Anda di halaman 1dari 45

SKRIPSI

"PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUNG


VERTIKAL DI TANAH TINGGI JAKARTA PUSAT"

Oleh :

EKANTORO P. LAKSONO

NIM : 163124731257001

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MPU TANTULAR
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji Tuhan penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Sehingga

penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul

“Perencanaan & Perancangan Kampung Vertikal di Tanah Tinggi Jakarta Pusat”.

Penulisan tugas akhir sendiri bertujuan guna memenuhi syarat akademis untuk

menempuh jenjang Strata I ( SI ) Jurusan Teknik Arsitektur, Universitas Mpu

Tantular.

Dalam penulisan Skripsi Tugas Akhir ini tidak lupa penulis untuk

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan

membimbing sehingga penulisan Tugas Akhir Perencanaan & Perancangan

Kampung Vertikal di Tanah Tinggi Jakarta Pusat ini dapat terselesaikan dengan baik

antara lain :

1. Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan, kekuatan dan kemudahan

sehingga dapat menyelesaikan dengan baik.

2. Dr. Ir. Mangasi Panjaitan, ME, Rektor Universitas Mpu Tantular.

3. Ir. Retno Indriyati, M.M, Dekan Fakultas Teknik Universitas Mpu Tantular.

4. Ir. Sitti Wardiningsih, M.Si, selaku Ka Program Studi Teknik Arsitektur S1

Universitas Mpu Tantular dan sebagai Pembimbing 1, yang memberikan

arahan dan bimbingan dalam program Tugas Akhir ini sehingga

memperlancar proses penulisan Tugas Akhir Perencanaan & Perancangan

Kampung Vertikal di Tanah Tinggi Jakarta Pusat.

5. Hendrawan Hadiyat, ST., MT, selaku Pembimbing 2 yang memberikan

arahan, bimbingan, masukan dan persetujuan dalam penyusunan Tugas

Akhir Perencanaan & Perancangan Kampung Vertikal di Tanah Tinggi

ii
Jakarta Pusat ini dengan penuh keikhlasan dalam membantu memperlancar

Tugas Akhir.

6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Artitektur Universitas Mpu Tantular yang

memberi bantuan arahan dalam penyusunan Tugas Akhir Perencanaan &

Perancangan Kampung Vertikal di Tanah Tinggi Jakarta Pusat.

7. Kedua Orang tua dan Saudara-saudara saya, Terima kasih untuk semua

perhatian dan kesabarannya dalam menyikapi semua tingkah laku penulis

selama pengerjaan Tugas Akhir Perencanaan & Perancangan Kampung

Vertikal di Tanah Tinggi Jakarta Pusat.

8. Semua Teman-teman Artistektur Universitas Mpu Tantular yang telah

memberi dukungan kepada penulis selama pengerjaan Tugas Akhir

Perencanaan & Perancangan Kampung Vertikal di Tanah Tinggi Jakarta

Pusat.

Ucapan terima kasih ini penulis haturkan kepada semua pihak yang tidak bisa

penulis sebutkan satu persatu yang telah memberi dorongan dan motivasi. Penulis

menyadari masih terdapat banyak kekurangan, maka segala saran dan kritik yang

bersifat membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya penulisan Tugas

Akhir Perencanaan & Perancangan Kampung Vertikal di Tanah Tinggi Jakarta Pusat

ini. Semoga penulisan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang

berkepentingan pada umumnya.

Jakarta, 1 Mei 2021

Ekantoro P. Laksono

NIM : 163124731257001

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Meningkatnya jumlah penduduk merupakan sebuah fenomena yang terjadi

di Kota Jakarta akibat dari Urbanisasi ke Kota. Jakarta merupakan pusat

pemerintahan, pusat bisnis dan keuangan, hal ini menyebabkan banyaknya

transmigran yang bertransmigrasi ke kota ini. Menurut Badan Pusat Statistik

(BPS) jumlah penduduk Jakarta pada tahun 2021 bertambah 72 ribu jiwa

menjadi 10,57 juta jiwa.

Banyaknya Urbanisasi ke Kota sehingga mereka membutuhkan tempat

tinggal, menyebabkan timbulnya permasalahan dibidang permukiman,

dikarenakan tingginya kebutuhan tempat tinggal.

Seperti di permukiman kumuh bantaran kali ciliwung di kawasan

Manggarai, Jakarta Selatan yang penduduknya merupakan urbanisasi dari

kampung ke kota untuk mencari pekerjaan karena kebutuhan tempat tinggal

sehingga mereka membangun tempat tinggal mereka hingga di atas sungai

Ciliwung.

Gambar 1.1. Permukiman kumuh di kawasan Manggarai Jakarta Selatan

Sumber: Liputan6.com/Faizal Fanani

1
Maka diperlukan tempat tinggal yang layak huni. Karena kebutuhan lahan

sangat minim dan mahal nya harga tanah. Untuk memenuhi kebutuhan

tersebut maka diusulkan Kampung Vertikal.

Gambar 1.2. Kampung Vertikal Ala Singapura

Sumber: www.designboom.com

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang dapat disimpulkan menjadi sebuah permasalahan,

antara lain :

a. Bagaimana kampung vertikal menjadi salah satu solusi mengatasi

permasalahan layak huni daerah tanah tinggi kecamatan johar baru

jakarta pusat

b. Bagaimana menciptakan lingkungan yang layak huni dan memiliki

fasilitas yang mewadai aktivitas-aktivitas di daerah Tanah Tinggi

Jakarta Pusat.

c. Kurang adanya perhatian dan campur tangan dari Pemerintah setempat

mengenai kesehatan lingkungan daerah Tanah Tinggi Jakarta Pusat.

2
1.3. Tujuan dan Sasaran

1.3.1 Tujuan

a. Mendesain Kampung Vertikal di Tanah Tinggi yang layak huni

untuk masyarakat permukiman kumuh pada kawasan tersebut.

b. Desain Kampung Vertikal di Tanah Tinggi dapat mengatasi

permasalahan kurangnya fasilitas dan area terbuka untuk

masyarakat permukiman kumuh pada kawasan tersebut.

c. Mendesain Kampung Vertial di Tanah Tinggi Jakarta Pusat

agar dapat menjadi acuan desain bagi PEMPROV DKI Jakarta

dengan pendekatan Arsitektur Ekologis.

1.3.2 Sasaran

a. Sasaran dari penyusunan laporan ini adalah tersusunnya laporan

perencanaan dan perancangan Kampung Vertikal Tanah Tinggi

Jakarta Pusat sesuai standar layak huni sebagai Landasan

Perencanaan dan Perancangan Arsitektur pada Tugas Akhir di

Jurusan Arsitektur Universitas Mpu Tantular.

b. Sebagai landasan acuan kepada PEMDA setempat agar dapat

menjadi solusi dalam perencanaan tata kota kedepanya.

3
1.4. Manfaat Perencanaan

1.4.1 Subyektif

 Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menempuh Tugas

Akhir sebagai ketentuan kelulusan Sarjana (S-1) di Jurusan

Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Mpu Tantular Jakarta Timur.

 Sebagai acuan proses perencanaan dan perancangan Desain Grafis

Arsitektur.

1.4.2 Obyektif

 Dapat menjadi pertimbangan acuan pembuatan Laporan Program

Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (LP3A) bagi para

mahasiswa arsitektur yang akan mengikuti tugas akhir.

 Memberikan fasilitas hunian bagi warga masyarakat menengah

bawah agar bisa mendapatkan hunian yang layak.

 Diharapkan dapat menjadi suatu pertimbangan desain bagi pihak-

pihak pelaku pemerintah khususnya Pemerintah Kota DKI Jakarta.

1.5. Sistematika Penulisan

Bab I. Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan,

sasaran, manfaat perencanaan dan sistematika penulisan dalam proses

perumusan konsep perencanaan dan perancangan.

Bab II. Tinjauan Pustaka

Berisi tentang pemahaman judul, teori-teori, dan studi banding.

4
Bab III. Metodologi Perancangan

Berisi tentang jenis data, teknik pengumpulan data, analisa

perancangan, dan konsep perancangan.

Bab IV. Tinjauan Lokasi

Berisi tentang tinjauan lokasi yang akan direncanakan yang

difokuskan Setu Babakan Jakarta Selatan untuk mengetahui data,

peraturan, dan cara pengumpulan data.

Bab V. Analisa Perancangan

Menguraikan tentang analisa-analisa yang dilakukan terhadap

data-data yang telah diperoleh sehingga dapat menjadi acuan untuk

menentukan konsep desain sehingga perancangan lebih terarah dan

fokus, mencakup programing, analisa budaya, analisa lokasi, analisa

lingkungan, analisa site dan zoning, analisa sirkulasi, analisa

penginderaan, analisa iklim dan analisa utilitas.

Bab VI. Konsep Perancangan

Merupakan kesimpulan dari hasil analisa terhadap data yang

diperoleh sebagai arahan dalam menghasilkan desain. Adapun konsep

perancangan terdiri atas konsep site, konsep fasilitas dan konsep

utilitas.

5
1.6. Kerangka Pikir
PENDAHULUAN

Latar Belakang Urgensi Originalitas

1. Urbanisasi Perkampungan kumuh di Jakarta ada 76 Tanah Tinggi Kec. Johar Baru
2. Kepadatan RW salah satunya perkampungan kumuh Jakarta Pusat RW.004, RW.006
penduduk di Jakarta yaitu perkampungan di dan RW.007 merupakan
3. Permukiman kumuh Kawasan Tanah Tinggi RW.004, RW.006 kawasan Rumah Susun Tanah
dan RW.007. Pemerintah Provinsi DKI Tinggi dan area di sekitarnya.
Jakarta akan menata perkampungan Kawasan tersebut merupakan
kumuh di Jakarta dengan konsep perkampungan kumuh dan padat
community action plan (CAP). CAP penduduk.
merupakan rencana penataan kampung
kumuh yang melibatkan warga
perkampungan tersebut (05/11/2019)
(Kompas.com).

TUJUAN PEMBAHASAN

a. Mendesain Kampung Vertial di Tanah Tinggi Jakarta Pusat agar dapat menjadi acuan desain bagi PEMPROV

DKI Jakarta dengan pendekatan Arsitektur Ekologis.

b. Desain Kampung Vertikal di Tanah Tinggi dapat mengatasi permasalahan kurangnya fasilitas dan area

terbuka untuk masyarakat permukiman kumuh pada kawasan tersebut.

DATA

Studi Pustaka : Studi Lapangan Studi Banding :

(Data Primer) 1. Invert Pyramid


1. Standar bangunan
2. Kampung 1. Wawancara 2. Kampung Vertikal
2. Studi Bangunan sejenis
3. Hunian Vertikal Stren Kali Surabaya
4. Metode Pendekatan Desain

Analisis

Menganalisa antara tinjauan pustaka dan data untuk memperoleh pendekatan


dalam merencanakan bangunan Kampung Vertikal di Tanah Tinggi Jakarta Pusat.

PENDEKATAN KONSEP KONSEP PERANCANGAN


PERENCANAAN DAN
PERANCANGAN

FEED BACK
DESAIN

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Kampung

2.1.1. Pengertian Kampung

Kampung merupakan suatu kesatuan lingkungan tempat tinggal

yang dihuni oleh sekelompok masyarakat yang terdiri dari kesatuan

keluarga-keluarga. Kumpulan sejumlah kampung disebut desa.

Kampung adalah satu-satunya jenis permukiman yang bisa

menampung golongan penduduk Indonesia yang tingkat

perekonomian dan tingkat pendidikan paling rendah meskipun tidak

tertutup bagi penduduk berpenghasilan dan berpendidikan tinggi

(Khudori, 2002). Kampung masih merupakan satuan teritorial dan

sosial terkecil dalam sistem administrasi dan kemasyarakatan

Indonesia sehingga setiap kampung memiliki organisasi sosial yang

dibentuk oleh warga kampung tersebut yang mengatur dan mengawasi

tata tertib kemasyarakatan warga kampung yang bersangkutan. Secara

geografis kampung adalah suatu hasil perpaduan; suatu wujud atau

kenampakan di muka bumi yang ditimbulkan oleh unsur fisiografi,

sosial, ekonomi, publik dan kultural yang saling berinteraksi antar

unsur tersebut dan juga dalam hubungannya dengan daerah-daerah

lain. Selanjutnya secara singkat pengertian kampung adalah

permukiman manusia yang letaknya di luar kota dan penduduknya

bersifat agraris.

7
2.1.2. Klasifikasi Kampung

Menurut perkembangannya kampung juga dibagi menjadi tiga

klasifikasi, diantaranya :

1. Kampung Swadaya

Kampung swadaya merupakan kampung yang memiliki

potensi khusus yang dikelola dengan baik sehingga bisa

membantu perekonomian warga disana. Dimana ciri kampung

swadaya yaitu :

 Daerah yang terisolir dari kampung lain sehingga

mempersulit beberapa warganya untuk melakukan

transaksi dengan kampung lain, selain itu cukup sulit

mendapat fasilitas yang sama karena kondisi daerah yang

cukup jauh.

 Penduduk yang jarang, biasanya terjadi jika kampung

berada di daerah pelosok dan sangat jauh dari pusat kota.

 Bersifat tertutup.

 Mata pencaharian homogen, dimana semua masyarakatnya

rata-rata melakukan pencaharian yang sama dan umumnya

pekerjaan yang dilakukan adalah agraris atau bercocok

tanam.

 Hubungan antarmanusia yang sangat erat

 Sarana dan prasarana sangat kurang menyebabkan

kampung sulit menjangkau berbagai daerah.

8
 Pengawasan sosial dilakukan oleh keluarga saja.

2. Kampung Swakarya

Kampung swakarya adalah klasifikasi kampung peralihan

atau transisi antara kampung swadaya ke kampung swasembada.

Kampung Swakarya memiliki ciri sebagai berikut :

 Kebiasaan atau adat istiadat yang tidak mengikat penuh

namun masih digunakan sebagai panduan.

 Sudah mulai menggunakan teknologi dan juga peralatan

yang canggih.

 Kampung swakarya sudah tidak terisolasi lagi seperti

layaknya swadaya, sehingga letak kampung swakarya

tidak terlalu jauh dari pusat perekonomian kota.

 Telah memilih tingkat perekonomian, pendidikan, jalur

lalu lintas dan juga prasarana lain.

 Jalur lalu lintas yang sudah lancar dan jarak tempuh yang

bukan lagi menjadi penghalang.

3. Kampung Swasembada

Kampung swasembada adalah kampung yang masyarakatnya

telah mampu memanfaatkan dan mengembangkan sumber daya

alam dan potensinya yang sesuai dengan kegiatan pembangunan

regional. Ciri dari kampung swasembada diantaranya :

 Kebanyakan berlokasi di ibukota dan kecamatan.

 Penduduk padat-padat.

9
 Tidak terikat lagi dengan adat istiadat daerah tersebut.

 Telah memiliki fasilitas yang memadai dan juga maju

dibanding warga dari kampung lainnya.

2.1.3. Jenis Kampung

Menurut Raharjo (2014) menyebutkan beberapa jenis kampung

yang ada di Indonesia sebagai berikut :

1. Kampung tambangan (kegiatan penyeberangan orang dan

barang di mana terdapat sungai besar).

2. Kampung nelayan (di mana mata pencaharian warganya dengan

usaha perikanan laut).

3. Kampung pelabuhan (hubungan dengan mancanegara, antar

pulau, pertahanan/strategi perang dan sebagainya).

4. Kampung perdikan (kampung yang dibebaskan dari pungutan

pajak karena diwajibkan memelihara sebuah makam raja-raja

atau karena jasa-jasanya terhadap raja).

5. Kampung penghasil usaha pertanian, kegiatan perdagangan,

industri/kerajinan, pertambangan dan sebagainya).

6. Kampung perintis (yang terjadi karena kegiatan transmigrasi).

7. Kampung pariwisata (adanya obyek pariwisata berupa

peninggalan kuno, keistimewaan kebudayaan rakyat, keindahan

alam dan sebagainya).

10
2.2. Tinjauan Hunian Vertikal

2.2.1. Pengertian Hunian Vertikal

A. Pengertian Hunian Vertikal

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor

05/PRT/M2007. Definisi bagian dari gedung bertingkat yang

dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian

yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun

vertical dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat

memiliki dan digunakan secara terpisah yang berfungsi sebagai tempat

hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama dan

tanah bersama.

Di Indonesia berkembang hunian bertingkat khususnya di

daerah perkotaan/urban space (Jakarta dan Surabaya sebagai contoh)

dampak dari kurangnya lahan dan mahalnya harga lahan dan rumah

jika dibangun secara horizontal serta banyaknya penduduk yang

menghuni kota-kota besar. Perkembangan hunian vertikal mengerucut

menjadi model hunian apartemen yang cenderung mewah dan tuntutan

gaya hidup/lifestyle masyarakat perkotaan dan rumah susun yang

identic dengan kelas menengah kebawah yang mendapat subsidi dari

pemerintah.

B. Kriteria Hunian Vertikal

11
Kriteria Perancangan Hunian Vertikal (Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis

Pembangunan Rumah Susun Sederhana Bertingkat Tinggi)

1. Kriteria Umum

 Bangunan Kampung Vertikal Bertingkat Tinggi harus

memenuhi persyaratan fungsional, handal, efisien,

terjangkau, sederhana namun dapat mendukung

peningkatan kualitas lingkungan di sekitarnya dan

peningkatan produktivitas kerja.

 Kreativitas desain hendaknya tidak ditekankan kepada

kemewahan material, tetapi pada kemampuan

mengadakan sublimasi antara fungsi teknik dan fungsi

sosial bangunan, dan mampu mencerminkan keserasian

bangunan gedung dengan lingkungannya.

 Biaya operasi dan pemeliharaan bangunan gedung

sepanjang umurnya diusahakan serendah mungkin.

 Desain bangunan Kampung Vertikal bertingkat tinggi

dibuat sedemikian rupa, sehingga dapat dilaksanakan

dalam waktu yang pendek dan dapat dimanfaatkan

secepatnya.

2. Kriteria Khusus

12
 Kampung Vertikal bertingkat tinggi yang direncanakan

harus mempertimbangkan identitas setempat pada

wujud arsitektur bangunan tersebut.

 Masa bangunan sebaiknya simetri ganda, rasio panjang

lebar (L/B) < 3, hindari bentuk denah yang

mengakibatkan puntiran pada bangunan.

 Jika terpaksa denah terlalu panjang atau tidak simetris,

pasang dilatasi bila dianggap perlu.

 Lantai Dasar dipergunakan untuk fasos, fasek dan

fasum, antara lain : Ruang Unit Usaha, Ruang

Pengelola, Ruang Bersama, Ruang Penitipan Anak,

Ruang Mekanikal-Elektrikal, Prasarana dan Sarana

lainnya, antara lain Tempat Penampungan

Sampah/Kotoran.

 Lantai satu dan lantai berikutnya diperuntukan sebagai

hunian yang 1 (satu) Unit Huniannya terdiri atas : 1

(satu) Ruang Duduk/Keluarga, 2 (dua) Ruang Tidur, 1

(satu) KM/WC, dan Ruang Service (Dapur dan Cuci)

dengan total luas per unit adalah 30 m2.

 Luas sirkulasi, utilitas, dan ruang-ruang bersama

maksimum 30% dari total luas lantai bangunan.

 Denah unit Kampung Vertikal bertingkat tinggi harus

fungsional, efisien dengan sedapat mungkin tidak

13
menggunakan balok anak, dan memenuhi persyaratan

penghawaan dan pencahayaan.

 Setiap 3 (tiga) lantai bangunan Kampung Vertikal

bertingkat tinggi harus disediakan ruang bersama yang

dapat berfungsi sebagai fasilitas bersosialisasi antar

penghuni.

 Lebar dan tinggi anak tangga harus diperhitungkan

untuk memenuhi keselamatan dan kenyamanan, dengan

lebar tangga minimal 110 cm.

 Railling/pegangan rambat balkon dan selasar harus

mempertimbangkan faktor privasi dan keselamatan

dengan memperhatikan estetika sehingga tidak

menimbulkan kesan masif/kaku, dilengkapi dengan

balustrade dan railing.

 Elevasi KM/WC dinaikkan terhadap elevasi ruang unit

hunian, hal ini berkaitan dengan mekanikal-elektrikal

untuk menghindari sparing air bekas dan kotor

menembus pelat lantai.

 Material kusen pintu dan jendela menggunakan bahan

allumunium ukuran 3x7 cm, kusen harus tahan bocor

dan diperhitungkan agar tahan terhadap tekanan angin.

Pemasangan kusen mengacu pada sisi dinding luar,

khusus untuk kusen yang terkena langsung air hujan

14
harus ditambahkan detail mengenai penggunaan

sealant.

 Plafond memanfaatkan struktur pelat lantai tanpa

penutup (exposed).

 Seluruh instalasi utilitas harus melalui shaft,

perencanaan shaft harus memperhitungkan estetika dan

kemudahan perawatan.

 Ruang-ruang mekanikal dan elektrikal harus dirancang

secara terintegrasi dan efisien, dengan sistem yang

dibuat seefektif mungkin.

 Penggunaan lift direncanakan untuk lantai 6 keatas,

bila diperlukan.

C. Jenis-jenis hunian vertical yang ada di Indonesia

Berdasarkan kategori peruntukannya unian vertikal yang ada

di Indonesia pada saat ini seperti :

1. Apartemen, merupakan hunian vertikal yang biasanya

diperuntukan untuk masyarakat menengah atas.

2. Rumah Susun, hunian ini merupakan sebuah hunian yang

diperuntukan bagi kalangan atas hingga menengah kebawah.

3. Kampung Vertikal, hunian ini merupakan sebuah konsep baru

hunian vertikal untuk mengatasi permasalahan permukiman bagi

masyarakat kampung yang mayoritas merupakan MBR

(masyarakat penghasilan rendah), yang dikonsepkan sesuai

dengan karakteristik masyarakatnya.

15
2.3. Tinjauan Kampung Vertikal

2.3.1. Pengertian Kampung Vertikal

Secara garis besar dapat didefinisikan, Kampung Vertikal

merupakan kelompok hunian pada wilayah tertentu yang didominasi

oleh masyarakat berpenghasilan menengah kebawah, dimana

bangunan hunian berbentuk vertikal. Kampung pada umumnya

menempati lahan yang cukup luas, oleh karena itu sulit untuk

menciptakan kampung baru dalam kondisi lingkungan yang semakin

padat seperti saat ini. Sehingga, untuk menciptakan kondisi

lingkungan dan alam yang lebih baik, daerah terbangun diminimalisir,

agar penciptaan ruang terbuka hijau akan lebih banyak. Kampung

Vertikal merupakan wujud pelestarian keberadaan kampung rakyat

yang kini kian tergerus oleh kebutuhan zaman modern. Kampung

vertikal dapat menjadi salah satu alternatif bagi pertambahan

penduduk di masa mendatang dan kebutuhan akan tempat tinggal.

Terlebih jika tempat tinggal ini dapat juga difungsikan sebagai

penyangga perekonomian rakyat. (Yu Sing. 2011).

16
Gambar 2.1. Kampung Vertikal Manusiawi Kampung Pulo
(Sumber:https://medium.com/forumkampungkota/kampungsusunmanusi
awikampung-pulo-4eb363c74b31.html) unduh Juli 2021

Daliana Suryawinata, seorang arsitek menggagas sebuah ide

yang bertajuk Jakarta Kampung Vertikal, pada prinsipnya gagasan ini

hamper mirip dengan rumah susun (rusun), namun yang membedakan

adalah ruang-ruang publik yang bisa menjadi pusat aktivitas penduduk

di kampung vertikal tersebut dengan karakternya yang dicirikan

dengan “Kampung Spirit”. Kampung Spirit merupakan sebuah

identitas dari sebuah kampung, yang mencermikan karakteristik

kampung.

2.3.2. Karakteristik Kampung Vertikal

Kampung Vertikal mempunyai karakteristik yang dicirikan

dengan “Kampung Spirit”, dimana Kampung Spirit merupakan sebuah

karakteristik dari kampung vertikal. Menurut Team Andra Matin

dalam Jakarta Vertical Kampung Master Class, Kampung Spirit terdiri

dari :

1. Community ( masyarakat )

Dasar karakteristik sebuah kampung yaitu adanya

community (masyarakat). Masyarakat inilah yang merupakan

awal dari terbentuknya kampung.

Komunitas penghuni dapat diklasifikasikan menjadi 4 tipe, yaitu :

a. Unit : interaksi antar penghuni pada tipe ini hanya dengan

penghuni tempat tinggal yang berada pada sebelahnya.

17
b. Row : interaksi penghuni sebanyak baris hunian.

c. Block : pada tipe ini biasanya penghuni saling berinteraksi

dalam satu gedung bangunan.

d. Interblock : terdiri dari beberapa block hunian yang

penghuninya berinteraksi erat satu sama lain. Semua orang

saling mengenal satu sama lain dengan nama dan saling

pandang.

Gambar 2.2. Community

Sumber : Jakarta Vertical Kampung

2. Informality ( keinformalan )

Pada dasarnya kehadiran kampung terjadi karena

keinformalan sebuah aturan formal. Dimana asas dalam sebuah

kampung akan muncul sebuah aturan aturan sesuai dengan

karakteristik masyarakatnya. Dan dalam sebuah kampug hal ini

lah yang akan sering muncul. Hal ini bisa dicontohkan dengan

berbagai aktivitas sehari harinya seperti : menjemur pakaian

bersama, berjualan keliling.

18
Gambar 2.3. Informality Kampung Vertikal

Sumber : Jakarta Vertical Kampung

3. Affordability ( keterjangkauan )

Masyarakat yang berpenghasilan rendah memilih

kampung sebagai hunian yang mereka anggap layak karena

keterjangkauan biaya dalam memehuni kebutuhan papan. Dalam

perencanaan kampung vertikal kita harus mempertimbangkan dari

segi biaya, dikarenakan bangunan ini diperuntukan untuk

golongan menengah kebawah.

4. Identity ( identitas )

Dalam sebuah kampung banyak nilai-nilai budaya yang

terkandung didalamnya Budaya gotong royong dan kekeluargaan

yang tumbuh di negara Indonesia menjadi suatu ciri khas atau

identitas dari suasan kampung itu sendiri.

5. Individuality ( kepribadian )

Kepribadian masyarakat yang tinggal di suatu kampung

dapat terbentuk tergantung dari masyarakat yang berada di

sekelilingnya. Individuality yang tergambar dalam sebuah

19
kampung yaitu sebuah kepribadian dari masing masing penghuni.

Dari masing masing sifat individual yang dimiliki oleh

masyarakat, biasanya tergambar dalam perilakunya, yang saling

tolong menolong, ramah, dan juga partisipatif.

6. Effeciency ( efisiensi )

Mengingat lahan sebuah kampung terlalu padat maka

karakteristik kampung yaitu memanfaatkan lahan atau efisiensi

lahan yang ada sebaik mungkin.Tidak hanya itu penggunaan

ruang ruang untuk meniptakan kefesiensian, ruang harus

multifungsi.

7. Diversity ( keanekaragaman )

Indonesia mempunyai potret kebudayaan yang lengkap

dan bervariasi. Di Indonesia dalam suatu kampung terdapat

berbagai macam masyarakat dengan perbedaan suku, bangsa,

agama yang dapat yang tinggal bersama dalam satu lingkungan.

Dalam Kampung Vertikal Diversity akan menjadi salah satu ciri

khas kampung vertikal, dimana menciptakan sebuah keberagaman

menjadi kesatuan dalam satu lingkup.

8. Participatory ( partisipasi )

Dalam unsur “Kampung Spirit” participatory yang artinya

melibatkan, merupakan sebuah unsur keterlibatan masyarakat.

Dimana masyarakat bisa terlibat dalam kegiatan yang ada dalam

sebuah kampung.

9. Linkage ( keterkaitan )

20
Seperti pada umumnya, Susana “Kampung” sangat erat

persaudaraannya sehingga antar masyarakat sudah menganggap

seperti saudara satu sama lainnya. Linkage dalam unsur kampung

merupakan sebuah keterkaitan antara masing masing

masyarakatnya. Hal ini menjadi perbedaan antara hunian

kampung dengan hunian lainnya. Linkage yang dimaksud dalam

perencanaan kampung vertikal ini menerapkan pola sirkulasi yang

dapat menyatukan seluruh lapisan aktivitas masyarakat.

10. Collectivity ( kolektivitas )

Kolektivisas merupakan sebuah bentuk gotong royong

yang menghasilkan banyak nilai tambah dalam kehidupan

bermasyarakat sebuah bentuk kerja kolektif (sama) yang

manusiawi. Kebebasan dan persamaan hak merupakan asasnya.

11. Space experience ( pengalaman ruang )

Pada dasarnya suasana di kampung terkenal dengan

keberagaman, kebersamaan, dan juga keeratan masyarakatnya.

Pengalaman ruang yang hadir pada suasana kampung adalah ciri

khas dari kampung itu sendiri, dimana dalam setiap kampung

terdapat banyak space” untuk berbagi satu sama lainnya hal ini

dapat dituangkan dengan Communal Space. Suasana kampung

terasa ketika keeratan masyarakat itu terjalin, dimana ada

interaksi sosial didalamnya.

21
Gambar 2.4. Suasana Kampung Manusiawi Kampung Pulo

Sumber : https://medium.com/forumkampungkota/kampungsusun-

manusiawi-kampung-pulo-4eb363c74b31.html

12. Human scale ( Skala Manusia )

Human Scale yang berarti Skala manusia merupakan salah

satu unsur dari Kampung Spirit Dimana dalam sebuah kampung

terdapat asas asas kemanusiaan. Dalam perencanaan kampung

vertikal unsur Human scale harus diterapkan agar sesuai dengan

dengan asas kampung yaitu kemanusiaan. Human Scale

diimplementasikan dalam disain berupa skala bangunan yang

sesuai dengan skala manusia, sehingga penghuni bangunan bisa

merasakan kenyamanan ketika berada dalam bangunan tersebut.

Gambar 2.5. Konsep Human Scale

22
Sumber : Jakarta Vertikal Kampung

2.4. Tinjauan Permukiman dan Perumahan

2.4.1. Pengertian Permukiman dan Perumahan

Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan

Permukiman menyebutkan bahwa Perumahan adalah kelompok

rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau

lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana

lingkungan, sedangkan Permukiman adalah bagian dari lingkungan

hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan

maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal

atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung

perikehidupan dan penghidupan.

2.4.2. Syarat Permukiman dan Perumahan

Menurut UU 1 tahun 2011 Penetapan lokasi Perumahan dan

Permukiman wajib memenuhi persyaratan :

1. Kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah nasional,

rencana tata ruang wilayah Provinsi, dan rencana tata ruang

wilayah Kabupaten/Kota.

2. Kesesuaian dengan rencana tata bangunan dan lingkungan.

3. Kondisi dan kualitas prasarana, sarana, dan utilitas umum yang

memenuhi persyaratan dan tidak membahayakan penghuni.

4. Tingkat keteraturan dan kepadatan bangunan.

5. Kualitas bangunan.

6. Kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat.

23
2.5. Studi Banding Kampung Vertikal

2.5.1. Konsep Desain Kampung Vertikal Invert Pyramid (Budi

Pradono)

A. Deskripsi Kampung Vertikal Invert Pyramid

Kampung Vertikal berusaha untuk mempertahankan budaya dan

gaya hidup sudah ditemukan di Kampung tradisional, memungkinkan

bagi individu dan keluarga untuk membangun kembali dan

merenovasi rumah mereka sendiri dengan tipologi yang berbeda dari

pintu, jendela dan partisi, yang merupakan kunci untuk semangat

pemukiman. Namun, kampung vertikal adalah tempat tinggal yang

jauh lebih berkelanjutan daripada desa horisontal tradisional sebagai

struktur dapat menghasilkan energi untuk tempa tinggal, yang

biasanya absen dari rumah.(Budi Pradono,2013)

Gambar 2.6. Konsep Invert Pyramid Budi Pradono

Sumber: http://cobagonzo.blogspot.co.id/2013/07/inverted-

pyramidverticalkampung.Html

24
Kampung Vertikal yang menjadi contoh preseden yaitu

sayembara kampung vertikal yang diselenggarakan oleh Erasmus

Huis dalam acara Jakarta Vertical Kampung pada 25 Juni sampai 14

Agustus 2013. Kampung Vertikal ini ditujukan bagi warga

masyarakat.

Oleh karena itu arsitektur kampung vertikal harus

menunjukkan kearifan lokal dan karakter kampung. Oleh karena itu

memungkinkan bagi individu dan keluarga untuk membangun

kembali serta merenovasi rumah mereka sendiri dengan tipologi

yang berbeda dari pintu, jendela dan partisi, yang merupakan kunci

untuk membangun semangat pemukiman.

B. Pengguna

Pengguna kampung vertikal ini adalah keluarga dengan

pendapatan menengah kebawah.

C. Fasilitas

Fasilitas yang sangat dibutuhkan kampung vertikal ini adalah

ruang berkumpul dan area untuk berolahraga. Sehingga desain ini

memberikan terobosan serta wadah bagi warga yang akan ber

olahraga yaitu lapangan serta sirkulasi yang memiliki perluasaan

untuk tempat berinteraksi seperti yang dilakukan oleh warga

kampung horizontal.

25
Gambar 2.7. Area Berkumpul Warga

Sumber: http://cobagonzo.blogspot.co.id/2013/07/inverted-

pyramidverticalkampung.Html

Untuk sirkulasi dibutuhkan ruang yang lebar. Hal ini

dimaksudkan agar perilaku anak-anak tetap dapat berlangsung.

Perilaku yang dimaksud adalah sirkulasi yang dapat dijadikan wadah

bermain serta jalan bagi mereka saat melakukan sepedaan keliling.

D. Konsep Organisasi Ruang

Dalam rancangan ini kegiatan hunian secara horizontal dapat

dilakukan dalam bentuk kebiasaannya bukan dalam segi fisiknya.

Kebiasaan yang dilakukan akan selalu sama sedangkan bentuk fisik

bangunan akan selalu berkembang mengikuti perkembangan zaman.

26
Gambar 2.8. Organisasi ruang

Sumber: http://cobagonzo.blogspot.co.id/2013/07/inverted-

pyramidverticalkampung.Html

Kaitan dengan berhuni, yang akan dilakukan oleh masyarakat

adalah berjualan didekat hunian dan ruas ruas ruang komunal yang

berada di sekitar komplek bangunan.

Gambar 2.9. Sirkulasi Vertikal

Sumber: http://cobagonzo.blogspot.co.id/2013/07/invertedpyramid-

verticalkampung.Html

27
Dari segi akses parkir secara vertikal juga akan

mempertahankan cara masyarakat melakukan parkir, yaitu parkir di

dekat hunian mereka. Sehingga dalam rancangan ini parkir akan

diberikan beberapa level agar dapat mencapai kebiasaan yang dilakukan

masyarakat.

Gambar 2.10. Arus parkir

Sumber: http://cobagonzo.blogspot.co.id/2013/07/invertedpyramid-

verticalkampung.Html

2.5.2. Konsep Desain Kampung Vertikal Stren Kali Surabaya (Yu Sing)

Hasil redesain Yu Sing kampung vertikal yang berada di Stren Kali

Surabaya, adalah hasil desain kerjasama seorang arsitek dengan warga

Stren Kali Surabaya, dimana warga sekitar juga ikut serta dalam

menuangkan ide dan kreativitas dalam perancangan, mulai dari ide

hunian, landskap, serta fasilitas penunjangnya. Awal mula kampung

yang sebelumnya adalah kampung hoirizontal yang akan dijadikan

vertikal tentunya pola kehidupan warga sekitar sedikit banyak pasti

28
akan mengalami perbedaan, seperti hubungan atau interaksi sosial

warga setitar, jalur akses, terutama jalur akses yang diperuntukkan

untuk lansia dan penyandang cacat, dan tentunya masih banyak lagi.

Oleh karena itu butuh pertimbangan antara si arsitek dengan warga

sekitar untuk berkolaborasi memikirkan ide perancangan untuk

menjadikan kampung yang bisa sesuai dengan punggunanya kelak.

Selain menjadikan kampung secara vertikal, Yu Sing juga

mempertimbangkan kebersihan, kesehatan, hemat (material dan

energi), lokalitas, dan menjadikan kampung tersebut menjadi

kampung wisata.

Konsep umum rancangan kampung vertikal, yang terdiri dari :

 Unit hunian yang beragam: tipe kecil, menengah, besar.

 Jalan kampung dan tangga bersama.

 Ruang sosial kampung.

 Warung/ruang usaha rumah tangga.

 Ruang main dan belajar anak-anak.

 Tempat jemuran (pada pagar balkon).

 Tempat bercocok tanam.

 Rumah ternak peliharaan.

 Ruang ibadah bersama.

 Bale serbaguna warga.

 Menara penampungan air bersama.

 Pengolahan air bekas rumah tangga bersama.

29
 Pengolahan dan pemilahan sampah bersama.

 Kebun (bambu, sayuran, rempah, obat, buah, anti polutan,

hias) bersama.

 Pengelolaan wisata air dan kampung bersama.

Gambar 2.11. Perspektif bangunan

(Sumber : http://rumah-yusing.blogspot.com/2011/01/keberagaman-

kampung-vertikal.html)

Gambar 2.12. Konsep Tata Guna Lahan

(Sumber : http://rumah-yusing.blogspot.com/2011/01/keberagaman-

kampung-vertikal.html)

Konsep bangunan yang diterapkan pada rancangan ini adalah :

30
 Maksimal 4 lantai. Struktur 2 lantai paling atas menggunakan struktur

ringan/lentur (kayu/bambu) dan struktur 2 lantai paling bawah

menggunakan struktur beton yang lebih kokoh, sehingga biaya

struktur relatif lebih murah. Struktur atap menggunakan kayu bekas

atau bambu.

 Tahap pembangunan dimulai dari pembangunan struktur rangka,

pemilik masing-masing hunian mengisi dinding dan lain-lain sesuai

kebutuhan dan selera masing-masing.

 Penggunaan kembali material bekas rumah warga (dengan sistem

mosaik, penggabungan beberapa jenis material yang berbeda).

 Hunian warga akan terdiri dari beberapa blok kampung vertikal yang

saling terpisah sebagai antisipasi kebakaran dan kebutuhan ruang

terbuka.

 Pagar balkon / railing sebagai tempat jemuran.

 Pemanfaatan atap maupun dinding sebagai tempat menanam aneka

jenis pepohonan: sayuran, tanaman obat, rempah-rempah dan tanaman

rambat.

 Bentuk bangunan dikembangkan dari bentuk-bentuk geometri rumah

warga di masing-masing kampung, yang beragam dan dinamis.

 Warna-warni seperti rumah warga eksisting merupakan pembentuk

suasana menyenangkan.

 Pencahayaan alami dan ventilasi silang pada semua ruangan hunian.

31
Gambar 2.13. Sketsa Konsep

(Sumber : http://rumah-yusing.blogspot.com/2011/01/keberagaman-

kampung-vertikal.html)

Kampung vertikal yang BHINEKA:

 Lantai 1 sebagai ruang publik : fasilitas warga kota, dengan

wisata sungai. Warga terlibat dalam pengelolaan wisata dan

penyediaan fasilitas lainnya (warung, restoran, toko oleh-

oleh/kerajinan, pelatihan pengelolaan sampah, penginapan

warga / homestay, dll).

 Penambahan fasilitas publik sebagai solusi saling

menguntungkan dengan pemkot dan dapat meningkatkan

ekonomi warga, juga menambah keterlibatan warga dalam

memelihara lingkungannya agar fasilitas wisatanya disukai

masyarakat umum.

 Selain ruang publik, juga tersedia ruang-ruang fasilitas warga:

ruang serba guna, sekolah, perpustakaan, taman bermain anak,

tempat pemilahan sampah dan pembuatan kompos.

32
 Setiap kampung disediakan dermaga untuk aksesibilitas ke

dan dari sungai.

 Perumahan warga berupa blok-blok massa kampung vertikal,

yang terintegrasi dengan fungsi-fungsi kampung selain hunian.

 Pengelolaan sistem utilitas (air bersih dan kotor) terpadu dan

komunal.

Gambar 2.14. Konsep Hunian dan Massa Bangunan


(Sumber : http://rumah-yusing.blogspot.com/2011/01/keberagaman-
kampung-vertikal.html)
Dalam konsep hunian/bangunan (Gambar 2.14) pada rancangan

ini, sistem penerapan ruang menggunakan sistem modul, hal tersebut

karena dengan sistem modul mampu memaksimalkan ruang

dibanndingkan bentukan ruang yang dinamis yang nantinya tidak

memaksimalkan ruang tersebut, dan membuang kapasitas ruang lain.

Pemakaian kayu bekas digunakan sebagai bahan material bangunan,

selain itu dari segi perawatan pada bangunan tidak sulit.

Hasil redisain karya Yu Sing yang berada di sekitar bantaran

sungai di Surabaya dan terdiri atas beberapa kampung secara tidak

langsung telah mencakup prinsip-prinsip dasar yang ada pada tema

33
sustainable building, seperti prinsip yang berhubungan dengan alam

lingkungan sekitar mulai dari menjaga, memanfaatkan sampai

mengembangkannya, selain itu prinsip ekonomis dari bahan material

lokal yang digunakan dalam perancangan dan mampu untuk

menumbuh kembangkan kegiatan ekonomi untuk masyarakat sekitar.

Prinsip sosial dan budaya yang ada pada daerah sekitar masih tetap

terjaga dalam ide perancangan. Apabila ditinjau lebih lanjut, dari segi

lingkungan pada perancangan kampung vertikal telah memperhatikan

kondisi alam lingkungan sekitarnya, sekaligus memanfaatkan

potensinya seperti pembuatan dermaga untuk penunjang sarana

transportasi air. Ditinjau dari segi ekonomis perancangan tersebut bisa

dikatatan sangat ekonomis, karena pemakaian bahan dari kayu bekas,

selain itu dari segi perawatan juga ekonomis, tidak butuh perawatan

secara khusus maupun sulit.

34
BAB III

METODOLOGI

3.1. Lokasi Perancangan

Lokasi Perancangan berada di Jl. Baladewa, RW.014, Tanah Tinggi,

Kec. Johar Baru, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta

10540 terletak pada koordinat 6°10'36.9"S 106°50'58.8"E. Lokasi ini

merupakan lokasi yang sudah dipilih untuk dijadikan sebagai Zona

Perumahan Vertikal. luas lokasi perancangan ± 10 hektar.

Adapun batas-batas fisik lokasi sebagai berikut :

Sebelah Utara : Rumah makan Ampera dan perumahan penduduk.

Sebelah Timur : Perumahan penduduk.

Sebelah Selatan : Jalan Baladewa.

Sebelah Barat : Perumahan penduduk.

Gambar 3.1. Peta DKI Jakarta & Peta Lokasi Perencanaan

Sumber : Google Maps

34
Gambar 3.2. Detail Ukuran Tapak

Sumber : Google Maps

3.2. Deskripsi Tapak

A. RDTR Lokasi Perancangan

Pada peta rencana zonasi (Gambar 3.3) Jakarta Pusat area

perencanaan termasuk zona orange yang diperuntukan untuk Zona

Perumahan Vertikal. Oleh karena itu lokasi yang di pilih tidak

menyalahi aturan pada RDTR (Rencana Dasar Tata Ruang) DKI

Jakarta dan sesuia dengan kondisi awal tapak yang di peruntukan

untuk Kampung Vertikal.

35
Gambar 3.3. Peta Rencana Zonasi Lokasi Tanah Tinggi

Sumber : http://smartcity.jakarta.go.id/maps/

B. KDB dan KLB Lokasi Perancangan

Menurut PERDA DKI Jakarta No 1 Tahun 2014 Zona perumahan

vertikal adalah zona yang diperuntukan sebagai hunian susun yang

dilengkapi dengan fasilitas bersama dan ruang terbuka hijau serta

dijabarkan ke dalam sub zona rumah susun dan rumah susun umum dengan

KDB di atas 30% (tiga puluh persen).

Pada lokasi termasuk zona R.7 (Gambar 3.4) dengan syarat kegiatan

rumah sangat kecil, rumah kecil, rumah sedang, dan rumah besar dengan

syarat intensitas KDB paling tinggi 60% (enam puluh persen), KLB paling

tinggi 1,8 (satu koma delapan), dan ketinggian paling tinggi 3 (tiga) lantai,

dan KDH paling tinggi 20% (dua puluh persen).

36
Gambar 3.4. Peta Zonazi Wilayah Tanah Tinggi

Sumber : https://konsultangue.com/konsultangue-chek-zonasi/

3.3. Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. Data Fisik

a. Survey Lokasi

Untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan

lokasi tapak dan kondisi objek di lapangan dengan

pengamatan secara langsung di lokasi. Hal-hal yang perlu

diamati dalam pelaksanaan survey :

1. Kondisi fisik dan existing pada tapak, meliputi :

 Bentuk tapak

 Topografi

 Hidrologi

 Klimatologi

 Ukuran tapak

 Vegetasi

 Drainase

37
2. Keadaan lingkungan sekitar tapak, meliputi :

 Kebisingan

 Peraturan daerah setempat

 Sosial dan budaya masyarakat sekitar

 Jalan penghubung menuju tapak

b. Studi banding

Melakukan studi banding ke objek yang terkait dengan

Kampung Vertikal. Dalam studi banding ini yang dilakukan

adalah mengamati dan menganalisa kelebihan dan kekurangan

dari objek studi banding. Kemudian hasilnya dijadikan bahan

referensi dan pertimbangan dalam perancangan, dengan

tujuan agar hasil perancangan dapat lebih baik dari hasil studi

banding.

3.3.2. Data Non Fisik

a. Jurnal

b. Buku-Buku

c. Peraturan dan Kebijakan

3.4. Analisa

Analisa data adalah sebuah proses penyerdehanaan data ke dalam

bentuk yang mudah dibaca dan di interpretasikan (Singarimbun, 1995).

Dari pengertian ini maka yang dimaksud dengan analisa dalam

melakukan sebuah perancangan adalah sebuah proses penyederhanaan

semua data yang berhubungan dengan objek perancangan ke dalam

38
sebuah bentuk wacana dan wawasan yang mudah dipahami malalui

sebuah interpretasi pemikiran penulis.

Dalam perancangan arsitektur, tahapan metode analisis merupakan

hal yang sangat penting. Karena analisis merupakan sudut pandang yang

perlu mempertimbangkan banyak aspek atau hal yang mengenai

perencanaan terhadap lokasi tapak yang menjadi pilihan. Pembahasan

analisis dalam bab ini dibagi menjadi 5 (lima) bagian, yaitu analisis tapak,

analisis fungsi, analisis struktur, analisis bentuk, dan analisis utilitas.

Adapun metode yang dilakukan untuk melakukan analisis data di atas,

yaitu :

3.4.1. Analisis Tapak

Analisis tapak yaitu analisis yang dilakukan pada lokasi yang

dipilih dan daerah sekitarnya dengan tujuan mengetahui segala sesuatu

atau potensi yang ada pada lokasi. Analisis tapak juga berfungsi untuk

mengetahui kelebihan dan kekurangan potensi yang terdapat pada sekitar

tapak, sehingga memudahkan dalam proses perancangan kedepannya.

3.4.2. Analisis Fungsi

Analisis fungsi dilakukan bertujuan untuk menentukan ruang-ruang

yang dibutuhkan dalam desain perancangan Kampung Vertikal di Tanah

Tinggi Jakarta Pusat dengan mempertimbangkan pengguna atau pelaku,

aktifitas dan kegunaannya. Selain itu analisis fungsi berguna untuk

menetukan besaran ruang yang dibutuhkan dan organisasi atau hubungan

39
antar ruang. Dengan adanya analisis fungsi diharapkan perancangan ini

dapat memenuhi kabutuhan ruang yang sesuai dengan pelaku dan aktifitas

di dalamnya dengan memperhatikan standar ruang dalam lingkup

nasional maupun internasional.

3.4.3. Analisis Bentuk

Analisis bentuk yaitu analisis yang dilakukan untuk memunculkan

bentuk dasar bangunan yang serasi dan saling mendukung. Selain itu juga

analisis bentuk juga menganalisis tampilan bangunan pada tapak, serta

fungsi yang ada pada bangunan dan tapak. Dari analisis ini nantinya akan

memunculkan ide-ide rancangan dan inovasi baru berupa gambar sesuai

dengan tema.

3.4.4. Analisis Struktur

Analisis ini sangatlah penting karena berhubungan langsung dengan

bangunan, tapak dan lingkungan sekitar. Selain itu analisis ini merupakan

sebuah pertanggungjawaban desain perancangan terkait dengan kekuatan

dan umur bangunan kedepannya. Diharapkan dengan adanya analisis ini,

sebuah rancangan Kampung Vertikan di Tanah Tinggi Jakarta Pusat ini

dapat memiliki kriteria banguna yang kokoh dan tidak merugikan

pengguna maupun masyarakat sekitar. Analisis struktur meliputi system

struktur bangunan dan material yang digunakan.

40
3.4.5. Analisis Utilitas

Analisis ini merupakan analisis yang memberikan gambaran

mengenai system utilitas yang akan digunakan pada perancangan

Kampung Vertikan di Tanah Tinggi Jakarta Pusat ini. Analisis utilitas

yaitu meliputi : system pendistribusian air bersih, drainase, pembuangan

sampah, jaringan fisik, tangga darurat, keamanan, komunikasi dan

sebagainya.

41

Anda mungkin juga menyukai