pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa). Secara teknis,
yang dimaksud dengan ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan
pemakaian tanda baca.1

Ejaan merupakan sebuah ilmu yang mempelajari bagaiamana ucapan atau


yang dilisankan oleh seseoarang ditulis dengan perantaraan lambang-lambang atau
gambar-gambar bunyi.

Adapun macam-macam ejaan menurut perkembanganya antara lain :

1. Ejaan Ophuijsen (1901)


2. Ejaan soewanndi atau ejaan republik (1947)
3. Ejaan pembaharuan Bahasa Indonesia atau Ejaan prijono-katoppo (1956)
4. Ejaan Melindo (Bahasa melayu) (1959)
5. Ejaan Baru Bahasa Indonesia atau Ejaan Bahasa Indonesia LBK (Lembaga
Bahasa dan Kesusastraan) (1966)
6. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan(EYD) (1972)

B. Sejarah Perkembangan Ejaan


1. Ejaan van Ophuijsen (1901)
Pada tahun 1901 ditetapkan ejaan bahasa Melayu dengan huruf latin,
yang disebut Ejaan van Ophuijsen. Van Ophuijsen merancang ejaan yang
dibantu oleh Engku Nawawi gelar Soetan Ma’moer dan moehammad Taib
Soetan Ibrahim.Hal- hal , yang menonjol adalah sebagai berikut.

1
Panuti Sudjiman, cermat berbahasa Indonesia, (Jakarta:,akademika pressindo,2010). Hal, 164.

3
a. Huruf j dipakai untuk menuliskan kata-kata jang,pajah,sajung.
b. Huruf oe dipakai untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer.
c. Tanda diakritik, seperti koma, ain dan tanda trema, dipakai untuk
menuliskan kata-kata ma’moer, ‘akal, ta’, pa’, dinamai’.

2. Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik (1947)


Ejaan Republik (edjaan republik) adalah ketentuan ejaan dalam
Bahasa Indonesia yang berlaku sejak 17 maret 1947. Ejaan ini kemudian juga
disebut dengan nama edjaan Soewandi. Menteri Pendidikan dan kebudayaan
kala itu. Ejaan ini mengganti ejaan sebelumnya, yaitu ejaan Van Ophuijsen
yang mulai sejak tahun 1901.

Perbedaan-perbedaan antara ejaan ini dengan ejaan Van Ophuijsen ialah:


a. huruf ‘oe’ menjadi ‘u’, seperti goeroe menjadi guru.
b. bunyi hamzah pada bunyi sentak yang sebelumnya dinyatakan dengan
(‘) ditulis dengan ‘k’, seperti pada kata-kata tak, pak, maklum,rakjat.
c. kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti ubur2, ber-main2, ke-
barat2an.
d. awalan ‘di-‘ dan kata depan ‘di-‘ kedua-duanya ditulis serangkai
dengan kata yang mengikutinya. Kata depan ‘di-‘ pada contoh
dirumah, disawah, tidak dibedakan dengan imbuhan ‘di’ pada
dibeli,dimakan.

Pada tanggal 19 Maret 1947 ejaan soewandi diresmikan menggantikan


ejaan van ophuijsen. Ejaan baru itu oleh masyarakat diberi julukan ejaan
republik. Hal-hal yang perlu diketahui sehubungan dengan pergantian ejaan itu
adalah sebagai berikut:

a. Huruf oe diganti dengan u, seperti pada guru, itu, umur.


b. Bunyi hamzah dan bunyisentak ditulis dengan k, seperti pada kata-kata
tak, pak, maklum, rakjat.
c. Kata ulang boleh ditulis dengan angka-2 seperti anak2, berjalan2, ke-
barat2-an.

4
d. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan
kata yang mengikutinya, seperti kata depan di pada dirumah, dikebun,
disamakan dengan imbuhan di- pada ditulis, dikarang.2

3. Ejaan pembaharuan Bahasa Indonesia atau Ejaan prijano-Katoppo (1956)


Ejaan pembaharuan merupakan penyempurnaandari ejaan republik karena
ejaan tersebut terdapat unsur-unsur yang kurang dapat dipertangung jawabkan.
Ejaan pembaharuan merupakan hasil dari E.Katoppo dan prof. Dr. prijono.
Pembaharuan ejaan ini mengalami beberapa kesulitan seperti biaya perombakan
mesin tik sehingga ejaan ini tidak diresmikan.

Konsep ejaan pembaharuan yang menarik adalah disederhanakannya huruf-


huruf yang berupa gabunagan konsonan dengan huruf tunggal. Atau bersifat
fonemis artinya setiap fonem dalam ejaan itu diusahakan hanya dilambangkan
dengan satu huruf.

4. Ejaan Melindo (melayu-indonesia) (1959)


Pada akhir 1959 sidang perutusan Indonesia dan melayu (Slamet mulyana-
Syeh Nasir bin Ismail,Ketua) menghasilkan konsep ejaan Bersama yang kemudian
dikenal denagan nama ejaan melindo ( melayu-indonesia). Perkembangan politik
selama tahun-tahun berikutnya mengurungkan peresmian ejaan itu.

Awalnya Ejaan melindo dimaksudkan untuk menyeragamkan ejaan yang


digunakan kedua negara tersebut. Namun karena pada masa itu terjadi ketegangan
politik antara Indonesia dan Malaysia, Ejaan itu akhirnya gagal diresmikan. Sebagai
akibatnya pemberlakuan ejaan itu tidak pernah diumumkan.

5. Ejaan Baru Bahasa Indonesia / LBK ( Lembaga Bahasa dan Kesusastraan)


(1966)
Ejaan baru Bahasa Indonesia merupakan hasil dari Bahasa pembaharuan yang
berarsaskan pada dasar pemikiran

2
Panuti Sudjiman, cermat berbahasa Indonesia, (Jakarta: akademika pressindo. 2010), hal, 165.

5
a. kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan
b. ejaan soewandi yang kurang dapat mencerminkan kodrat Bahasa
Indonesia

Ejaan ini merupakan lanjutan dari rintisan penitia ejaan melindo.


Pelaksananya pun terdiri dari penitia ejaan LBK (Lembaga Bahasa dan
kesusastraan, sekarang bernama pusat pembinaan dan pengembangan Bahasa) juga
dari penitia ejaan melayu yang berhasil merumuskan ejaan yang di sebut ejaan baru.
Namun lebih di kenal dengan ejaan LBK konsep ejaan ini di susun berdasarkan
beberapa pertimbangan antara lain

a. pertimbangan teknis yaitu pertimbangan yang menghendaki agar setiap


fonem di lambangkan dengan satu huruf.
b. pertimbangan praktis yaitu pertimbangan yang menghendaki agar
perlambangan secara teknis itu di sesuaikan dengan ke perluan praktis
seperti keadaan percetakan dan mesin tulis.
c. Pertimbangan ilmiah yaitu pertimbangan yang menghendaki agar
perlambangan itu mencermikan studi yang mendalam mengenai
kenyataan Bahasa dan masyarakat pemakainya.

Perubahan yang terdapat pada ejaan baru:

1) Gabungan kosonan dj diubah menjadi j

▪ Remadja menjadi remaja


▪ Djalan menjadi jalanom

6
2) Gabungan kosonan tj diubah menjadi c.
Misalnya :

▪ Tjakap menjadi cakap


▪ Batja menjadi baca

3) Gabungan kosonan nj diuban menjadi nya.

Misalnya;

▪ Sunji menjadi sunyi


▪ Njala menjadi nyala

4) Gabungan konsonan sj diubah menjadi sy.

Misalnya :

▪ Sjarat menjadi syarat


▪ Sjair menjadi syair

5) Gabungan konsonan ch diubah menjadi kh.

Misalnya :

▪ Tachta menjadi takhta


▪ Ichlas menjadi ikhlas

6) Huruf j diubah menjadi y.

Misalnya :

▪ Padjak menjadi pajak


▪ Djatah menjadi jatah

7) Huruf e taling dan e pepet penulisannya tidak di bedakan dan hanya ditulis
dengan e tanpa penanda.

Misalnya :

▪ Segar menjadi segar


▪ Copet menjadi copet

7
8) Huruf asing f, v, dan z dimasukkan ke dalam sistem ejaan Bahasa Indonesia
karena huruh-huruh itu banyak digunakan.

Misalnya : Fasih, vakum, dan zaman.3

6. Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD) (1972)


Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia
meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu
berdasarkan Putusan Presiden No. 57, Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan yang baru
itu.

lebih luas Karena penuntun itu perlu di lengkapi, panitia pengembangan


Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, tang dibentuk oleh
Menteri Pendidikan dan Kebudayan dengan surat putusannya tanggal 12
oktober 1972, No. 156 /P/ 1972 (Amran Halim, ketua), menyusun buku
Pedoman Umun Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang isinya
berupa pemaparan kaidahejaan yang. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman
UmumPembentukan Istilah.

Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi di kuatkan
dengan surat Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987,
tanggal 9 september.

Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan Ejaan Bahasa


Indonesia yang disempurnakan adalah sebagai berikut :

3
Zulkifli, Bahasa Indonesia untuk mahasiswa, (Yogyakarta: aswaja pressindo,2012).

8
(1) Perubahan Huruf
Ejaan Soewandi

Dj djalan, djauh

J pajung , laju

Nj njonja, bunji

Sj isjarat, masjarakat

Tj tjukup, tjutji

Ch tarich, achir

Ejaan Yang Disempurnakan

J jalan, jauh

Y paying, layu

Ny nyonya, bunyi

Sy isyarat, masyarakat

C cukup, cuci

Kh Tarikh, akhir

(2) Huruf-huruf di bawah ini yang sebelumnya sudah terdapat dalam Ejaan
Soewandi sebagai unsur pinjaman abjad asing, diresmikan pemakaiannya.

F maaf, fakir

V valuta, univeritas

Z zeni,lezat

9
(3) Huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta tetap
dipakai.
A:b = p:q

Sinar-x

(4) Penulisan di- atau ke sebagai awalann dan di atau ke sebagai kata depan
dibedakan, yaitu di atau ke sebagai awalan ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya, sedangkan di atau ke sebagai kata depan ditulis secara terpisah
dengan yang mengikutinya.

Di- (awalan)

Ditulis, dibakar, dilempar, dipikirkan, ketua, kekasih, kehendak.

Di (kata depan)

Di kampus, di rumah, di jalan, di sini, ke kampus, ke luar negeri, ke atas.

(5) Kata ulang ditulis penuh degan huruf, tidak boleh digunakan angka 2.

Anak-anak, berjalan-jalan, meloncat-loncat

Ejaan ini bebicara tentang (1) pemakaian huruf, (2) penulisan huruf, (3)
penulisan kata, (4) penulisan unsur-unsur serapan, dan (5) pemakaian tanda baca.4

C. Pemakaian Huruf
a. Huruf Besar dan Huruf Kapital
Huruf Besar dan Huruf kapital digunakan untuk hal-hal berikut :

1. Awal kalimat dan huruf pertama petikan langsung.

Contoh : Dia berangkat ke sekolah

Ibu bertanya: “Mengapa kamu menangis?”

2. Ungkapan yang berhubungan dengan hal keagamaan, kitab suci, nama


tuhan, dan termasuk kata gantinya.

4
Zainal Arifin, seribu satu kesalahan berbahasa,(Jakarta:2004)

10
Contoh: Allah, Yang maha kuasa, Islam, Kristen, Al kitab

3. Nama diri, Huruf awal gelar kehormatan, Keturunan, Keagamaan yang


diikuti nama orang.

Contoh: Sultan Hasanuddin, Gubernur Joko Widodo, Profesor Syamsuri

4. Huruf pertama nama bangsa, suku, Bahasa, tahun, bulan, hari, hari raya
dan peristiwa sejarah.

Contoh ; bangsa Indonesia, tahun masehi, hari senin, hari kebangkitan


nasional.

5. Huruf pertama khas dalam geografi.

Contoh : Danau toba, Afrika selatan, Jalan Surabaya.

6. Huruf pertama nama resmi badan, lembaga pemerintahan,


ketatanegaraan, dan dokumen resmi.

Contoh ; Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Dewan Perwakilan


rakyat, Surat perintah Sebelas Maret

7. Huruf pertama semua kata utama dalam buku, majalah, surat kabar, dan
judul karangan.

Contoh : Pelajaran Matematika untuk Sekolah Lanjutan Atas, majalah


Trubus.

8. Singkatan nama gelar dan sapaan, huruf pertama kata petunjuk


hubungan kekerabatan yang dipakai sebagai kata ganti.

Contoh : Dr.Nuril Huda, Kapan saudara datang?, Silahkan diminum,


Mbak!

11
b. Huruf Miring
Huruf miring digunakan untuk hal-hal berikut:

1.Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip


dalam karangan.
Contoh: majalah Tempo, harian Kompas, buku Dasar-dasar
penulisan
2. Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau
kelompok kata.
Contoh: Bab ini Tidak membicarakan…Huruf pertama kata abad
ialah a
3. Menuliskan istilah ilmiah atau ungakapan asing kecuali yang telah
disesuaikan ejaanya.

Contoh: Penataran merupakan kata lain dari upgrading5.

c. Penulisan Kata
Kita mengenal bentuk kata dasar, kata turunan atau kata
berimbuhan, kata ulang, dan gabungan kata. Kata dasar ditulis sebagai satuan yang
berdiri sendiri, sedangkan pada kata turunan, imbuhan (awalan, sisipan, atau
akhiran) dituliskan serangkai dengan kata dasarnya. Kalau gabungan kata hanya
mendapat awalan atau akhiran, awalan atau akhiran itu dituliskan serangkai dengan
kata yang bersangkutan saja.

Misalnya:

Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku

Di didik dididik

Di suruh disuruh

Di lebur dilebur

Ke sampingkan kesampingkan

Hancurleburkan hancur leburkan

5
Amran tasai, pembinaan Bahasa indonesia, (Jakarta: 1999.)

12
Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Pemakaian angka dua untuk menyatakan bentuk perulangan, hendaknya dibatasi
pada tulisan cepat atau pencatatan saja. Pada tulisan yang memerlukan keresmian,
kata ulang ditulis secara lengkap. Namun, apabila ditinjau dari maknanya,
keseluruhan itu menyatakan perulangan.

Misalnya :

Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku

Jalan2 jalan-jalan

di-besar2-kan dibesar-besarkan

me-nulis2 menulis-nulis

gerak gerik gerak-gerik

Gabungan kata termasuk yang lazim disebut kata majmuk bagian-bagianya


dituliskan secara terpisah.

Misalnya:

Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku

Dayaserap daya serap

Tatabahasa tata Bahasa

Kerjasama kerja sama

Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata dituliskan secaara
serangakai.

Misalnya:

13
Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku

Mana kala manakala

Sekali gus sekaligus

Selain itu, kalau salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri sebagai satu kata
yang mengandung arti penuh, hanya muncul dalam kombinasi, unsur itu harus
dituliskan searangkai dengan unsur lainya.

Misalnya:

Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku

Panca sila Pancasila

Poli gami poligami

d. Pemakaian Tanda Baca


Pemakaian tanda baca dalam ejaan Bahasa Indonesia yang
disempurnakan mencakup pengaturan (1) tanda titik, (2) tanda koma, (3) tanda titik
koma, (4) tanda titik dua, (5) tanda hubung, (6) tanda pisah, (7) tanda elepsis, (8)
tanda tanya, (9) tanda seru, (10) tanda kurung, (11) tanda kurung siku, (12) tanda
petik, (13) tanda petik tunggal, (14) tanda ulang, (15) tanda garis miring,dan (16)
pernyingkat (apostrof).

1. Tanda Titik

a. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.

Misalnya: W.S. Rendra

b. Tanda titik dipakai pada singkatan gelar, jabatan, pangat, dan sapaan.

Misalanya: Dr. (dokter)

c. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah umum, yang
ditulis dengan huruf kecil.

14
Misalnya:

Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku

S / d (sampai dengan) s.d. (sampai dengan)

a / n (atas nama) a.n. (atas nama)

d / a (dengan alamat) d.a. (dengan alamat)

d. Tanda titik digunakan pada angka yang menyatakan jumlah untuk memisahkan
ribuan, jutaan, dan seterusnya.

Misalnya: Tebal buku itu 1.150 halaman.

Akan tetapi, jika angka itu tidak menyatakan suatu jumlah, tanda titik tidak
digunakan. Nomer telepon dan nomer rekening tidak diberi tanda titik pada setiap
tiga angka.

Misalnya:

1. tahun 2000

2. halaman 1234

3. NIP 130519977

4.Telepon (021) 730824, (021) 7321208

2. Tanda Koma

Ada Kaidah yang mengatur kapan tanda koma digunakan dan kapan tanda
koma tidak digunakan.6

a. Tanda koma harus digunakan di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau
pembilangan.

6
Zainal Arifin, cermat berbahasa Indonesia, (Jakarta: akademika pressindo,2010), hal.200.

15
Misalnya:

1. Saya menerima hadiah dari paman berupa jam tangan, raket, dan sepatu.

2. Satu, dua, ……tiga!

3. Departemen, Parawisata, Seni, dan Budaya.

b. Tanda koma harus digunakan dibelakang kata-kata seperti o, ya, wah,


aduh, kasihan, yang terdapat pada awal kalimat.

Misalnya:

1. O, kalau begitu saya setuju

2. YA, boleh kamu lebih dulu.

3. Tanda Titik Koma ( ; )

Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di
dalam suatu kalimat yang majemuk sebagai pengganti kata penghubung. Misalnya:

Para pemikir mengatur strategi dan langkah yang harus di tempuh; para pelaksana
mengerjakan tugas sebaik-baiknya; para penyandang dana menyediakan biaya
yang diperlukan.

4. Tanda Titik Dua ( : )

a. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti
rangkaian. Misalnya:

Perguruan tinggi nusantara mempunyai tiga jurusan: Sekolah Tinggi


Teknik, dan Sekolah Tinggi Hukum.

b. Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu
merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Misalnya:

Perguruan Tinggi Nusantara mempunyai Sekolah Tinggi Terbaik.

5. Tanda Hubung ( - )

16
A. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se denagn kata berikutnya yang
dimulai dengan huruf kapital, (b) ke dengan angka, (c) angka dengan -am dan (d)
singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau kata.

Misalnya: A. Ke-315 itu berasal dari mesir

B. Pemberontakan itu dikenal dengan G-30-S PKI

6. Tanda Pisah (-)

Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi


penjelasan khusus di luar bangun kalimat, menegaskan adanya aposisi atau
keterangan yang lain sehingga kalimat lebih menjadi jelas, dan dipakai di antara
dua bilangan atau tanggal yang berarti ‘sampai dengan’ atau di antara dua nama
kota yang berararti ‘ke’ atau ‘sampai’ panjangnya dua ketukan.

Misalnya: Bus kramatjati jurusan Banjar – Jakarta.

7. Tanda Petik ( “….” )

Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung, judul sya’ir,


karangan, istilah yang mempunyai arti khusus atau kurang dikenal.

Misalnya:

Kata Hasan, “Saya ikut”

8. Tanda Petik Tunggal (‘…….’)

Tanda petik tunggal mengapit terjemahan tau penjelasan kata atau ungkapan
asing. Misalnya:

Lailatul Qadar ‘Malam Bernilai’

9. Tanda Apostrof ( ‘ )

Tanda apostrof digunakan untuk menyingkat kata. Tanda ini banyak


digunakan dalam ragam sastra.

Contoh:

17
‘kan kucari dari akan kucari

‘lah tiba dari telah tiba.

10. Garis Miring

Garis miring dipakai untuk menyatakan

(a) dan atau atau

(b) per yang artinya ‘tiap’;

(c) tahun akademik/ tahun ajaran;

18
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ejaan bahasa indonesia telah mengalami perkembangan.
Perkembangan tersebut diantaranya ejaan Ophujsen, ejaan
Soewandi, ejaan pembaharuan, ejaan Melindo, ejaan baru, dan
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
2. Ejaan adalah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana ucapan
atau apa yang dilisankan oleh seseorang ditulis dengan
perantaraan lanbang-lambang atau gambar-gambar bunyi.
3. Ejaan memiliki komponen-komponen penulisan huruf,
penulisan kata, penggunaan tanda baca, serta unsur serapan.
4. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) merupakan seperangkat
aturan atau kaidah penggunaan Bahasa Indonesia dalam konteks
resmi, baik lisan maupun tulisan.
5. Penulisan huruf yang tedapat dalam ejaan yaitu penulisan huruf
miring dan huruf kapital.
6. Penulisan kata yang terdapat dalam sebuah ejaan yakni kata
dasar, kata ulang, kata ganti, gabungan kata, dll.
7. Pemakaian tanda baca yang terdapat dalam ejaan diantaranya
tanda titik, tanda koma,tanda seru, tanda tanya, titik dua, tanda
petik,tanda miring, dll.
8. Dari penjabaran diatas, ejaan sangat dibutuhkan dalam hal
kepenulisan. Misalnya dalam penulisan karya ilmiah, skripsi,
dan thesis.

19
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, zaenal. Cermat berbahasa Indonesia, (Jakarta: Ademika


pressindo. 2010)
Alwi, Hasan, Soenjono, Dardjowidjodjo, Hans Lapoliwa, Anton
M.Moeliono, 1998. Tata Bahasa Baku Indonesia. Edisi ketiga.
Jakarta: Balai pustaka.
Badudu, J.S.1975. Membina Bahasa Indonesia Baku. Seri 1.
Bandung: Pustaka Prima.
Hakim, Lukman dkk. 1978. Ejaan Bahasa Indonesia yang
disempurnakan. Seri penyuluhan 9. Jakarta: Pusat pembinaan dan
pengembangan Bahasa.

20

Anda mungkin juga menyukai