Anda di halaman 1dari 2

Sama halnya seperti keadilan, hak asasi manusia adalah sebuah bahasa universal bagi

bangsa, manusia dan menjadi kebutuhan rohaniah untuk bangsa-bangsa beradab di muka

bumi. Keadilan serta hak asasi manusia tidak mengenal batasan territorial, ras, suku, bangsa,

agama maupun ideologi politik. Pelanggaran terhadap HAM akan selalu mendapat respon

moral dan konsekuensi sosial poliitik sesuai dengan radius dan kompetensi otoritas yang

berlaku. Eksistensi hak asasi manusia akan berbanding lurus dengan keberadaan bangsa

manusia sesuai dengan jangkauan pemikiran dan perkembangan lingkungannya, oleh

karenanya, setiap kejahatan hak asasi manusia harus diadili karena kejahatan hak asasi

manusia telah, sedang, dan akan selalu menjadi awan gelap dalam perjalanan peradaban

bangsa.

Perbincangan tentang HAM tidak akan pernah berakhir sepanjang masih terdapat

kehidupan di dunia. Seperti halnya situasi hubungan antar masyarakat internasional akhir-

akhir ini diwarnai oleh pertentangan dan kekerasan, seperti pertentangan etnis, persoalan

batas negara, peperangan sampai masalah terorisme, yang memang sudah menjadi kodrat

manusia bahwa dalam kehidupannya selalu diwarnai dengan pertentangan ideologi, politik,

ekonomi, sosial dan budaya.

Hak asasi manusia sejatinya sangat berkaitan dengan keyakinan moral, keyakinan

moral kemudian ditentukan oleh komitmen budaya, selanjutnya komitmen budaya pada

tingkat yang sangat penting dipengaruhi oleh agama, sehingga komitmen-komitmen tersebut

akan berbeda secara fundamental antara satu kebudayaan dengan kebudayaan lain, seperti

halnya di India yang percaya pada teks budaya dan keagamaan seperti Dharmasastra, Manu

smritis, Bhashya Medhatithi dan Tolkappiyam dipercaya untuk menyelamatkan kesejahteraan

keluarga, termasuk dengan menikahkan anak perempuan mereka, bahkan adapula masyarakat

India waktu itu menikahkan anaknya sejak bayi, dengan tujuan untuk melindungi

keselamatan anaknya. Hal tersebut bila dipandang dalam pandangan umum tentang HAM dan
pemikiran barat maka prilaku tersebut dinyatakan sebagai tindakan yang melanggar hak asasi

manusia, namun berbeda halnya dengan mereka yang hidup pada lingkungan yang penuh

akan aturan-aturan kebudayaan dan keagamaan yang telah melekat dan menjadi sebuah

kebiasaan tanpa memandang bahwa hal tersebut merupakan tindakan pelanggaran hak asasi

manusia. Demikian pondasi dasar kebudayaan tersebut yang menjadikan pemerintah India

tidak dapat dengan mudah untuk memberantas kasus pernikahan anak. Oleh karena itu

interpretasi HAM pasti berbeda secara mendasar pada berbagai kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai