Anda di halaman 1dari 9

Kegiatan Belajar/Pertemuan 21

LIABILITAS JANGKAS PENDEK 2: PROVISI DAN KONTIJENSI

A. Capaian Pembelajaran Kegiatan/Pertemuan 2

Setelah mempelajari materi liabilitas jangka pendek 2: Provisi dan Kontijensi mahasiswa
diharapkan mampu:
1. Mampu mendefinisikan provisi
2. Menyebutkan jenis-jenis provisi
3. Menjelaskan pengakuan dan pengukuran provisi
4. Menjelaskan/menguraikan akuntansi tiap-tiap jenis provisi
5. Menerapkan akuntansi untuk setiap jenis provisi
6. Mendefinisikan contingent liabilities
7. Mengidentifikasi kriteria untuk melaporkan contingent liabilities di laporan keuangan
8. Menunjukkan bagaimana menyajikan dan menganalisis utang lancar di laporan
keuangan

B. Uraian Materi

Kegiatan belajar 2 membahas mengenai provisi dan kontijensi mulai dari definisi, jenis-jenis,
pengakuan dan pengukuran, serta penyajian dalam laporan keuangan. Materi yang disampaikan
pada bab ini diambil dari buku Intermediate Financial Accounting (3rd edition) serta dari
PSAK 57: Provisi, Liabilitas Kontijensi, dan Aset Kontijensi. Cakupan materi kegiatan belajar
2 disajikan pada gambar berikut:

Gambar 2.1
Cakupan Bahasan Kegiatan Belajar 2

PROVISI

Pengertian Provisi

Provisi adalah liabilitas dengan waktu atau jumlah yang tidak pasti (terkadang dianggap
sebagai liabilitas estimasian). Provisi dapat dikategorikan sebagai liabilitas lancar atau tidak
lancar tergantung pada jangka waktu terjadinya pembayaran. Provisi dapat dibedakan dari

1
Disusun oleh Tim Dosen AKM 2 JAFEB UB. Modul masih merupakan draft. Do not quote.

AKM 2: Liabilitas Jangka Pendek 2 1


liabilitas lainnya (seperti utang wesel, utang gaji, dan utang dividen), karena pada provisi
terdapat ketidakpastian yang lebih besar tentang waktu atau jumlah pembayaran yang akan
dikeluarkan di masa depan untuk menyelesaikan provisi tersebut.

Jenis-Jenis Provisi

1. Litigation Provisions (Litigasi/Perkara Hukum)

Perkara hukum dalam provisi yang dimaksud di sini adalah ketika perusahaan tengah
menghadapi perkara hukum dan memiliki kemungkinan untuk kalah dalam persidangan
sehingga menimbulkan kerugian. Dalam menerima gugatan/klaim bahwa perusahaan akan
menanggung kerugian dapat dilakukan melalui 3 hal penilaian:
a. Jangka waktu di mana penyebab yang mendasari tindakan terjadi.
b. Kemungkinan hasil yang tidak menguntungkan.
c. Kemampuan untuk membuat perkiraan yang masuk akal tentang jumlah kerugian

Untuk melaporkan kerugian dan kewajiban dalam laporan keuangan, penyebab terjadi litigasi/
perkara hukum harus terjadi pada tanggal laporan keuangan atau sebelumnya. Tidak masalah
jika perusahaan mengetahui kemungkinan gugatan atau klaim setelah tanggal laporan
keuangan tetapi sebelum menerbitkannya. Untuk mengevaluasi kemungkinan hasil yang tidak
menguntungkan, perusahaan mempertimbangkan hal-hal berikut: sifat litigasi, perkembangan
kasus, pendapat penasihat hukum, pengalaman perusahaan sendiri dan orang lain dalam kasus
serupa, dan tanggapan manajemen terhadap gugatan .

Contoh: Adikara Plc. terlibat dalam gugatan pada tanggal 31 Desember 2020. (a) Buatlah
jurnal tanggal 31 Desember dengan asumsi kemungkinan bahwa Adikara Plc. akan
bertanggung jawab atas $850.000 sebagai hasil dari gugatan ini. (b) Buatlah jurnal 31
Desember dengan asumsi bahwa Adikara Plc. menganggap probabilitasnya tidak terlalu besar
untuk bertanggung jawab atas pembayaran sebagai akibat dari tuntutan ini.
a) Beban Kewajiban Hukum $850,000
Utang Kewajiban Hukum $850,000
b) Tidak ada Jurnal.

2. Warranty Privisions (Garansi)

Garansi adalah janji yang dibuat oleh perusahaan kepada pelanggannya untuk memperbaiki
kekurangan kuantitas, kualitas, atau kinerja suatu produk yang telah dijual kepada pelanggan.
Terdapat dua tipe garansi yang dapat diberikan perusahaan kepada pelanggan:

a. Assurance-Type Warranty
Garansi di mana biaya garansi suatu produk sudah termasuk di dalam harga produk yang
dijual oleh perusahaan.

Contoh: Praja Co. mulai memproduksi mesin baru pada Juli 2020 dan berhasil menjual
200 mesin ini dengan harga tunai $1.000 pada akhir tahun dengan total pendapatan
penjualan $200.000 (200 × $1.000). Setiap mesin bergaransi selama 1 tahun. Berdasarkan
pengalaman masa lalu dengan mesin serupa, Praja Co. memperkirakan bahwa biaya
jaminan rata-rata akan sebesar $200 per unit dengan total biaya jaminan yang diharapkan
sebesar $40.000 (200 × $200). Selanjutnya, sebagai hasil dari penggantian suku cadang
dan layanan yang dilakukan sesuai dengan jaminan mesin, dikenakan biaya jaminan

AKM 2: Liabilitas Jangka Pendek 2 2


$14.000 pada tahun 2020 dan $26.000 pada tahun 2021. Berikut adalah jurnal untuk
mencatat transaksi di atas.

1. Mencatat penjualan mesin Juli-Desember 2020


Kas 200.000
Pendapatan Penjualan 200.000

2. Mencatat pembayaran biaya garansi yang terjadi di tahun 2020


Utang Garansi 14.000
Kas, Persediaan, Utang 14.000

3. Mencatat penyesuaian tanggal 31 Desember 2020 terhadap estimasi beban


garansi dan utang garansi sebagai perkiraan klaim di tahun 2021
Beban Garansi 26.000
Utang Garansi 26.000

4. Mencatat pembayaran biaya garansi yang akan terjadi pada Januari-Desember


2021
Utang Garansi 26.000
Kas, Persediaan, Utang 26.000

b. Service-Type Warranty
Garansi di mana biaya garansi suatu produk belum termasuk di dalam harga produk yang
dijual oleh perusahaan, melainkan biaya tersendiri yang harus dibayar oleh pelanggan.

Contoh: PT. Pandhega membeli mobil dari HA Auto seharga €30.000 pada tanggal 2
Januari 2020. HA Auto memperkirakan biaya garansi yang ditanggungnya (assurance-
type warranty) pada mobil tersebut adalah €600 (untuk perbaikan selama 36.000
kilometer pertama atau dalam jangka waktu 3 tahun). PT. Pandhega di sini juga membeli
garansi lagi sebesar €900 sebagai layanan tambahan (service-type warranty) selama 3
tahun berikutnya lagi atau 36.000 kilometer. Biaya garansi yang ditanggung HA Auto
sebesar €600 terjadi pada tahun 2020, 2021, dan 2022 dengan besaran berturut-turut €300
pada tahun 2020, €200 pada tahun 2021 dan €100 pada tahun 2022. Berikut adalah jurnal
yang harus dibuat oleh HA Auto berdasarkan transaksi di atas.

1. Mencatat penjualan mobil pada tahun 2020:


Kas 30.900
Pendapatan Garansi Diterima di Muka 900
Pendapatan Penjualan 30.000

2. Mencatat biaya garansi yang terjadi di tahun 2020:


Beban Garansi 300
Kas, Persediaan, Utang 300

3. Mencatat penyesuaian tanggal 31 Desember 2020 terhadap estimasi beban


garansi dan utang garansi sebagai perkiraan klaim pada tahun 2021 dan 2022:
Beban Garansi (€600 - €300) 300
Utang Garansi 300

AKM 2: Liabilitas Jangka Pendek 2 3


4. Mencatat pengakuan pendapatan dari layanan garansi tambahan pada tanggal 31
Desember 2023:
Pendapatan Garansi Diterima di Muka 300*
Pendapatan Garansi 300
*(€900 : 3)

3. Consideration Payable

Utang konsiderasi merupakan kewajiban perusahaan di mana perusahaan memberikan


premi berupa diskon, rabat volume, produk gratis, atau layanan gratis kepada pelanggannya
untuk menstimulasi penjualan perusahaan oleh pelanggan. Selama premi mencerminkan
hak material yang dijanjikan kepada pelanggan, maka perusahaan harus mencatatnya
sebagai kewajiban karena perusahaan memiliki kewajiban untuk melunasinya kepada
pelanggan. Namun, periode manfaat premi pelanggan belum tentu sama dengan periode di
mana perusahaan membayar premi. Pada akhir periode akuntansi, banyak penawaran
premium mungkin masih dipegang oleh pelanggan dan harus dilunasi oleh perusahaan
ketika memang penawaran premium yang diberikan oleh perusahaan tersebut terjadi pada
periode yang sama dengan pembayarannya.

Contoh: Tartsore Ltd. menjual sekotak kue seharga £5 per kotak. Selain itu, Tartsore Ltd.
menawarkan pelanggannya sebuah Mangkuk Corak dengan harga di bawah harga pasar,
yaitu £2 plus 10 kotak kue bekas. Biaya Mangkuk Corak yang dibeli oleh Tartsore Ltd.
adalah £3, dan perusahaan memperkirakan bahwa pelanggan akan menukarkan 70% kotak
kue. Penawaran premi ini dimulai pada Juni 2020. Selama 2020, Tartsore Ltd. membeli
20.000 Mangkuk Corak seharga £3, menjual 300.000 kotak kue seharga £5 per kotak, dan
menebus 60.000 kotak kue yang ditukarkan oleh pelanggan. Berikut adalah jurnal yang
harus dicatat oleh Tartsore Ltd. berdasarkan transaksi di atas selama tahun 2020.

1. Mencatat pembelian mangkuk corak dengan harga £3 sebanyak 20.000 buah


Persediaan Premium 60.000
Kas 60.000

2. Mencatat penjualan kue selama tahun 2020 sebanyak 300.000 kotak dengan
harga £5 per kotak
Kas 150.000
Pendapatan Penjualan 150.000

3. Mencatat penebusan kotak kue sebanyak 60.000 buah oleh pelanggan, menerima
£2 plus 10 kotak kue bekas.
Kas (60.000 : 10) x £2 12.000
Beban Premium 6.000
Persediaan Premium (60.000 : 10) x £3 18.000

4. Mencatat penyesuaian terhadap tambahan beban premium dan estimasi utang


premium pada 31 Des 2020:
Beban Premium 15.000
Utang Premium 15.000

AKM 2: Liabilitas Jangka Pendek 2 4


*Perhitungan Utang Premium 31 Desember 2020:
Total kotak kue terjual (tahun 2020) 300.000
Estimasi penebusan (dalam %) 70%
Total estimasi penebusan 210.000
Biaya dari estimasi penebusan* £21.000
Penebusan sampai 31 Des 2020 £6.000
Utang Premium (31 Des 2020) £15.000

*(210.000 : 10) x (£3 - £2)

4. Environmental Provisions (Kewajiban Lingkungan)

Di banyak industri, pembangunan dan pengoperasian aset jangka panjang melibatkan


kewajiban untuk penghentian aset tersebut. Ketika sebuah perusahaan pertambangan
membuka tambang terbuka, perusahaan tersebut juga dapat berkomitmen untuk
memulihkan lahan setelah menyelesaikan penambangan. Demikian pula, ketika sebuah
perusahaan minyak mendirikan anjungan pengeboran lepas pantai, maka secara hukum
berkewajiban untuk membongkar dan melepas anjungan tersebut pada akhir masa
manfaatnya. Perusahaan harus mengakui kewajiban lingkungan ketika aset jangka
panjangnya memiliki kewajiban hukum. Contoh kewajiban hukum yang ada, yang
membutuhkan pengakuan kewajiban lingkungan :
• Pembersihan Fasilitas Nuklir
• Membongkar, memulihkan, dan reklamasi minyak dan gas
• Penutupan lahan tertentu, reklamasi, dan biaya penghapusan fasilitas penambangan
• Penutupan dan pasca-penutupan biaya dari tempat pembuangan sampah

Contoh: Pada 1 Januari 2021, Atmajaya Oil Corp. menumpahkan minyak di Banjarmasin,
Indonesia. Atmajaya Oil Corp. diwajibkan secara hukum untuk membongkar dan
memindahkan platform pada akhir masa pakainya, yang diperkirakan selama lima tahun.
Atmajaya Oil Corp. memperkirakan bahwa pembongkaran dan penghapusan memerlukan
biaya Rp10.000.000. Berdasarkan tingkat diskonto sebesar 10%, nilai wajar dari kewajiban
lingkungan diperkirakan sebesar Rp6.209.200 (Rp10.000.000 x 0,62092). Atmajaya Oil
Corp. mencatat kewajiban ini pada 1 Januari 2021 sebagai berikut.
Platform Pengeboran Rp 6.209.200
Kewajiban Lingkungan Rp 6.209.200

5. Onerous Contract Provisions (Kontrak yang Memberatkan)

Kontrak ini adalah kontrak di mana perusahaan merasa keberatan dalam pemenuhan biaya
kontrak yang tidak dapat dihindarkan untuk memenuhi kewajiban kontrak tersebut yang
melebihi manfaat ekonomi yang akan diterima nanti.

Contoh (1): Toko Berkah telah beroperasi secara menguntungkan di ruko yang telah disewa
dan telah dibayar tiap bulannya saat ini. Toko Berkah memutuskan untuk merelokasi
operasinya ke ruko lain. Namun, sewa pada ruko lama masih akan terus berlangsung selama
tiga tahun ke depan dan Toko Berkah tidak dapat membatalkan sewa tersebut. Selain itu,
Toko Berkah juga tidak akan dapat menyewakan ruko tersebut kepada pihak lain. Perkiraan
biaya untuk memenuhi kontrak ini dinilai memberatkan €500.000. Dalam kasus ini, Toko
Berkah akan membuat jurnal berikut.

AKM 2: Liabilitas Jangka Pendek 2 5


Rugi Kontrak Sewa €500.000
Kewajiban Kontrak Sewa €500.000

Contoh (2): Asumsikan fakta yang sama seperti contoh di atas dengan tambahan informasi
bahwa biaya yang diharapkan untuk memenuhi kontrak adalah €500.000. Namun, Toko
Berkah dapat membatalkan sewa dengan catatan harus membayar denda sebesar €275.000.
Dalam kasus ini, maka Toko Berkah harus mencatat kewajiban tersebut sebagai berikut.
Rugi Kontrak Sewa €275.000
Kewajiban Kontrak Sewa €275.000

6. Restructuring Provisions (Restrukturasi)

Restrukturisasi didefinisikan sebagai program yang direncanakan dan dikendalikan oleh


manajemen perusahaan secara internal dan secara material mengubah (1) ruang lingkup
bisnis yang dilakukan oleh perusahaan, dan (2) cara bisnis itu dijalankan. Contoh
restrukturisasi adalah penjualan lini bisnis, perubahan struktur manajemen seperti
menghilangkan lapisan manajemen, atau penutupan operasi di suatu negara.

IFRS sangat membatasi mengenai kapan provisi restrukturisasi dapat dicatat dan jenis biaya
apa yang dapat dimasukkan dalam provisi restrukturisasi. Bagi setiap perusahaan, untuk
mencatat biaya restrukturisasi dan kewajiban terkait, maka harus memenuhi persyaratan
umum untuk ketentuan dalam pencatatannya. Selain itu, untuk memastikan bahwa
restrukturisasi tersebut sah, perusahaan diwajibkan untuk memiliki rencana formal secara
rinci untuk restrukturisasi dan telah memberikan harapan yang valid kepada mereka yang
terkena dampak dari pelaksanaan atau pengumuman rencana restrukturisasi tersebut.

Pengakuan dan Pengukuran Provisi.

Pengakuan

Menurut PSAK 57, provisi diakui jika memenuhi tiga syarat, yaitu:
1. Entitas memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun konstruktif) sebagai
akibat peristiwa masa lalu.
2. Kemungkinan besar penyelesaian liabilitas tersebut mengakibatkan arus keluar sumber
daya yang mengandung manfaat ekonomi.
3. Estimasi yang andal mengenai jumlah liabilitas dapat dibuat.
#Jika tidak memenuhi ketiga syarat tersebut, maka provisi tidak dapat diakui

Pengukuran

Menurut PSAK 57, Provisi diukur dengan estimasi terbaik, yaitu, hasil estimasi dari jumlah
yang diakui untuk pengeluaran perusahaan yang akan digunakan untuk melunasi kewajiban
saat ini ketika akhir periode pelaporan. Estimasi terbaik akan jumlah pengeluaran untuk
melunasi kewajiban saat ini merupakan jumlah yang secara rasional akan dibayarkan
perusahaan untuk menyelesaikan kewajibannya atau untuk mengalihkan kewajiban kepada
pihak ketiga. Estimasi mengenai hasil dan dampak keuangan ditentukan berdasarkan
pertimbangan manajemen di dalam perusahaan, menurut pada pengalaman yang dimiliki dari
transaksi yang serupa, dilengkapi dengan laporan dari ahli independen.

AKM 2: Liabilitas Jangka Pendek 2 6


Ketidakpastian dari jumlah yang akan diakui sebagai provisi dapat dinilai dengan berbagai cara
bergantung pada kondisi yang ada. Jika provisi yang akan di ukur mengenai populasi dari
sebagian besar unsur, maka kewajiban ditentukan dengan menimbang berbagai kemungkinan
hasil berdasarkan profitabilitas terkait. Metode ini dikenal dengan metode nilai yang
diharapkan (expected value). Jika kewajiban yang diukur hanya satu, maka kemungkinan hasil
profitabilitasnya paling tinggi merupakan estimasi terbaik dari liabilitas tersebut.

Pengungkapan Provisi

Menurut PSAK 57, perusahaan mengungkapkan setiap jenis provisi dengan:


1. Nilai tercatat pada awal dan akhir periode
2. Provisi tambahan yang dibuat pada periode yang bersangkutan, termasuk peningkatan
provisi yang ada
3. Jumlah yang digunakan yang merupakan jumlah yang terjadi dan dibebankan pada
periode yang bersangkutan
4. Jumlah yang belum digunakan yang dibatalkan selama periode yang bersangkutan
5. Peningkatan, selama periode yang bersangkutan, dalam nilai saat ini timbul karena
berlalunya waktu dan dampak dari perubahan tingkat diskonto.

Perusahaan juga mengungkapkan:


1. Uraian singkat mengenai karakteristik kewajiban dan perkiraan saat arus keluar manfaat
ekonomi terjadi.
2. Indikasi mengenai ketidakpastian waktu atau jumlah arus keluar tersebut. Jika
diperlukan, maka perusahaan dapat mengungkapkan asumsi utama yang mendasari
prakiraan peristiwa masa depan.
3. Jumlah estimasi penggantian yang akan diterima dengan menyebutkan jumlah aset apa
pun yang telah diakui untuk estimasi penggantian tersebut.

KONTIJENSI

Secara umum, semua provisi bersifat kontinjensi karena tidak pasti dalam hal waktu atau
jumlah. Namun, IFRS menggunakan istilah “kontinjensi” untuk liabilitas dan aset yang dapat
tidak diakui dalam laporan keuangan. Kontijensi dapat tidak diakui dalam laporan keuangan
jika jumlahnya tidak material. Dalam artian, jumlahnya tidak akan mempengaruhi posisi
keuangan perusahaan secara keseluruhan.

Liabilitas Kontijensi

Dalam PSAK 57, liabilitas kontijensi merupakan:


a. Kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi
pasti dengan terjadi atau tidaknya satu atau lebih peristiwa di masa depan yang tidak
sepenuhnya berada dalam kendali perusahaan, atau
b. Liabilitas kontinjensi tidak diakui dalam laporan keuangan karena merupakan (1)
kewajiban yang mungkin (belum dikonfirmasi sebagai kewajiban kini), (2) kewajiban
kini yang kemungkinan besar pembayarannya akan dilakukan, atau (3) kewajiban saat
ini yang estimasi kewajibannya tidak dapat dibuat.

Contoh liabilitas kontinjensi adalah:


1. Tuntutan hukum di mana hanya mungkin perusahaan akan kalah.
2. Jaminan terkait dengan kolektibilitas piutang

AKM 2: Liabilitas Jangka Pendek 2 7


Aset Kontijensi

Menurut PSAK 57, aset kontinjensi adalah aset potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu
dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadi atau tidaknya satu atau lebih peristiwa di masa
depan yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali perusahaan. Aset kontinjensi secara umum
dapat berupa:
a. Kemungkinan penerimaan uang dari hadiah, sumbangan, dan bonus.
b. Kemungkinan pengembalian uang dari pemerintah atas kelebihan pajak.
c. Kasus-kasus pengadilan yang tertunda dengan kemungkinan hasil yang
menguntungkan.

Aset kontinjensi tidak diperkenankan untuk diakui pada laporan posisi keuangan. Jika realisasi
untuk aset kontinjensi hampir dapat dipastikan akan terjadi, maka aset tersebut tidak lagi
dianggap sebagai aset kontinjensi melainkan diakui sebagai aset.

Penyajian dan Analisis Liabilitas Jangka Pendek (current liability)

a. Penyajian liabilitas jangka pendek


Dalam praktiknya, liabilitas jangka pendek biasanya dicatat dan dilaporkan dalam
laporan keuangan pada nilai jatuh tempo penuh. Karena periode waktu yang singkat,
biasanya kurang dari satu tahun (satu periode akuntansi), perbedaan antara nilai
sekarang dari liabilitas jangka pendek dan nilai jatuh tempo biasanya tidak terlalu besar.
Akun liabilitas jangka pendek umumnya disajikan setelah liabilitas jangka panjang
dalam laporan posisi keuangan. Dalam bagian liabilitas jangka pendek, perusahaan
dapat melakukan pencatatan akun berdasarkan urutan jatuh tempo atau berdasarkan
urutan preferensi likuidasi.

b. Analisis liabilitas jangka pendek


Analisis liabilitas jangka pendek dapat memberikan informasi tentang likuiditas
perusahaan. Likuiditas terkait dengan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. Perusahaan yang likuid lebih mampu menahan
penurunan keuangan serta memiliki peluang yang lebih baik untuk mengambil
keuntungan dari peluang investasi yang berkembang. Analis menggunakan rasio dasar
tertentu seperti arus kas bersih yang disediakan oleh kegiatan operasi untuk liabilitas
jangka pendek, dan rasio turnover untuk piutang dan persediaan, untuk menilai
likuiditas. Dua rasio lain yang digunakan untuk menguji likuiditas adalah current ratio
dan Acid-test ratio.

1. Current Ratio
Current ratio merupakan perbandingan antara total aset lancar dengan
kewajiban jangka pendek. Rasio ini sering dinyatakan sebagai cakupan berkali-
kali. Kadang-kadang disebut rasio modal kerja karena modal kerja adalah
kelebihan dari aktiva lancar dibandingkan kewajiban lancar. Rumus dari current
ratio adalah:

𝑐𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝑐𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠

AKM 2: Liabilitas Jangka Pendek 2 8


2. Acid-Test Ratio
Acid-test ratio atau sering disebut quick ratio merupakan rasio yang
menghubungkan total kewajiban lancar dengan kas, investasi jangka pendek,
dan piutang. Rumus dari acid-test ratio adalah:

(𝑐𝑎𝑠ℎ + 𝑠ℎ𝑜𝑟𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑚 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡 + 𝑛𝑒𝑡 𝑟𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒𝑠)


𝑎𝑐𝑖𝑑 𝑡𝑒𝑠𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝑐𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠

C. Rangkuman

1. Provisi adalah liabilitas dengan waktu atau jumlah yang tidak pasti (terkadang dianggap
sebagai liabilitas estimasian). Provisi dapat dikategorikan sebagai liabilitas lancar atau
tidak lancar tergantung pada jangka waktu terjadinya pembayaran. Jenis-jenis provisi
antara lain provisi litigasi, garansi, consideration payable, provisi lingkungan, kontrak
yang memberatkan, dan provisi restrukturisasi.
2. Provisi diakui jika memenuhi tiga syarat, yaitu: (a) entitas memiliki kewajiban kini
(bersifat hukum maupun konstruktif) sebagai akibat peristiwa masa lalu, (b)
kemungkinan besar penyelesaiannya mengakibatkan arus keluar sumber daya yang
mengandung manfaat ekonomi, dan (c) estimasi yang andal mengenai jumlah liabilitas
dapat dibuat. Provisi diukur dengan estimasi terbaik.
3. Liabilitas kontijensi merupakan kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa
lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadi atau tidaknya satu atau lebih
peristiwa di masa depan yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali perusahaan.
Liabilitas kontinjensi tidak diakui dalam laporan keuangan.

AKM 2: Liabilitas Jangka Pendek 2 9

Anda mungkin juga menyukai